Anda di halaman 1dari 33

2.

1 RPJPD KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2025

2.1.1 Tujuan
RPJPD Kota Semarang Tahun 2005-2025 bertujuan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat visi,
misi, arah dan program Walikota Semarang.

2.1.2 Visi
Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun 2005-2025 adalah :
“ Semarang Kota Metropolitan yang religius, tertib dan berbudaya “
KOTA METROPOLITAN, mengandung arti bahwa Kota Semarang mempunyai sarana
prasarana yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan hinterland-nya dengan
aktivitas ekonomi utama berupa perdagangan, jasa, dan industri serta didukung sektor
ekonomi lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Metropolitan juga
mengandung makna dapat menjamin kehidupan masyarakatnya yang aman, tentram, lancar,
asri, sehat dan berkelanjutan.
RELIGIUS, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Semarang meyakini kebenaran ajaran
dan nilai-nilai agama/kepercayaan serta mengamalkannya dalam wujud keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjunjung tinggi toleransi dan
kepedulian dalam menjalankan kehidupannya.
TERTIB mempunyai arti bahwa setiap masyarakat secara sadar menggunakan hak dan
menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur dan pasti, senantiasa berpedoman pada
sistem ketentuan perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya sikap disiplin,
teratur, menghargai waktu sebagai ciri perilaku hidup masyarakat yang maju.

II-1
BERBUDAYA mempunyai arti bahwa setiap perilaku kehidupan masyarakat yang dilandasi
oleh etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat serta diyakini sebagai nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang
diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial sebagai identitas penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan.
Dengan demikian, Visi tersebut mengandung pengertian bahwa 20 tahun mendatang
kota Semarang diharapkan menjadi Kota yang dihuni oleh masyarakat yang senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, norma kearifan
lokal yang hidup dan berkembang yang diyakini sebagai nilai-nilai yang luhur yang
diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial serta sadar menggunakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga terwujud kehidupan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur, sejahtera dan didukung oleh aktivitas
ekonomi utama yang berupa perdagangan, jasa, dan industri serta ditunjang oleh standart
pelayanan kota berskala metropolitan yang mampu melayani seluruh aktivitas masyarakat
kota dan daerah hinterlandnya dengan aman, tentram, nyaman, lancar, asri, sehat dan
berkelanjutan.

2.1.3 Misi
Dalam mewujudkan Visi ”SEMARANG KOTA METROPOLITAN YANG RELIGIUS,
TERTIB DAN BERBUDAYA ” ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan daerah sebagai
berikut :
a. Mewujudkan sumberdaya manusia Kota Semarang yang berkualitas, adalah
pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia
yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur
disertai toleransi yang tinggi dengan tetap memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan YME.
b. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan
politik yang demokratis dan bertanggung jawab, adalah penyelenggaraan pemerintah
yang diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien
dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang
baik (Good Governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi
manusia.
c. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, adalah pembangunan yang
diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur

II-2
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada
potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi
basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional maupun
internasional.
d. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, adalah
pembangunan yang diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan
peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi,
seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
e. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, adalah pembangunan yang
diprioritaskan pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak serta mitigasi
bencana.

2.1.4 Strategi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun 2005-
2025
Strategi-strategi tersebut adalah:
a. Strategi Peningkatan Kualitas SDM
Strategi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia serta memberi ruang
cukup bagi tumbuhnya partisipasi masyarakat pada berbagai bidang pembangunan,
yang bertujuan memberdayakan SDM sesuai peran dan fungsi pada kelompok
masyarakat dan lembaga pemerintah. Selain itu strategi pembangunan ini juga
mencakup upaya peningkatan kualias SDM aparatur dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan.
b. Strategi Pemerataan
Strategi ini bertujuan mengurangi kesenjangan dan menjaga keseimbangan
pertumbuhan pembangunan di semua wilayah agar dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat.
c. Strategi Percepatan
Strategi ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan dan
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.
d. Strategi Pemberdayaan
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi seluruh pemangku
kepentingan baik pemerintah, masyarakat, swasta maupun dunia usaha dalam
pembangunan.

II-3
e. Strategi Kesinambungan
Strategi ini bertujuan untuk mewujudkan serangkaian kegiatan pembangunan yang
berkelanjutan, dengan jalan mengantisipasi segala gejala dan dampak perkembangan
pembangunan yang terkoordinasi, tersinkronisasi serta terintegrasi dengan tetap
menjaga kelestarian sumber daya yang dimiliki.
f. Strategi Keserasian
Strategi ini bertujuan agar terjadi keharmonisan hubungan berbagai elemen
masyarakat didalam pelaksanaan pembangunan. Keserasian juga dimaksudkan dalam
pola hubungan kerja antara unit atau lembaga pemerintah dan antar wilayah
pembangunan, sehingga dapat dikembangkan kerjasama internal/lembaga, serta
kerjasama eksternal lintas daerah baik antar pemerintah maupun antar pelaku
pembangunan dalam membangun kota dengan berbagai bentuk kerjasama.

Pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 Bab II menjelaskan
bahwa pembangunan kesehatan di Kota Semarang selama 10 tahun terakhir menunjukan
perubahan yang positif. Perubahan derajat kesehatan masyarakat antara lain didukung oleh
tingkat ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta variabel primer lainnya seperti
ketersediaan tenaga medis dan paramedis, manajemen, kualitas pelayanan, dan kesadaran
masyarakat serta aspek lain yang bersifat sebagai penunjang terhadap kesehatan. Kondisi
Pembangunan kesehatan dapat dilihat dari 3 (tiga) indikator utama yang berpengaruh
terhadap keberhasilan bidang kesehatan yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Usia Harapan Hidup (UHH).

Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, dan pada tahun
2005 Angka Kematian Ibu sebesar 43/1000 Kelahiran Hidup (KH). Jumlah kematian ibu
maternal di Kota Semarang pada tahun 2005 sebanyak 10 orang dengan jumlah kelahiran
hidup sebanyak 21.445 orang atau 46 orang dari 100.000 KH. Kematian tersebut rata-rata
terjadi di tempat pelayanan rujukan, yaitu di Rumah Sakit akibat keterlambatan rujukan dari
pelayanan dasar Bidan Praktek Swasta (BPS). Hal ini dapat disebabkan karena terlambat
dalam penentuan diagnosa maupun dalam pengambilan keputusan klinik sehingga terlambat
sampai ditempat rujukan, pengaruh lain yang menentukan adalah sulitnya keluarga dalam
memutuskan keadaan untuk dirujuk.

Angka Kematian Bayi (AKB), Jumlah kematian bayi di Kota Semarang pada tahun
2005 sebesar 122 dari 21.445 Kelahiran Hidup (KH) yang terdiri dari 97 bayi (untuk
kematian perinatal dan neonatal). Dan kematian Balita sebanyak 25 anak. Ada banyak faktor

II-4
yang mempengaruhi tinggi rendahnya kematian bayi diantaranya tersedianya berbagai
fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil
serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan
modern. Menurunnya kematian bayi dalam beberapa tahun terakhir disebabkan adanya
peningkatan dalam kualitas hidup pelayanan kesehatan pada masyarakat. Angka Kematian
Balita (1-4 tahun) adalah jumlah kematian anak usia 1-4 tahun per 1.000 anak balita. Child
Mortality Rate (CMR) menggambarkan faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini
dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.
Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 136 anak/bayi.

Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Semarang sampai tahun 2005 mencapai 70 tahun,
angka ini di atas angka harapan hidup tingkat Nasional sebesar 65 tahun. Penyakit menular
masih menjadi masalah kesehatan di Kota Semarang, yakni dengan masih ditemukannya
beberapa kasus penyakit menular. Angka penyakit menular pada tahun 2005 sebagai berikut
jumlah penderita DBD sebanyak 2.297 kasus pada tahun 2005, jumlah penderita DBD
sebanyak 1.845 kasus, Jumlah penderita TB Paru BTA (+) sebanyak 812 kasus, jumlah HIV
positif 75 kasus, penderita AIDS sebanyak 11 kasus, penderita kasus narkoba 41 kasus, dan
NAPSA 102 kasus. Kondisi pelayanan kesehatan di Kota Semarang sampai dengan tahun 2005
untuk cakupan pelayanan kesehatan telah menjangkau ke seluruh wilayah, hal ini dapat
dilihat dari jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kota Semarang. Jumlah Rumah Sakit
sebanyak 14 buah, Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin sebanyak 30 buah, Puskesmas
37 buah dengan 11 Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Pembantu 33 buah. Puskesmas,
Puskesmas Perawatan dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan jumlah 70 buah sehingga ratarata tiap Kecamatan dilayani oleh 4 buah,
serta didukung oleh fasilitas kesehatan lainnya memberikan gambaran bahwa pelayanan
fasilitas kesehatan masyarakat telah mencukupi.

Ketersediaan fasilitas kesehatan yang ada di Kota Semarang, tidak hanya


dimanfaatkan oleh penduduk Kota Semarang, tetapi juga dimanfaatkan oleh penduduk di
hinterland Semarang seperti Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak,
Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Kendal. Kelengkapan fasilitas yang ditawarkan oleh RS
Umum dan RS Swasta di Kota Semarangmenjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk di
sekitar kota-kota Semarang. Dari tahun ke tahun sarana pelayanan kesehatan semakin
meningkat jumlahnya karena penduduk yang memanfaatkan fasilitas kesehatan semakin
meningkat jumlahnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Kota Semarang dan

II-5
kota-kota disekitarnya. Dengan adanya kenyataan ini, maka pembangunan kesehatan di Kota
Semarang merupakan peluang pengembangan investasi di bidang kesehatan.

2.2 RPJMD KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2015


2.2.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015 adalah :
1. Menetapkan Visi dan Misi Kepala Daerah Semarang Periode 2010-2015 yang memuat
Gambaran Umum Kondisi Daerah, Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan
Kerangka Pendanaan, Analisis Isu-isu Strategis, Strategi dan Arah Kebijakan, Indikasi
Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan, dan Penetapan
Indikator Kinerja Daerah.
2. Memberikan landasan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku
pembangunan daerah (Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) dalam mewujudkan
cita-cita dan tujuan pembangunan daerah secara berkesinambungan dan
berkelanjutan;
3. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.

2.2.2 Visi
Penentuan visi ini mendasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP) 2005 – 2025 dan penelusuran
jejak historis Kota Semarang sebagai kota niaga dimana pada jaman dahulu pernah
dinyatakan sebagai Kota Niaga terbesar kedua sesudah Batavia. Berdasar sejarah sebagai
kota niaga tersebut dan didukung oleh analisis potensi, faktor-faktor strategis yang ada pada
saat ini serta proyeksi pengembangan kedepan, maka dirumuskan visi sebagai berikut :

“TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA,


YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA”

Visi tersebut memiliki empat kunci pokok yakni Kota Perdagangan, Kota Jasa, Kota
Berbudaya, dan Masyarakat yang Sejahtera. Kota Perdagangan, mengandung arti Kota yang
mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi yang menitikberatkan pada aspek
perniagaan sesuai dengan karaktristik masyarakat kota, yang didalamnya melekat
penyelenggaraan fungsi jasa yang menjadi tulang punggung pembangunan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak meninggalkan potensi lainnya.

II-6
Pengembangan kota perdagangan diarahkan pada upaya untuk lebih meningkatkan
produktifitas, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kota secara keseluruhan.

