Anda di halaman 1dari 13

Proposal Skripsi Ekonomi Islam Tentang Pengaruh Tingkat Kenaikan Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank

Syariah (Studi Kasus Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Ciledug)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan
perubahan perekonomian dalam negeri yang drastis. Kenaikan harga BBM akan diikuti oleh kenaikan
harga jasa dan barang-barang yang lain di masyarakat. Hal ini menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia
mengalami kenaikan dan semakin mempersulit kondisi ekonomi masyarakat terutama mereka yang
berpenghasilan tetap. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah mengambil langkah-langkah
kebijakan untuk menstabilkan kembali kondisi perekonomian yang sempat bergejolak.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter bertugas untuk mengatur jumlah peredaran uang di masyarakat.
Tingkat inflasi juga sangat berhubungan dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Karena tingkat
inflasi mengalami peningkatan akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM maka salah satu
langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan laju inflasi adalah dengan menaikkan
tingkat suku bunga. Kebijakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia ini
dikenal dengan istilah politik diskonto yang merupakan salah satu instrumen dari kebijakan moneter.

Eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam
menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor riil dengan pemilik dana. Dengan demikian,
fungsi utama sektor perbankan dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam
konteks bagaimana menjadikan uang efektif untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang dalam masyarakat. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utama.

Dalam melaksanakan fungsinya, bank membeli uang dari masyarakat dengan harga tertentu yang lazim
disebut bunga kredit. Sebaliknya bank akan menjual uang dalam bentuk pemberian uang pinjaman
dengan harga tertentu yang lazim disebut bunga debet. Dengan demikian, bank akan mendapatkan
keuntungan dari selisih antara harga jual dengan harga beli uang tersebut. Padahal para ulama
berpendapat bahwa dalam syariat Islam bunga tersebut dinilai sebagai riba yang dilarang oleh agama.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip
muamalat sebagai alternatif perbankan dalam bentuk kegiatan usaha bank syariah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Bank Syariah adalah sistem perbankan yang sesuai dengan syariat Islam.
Adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum akan mempengaruhi peran intermediasi
dunia perbankan dalam perekonomian Indonesia. Bank-bank umum (konvensional) dalam
operasionalnya sangat tergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku, karena keuntungan bank
konvensional berasal dari selisih antara bunga pinjam dengan bunga simpan. Sedangkan dalam bank
syariah tidak mengenal sistem bunga, yang ada adalah prinsip bagi hasil (profit sharing) antara bank
dengan nasabah dalam pengelolaan dananya.

Walaupun demikian, dengan adanya kenaikan tingkat suku bunga pada bank-bank umum baik langsung
maupun tidak langsung akan membawa dampak terhadap kinerja bank syariah. Dengan naiknya tingkat
suku bunga maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada bank
konvensional. Sehingga orang akan cenderung untuk menyimpan dananya di bank konvensional daripada
di bank syariah karena bunga simpanan di bank konvensional naik yang pada akhirnya tingkat
pengembalian yang akan diperoleh oleh nasabah penyimpan dana akan mengalami peningkatan.

Kenaikan tingkat suku bunga inilah yang menjadi dilema dunia perbankan syariah saat ini, karena
dikhawatirkan akan ada perpindahan dana dari bank syariah ke bank konvensional. Tetapi ada juga
keuntungan yang diperoleh bank syariah dengan naiknya suku bunga yakni permohonan pembiayaan
(kredit) di bank syariah oleh nasabah diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan naiknya
bunga pinjaman pada bank konvensional atau bank umum.

Berdasar latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang membahas
tentang “Pengaruh Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Kinerja Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank
Syari’ah Mandiri Cabang Ciledug)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat disusun rumusan masalah penelitian sebagai
berikut:

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga?

2. Bagaimanakah sistem operasional kerja pada bank syariah?

3. Apa saja produk-produk yang ditawarkan Bank Syariah kepada nasabahnya?

4. Bagaimanakah dampak kenaikan tingkat suku bunga terhadap peran intermediasi perbankan
syariah?

5. Apakah terdapat pengaruh antara kenaikan ingkat suku bunga dengan kinerja bank syariah?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka batasan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Penulis akan membatasi tulisan hanya pada ruang lingkup bagaimana tingkat suku dapat
mempengaruhi tingkat kinerja perbankan syariah.
2. Tingkat suku bunga sebagai parameter dalam menentukan kebijakan pembiayaan bagi nasabah
bank syariah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan dari penelitian ini adalah
untuk:

a) Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tingkat suku bunga.

b) Menjelaskan sistem operasional kerja pada bank syariah.

c) Memaparkan produk-produk yang ditawarkan Bank Syariah Mandiri kepada nasabahnya.

d) Memaparkan dampak kenaikan tingkat suku bunga terhadap peran intermediasi perbankan syariah.

e) Menganalisis seberapa besar pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah.

