Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4No.

2: 127-136

PRODUKSI BIOGAS DARI CAMPURAN KOTORAN SAPI DENGAN


KOTORAN AYAM

BIOGAS PRODUCTION FROM A MIXTURE OF COW MANURE WITH


CHICKEN MANURE
Denta Sanjaya1, Agus Haryanto2, Tamrin2
1
Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
2
Dosen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
komunikasi penulis, e-mail : agusharyid65@gmail.com

Naskah ini diterima pada 12 Februari 2015; revisi pada 23 Februari 2015;
disetujui untuk dipublikasikan pada 9 Maret 2015

ABSTRACT
Biogas technology with zero waste concept is expected to be the alternative energy and to reduce
environmental problems. The purpose of this study is to know the biogas yield per kilogram of each chicken
and cow manure comparison. The study was conducted in six treatments with the addition of chicken
manure of 0, 100, 300, 500, 700 and 1000 grams. The fermentation process is done using a batch system and
biogas measurement was taken daily. The parameters to be observed were organic matter, the degree of
acidity (pH), temperature, volume of biogas, biogas productivity, and C / N ratio of each treatment. The
results showed that the overall pH at the beginning and end of the study tend to be close to neutral. The
highest biogas yield was resulted from a mixture of chicken manure and cow manure at the composition of
1:1 or 50%:50% with biogas total amount of 35.690 ml and biogas productivity of 0,33 liters/g (volatile
solid) .
Keywords : biogas, cow manure, chicken manure, anaerobic codigestion.

ABSTRAK
Teknologi biogas dengan konsep zero waste diharapkan bisa menjadi energi alternatif dan dapat mengurangi
permasalahan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui besarnya volume biogas per kilogram
dari masing-masing perbandingan kotoran ayam dan sapi. Penelitian dilakukan pada enam perlakuan yakni
dengan panambahan kotoran ayam 0, 100, 300, 500,700 dan 1000 gram. Proses fermentasi dilakukan menggunakan
sistem batch dengan pengukuran gas setiap hari. Parameter yang diamati meliputi bahan organik, derajat keasaman
(pH), suhu, volume biogas, produktivitas biogas, nyala api dan C/N rasio tiap perlakuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pH awal dan akhir pada penelitian cenderung mendekati netral. Hasil
produksi biogas terbaik dihasilkan pada komposisi dengan penambahan kotoran ayam 50% yaitu
sebesar 35.690 ml, dan nilai produktivitas biogas tertinggi sebesar 0,33 liter/g (volatile solid)dengan
komposisi yang sama.
Kata kunci : biogas, kotoran sapi, kotoran ayam, kodigesi

I. PENDAHULUAN dan membutuhkan waktu berjuta-juta tahun


Pemanfaatan energi yang tidak dapat untuk proses pembentukannya (Wahyuni,
diperbaharui secara berlebihan dapat 2011).
menimbulkan masalah krisis energi. Salah satu
gejala krisis energi yang terjadi akhir-akhir ini Meskipun Indonesia adalah salah satu negara
yaitu kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), penghasil minyak dan gas, namun berkurangnya
seperti minyak tanah, bensin, dan solar. cadangan minyak dan penghapusan subsidi BBM
Kelangkaan terjadi karena tingkat kebituhan yang diterapkan oleh pemerintah menyebabkan
BBM sangat tinggi dan selalu meningkat setiap harga minyak labil. Dalam situasi seperti ini
tahunnya, sementara itu minyak bumi sebagai pencarian, pengembangan, dan penyebaran
bahan baku pembuatan BBM sangatlah terbatas teknologi energi non BBM yang ramah
127
Produksi Biogas dari Kotoran.... (Denta S, Agus H, dan Tamrin)