2.2.3 Misi
Dalam mewujudkan Visi “Terwujudnya Semarang Kota Perdagangan Dan Jasa, Yang
Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera” ditempuh melalui 5 (lima) misi pembangunan
daerah sebagai berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang


berkualitas.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kualitas sumberdaya
manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi
luhur disertai toleransi yang tinggi dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan YME.
2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan
kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum.
Adalah penyelenggaraan pemerintah yang diarahkan pada pelaksanaan otonomi
daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-
prinsip pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintah yang bersih
(Clean Governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan Hak Asasi
Manusia. Perwujudan pelayanan publik mencakup beberapa aspek, yaitu sumber
daya aparatur, regulasi dan kebijakan serta standar pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan perekonomian
daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif yang berbasis pada potensi unggulan daerah, berorientasi ekonomi
kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat
lokal, nasional,regional, maupun internasional.
4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan.
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan pemanfaatan tata ruang dan
pembangunan infrastruktur wilayah secara efektif dan efisien dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat kota dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

II-7
5. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Adalah pembangunan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang memiliki kehidupan yang layak dan bermartabat serta terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia dengan titik berat pada penanggulangan kemiskinan, penanganan
penyandang masalah kesejahteraan sosial, pengarusutamaan gender dan
perlindungan anak serta mitigasi bencana.

2.2.4 Strategi
Strategi dan arah kebijakan dalam pelaksanaan misi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 dirumuskan sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat Kota Semarang yang Berkualitas
2. Mewujudkan Pemerintahan Kota yang Efektif dan Efisien, Meningkatkan Kualitas
Pelayanan Publik serta Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum.
3. Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Daerah.
4. Mewujudkan Tata Ruang Wilayah dan Infrastruktur yang Berkelanjutan.
5. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat.

2.2.5 Kebijakan Umum


1. Urusan Kesehatan
Kebijakan pada urusan kesehatan diarahkan pada meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui:
a. peningkatan pelayanan kesehatan;
b. peningkatan kualitas Tenaga kesehatan;
c. peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat miskin;
d. peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana kesehatan;
e. peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat pada upaya promotif dan
preventif; dan
f. peningkatan manajemen pelayanan kesehatan yang bermuara pada pelayanan
kesehatan menyeluruh (total/universal coverage).

Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 pada
Bab II menyebutkan selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) kondisi pembangunan
Kesehatan menunjukkan perubahan yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator bidang kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi selama 5 tahun menurun dari

II-8
98,08 % pada tahun 2005 menjadi 81,40 % tahun 2009. Demikian pula Angka persentase gizi
buruk mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 0,019 % menjadi 0,04 % tahun 2009.
Penurunan angka kelangsungan hidup dan peningkatan angka gizi buruk lebih disebabkan
adanya penyakit bawaan dan wabah penyakit yang disebabkan oleh vektor binatang seperti
Demam Berdarah. Upaya pengembangan paradigma hidup sehat harus menjadi perhatian
utama agar wabah penyakit menular tidak terulang. Namun demikian secara keseluruhan
Angka Usia harapan Hidup Kota Semarang di Kota Semarang sebesar 72,1, jauh melebihi
angka harapan hidup nasional sebesar 69,0 tahun.
Tabel 2.1
Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Indikator Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005-2009
Tahun
No Uraian
2006 2007 2008 2009 2010
1 Angka Kelangsungan Hidup Bayi per 98,08 80,29 81,32 80,29 81,40
1000 kelahiran hidup (%)
2 Angka Usia Harapan Hidup 71,8 71,9 71,9 72 72,1
3 Presentase Gizi Buruk 0,019% 0,017% 0,04% 0,033% 0,04%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah perilaku hidup


sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan. Pemerintah Kota Semarang, telah
berupaya menyediakan fasilitas kesehatan yang dari tahun ketahun semakin dapat
menjangkau pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat Kota Semarang. Kondisi kinerja
pembangunan bidang kesehatan selama 5 tahun (2005-2009) dapat dilihat dari Ratio
Puskesmas, Poliklinik, Pustu per 1000 penduduk dari tahun 2005-2009 yang menunjukkan
penurunan dari 0,20 tahun 2005 menjadi 0,19 pada tahun 2009. Ratio RS per 1000 satuan
penduduk menurun dari 0,16 pada tahun 2005 menjadi 0,15 pada tahun 2009, ratio dokter
persatuan penduduk meningkat dari tahun 2005 sebesar 1,05 menjadi 2,17 pada tahun 2009,
ratio tenaga medis per 1000 satuan penduduk meningkat dari 1,89 tahun 2005 menjadi 2,39
pada tahun 2009, cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan telah mencapai 100%,
cakupan pelayanan Puskesmas dari tahun 2005-2009 tetap sebesar 231,25 %, Incident rate
DBD per 100.000 penduduk tahun 2005 sebesar 164 menjadi 262,1 pada tahun 2009. Jumlah
penderita HIV positif memiliki kecenderungan meningkat dalam empat tahun terakhir (2005-
2008). Tercatat terdapat 50 penderita di tahun 2005 dan terus meningkat selama 2006
sampai 2009 yaitu berturut-turut : 179 orang, 195 orang, 199 orang dan 323 orang.

