Trend masyarakat sekarang ini cenderung kepada hal-hal yang bersifat destruktif moral. Lebih setengah (55%) dari 1.700 orang tua dengan anak berumur 11 sampai 17 tahun sangat sepakat bahwa media sosial menghambat atau bahkan merusak perkembangan moral. Jajak ini merupakan bagian dari proyek Universitas Birmingham, Inggris tengah. (BBC Indonesia ; bbc.com/indonesia/majalah/2016/07/160718_majalah_mediasosial_moral). Globalisasi sosial media, internet dan kemudahan teknologi lainnya telah mendorong banyak pengaruh negatif baik dari dalam maupun luar negri. Sifat dasar manusia yang mudah mengingat hal negatif juga trend masyarakat indonesia sekarang yang mementingkan viralitas dengan mehalalkan segala cara, bahkan dengan mengumbar kebodohan mereka sendiri. Viralitas yang didapatkan sebagian seleb sosial media yang mengekspose kekonyolan mereka , seperti Nuraini dengan aplikasi tiktoknya, Bowo dengan meet and greet berbayar kurang bermutu yang akhirnya dihujat netizen, dan yang sedang trending saat ini adalah prank telefon palsu dengan kata-kata kurang pantas agar mendapat respon dari target juga viewers- nya. Sebenarnya pelaku-pelaku seperti Nuraini, Bowo, dan para pranker juga merupakan korban dari trend kurang sehat yang dibangun masyarakat kita. Trend negatif berupa maraknya judgement negatif dalam tiap platfrom namun dibarengi minat masyarakat yang lebih menyukai hal-hal konyol terekspose, semakin merontokkan norma ketimuran yang ada di negara kita. Rasa malu dan rasa saling menghormati sepertinya mulai menghilang dari generasi muda sekarang ini. Kita sebagai generasi penerus alangkah baiknya menyadari serta memerangi trend negatif yang bermunculan dikalangan masyarakat saat ini dengan menampilkan konten-konten positif kreatif yang menarik agar trend negatif ini dapat bergeser menjadi trend positif. Dengan demikian, kerusakan moral yang mulai menggerogoti generasi milenial dapat diminimalisir.