lingkungan menjadi amat penting, terutama mengenai penambahan kotoran ayam terhadap
ditujukan kepada keluarga miskin sebagai campuran kotoran sapi untuk menghasilkan
golongan yang banyak terkena dampak kenaikan biogas. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
BBM. Salah satu teknologi yang sesuai dengan penelitian lebih lanjut, sehingga dapat
keadaan tersebut ialah teknologi biogas. Biogas menghasilkan biogas yang maksimal dan dapat
dapat dihasilkan dari pengolahan limbah rumah mengurangi pencemaran lingkungan sekitar.
tangga dan buangan dari sisa kotoran ternak, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
dengan demikian biogas memiliki peluang yang mengatahui besarnya volume biogas per
besar dalam pengembangannya karena kilogram yang dihasilkan dari masing-masing
bahannya dapat diperoleh dari sekitar tempat perbandingan kotoran ayam dan sapi, selain itu
tinggal masyarakat (Wahyono dan Sudarno, untuk mengetahui perbandingan komposisi
2012). kotoran ayam dan kotoran sapi yang terbaik
dalam menghasilkan biogas.
Teknologi biogas dengan konsep zero waste
(tidak dihasilkan limbah) diharapkan dapat II. BAHAN DAN METODE
membantu memperlambat laju pemanasan Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga
global. Selain bisa menjadi energi alternatif, bulan Oktober 2014 dan bertempat di
biogas juga dapat mengurangi permasalahan Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian,
lingkungan, seperti polusi udara, polusi tanah, Jurusan Teknik Pertanian dan di Greenhouse
dan pemanasan global (Wahyuni, 2011). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alat
yang digunakan yaitu 18 botol plastik 3 L, 18
Biogas dalam skala rumah tangga dengan jumlah balon udara, ember plastik, selang plastik, dop
ternak 2 – 4 ekor atau suplai kotoran sebanyak ban, gelas ukur, 6 buah termometer alkohol, pH
kurang lebih 25 kg/hari cukup menggunakan meter, oven, cawan, timbangan analitik, tanur/
tabung reaktor berkapasitas 2500 – 5000 liter muffle. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu
yang dapat menghasilkan biogas setara dengan 2 kotoran sapi, kotoran ayam, dan air.
liter minyak tanah/hari dan mampu memenuhi
kebutuhan energi memasak satu rumah tangga Penelitian ini menggunakan 6 perlakuan dengan
pedesaan dengan 6 orang anggota keluarga parameter pengamatan meliputi :
(Kaharudin dan Sukmawati, 2010). 1. Lama Waktu Pembentukan Biogas
Lama waktu pembentukan biogas dapat
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan diketahui setelah volume biogas mulai terlihat
pengetahuan, biogas sudah dikembangkan dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan
sebagai energi alternatif yang bisa untuk proses pembentukan biogas. Pengamatan
memanfaatkan berbagai kotoran hewan. Selain dilakukan setiap hari untuk volume biogas yang
kotoran sapi, biogas juga bisa dihasilkan dari terbentuk.
kotoran ayam. Limbah kotoran ayam umumnya 2. Volume Biogas yang Dihasilkan
hanya digunakan sebagai pupuk secara langsung Volume yang terbentuk tiap harinya dicatat dan
oleh peternak, pemanfaatan lain yang bisa dibuat grafik. Dari grafik tersebut dapat dilihat
dilakukan adalah dengan memprosesnya volume biogas yang dihasilkan oleh tiap reaktor.
menjadi sumber energi dalam bentuk biogas. Pengukuran dilakukan dengan cara volume gas
Pengolahan kedua limbah tersebut bisa yang terbentuk tiap harinya akan diukur dengan
dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat menghitung volume gas yang ditampung pada
menghasilkan produk yang bernilai ekonomis. balon udara, setelah itu balon udara tersebut
dimasukkan ke dalam bak penuh air. Jumlah air
Menurut (Wahyono danSudarno, 2012) biogas yang keluar dari bak tersebut diukur volumenya
bahan organik dari kotoran sapi dengan 1 kg dengan asumsi bahwa volume air yang keluar
dapat menghasilkan biogas sebanyak 40 liter, sama dengan volume gas yang ada pada balon
sedangkan kotoran ayam dengan jumlah sama udara tersebut. Setelah diperoleh data volume
bisa menghasilkan 70 liter. Hal ini menunjukkan maka dalam satu hari volume biogas dapat
biogas dari kotoran ayam lebih baik dari kotoran dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :
sapi. Sampai saat ini belum banyak penelitian
128
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4No. 2: 127-136