II-9
Demikian halnya dengan pengidap AIDS yang juga mengalami peningkatan selama
tiga tahun berturut-turut (2005-2007) yaitu dari 11 penderita, 25 penderita dan 33
penderita. Pada satu tahun terakhir jumlah pengidap AIDS mengalami penurunan menjadi 15
penderita di tahun 2008. Namun pada tahun 2009 jumlah penderita kembali meningkat
menjadi 19 penderita. Permasalahan pelayanan urusan kesehatan yang perlu mendapat
perhatian adalah menurunkan Incident rate DBD dengan melibatkan seluruh komponen
masyarakat. Berikut gambaran perkembangan pelayanan umum bidang kesehatan selama 5
tahun sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.2
Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
Tahun
No Indikator
2005 2006 2007 2008 2009
1 Rasio Posyandu per satuan 12,51 12,40 12,68 12,60 12,60
balita
2 Rasio Puskesmas, poliklinik, 0,20 0,19 0,21 0,18 0,19
pustu per satuan penduduk x
1000
3 Rasio RS per satuan penduduk 0,16 0,16 0,17 0,16 0,15
x 1000
4 Rasio dokter per satuan 1,05 1,36 1,82 2,22 2,17
penduduk
5 Rasio tenaga medis per satuan 1,89 2,00 2,06 2,37 2,39
penduduk x 1000
6 cakupan komplikasi 58,50% 60,53% 61,77% 72,89% 96,65%
kebidanan yang ditangani
7 Cakupan pertolongan 90,31% 97,29% 90,17% 92,15% 96,65%
persalinan oleh tenaga
kesehatan
8 Cakupan kelurahan UCI 79,10% 76,84% 78,5% 91% 96,65%
9 Cakupan balita gizi buruk 100% 100% 100% 100% 100%
mendapat perawatan
10 Penemuan dan penanganan 55,24% 59% 49% 48% 50%
penderita penyakit TBC BTA
11 Cakupan pelayanan kesehatan - 9,95% 10,73% 3,84% 9,01%
rujukan pasien masyarakat
miskin
12 Cakupan kunjungan bayi 92,90% 94,39% 92,90% 106,8% 121%
13 Cakupan puskesmas 231,25% 231,25% 231,25% 231,25% 231,25%
14 Cakupan pembantu 19,77% 19,77% 19,77% 20,33% 20,33%
puskesmas
15 Incident Rate DBD/100.000 164 130 198,4 360,8 262,1
penduduk
16 Penemuan kasus TB BTA pos 55 59 49 47 50
(CDR)
17 Kesembuhan penderita TB 79 70 67 74 63
ATA pos (cure rate)
18 Klien klinik VCT test HIV 71,5 95,1 75,86 17 92
19 Prevalensi HIV – AIDS per 1,17 1,15 1,3 2 2,2
10.000 penduduk yang

II-10
beresiko
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah

Tabel 2.3
Aspek Pelayanan Masyarakat Miskin Kota Semarang
Tahun 2005-2009
Tahun
No Indikator
2005 2006 2007 2008 2009
1 Penerima Jamkesmas (Jiwa) - - - 306.700 306.700
2 Penerima Jamkesda (Jiwa) - - - 192.285 192.285
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah

2.3 RENCANA STRATEGIS KEMENTRIAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019


Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 yaitu yang tertuang
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 menyebutkan bahwa tidak ada visi dan misi, namun mengikuti
visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”.

2.3.1 Tujuan
Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)
meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang
kesehatan.

Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus


kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal, dan kelompok lansia.

Tujuan indikator Kementerian Kesehatan bersifat dampak (impact atau outcome).


dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.00 kelahiran hidup (SP 2010), 346
menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

2. Menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup.

3. Menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%.

4. Meningkatnya upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan


masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

5. 5. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

II-11
Sedangkan dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan, maka
ukuran yang akan dicapai adalah:

1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah


memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%

2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi


8,00.

2.3.2 Sasaran Strategis


Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:
1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%.
b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.
c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.

2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar


40%.
b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu
sebesar 40%.
c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100%.
d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.

3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi
sebanyak 5.600.
b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi sebanyak 481
kab/kota.

4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan,
dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.

II-12
b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang diproduksi di
dalam negeri sebanyak 35 jenis.
c. Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat
sebesar 83%.

5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan sebanyak
5.600 Puskesmas.
b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3
dokter spesialis penunjang sebesar 60%.
c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak 56,910
orang.

6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang akan


dicapai adalah:
a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan
kesehatan.
b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam
pelaksanaan SPM sebesar 80%.

7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan sebesar
20%.
b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk
mendukung kesehatan sebanyak 15.
c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang
diimplementasikan sebanyak 40.

8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-evaluasi,


dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran kesehatan
terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi.
b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100 rekomendasi.

II-13
9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah.
b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan kesehatan
yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau pemangku
kepentingan sebanyak 120 rekomendasi.
c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan dan gizi
masyarakat sebanyak 5 laporan.

10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian negara
≤1% sebesar 100%.

11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.
b. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja
minimal baik sebesar 94%.
12. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang akan
dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas
secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.
b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk
akses pelayanan e-health sebesar 50%.

2.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi Kementrian Kesehatan


Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni:

1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)

Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis


upaya yaitu:

a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.

II-14
b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat.

c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.

d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.


Untuk penguatan ke tiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi Puskesmas,
dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM; 2) peningkatan kemampuan teknis dan
manajemen Puskesmas; 3) peningkatan pembiayaan; 4) peningkatan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP); dan 5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas.

Peningkatan sumber daya manusia di Puskesmas diutamakan untuk ketersediaan 5


jenis tenaga kesehatan yaitu: tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga
gizi, tenaga kefarmasian dan analis kesehatan. Upaya untuk mendorong tercapainya target
pembangunan kesehatan nasional, terutama melalui penguatan layanan kesehatan primer,
Kementerian Kesehatan mengembangkan program Nusantara Sehat. Program ini
menempatkan tenaga kesehatan di tingkat layanan kesehatan primer dengan metode team-
based.

Kemampuan manajemen Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan mutu sistem


informasi kesehatan, mutu perencanaan di tingkat Puskesmas dan kemampuan teknis untuk
pelaksanaan deteksi dini masalah kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pemantauan
kualitas kesehatan lingkungan.

Pembiayaan Puskesmas diarahkan untuk memperkuat pelaksanaan promotif dan


preventif secara efektif dan efisien dengan memaksimalkan sumber pembiayaan Puskesmas.

Pengembangan sistem informasi kesehatan di Puskesmas diarahkan untuk


mendapatkan data dan informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan
yang dilakukan secara tepat waktu dan akurat.

Pelaksanaan akreditasi Puskesmas dimaksudkan untuk meningkatkan mutu


pelayanan kesehatan dan difokuskan pada daerah yang menjadi prioritas pembangunan
kesehatan.

2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care).

Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan


keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita,
remaja, usia kerja dan usia lanjut.

II-15
3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.

Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi,


balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok-kelompok berisiko,
serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah bermasalah
kesehatan.

2.4 RTRW KOTA SEMARANG TAHUN 2011-2031


2.4.1 Visi
Penataan ruang Kota Semarang harus selaras dengan visi pembangunan Kota
Semarang. Berdasarkan hal di atas visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Semarang adalah :

“Kota Metropolitan yang Religius, Tertib dan Berbudaya”

Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan diusahakan perwujudannya yaitu
kota metropolitan yang religius, tertib dan berbudaya.