2. Kegunaan Penelitian

a) Bagi Bank Syariah

1) Sebagai sumber informasi untuk pengembangan bank syariah ke depan.

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memantapkan strategi yang telah digunakan oleh bank
syariah selama ini.

3) Sebagai bahan evaluasi atas kinerja bank syariah selama ini dalam menghadapi kompetisi dalam
dunia perbankan nasional.

b) Bagi kampus

Temuan yang akan didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan di bidang teoritis maupun praktis yang berkaitan dengan perkembangan dunia perbankan
syariah di Indonesia.

c) Bagi Peneliti

1) Sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah.

2) Menambah pengalaman dan sarana latihan dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di
masyarakat sebelum terjun dalam dunia kerja yang sebenarnya.

3) Sebagai sarana untuk menambah wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan bidang
kajian yang ditekuni selama kuliah.

E. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas dan mempermudah pembaca dalam pemahaman yang dibahas maka konsep sistem
yang telah disusun ini dibagi menjadi lima bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian, waktu & tempat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan atau dasar dari
penulisan skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data maupun
metode untuk merancang sistem yang dilakukan dalam penelitian ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan hasil dan pembahasan

BAB V PENUTUP

Pada bab ini menguraikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bunga Bank

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar
oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:

1. Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh
jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman
Adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank. Sebagai cotoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank
konvensional. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah
sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan
maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh
seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik
dan demikian pula sebaliknya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Seperti dijelaskan di atas, bahwa untuk mennetukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman
sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling
mempengaruhi disamping faktor-faktor lainnya.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah:

1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat,
maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan
suku bunga simpanan.

2. Persaingan, dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling
utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing.

3. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita, tidak
boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi tinggi bunganya,
hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.

C. Pengertian Bank Syariah dan Tujuan Pendirian Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang memberikan jasa pada penyimpanan uang, pengiriman uang serta
permintaan dan penawaran kredit. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Sehingga Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah
dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2. Tujuan Pendirian Bank Syariah

Sedangkan tujuan didirikannya Bank Syariah adalah meningkatkan usaha menuju kesejahteraan umat
dengan mengaitkan pembangunan ekonomi dan sosial serta menyelamatkan umat Islam dari membayar
dan menerima bunga yang termasuk perbuatan riba serta dampak sampingnya yang tidak dikehendaki
oleh Islam.

D. Karakteristik Bank Syariah

Bank ini didirikan dengan aktivitas yang dibenarkan oleh syariat Islam, dimana segala aktivitasnya
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bersifat produktif, ekonomi Islam memandang bahwa semua aktivitas ekonomi harus produktif
sehingga kegiatannya lebih ditekankan pada ekonomi riil. Sedangkan bunga merupakan pendapatan yang
tidak produktif.

2. Tidak eksploitatif, kegiatan ekonomi tidak boleh ditujukan demi keuntungan satu pihak dengan
megorbankan pihak lain (sama-sama untung).

3. Berkeadilan, tidak boleh ada transaksi ekonomi yang merugikan pihak-pihak yang terlibat, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

4. Tidak bersifat spekulatif, hal ini dianggap sebagai perjudian dan dapat mengakibatkan orang yang
melakukannya terancam kemiskinan serta menyebabkan uang atau barang yang dispekulasikan menjadi
tidak bermanfaat.

5. Anti riba, riba sebenarnya adalah tambahan yang ditetapkan dalam perjanjian atas suatu barang
yang dipinjam, ketika barang dikembalikan. Sehingga pemilik barang berharap bahwa ia bisa meraih
keuntungan dari transaksi pinjam-meminjam tersebut.

E. Sejarah Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Menurut sejarah, awal mula kegiatan Bank Syariah pertama kali dilakukan di Pakistan dan Malaysia pada
tahun 1940-an. Di Kairo Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr. Bank ini
beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil.

Sekalipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia, kehadiran bank yang
berdasarkan Syariah masih relatif baru, yaitu pada awal tahun 1990-an. Prakarsa untuk mendirikan Bank
Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990.

Lahirnya Bank Syariah pertama di Indonesia yang merupakan hasil kerja tim perbankan MUI adalah
dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal
1 November 1991. Saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Makassar dan kota-kota lainnya.
Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri
(BSM). Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari Bank Konvensional yang sudah
ada, seperti BNI Syariah.

F. Produk-Produk Bank Syariah

Dalam rangka melayani masyarakat luas, terutama masyarakat muslim, Bank Syariah menyediakan
berbagai macam produk perbankan. Produk yang ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam
hal memberikan pelayanan kepada para nasabahnya. Berikut ini adalah berbagai jenis produk Bank
Syariah yang ditawarkan kepada masyarakat luas adalah sebagai berikut:

1. Al-Wadi’ah (Titipan)

Al-Wadi’ah adalah perjanjian simpan-menyimpan atau penitipan barang ber-harga antara pihak yang
mempunyai barang dan pihak yang diberi kepercayaan (bank syariah). Tujuan perjanjian ini adalah untuk
menjaga keamanan, keselamatan, dan keutuhan barang tersebut. Barang-barang yang telah dititipkan
sewaktu-waktu dapat diambil kembali sebagian atau seluruhnya oleh pemilik barang tersebut.

2. Pembiayaan dengan bagi hasil

Dalam bank konvensional untuk penyaluran dananya kita mengenal istilah kredit atau pinjaman.
Sedangkan dalam bank syariah untuk penyaluran dananya kita kenal dengan istilah pembiayaan. Jika
dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank
syariah tidak ada istilah bunga bank akan tetapi bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Prinsip bagi
hasil dalam bank syariah yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama
yaitu:

3. Al-Musyarakah

Al-Musyarakah adalah perjanjian kesepakatan bersama antar pemilik modal untuk menyertakan modal
sahamnya pada suatu proyek, yang biasanya berjangka waktu panjang. Masing-masing pihak
memberikan dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.

4. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh
modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari
kelalaian pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

5. Al-Muzara’ah

Al-Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik
lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian
tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang
plantation atas dasar bagi hasil dari panennya.

6. Al-Musaqah

Al-Musaqah merupakan bagian dari Al-muzara’ah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panennya.

7. Bai’al-Murabahah

Bai’al-Murabahah adalah menjual suatu barang dengan harga pokok ditambah keuntungan yang
disetujui bersama untuk dibayar pada waktu yang ditentukan atau dibayar secara cicilan. Dengan cara ini
pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Perjanjian
murabahah bermanfaat bagi orang yang membutuhkan suatu barang, tetapi belum mempunyai uang.

8. Bai’as-Salam

Bai’as-Salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, tetapi pembayarannya dilakukan
di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang
dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.

9. Bai’al-Istishna’

Bai’al-Istishna’ adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua
belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
Kesepakatan harga dapat dilakukan dengan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di
muka atau diangsur.

Al-Ijarah

Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan
oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.

11. Al-Wakalah (Amanat)

Al-Wakalah artinya penyerahan atau pemberian suatu mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat
ini harus dilakukan sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.

12. Al-Kafalah (Garansi)

Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab
dari satu pihak kepada pihak lain.

13. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak.

14. Ar-Rahn

Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

G. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank syariah berbeda dari bank konvensional adalah secara konsepsional.Konsep dasarnya adalah
adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan persiapan menuju kehidupan akhirat. Berbisnis atau
melakukan tindak ekonomi juga harus mengikuti konsep tersebut, yaitu menjaga keseimbangan. Bukan
sekedar memaksi-malkan kekayaan, tetapi harus seimbang dengan memperhatikan apakah cara bisnis-
nya sudah sesuai dengan syariah atau belum.

Dengan demikian menjadi nasabah bank syariah niat dan tujuannya adalah berekonomi dengan cara
yang diridhoi Allah SWT, sehingga bukan hanya mencari tingginya tingkat pengembalian ekonomi.
Namun memang menjadi keharusan bagi bank syariah agar secara ekonomis dapat bersaing dengan
bank konvensional sehingga diharapkan juga mampu mampu menciptakan pengembalian investasi atau
bagi hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank konvensional.

Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana akan menyimpan uangnya di bank dalam berbagai bentuk.
Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi bank konvensional.
Berbeda bila masyarakat menyimpan uangnya di bank syariah, maka bukan bunga yang akan dipeorleh
melainkan sistem bagi hasil yang berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa bunga dan bagi hasil
tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan faktor lainnya.

Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank konven-sional, diwajibkan untuk
mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank
dengan nasabah. Sedangkan di bank syariah pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil
yang sesuai hukum Islam.

Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari selisih bunga yang diberikan
kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga yang diterima dari peminjam (bunga kredit).
Keuntungan ini dikenal dengan istilah Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank
konvensional. Sedangkan bagi bank syariah tidak dikenal istilah bunga, karena bank syariah
mengharamkan bunga. Pada bank syariah keuntungan yang diperoleh dikenal dengan istilah bagi hasil.

H. Kerangka Berfikir

Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan cara menaikkan tingkat suku bunga
untuk mengurangi peningkatan laju inflasi akan sangat mempengaruhi peran intermediasi dunia
perbankan. Kenaikan tingkat suku bunga melalui peningkatan BI rate ini akan diikuti oleh naiknya bunga
pinjaman pada bank-bank umum, dan hal ini sangat memberatkan bagi kalangan pengusaha. Karena di
saat kondisi perekonomian yang belum stabil ini, mereka kesulitan mencari tambahan modal akibat
naiknya bunga pinjaman.

Bank syariah dalam kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada tingkat suku bunga, karena sistem
yang ada pada bank syariah adalah sistem bagi hasil. Walaupun demikian ada semacam kekhawatiran
yang melanda bank syariah, yakni dikhawatirkan sebagian nasabah penyimpan di bank syariah akan
mengalihkan dananya pada bank konvensional karena tingkat suku bunga di bank umum (konvensional)
mengalami kenaikan. Tetapi di sisi lain, bank syariah akan menjadi alternatif bagi para pengusaha yang
membutuhkan pinjaman dana untuk mengembangkan usahanya, karena mereka akan cenderung
meminjam dana di bank syariah dengan sistem bagi hasil daripada harus meminjam di bank umum
dengan membayar bunga. Karena dengan sistem bagi hasil, mereka tidak terlalu khawatir dengan adanya
kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga dalam rangka mengendalikan laju inflasi
di Indonesia.

Kinerja bank syariah inilah yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian kali ini, dimana peneliti
bermaksud untuk mencari informasi dan mengumpulkan data dalam rangka mengukur seberapa besar
pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah. Dalam penelitian kali ini, peneliti
membatasi hanya bank syariah yang ada di kota Tangerang yang akan menjadi kajian dalam penelitian
kali ini.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam kerangka berfikir ilmiah, hipotesis
diajukan setelah merumuskan masalah karena pada hakekatnya hipotesis adalah jawaban sementara
yang belum tentu benar dan perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh serta hubungan yang positif antara dua variabel atau
lebih perlu dirumuskan suatu hipotesis. Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran obyektif
tentang pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah. Adapun hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja bank syariah.

2. Hipotesis Kerja atau Alternatif (Ha)

Ada pengaruh yang signifikan antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja bank syariah.

J. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam kegiatan penelitian ini meliputi:

Penelitian ini ingin melihat tentang pengaruh antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja bank
syraiah.
1. Variabel

Variabel yang diangkat dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel
bebas (X) pada penelitian ini adalah kenaikan tingkat suku bunga sedangkan variabel terikatnya (Y)
adalah kinerja bank syariah.

2. Lokasi Penelitian

Bank Syariah yang ada di Kota Tangerang terdiri atas: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah
Mandiri (BSM), BRI Syariah, BTN Syariah dan BNI Syariah. Karena keterbatasan peneliti, obyek yang
menjadi penelitian kali ini hanya di PT Bank Syariah Mandiri Cabang Ciledug.

K. Asumsi Penelitian

Tingkat suku bunga adalah sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai bank
sentral dan diikuti oleh bank-bank umum konvensional. Kinerja dapat diketahui dari laporan keuangan
yang dikeluarkan oleh bank.

Laporan keuangan bank syariah (PT Bank Syariah Mandiri) yang digunakan sebagai data antara tahun
2009-2010.