Hasil lalu dicatat dan dibuat grafik, Apabila grafik W2 = Berat Kering (TS)
sudah menunjukkan tidak adanya penambahan W3 = Berat Abu
volume biogas berarti proses pembentukan 5. Pengukuran C/N Rasio
biogas telah selesai. C/N Rasio diukur di Laboraturium Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas lampung dengan
3. Produktivitas Biogas menggunakan metode Walkey and Black untuk
Produktivitas gas yang dihasilkan di ukur pada mengukur kandungan C-organik nya, sedangkan
setiap perlakuan penelitian, dengan cara untuk mengukur N-total menggunakan Metode
produksi biogas harian dibagi dengan VS Semi-Mikro Kjeldhal. Setelah diketahui
removed. Karakteristik VS removed didapat dari kandungan karbon dan nitrogennya, maka setiap
setiap komposisi bahan organik dengan cara perbandingan dihitung untuk mencari nilai C/N
menghitung VS awal dan VS akhir pada masing- Rasio nya.
masing bahan. Produktivitas dapat kita ketahui 6. Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
dengan menggunakan rumus : Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan
metode Potensiometrik, yakni dengan
menggunakan alat pH meter. Alat ini cukup
4. Kandungan Bahan Organik mudah digunakan dan memiliki akurasi
Substrat awal dan akhir pada proses biogas diuji mencapai dua desimal. Pengukuran dilakukan
karakteristiknya. Karakteristik substrat yang sebelum dan sesudah penelitian. Metode
diuji meliputi Total Solid (TS) dan Volatile Solids pengukuran pH sebagai berikut :
(VS). 1. Lakukan kalibrasi alat pH meter dengan
Nilai Total Solid (TS) diperoleh dengan menggunakan larutan penyangga.
melakukan pengukuran langsung di 2. Keringkan elektroda dengan kertas tisu
laboraturium. Metode pengujian TS dan VS kemudian dengan air suling.
adalah sebagai berikut : 3. Siapkan sampel pada gelas ukur 500 ml, isi
1. Siapkan cawan petri yang sudah bersih setengah penuh.
kemudian ditimbang (W0). 4. Celupkan elektroda kedalam sampel sampai
2. Masukkan sampel limbah ke dalam cawan pH meter menunjukkan pembacaan yang
petri, lalu timbang. tetap.
3. Masukkan ke dalam oven pada suhu 105oC 5. Catat angka pada tampilan pH meter
selama 24 jam. 7. Pengukuran Suhu
4. Setelah 24 jam, ambil cawan petri + residu Pengukuran suhu dilakukan dengan
kemudian masukkan kedalam desikator, menggunakan alat Thermometer air raksa
setelah dingin lalu timbang. selama proses biogas berlangsung. Suhu yang
5. Bakar cawan petri + residu menggunakan diukur yakni suhu dalam reaktor dan suhu
tanur (furnace) pada suu 550 oC hingga lingkungan, pengukuran dilakukan pada setiap
menjadi abu, kurang lebih 15 menit. perlakuan penelitian meliputi waktu pagi, siang
6. Keluarkan cawan petri + abu dari tanur lalu dan sore hari.
masukkan kedalam desikator, diamkan 8. Uji Nyala Api
hingga suhu normal lalu timbang. Uji nyala dilakukan menggunakan burner yang
TS dan VS dapat dihitung dengan menggunakan terbuat dari bekas tempat permen berbentuk
rumus : bulat, pada tiap sisinya diberi lubang sebagai
tempat api keluar. Uji nyala dilakukan setelah
Total Solid Sample (%) = 100 – Kadar Air (%)
gas mulai terproduksi, hal ini bertujuan untuk
mengetahui biogas yang dihasilkan apakah
Total Solid Sample (g) =
mengandung metan atau tidak, sehingga nanti
bisa digunakan sebagai bahan pengganti minyak
Volatile Solid Sample (g) =
tanah atau elpiji.
Keterangan :
W0 = Berat cawan
W1 = Berat Sample
129
Produksi Biogas dari Kotoran.... (Denta S, Agus H, dan Tamrin)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.2 C/N Rasio