KOTA METROPOLITAN, mengandung arti bahwa Kota Semarang mempunyai sarana


prasarana yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan hinterland-nya dengan
aktivitas ekonomi utama berupa perdagangan, jasa, dan industri serta didukung sektor
ekonomi lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Metropolitan juga
mengandung makna dapat menjamin kehidupan masyarakatnya yang aman, tentram, lancar,
asri, sehat dan berkelanjutan.

RELIGIUS, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Semarang meyakini kebenaran ajaran
dan nilai-nilai agama/kepercayaan serta mengamalkannya dalam wujud keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjunjung tinggi toleransi dan
kepedulian dalam menjalankan kehidupannya.

TERTIB mempunyai arti bahwa setiap masyarakat secara sadar menggunakan hak dan
menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan
pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur dan pasti, senantiasa berpedoman pada
sistem ketentuan perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya sikap disiplin,
teratur, menghargai waktu sebagai ciri perilaku hidup masyarakat yang maju.

BERBUDAYA mempunyai arti bahwa setiap perilaku kehidupan masyarakat yang dilandasi
oleh etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, norma yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat serta diyakini sebagai nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang
diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial sebagai identitas penyelenggaraan pemerintahan

II-16
dan pelaksanaan pembangunan.

2.4.2 Misi
Dalam mewujudkan visi, ditempuh melalui 5 misi pembangunan daerah sebagai
berikut :

1. Mewujudkan sumberdaya manusia Kota Semarang yang berkualitas, adalah


pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang
memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur disertai
toleransi yang tinggi dengan tetap memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan YME.

2. Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan


politik yang demokratis dan bertanggung jawab, adalah penyelenggaraan pemerintah
yang diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan
akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik
(Good Governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia.

3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, adalah pembangunan yang


diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur
perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada
potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis
yang mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.

4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, adalah


pembangunan yang diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan
peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi,
seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

5. Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, adalah pembangunan yang


diprioritaskan pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang masalah
kesejahteraan sosial, pengarusutamaan gender dan perlindungan anak serta mitigasi
bencana.

II-17
2.4.3 Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang adalah terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat
perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.

2.4.4 Kebijakan dan Strategi


Dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031 pada Bab II menyebutkan kebijakan dan
strategi penataan ruang adalah sebagai berikut.

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang


(1) Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a meliputi :
a. pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan
dan jasa berskala internasional
b. peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan; dan
c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum.

(2) Strategi pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan


perdagangan dan jasa berskala internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi :
a. menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang;
b. mengembangkan pelayanan pelabuhan laut dan bandar udara sebagai pintu
gerbang nasional;
c. mengembangkan pusat perdagangan modern dan tradisional berskala
internasional;
d. mengembangkan kegiatan pendidikan menengah kejuruan, akademi, dan
perguruan tinggi;
e. mengembangkan kegiatan wisata alam dan wisata budaya; dan
f. mengembangkan kegiatan jasa pertemuan dan jasa pameran.

(3) Strategi peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi kegiatan antar
pusat pelayanan kegiatan kota.
b. mengembangkan jalan lingkar dalam (inner ring road) jalan lingkar tengah
(middle ring road), jalan lingkar luar (outer ring road), dan jalan radial;

II-18
c. meningkatkan pelayanan moda transportasi yang mendukung tumbuh dan
berkembangnya pusat pelayanan kegiatan kota;
d. mengembangkan sistem transportasi massal;
e. mengembangkan terminal angkutan umum regional, terminal angkutan umum
dalam kota, sub terminal angkutan umum;
f. mengembangkan terminal barang yang bersinergi dengan pelabuhan laut; dan
g. meningkatkan integrasi sistem antar moda.

(4) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana
umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :
a. mendistribusikan sarana lingkungan di setiap pusat kegiatan sesuai fungsi
kawasan dan hirarki pelayanan;
b. mengembangkan sistem prasarana energi;
c. mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi pada kawasan
pertumbuhan ekonomi;
d. mengembangkan prasarana sumber daya air;
e. meningkatkan sistem pengelolaan persampahan dengan teknik-teknik yang
berwawasan lingkungan;
f. meningkatkan kualitas air bersih menjadi air minum;
g. meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah; dan
h. mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang


(1) Kebijakan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
a meliputi :
a. peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;
b. pelestarian kawasan cagar budaya; dan
c. peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh
wilayah Kota.

(2) Strategi peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. mengembalikan dan mengatur penguasaan tanah sesuai peruntukan fungsi lindung
secara bertahap untuk Negara;
b. meningkatkan nilai konservasi pada kawasan-kawasan lindung; dan

II-19
c. menetapkan kawasan yang memiliki kelerengan di atas 40 % (empat puluh persen)
sebagai kawasan yang berfungsi lindung.

(3) Strategi pelestarian kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi :
a. meningkatkan nilai kawasan bersejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi; dan
b. mengembangkan potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah.

(4) Strategi peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh
wilayah Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :

a. mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang ada;


b. mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi;
c. meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan pusat kota;
d. mengembangkan kegiatan agroforestry di kawasan pertanian lahan kering yang
dimiliki masyarakat;
e. mengembangkan inovasi dalam penyediaan ruang terbuka hijau; dan
f. mengembangkan kemitraan atau kerjasama dengan swasta dalam penyediaan dan
pengelolaan ruang terbuka hijau.

(1) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


huruf b meliputi :
a. pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung;
b. pengembangan ruang kota yang kompak dan efisien; dan
c. pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai.

(2) Strategi pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. mengarahkan kawasan terbangun kepadatan rendah di kawasan bagian atas;
b. mengoptimalkan pengembangan kawasan pusat kota; dan
c. membatasi pengembangan kawasan industri.