L. Definisi Operasional

Tingkat suku bunga adalah sesuai dengan besarnya BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariat Islam yang
dalam pengelolaan dananya menggunakan prinsip bagi hasil.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk melak-sanakan penelitian. Penelitian
ini menggunakan penelitian deskriptif dan regresional. Penelitian deskripif dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran dengan cara menganalisis dan menafsirkan variabel-variabel yang diteliti.
Sedangkan penelitian regresional dimaksudkan untuk menghubungkan serta mengukur pengaruh
kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah.

B. Jenis Penelitian

Penelitian bersifat kuantitatif dan berusaha membandingkan hubungan serta mengukur pengaruh antar
variabel. Variabel yang diangkat dalam penelitian kali ini meliputi variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah kenaikan tingkat suku bunga sedangkan variabel
terikatnya (Y) adalah kinerja bank syariah.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian kali ini adalah semua bank syariah yang dalam kegiatan usahanya
menggunakan prinsip bagi hasil. Di Indonesia sendiri ada 2 Bank Umum Syariah (Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat) serta puluhan bank syariah yang beroperasi dengan unit usaha syariah dan BPR
Syariah.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sample, yakni pengambilan subyek bukan
didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas adanya tujuan dan pertimbangan tertentu.
Peneliti mengambil PT Bank Syariah Mandiri sebagai sampel karena bank tersebut adalah bank syariah
yang terdekat dengan lokasi rumah peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sistematis dengan atau tanpa bantuan suatu daftar pertanyaan (Asri, 1986:101). Dalam hal ini
pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara tidak hanya terbatas pada pokok masalah saja,
tetapi juga ke hal-hal lain yang dianggap perlu dan berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dengan para pegawai bank dan
pihak-pihak yang terkait dengan bank syariah tentang segala kegiatan dan kinerja bank syariah.

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara melihat dokumen yang ada. Metode
dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila peneliti melakukan pendekatan analisis isi
(content analysis).

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan operasional bank
syariah dan juga berupa laporan keuangan yang dibuat oleh bank syariah tersebut.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan dengan penglihatan,
pendengaran, peciuman dan sebagainya.

Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung kegiatan bank syariah serta pelayanannya
terhadap nasabah.
4. Metode Studi Pustaka & Studi Literatur

Metode pengumpulan data dan informasi dengan membaca buku-buku referensi baik mengenai
perbankan syari’ah, maupun mengenai ekonomi baik yang ekonomi islam mauupun ekonomi
konvensional dan lain-lain, serta mempelajari hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan
oleh orang lain.

E. Tehnik Analisis Data

Untuk mengetahui hubungaan serta pengaruh antara kenaikan tingkat suku bunga dengan kinerja bank
syariah di kota Tangerang dapat menggunakan analisis regresi. Kita dapat menggambarkan kenaikan
tingkat suku bunga pada absis X dan kinerja bank syariah pada ordinat Y. Jika ditarik suatu garis lurus
yang berjarak jumlah kuadrat jarak vertikal dari setiap titik, maka garis lurus inilah yang disebut dengan
garis regresi. Dengan adanya pengaruh kenaikan tingkat suku bunga terhadap kinerja bank syariah, maka
persamaannya Ŷ = a + bX, menunjukkan hubungan linier Y dengan X. Berdasarkan persamaan tersebut,
jika diketahui nilai X dan Y, maka estimasi nilai a dan b dengan mudah dapat ditentukan.

Nilai a menunjukkan intercept yang berarti bahwa jika kenaikan tingkat suku bunga tidak mempengaruhi
kinerja bank syariah maka nilai dari variabel terikat sebesar a. Sedangkan b adalah nilai koefisien regresi,
yang berarti jika terjadi kenaikan terhadap nilai X (tingkat suku bunga) sebesar 1 satuan maka nilai Y
(kinerja bank syariah) akan mengalami kenaikan sebesar nilai b. Jika b bernilai (+) maka hubungan
variabel X dan variabel Y searah. Jika b bernilai (-) maka hubungan variabel X dan variabel Y berlawanan.

Jika data tersebar dalam daerah di sekitar garis lurus (atau kurva) maka nilai Ŷ dapat dicari untuk X yang
diketahui. Manfaat dari garis regresi adalah untuk memperkirakan nilai variabel terikat dari variabel
bebas jika variabel bebas tersebut telah diketahui.

Anda mungkin juga menyukai