C/N rasio merupakan salah satu indikator
3.1 Kondisi Awal dan Akhir Bahan terpenting untuk menentukan kualitas bagi
Salah satu yang menjadi parameter tingkat bahan yang akan dijadikan sebagai substrat
keberhasilan produksi biogas adalah kandungan dalam proses pembentukan biogas. Karbon/
bahan organik pada digester. Berdasarkan analis Nitrogen (C/N) rasio yang optimum untuk
yang telah dilakukan di Laboratorium RSDAL digester anaerobik berkisar 20 – 30.
Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung
didapat nilai kadar air (%), total solid (%), total Berikut ini merupakan tabel hasil analisis yang
solid (g) dan VS (g) sebagai berikut : dilakukan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Tabel 1. Karakteristik Bahan Tiap Perlakuan
VS
Kadar Air (%) Total Solid (%) TS Bahan (g)
Perlakuan Bahan (g)
Awal Awal Awal Awal
A0 S10 91,22 8,78 175,55 135,17
A1 S9 90,65 9,35 187,00 138,38
A3 S7 91,62 8,38 167,57 116,21
A5 S5 91,48 8,52 170,35 109,47
A7 S3 87,03 12,97 259,36 173,58
A10 S0 88,60 11,40 227,90 187,01
Kadar air dalam proses fermentasi biogas turut Pertanian Universitas Lampung untuk
mempengaruhi kualitas gas yang dihasilkan. Dari mengetahui kandungan C/N rasio pada masing-
tabel di atas, kadar air awal dan akhir masing sampel penelitian.
menunjukkan nilai yang berbeda-beda pada Tabel 2. C/N Rasio Bahan
semua perlakuan. Hal ini bisa dikarenakan pada
saat pengambilan sampel masing-masing bahan C N C/N
berbeda beratnya. Jenis Sampel .
% % Rasio

Sedangkan untuk total solid (TS) awal dan volatile Kotoran Sapi 28.36 1.07 26.50
solid (VS) awal cenderung mengalami penurunan Kotoran
pada akhir. Hal ini bisa disebabkan bahan organik Ayam 26.29 2.89 9.10
yang terdapat dalam digester pada masing-masing
perlakuan mengalami perombakan oleh bakteri Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa
sehingga kandungan TS dan VS menjadi turun. kandungan C/N rasio untuk untuk kotoran
Hasil penelitian Padang, dkk (2011) menyatakan ayam hanya 9,10 berbeda jauh dengan kotoran
bahwa penurunan total solid (TS) dan volatile sapi 26,50 . Sedangkan untuk kandungan
solid (VS) berindikasi dengan peningkatan Nitrogen (N) kotoran sapi hanya 1.07 % lebih
produksi biogas atau kadar gas metan yang rendah dibandingkan kotoran ayam (2.89 %).
dihasilkan. Hal ini disebabkan karena volatile solid Kandungan Nitrogen dalam subtrat memiliki
merupakan substrat bagi mikroorganisme non peran penting dalam pembentukan asam amino,
metanogen yang bekerja pada tahap awal apabila terlalu banyak kandungan nitrogen
produksi biogas. Penurunan volatile solid maka akan menyebabkan amoniak akan
menunjukkan bahwa di dalam biodigester proses meningkat sehingga menimbulkan bau busuk
terjadi degradasi senyawa organik oleh yang menyengat. Salah satu yang menjadi faktor
mikroorganisme non metanogen. Selain itu suhu kecilnya C/N rasio pada kotoran ternak ialah
pada digester dan lingkungan juga berada pada jenis pakannya. Berikut adalah komposisi C/N
suhu optimum, sehingga dapat mempercepat rasio pada masing-masing perlakuan.
proses perombakan bahan organik pada subtrat