(3) Strategi perwujudan pemanfaatan ruang kota yang kompak dan efisien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. mengembangkan kawasan budidaya terbangun secara vertikal di kawasan pusat kota;
dan

II-20
b. mengembangkan ruang-ruang kawasan yang kompak dan efisien dengan sistem
insentif dan disinsentif.
(4) Strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi :
a. mengelola dan mengembangkan reklamasi pantai yang mendukung kelestarian
lingkungan dan keberlanjutan penghidupan masyarakat;
b. mengembangkan kolam tampung air dan tanggul pantai untuk menanggulangi
potensi banjir dan rob; dan
c. melakukan penghijauan kawasan pantai.

C. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis

(1) Kebijakan pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
c meliputi :
a. pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;
b. pengembangan kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup; dan
c. pengembangan kawasan strategis sosial budaya.

(2) Strategi pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. menetapkan kawasan pusat kota sebagai kawasan bisnis dengan kegiatan utama
perdagangan jasa berskala internasional; dan
b. mengatur pemanfaatan kawasan sekitar pelabuhan untuk mendorong perannya
sebagai pintu gerbang manusia dan barang.

(3) Strategi pengembangan kawasan strategis daya dukung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi :
a. mengembangkan sistem pengendali banjir dan sumber air baku;
b. mengatur pemanfaatan kawasan reklamasi dengan memadukan perlindungan
lingkungan dan pengembangan kawasan; dan
c. meningkatkan nilai ekonomi dan nilai sosial kawasan tanpa mengganggu fungsi
utama kawasan.

(4) Strategi pengembangan kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c meliputi :
a. memelihara dan melestarikan kawasan bangunan bersejarah;
b. mengembangkan pemanfaatan bangunan dalam rangka pelestarian; dan

II-21
c. pengembangan kegiatan kepariwisataan.

2.4.5 Rencana Sistem Pusat Pelayanan


a. Rencana Pembagian Wilayah Kota
Rencana pembagian Wilayah Kota (BWK) Kota Semarang yaitu :
a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur dan
Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223 (dua ribu dua ratus
dua puluh tiga) hektar;
b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan luas
kurang lebih 1.320 (seribu tiga ratus dua puluh) hektar;
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara
dengan luas kurang lebih 3.522 (tiga ribu lima ratus dua puluh dua) hektar;
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 (dua ribu
tujuh ratus tiga puluh delapan) hektar;
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan luas
kurang lebih 2.622 (dua ribu enam ratus dua puluh dua) hektar;
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420 (empat
ribu empat ratus dua puluh) hektar;
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih 2.509 (dua
ribu lima ratus sembilan) hektar;
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih 5.399 (lima
ribu tiga ratus Sembilan puluh sembilan) hektar;
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 (enam ribu
dua ratus tiga belas) hektar; dan
j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas kurang
lebih 6.393 (enam ribu tiga ratus Sembilan puluh tiga) hektar.

Rencana pengembangan fungsi utama masing-masing BWK meliputi :


a. perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, BWK II, BWK III;
b. pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II;
c. transportasi udara dan transportasi laut di BWK III;
d. industri di BWK IV dan BWK X;
e. pendidikan di BWK VI dan BWK VIII;
f. perkantoran militer di BWK VII; dan
g. kantor pelayanan publik di BWK IX.

II-22
Peta 2.1
Peta Pembagian BWK Kota Semarang

II-23
b. Pusat pelayanan kota

Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan Provinsi,


pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan pemerintahan yang
dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi kantor Gubernur dan kantor
Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan publik lainnya.

Selain itu pusat pelayanan kota juga sebagai pusat kegiatan perdagangan modern dan
jasa komersial yang dilengkapi dengan :

a. Pusat perbelanjaan skala kota;


b. Hotel dan penginapan;
c. Perkantoran swasta;
d. Jasa akomodasi pariwisata lainnya.

c. Sub pusat pelayanan kota


Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat BWK yang dilengkapi dengan sarana
lingkungan perkotaan skala pelayanan BWK yang meliputi :

a. Sarana perdagangan dan jasa


b. Sarana pendidikan
c. Sarana kesehatan
d. Sarana peribadatan
e. Sarana pelayanan umum
Sub pusat pelayanan kota di BWK III meliputi Kelurahan Cabean, Kelurahan Salaman
Mloyo, dan Kelurahan Karangayu.

d. Pusat Lingkungan
Pusat lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala
pelayanan sebagian BWK, meliputi :

a. Sarana perdagangan;
b. Sarana pendidikan;
c. Sarana kesehatan;
d. Sarana peribadatan; dan
e. Sarana pelayanan umum.

II-24
Rencana pengembangan pusat lingkungan di BWK III meliputi :
a. Pusat lingkungan III.2 terdapat di Kelurahan Kuningan dengan daerah pelayanan
Kelurahan Purwosari, Kelurahan Dadapsari;
b. Pusat lingkungan III.3 terdapat di Kelurahan Panggung Lor dengan daerah
pelayanan Kelurahan Panggung Kidul, Kelurahan Plombokan, Kelurahan Bulu
Lor;

2.4.6 Rencana Kawasan Budidaya

a. Kawasan hutan produksi


b. Kawasan perumahan
c. Kawasan perdagangan dan jasa
d. Kawasan perkantoran
e. Kawasan pendidikan
f. Kawasan industri
g. Kawasan olahraga
h. Kawasan wisata
i. Kawasan transportasi
j. Kawasan pertahanan keamanan
k. Kawasan peruntukan pertanian
l. Kawasan peruntukan perikanan
m. Kawasan peruntukan pertambangan
n. Kawasan peruntukan pelayanan umum
Kawasan peruntukan pelayanan umum meliputi kawasan kawasan fasilitas
kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan keselamatan.
Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan umum dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan skala pelayanan lingkungan, sub pelayanan kota, dan
pelayanan kota.
o. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

2.5 RENCANA STRATEGIS PUSKESMAS BULU LOR TAHUN 2016-2020

2.5.1 Visi

Puskesmas Bulu Lor memiliki visi sebagai berikut:

“ TERWUJUDNYA PELAYANAN PRIMA DI BIDANG KESEHATAN UNTUK MENJADIKAN


PUSKESMAS BULU LOR PUSKESMAS UNGGULAN”
Makna visi tersebut adalah :

II-25
1) Pelayanan Prima adalah memberikan pelayanan terbaik sesuai standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di puskesmas secara
wajar, effisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika,
hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah, serta masyarakat konsumen, sehingga dapat memenuhi harapan dan kepuasan
pelanggan/masyarakat pengguna jasa pelayanan.
2) Kesehatan mengandung makna terciptanya masyarakat yang sehat secara fisik, mental dan
psiko-sosial yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indikator derajat kesehatan
masyarakat dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
3) Puskesmas unggulan adalah puskesmas yang diminati pelanggan/masyarakat.

