Anda di halaman 1dari 6

APLIKASI MODEL KONSEPTUAL SELF CARE OREM PADA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY. D P100A000 DENGAN


POST PARTUM ATAS INDIKASI KPD (KETUBAN PECAH DINI)
HARI O DI RUANG DAHLIA
RSD dr.Soebandi Jember

A. KONSEP MEDIS POST PARTUM DAN KPD (Ketuban Pecah Dini)


1. Konsep Post Partum
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
samapai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas adalah 6-8 minggu
(Mochtar, R.,2000).
Nifas dibagi menjadi 3 periode, yaitu meliputi puerperium dini, puerperium intermedial dan
remote puerperium (Mochtar, R., 2000). Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh
alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu, sedangkan Remote Puerparium adalah waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila sewaktu hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Involusi alat-alat kandungan yang terjadi pada ibu post partum meliputi involusi pada uterus,
bekas implantasi uri, luka-luka, rasa sakit, lokhea, serviks dan ligamen-ligamen.Uterus secara
berangsur-angsur menjadi kecil (involusi), sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil,
dimana mengecilnya uterus dari waktu kewaktu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Kondisi Involusi Uterus
Pada Ibu Post Partum
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu pertengahan pusat symphisis 500 gram
2 minggu tidak teraba di atas symphisis 350 gram
6 minggu bertambah kecil 50 gram
8 minggu sebesar normal 30 gram

Berkaitan lokhea yang terjadi pada ibu post partum dapat dibagi menjadi Lokhea rubra, lokhea
sanguinolenta, lokhea serosa, lokhea alba, lokhea purulenta dan lokheastasis. Lokhea Rubra :
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel disidua, verniks kaseosa, 5
lanugo dan mekoneum selama 2 hari pertama. Lokhea sanguinolenta warnanya merah kuning
berisi darah dan lendir terjadi padahari ke 3-7 post partum, Lokhea serosa berwarna kuning
terjadi pada hari ke 7-14 post partum, Lokhea alba berupa cairan putih yang ditemukan setelah
2 minggu, Lokhea purulenta ditemukan bila terjadi infeksi yaitu keluar cairan seperti nanah
dan berbau busuk, serta Lokhestasis merupakan lokhea keluarnya tidak lancar (Mochtar, R.,
2000; Bobak, 2005)
Perawatan pada ibu post partum yang dapat dilakukan antara lain berkaitan dengan masalah
,mobilisasi, diit, miksi, defekasi, perawatan payudara, laktasi, cuti bersalin, pemeriksaan pasca
persalinan, nasehat tentang fisioterapi post natal, menyusui, penggunaan kontrasepsi dan
imunisasi pada bayi (Mochtar, R., 2000; Bobak, 2005

2. Konsep KPD (Ketuban Pecah Dini)


Ketuban pecah dini memiliki bermacam-macam batasan, teori Dan definisi. Beberapa
penulis mendefinisikan ketuban pecah dini atau Premature Rupture of the Membranes
(PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan, ada juga
yang menyatakan Ketuban Pecah Dini (KPD) ialah pecahnya selaput ketuban secara spontan
pada saat belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan. Penggunaan istilah Premature Rupture of the Membranes (PROM) pada beberapa
literatur sedikit membingungkan. Istilah ini cukup tepat jika digunakan pada pasien yang usia
kehamilannya diatas 37 minggu atau aterm, datang dengan ketuban yang pecah spontan, dan
tanpa tanda-tanda persalinan. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes
(PPROM) adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, yaitu
bilaketuban pecah sebelum pembukaan padaprimigravida kurang dari 3 cm dan pada
multigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam proses
persalinan.

Etiologi
a. Persalinan prematur
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
d. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks

Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local
asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan
selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi
akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan
interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal
janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan
sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua
untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit
ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan
memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit
ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III
papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena
kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan
menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil
dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin , potensial ,
potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.

Tanda dan gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ktuban merembes melalui vagina,aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bbau amoniak,mungkin cairan tersebut masih merembes
atau menetes dengan cirri pucat dan bergaris warna darah,cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila anda duduk atau berdiri,kepala
janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal “ atau menyambut kebocoran untuk
sementara.
Demam ,bercak vagina yang banyak ,nyeri perut ,denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. (buku asuhan patologi kebidanan,
sujiyatini,2009,hal:14)
KONSEP MODEL SELF CARE OREM
1. Pengkajian/Riwayat Keperawatan
Perawat perlu mengumpulkan data tentang adanya tuntutan dalam perawatan diri
pasien, kekuatan dalam perawatan diri dan kebutuhan untuk perawatan diri, hal tersebut
meliputi universal self care requisite, developmental self care requisite dan health deviation.
Pengkajian yang harus dilakukan menurut Orem diawali dengan pengkajian personel klien
yang meliputi usia, sex, tinggi badan dan berat badan, budaya, ras, status perkawinan, agama
dan pekerjaan klien. Selanjutnya menurut Orem seperti yang telah di sebutkan di atas
pengkajian juga didaarkan pada 3 kategori perawatan diri yang meliputi:

a. Universal Self Care Requisite


Kebutuhan yang berkaitan dengan proses hidup manusia, proses mempertahankan integritas,
struktur dan fungsi tubuh manusia selama siklus kehidupan berlangsung yang meliputi
keseimbangan pemasukan air, udara, makanan, ekskresi atau eliminasi, aktivitas dan istirahat,
solitude dan interaksi sosial, hambatan hidup dan kesejahteraan, peningkatan dan
pengembangan fungsi manusia selama hidup dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi
keterbatasan serta norma.

b. Developmental Self Care Requisite


Kebutuhan-kebutuhan yang dikhususkan untuk proses perkembangan, kebutuhan akibat
adanya suatu kondisi yang baru, kebutuhan yang dihubungkan dengan suatu kejadian.
Contohnya penyesuaian diri terhadap kondisi post partum dengan tindakan SC. 7

c. Health Deviation
Kebutuhan yang berkaitan dengan adanya penyimpangan status kesehatan seperti kondisi sakit
atau injury, yang dapat menurunkan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan self
care-nya baik secara permanen ataupun kontemporer, sehingga individu tersebut
membutuhkan bantuan oranglain.

2. Perencanaan
a. The Wholly Compensatory Nursing System
Perawat memberi perawatan total karena tingkat ketergantungan klien sangat tinggi.
Contohnya guna mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan
penatalaksanaan total parenteral nutrition.
b. The Partially Compensatory Nursing System
Perawat dan klien saling berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan, seperti untuk
mempertahankan keseimbangan pemasukan makanan dengan monitoring keseimbangan
intake dan output bersama-sama klien.

sc. The Education Nursing System


Perawat memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien
melakukan self care, tapi yang melakukan kegiatan tersebut adalah klien. Contoh monitoring
keseimbangan intake dan output secara mandiri.

3. Implementasi
Orem memandang implementasi keperawatan sebagai assuhan kolaboratif dengan saling
melengkapi antara klien dn perawat, dengan kata lain perawat bertindak dalam berbagai cara
untuk meningkatkan kemampuan klien.

4. Evaluasi
Evaluasi difokuskan pada tingkat kemampuan klien untuk mempertahankan kebutuhan self
care-nya, kemampuan klien untuk mengatasi self care deficit-nya dan sampai sejauh mana
perkembangan kemandirian klien dan kemampuan keluarga dalam memberikan bantuan self
care jika klien tidak mampu.

Anda mungkin juga menyukai