130
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4No. 2: 127-136

Tabel 3. Nilai C/N Rasio Pada Perlakuan Tabel 4. Kandungan (VS) Removed Bahan
Kotoran Ayam(%) KotoranSapi (%) C/NRasio Perlakuan VS Awal (g) TS Awal (g)
0 100 26,50 A0 S10 135,17 175,55
A1 S9 138,38 187,00
10 90 22,49
A3 S7 116,21 167,57
30 70 17,16
A5 S5 109,47 170,35
50 50 13,80
A7 S3 173,58 259,36
70 30 11,48
100 0 9,10 A10 S0 187,01 227,90
3.3 Volatile Solid (VS) Bahan 3.4 Derajat Keasaman (pH)
Volatile Solid digunakan untuk mengetahui Derajat keasaman (pH) mempunyai peran yang
kandungan bahan organik pada suatu limbah cukup penting pada proses pembentukan gas
atau bahan. Bahan organik ialah sisa bahan atau metan. Oleh karena itu, pH awal dan akhir perlu
limbah yang dapat diuraikan secara sempurna dicatat untuk mengetahui nilai pH tersebut
oleh proses biologi. Total solid merupakan apakah telah sesuai dalam proses fermentasi
jumlah padatan kering dari sample atau limbah anerobik pada biogas.
yang telah mengalami proses pengovenan/
pengeringan dalam jangka waktu yang telah Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa proses
ditentukan. Sedangkan volatile solid merupakan anaerobik yang terjadi digester pada masing-
hasil dari proses pembakaran kandungan padatan masing perlakuan berada pada kondisi yang
kering (TS), volatile solid merupakan salah satu tidak jauh yakni berada dalam kisaran 6,7 – 7,7.
parameter penting yang digunakan untuk Secara keseluruhan pH awal dan akhir pada
menghitung produktivitas biogas pada bahan penelitian cenderung mendekati netral, pada
atau limbah. umumnya produksi biogas yang dihasilkan akan
mengalami produksi yang baik pada pH 7
Dari Tabel 4, terlihat bahwa komposisi bahan (netral). Hasil penelitian Fachry, dkk (2004)
yang memiliki nilai volatile solids tertinggi yaitu menunjukkan bahwa semakin netral pH maka
pada perlakuan komposisi (100%KA : 0% KS) makin tinggi pula kadar CH4, Sebaliknya kadar
sebesar 187,01 g. Sedangkan kandungan volatile CO2 akan menjadi semakin rendah. Sedangkan
solids terendah dengan komposisi (50%KA : pH optimum dicapai pada nilai 7,5. Hal ini
50% KS) yakni sebesar 109,47 g. Semakin besar diperkuat dengan penelitian Yonathan, dkk
kandungan organik pada suatu bahan atau (2013) yang menyatakan bahwa pH netral dapat
limbah, maka akan semakin mudah untuk memacu perkembangan bakteri metana
diuraikan. Sehingga bila limbah tersebut (metanogen) sehingga pada pH tersebut bakteri
terbuang di lingkungan sekitar, tidak akan perombak asam asetat dapat tumbuh dan
menyebabkan kerusakan pada lingkungan.

Gambar 1. pH Awal dan pH akhir penelitian


131
Produksi Biogas dari Kotoran.... (Denta S, Agus H, dan Tamrin)

berkembang biak secara optimal, hal ini akan merupakan temperatur yang sesuai dengan
berdampak pada produksi gas yang dihasilkan. negara Indonesia yang beriklim tropis. Berbagai
literatur memberikan informasi yang berbeda-
3.5 Suhu beda terhadap rentan suhu yang baik untuk
Selain pH, kondisi suhu yang baik menjadi salah menghasilkan biogas. Menurut Paimin (1995)
satu hal yang dapat mempengaruhi dari temperatur yang baik dalam proses
produktivitas biogas. Suhu yang ideal akan pembentukan biogas berkisar antara 20 – 40 C.
membuat bakteri akan mudah berkembang
sehingga pembentukan gas metan akan cepat. 3.6 Volume Biogas yang Dihasilkan
Perbandingan suhu pada masing-masing Produksi gas harian diukur dengan
digester dicatat selama proses pembentukan menggunakan balon udara plastik yang
biogas berlangsung, temperatur yang diukur dihubungkan ke digester dengan menggunakan
meliputi temperatur reaksi dan suhu lingkungan. selang plastik, setelah balon udara terisi dengan
Pengamatan dilakukan pada waktu pagi,siang gas kemudian dimasukkan kedalam bak yang
dan sore hari, dapat dilihat pada Gambar 2. telah terisi air penuh, lalu balon udara yang berisi