2.5.2 Misi
Puskesmas Bulu Lor menetapkan Misi sebagai berikut:

Misi Pertama : “Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah, cepat, dan tepat”.
Yang mengandung makna sebagai berikut:

 Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dalam


penyelengaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
 Pelayanan kesehatan yang mudah adalah pelayanan kesehatan yang dapat di akses oleh
pasien dengan prosedur yang tidak berbelit-belit dan tidak menyusahkan pasien.
 Pelayanan kesehatan yang cepat adalah pelaksanaan pelayanan yang dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
 Pelayanan kesehatan yang tepat adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan yang di hadapi oleh
pasien.
Misi kedua : “Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat”
Kualitas sumber daya Manusia dan lingkungan yang baik akan sangat menentukan
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas Bulu Lor menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya. Sehingga puskesmas harus mendorong kemandirian hidup sehat seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi
resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta
ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Kemandirian perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

II-26
2.5.3 Tujuan
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut diatas, Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang
menetapkan tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mewujudkan misi “Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, mudah, cepat,
dan tepat” maka ditetapkan tujuan :
1) Meningkatkan Kualitas manajemen dan SDM Puskesmas;
2) Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas sarana dan prasarana Puskesmas;
3) Meningkatnya Cakupan, Jenis, dan Kualitas Layanan Puskesmas;
4) Optimalisasi Pendapatan dan Efisiensi Belanja Puskesmas.
b. Untuk mewujudkan misi ”Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat” maka ditetapkan tujuan :
1) Meningkatkan kemitraan lintas sektor dan pemberdayaan masyarakat untuk
melindungi dan memelihara kesehatan dan lingkungannya.

2.5.4 Kebijakan
Kebijakan-kebijakan yang ada saat ini yang diacu antara lain adalah:
1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2012.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Perubahannya.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

II-27
2.6 Matriks Kebijakan

Tabel 2.4
Matriks Kebijakan
RENSTRA Puskesmas
Aspek RPJPD RPJMD RENSTRA KEMENKES RTRW
Bulu Lor
Visi Semarang Kota Terwujudnya Semarang Kota Metropolitan yang Terwujudnya Pelayanan
Metropolitan yang religius, Kota Perdagangan dan Jasa, Religius, Tertib dan Prima di Bidang Kesehatan
tertib dan berbudaya Yang Berbudaya Menuju - Berbudaya Untuk Menjadikan
Masyarakat Sejahtera Puskesmas Bulu Lor
Puskesmas Unggulan
Misi a. Mewujudkan a. Mewujudkan a. Mewujudkan sumberdaya Misi Pertama : Memberikan
sumberdaya manusia sumberdaya manusia manusia Kota Semarang pelayanan kesehatan yang
Kota Semarang yang dan masyarakat Kota yang berkualitas bermutu, mudah, cepat, dan
berkualitas, Semarang yang b. Mewujudkan tata tepat
b. Mewujudkan tata berkualitas. kepemerintahan yang baik Misi kedua : Meningkatkan
kepemerintahan yang b. Mewujudkan (good governance) dan kemandirian masyarakat
baik (good pemerintahan kota yang kehidupan politik yang untuk berperilaku hidup
governance) dan efektif dan efisien, demokratis dan bersih dan sehat
kehidupan politik yang meningkatkan kualitas bertanggung jawab
demokratis dan pelayanan publik, serta c. Mewujudkan kemandirian
bertanggung jawab, menjunjung tinggi dan daya saing daerah
-
c. Mewujudkan supremasi hukum. d. Mewujudkan tata ruang
kemandirian dan daya c. Mewujudkan wilayah dan infrastruktur
saing daerah kemandirian dan daya yang berkelanjutan
d. Mewujudkan tata saing daerah. e. Mewujudkan
ruang wilayah dan d. Mewujudkan tata ruang Kesejahteraan Sosial
infrastruktur yang wilayah dan Masyarakat
berkelanjutan, infrastruktur yang
e. Mewujudkan berkelanjutan.
Kesejahteraan Sosial e. Mewujudkan
Masyarakat Kesejahteraan Sosial
Masyarakat
Tujuan Menjadi pedoman bagi 1. Menetapkan Visi dan a. Meningkatnya status Terwujudnya Kota Semarang a. Meningkatkan Kualitas

II-28
RENSTRA Puskesmas
Aspek RPJPD RPJMD RENSTRA KEMENKES RTRW
Bulu Lor
penyusunan Rencana Misi Kepala Daerah kesehatan masyarakat dan sebagai pusat perdagangan manajemen dan SDM
Pembangunan Jangka Semarang Periode 2010- b. Meningkatnya daya dan jasa berskala Puskesmas;
Menengah Daerah 2015 yang memuat tanggap (responsiveness) internasional yang aman, b. Meningkatkan
(RPJMD) yang memuat visi, Gambaran Umum dan perlindungan nyaman, produktif, dan Kuantitas dan
misi, arah dan program Kondisi Daerah, masyarakat terhadap berkelanjutan. Kualitas sarana
Walikota Semarang. Gambaran Pengelolaan risiko sosial dan finansial dan prasarana
Keuangan Daerah dan di bidang kesehatan. Puskesmas;
Kerangka Pendanaan, c. Meningkatnya
Analisis Isu-isu Strategis, Cakupan, Jenis,
Strategi dan Arah dan Kualitas
Kebijakan, Indikasi Layanan
Rencana Program Puskesmas;
Prioritas yang disertai d. Optimalisasi
Kebutuhan Pendanaan, Pendapatan dan
dan Penetapan Indikator Efisiensi Belanja
Kinerja Daerah. Puskesmas.
2. Memberikan landasan e. Meningkatkan
sekaligus menjadi acuan kemitraan lintas
bagi seluruh komponen sektor dan
pelaku pembangunan pemberdayaan
daerah (Pemerintah, masyarakat untuk
dunia usaha dan melindungi dan
masyarakat) dalam memelihara
mewujudkan cita-cita kesehatan dan
dan tujuan lingkungannya.
pembangunan daerah
secara
berkesinambungan dan
berkelanjutan;
3. Mewujudkan keterkaitan
dan konsistensi antara
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan dan
pengawasan
pembangunan daerah.

II-29
RENSTRA Puskesmas
Aspek RPJPD RPJMD RENSTRA KEMENKES RTRW
Bulu Lor
Kebijakan - Kebijakan pada urusan 1. Penguatan Pelayanan a. pemantapan pusat
kesehatan diarahkan pada Kesehatan Primer (Primary pelayanan kegiatan yang
meningkatkan derajat Health Care) memperkuat kegiatan
kesehatan masyarakat 2. Penerapan Pendekatan perdagangan dan jasa
melalui: Keberlanjutan Pelayanan berskala internasional;
a. peningkatan pelayanan (Continuum Of Care). b. peningkatan aksesbilitas
kesehatan; 3. Intervensi Berbasis Risiko dan keterkaitan antar
b. peningkatan kualitas Kesehatan. pusat kegiatan; dan
Tenaga kesehatan; c. peningkatan kualitas dan
c. peningkatan pelayanan jangkauan pelayanan
kesehatan masyarakat sistem prasarana sarana
miskin; umum.
d. peningkatan kualitas d. peningkatan pengelolaan
dan kuantitas sarana kawasan yang berfungsi
prasarana kesehatan; lindung;
e. peningkatan perilaku e. pelestarian kawasan cagar
dan kemandirian budaya; dan
masyarakat pada upaya f. peningkatan dan
-
promotif dan preventif; penyediaan ruang terbuka
dan hijau yang proporsional di
f. peningkatan manajemen seluruh wilayah Kota.
pelayanan kesehatan g. pengaturan
yang bermuara pada pengembangan kawasan
pelayanan kesehatan budidaya sesuai dengan
menyeluruh daya dukung dan daya
(total/universal tampung;
coverage). h. pengembangan ruang kota
yang kompak dan efisien;
dan
i. pengelolaan dan
pengembangan kawasan
pantai.
j. pengembangan kawasan
strategis pertumbuhan
ekonomi;
k. pengembangan kawasan

II-30
RENSTRA Puskesmas
Aspek RPJPD RPJMD RENSTRA KEMENKES RTRW
Bulu Lor
strategis daya dukung
lingkungan hidup; dan
l. pengembangan kawasan
strategis sosial budaya.
Strategi a. Peningkatan kualitas a. Mewujudkan Sumber a. pemantapan pusat Kebijakan-kebijakan yang
SDM Daya Manusia dan pelayanan kegiatan yang ada saat ini yang diacu
b. Pemerataan Masyarakat Kota memperkuat kegiatan antara lain adalah:
c. Percepatan Semarang yang - perdagangan dan jasa
a. Undang Undang Nomor
d. Pemberdayaan Berkualitas berskala internasional
1 Tahun 2004 Tentang
e. Kesinambungan b. Mewujudkan b. peningkatan aksesbilitas
Perbendaharaan Negara.
Pemerintahan Kota yang dan keterkaitan antar
b. Peraturan Pemerintah
Efektif dan Efisien, pusat kegiatan
Nomor 23 Tahun 2005
Meningkatkan Kualitas c. peningkatan kualitas dan
Tentang Pengelolaan
Pelayanan Publik serta jangkauan pelayanan
Keuangan Badan
Menjunjung Tinggi sistem prasarana sarana
Layanan Umum, yang
Supremasi Hukum. d. peningkatan pengelolaan
telah dirubah dengan
c. Mewujudkan kawasan yang berfungsi
Peraturan Pemerintah
Kemandirian dan Daya lindung
Nomor 74 Tahun 2012.
Saing Daerah. e. pelestarian kawasan cagar
c. Peraturan Pemerintah
d. Mewujudkan Tata Ruang budaya
Nomor 58 Tahun 2005
Wilayah dan f. peningkatan dan
Tentang Pengelolaan
Infrastruktur yang penyediaan ruang terbuka
Keuangan Daerah
Berkelanjutan. hijau yang proporsional di
d. Peraturan Pemerintah
e. Mewujudkan seluruh wilayah Kota
Nomor 65 Tahun 2005
Kesejahteraan Sosial g. pengaturan
Tentang Pedoman
Masyarakat. pengembangan kawasan
Penyusunan dan
budidaya sesuai dengan
Penerapan Standar
daya dukung dan daya
Pelayanan Minimal.
tampung
e. Peraturan Menteri
h. perwujudan pemanfaatan
Dalam Negeri Nomor 13
ruang kota yang kompak
Tahun 2006 Tentang
dan efisien
Pedoman Pengelolaan
i. pengelolaan dan
Keuangan Daerah dan
pengembangan kawasan
Perubahannya.
pantai
f. Peraturan Menteri
j. pengembangan kawasan

II-31
RENSTRA Puskesmas
Aspek RPJPD RPJMD RENSTRA KEMENKES RTRW
Bulu Lor
strategis pertumbuhan Dalam Negeri Nomor 61
ekonomi Tahun 2007 Tentang
k. pengembangan kawasan Pedoman Teknis
strategis daya dukung Pengelolaan Keuangan
lingkungan hidup Badan Layanan Umum
l. pengembangan kawasan Daerah.
strategis sosial budaya
Sumber: Tim Penyusun 2015

II-32
II-33

Anda mungkin juga menyukai