Gambar 2. Suhu Rata-rata saat Proses Pembentukan Biogas


Berdasarkan gambar diatas, proses anaerobik gas dimasukkan kedalam bak tersebut. Jumlah
yang terjadi pada digester seluruh perlakuan air yang tertumpah diasumsikan sama dengan
berada dalam kisaran temperatur 31,7–34 f C volume gas yang dihasilkan. Cara seperti ini
sedangkan suhu lingkungan berkisar antara menggunakan pendekatan dengan Hukum
30,29 – 31,33 f C . Temperatur tersebut Archimedes. Berikut ini merupakan gambar
produksi biogas kumulatif

Gambar 3. Produksi Biogas Kumulatif


132
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4No. 2: 127-136

Pada Gambar 3, terlihat bahwa biogas yang terdapat pada penambahan kotoran ayam
dihasilkan terus meningkat. Proses anaerobik sebanyak 50 %, dengan total produksi sebesar
berlangsung melalui tahap proses hidrolisis, tahap 35690 ml. Hal ini bisa disebabkan karena
pengasaman (Asidifikasi) dan tahap campuran bahan yang sebanding atau sama
pembentukan gas metan. Sehingga besar antara subtrat kotoran sapi dengan subtrat
menghasilkan biogas dan terus bertambah setiap kotoran ayam, sehingga menghasilkan produksi
hari selama bakteri pengurai terus bertumbuh yang baik. Begitu juga dengan penelitian
dan beraktivitas. Pada grafik diatas terlihat sebelumnya oleh Wibowo dkk (2013)
bahwa biogas yang dihasilkan tiap komposisi didapatkan hasil yang optimum dengan
memiliki volume yang berbeda-beda. Produksi komposisi 50 : 50 sebesar 1,69 liter. Sedangkan
biogas kumulatif paling lama terdapat total produksi biogas terendah dihasilkan pada
padakomposisi A0 S10 , A1 S9 dan A5 S5 yakni penambahan kotoran ayam sebanyak 100 %
berhenti pada hari Ke-33. Sedangkan produksi yang menggunakan komposisi 0 % kotoran sapi
biogas kumulatif terendah pada komposisi A10 dengan total produksi sebesar 10714 ml. Hal
S0 yakni berhenti pada hari Ke-16. Menurut ini bisa disebabkan karena pada komposisi
Padang (2011) Perbedaan produksi biogas tersebut memiliki kandungan C/N rasio terendah
disebabkan karena ketersediaan nutrisi (sumber dibandingkan dengan komposisi yang lain yakni
energi) bagi bakteri anaerob yang berbeda-beda sebesar 9,10. C/N rasio yang rendah akan
dari masing-masing komposisi, sehingga menyebabkan gas yang dihasilkan relatif rendah
berdampak pada perbedaan laju fermentasi dari pula.
setiap komposisi. Berikut ini merupakan grafik
batang jumlah produksi total gas yang dihasilkan.

Gambar 4. Total Produksi Biogas


Pada minggu pertama produksi biogas sudah 3.7 Produktivitas Biogas
mulai terbentuk, hal ini terjadi pada seluruh Dari tabel 5, kita dapat lihat produktivitas biogas
satuan percobaan. Dari Gambar 4, terlihat bahwa tertinggi pada komposisi (50% KA:50% KS)
total produksi biogas yang dihasilkan dari yaitu sebesar 0,33 liter/g. Sedangkan
masing-masing komposisi memiliki volume produktivitas biogas terendah terdapat pada
yang berbeda-beda, total produksi terbesar komposisi (100% KA: 0% KS) dengan
Tabel 5. Data yang Didapat Selama Penelitian produktivitas sebesar 0,06 liter/g. Hasil

P ro du k si P r o d u k ti v i ta s
P e r la k u a n
B io g a s ( L ) V S A w a l (g ) ( li t e r / g )
A0 S10 1 1 ,3 6 1 3 5 ,1 7 0 ,0 8
A1 S9 2 6 ,1 4 1 3 8 ,3 8 0 ,1 9
A3 S7 3 1 ,4 0 1 1 6 ,2 1 0 ,2 7
A5 S5 3 5 ,6 9 1 0 9 ,4 7 0 ,3 3
A7 S7 2 3 ,1 7 1 7 3 ,5 8 0 ,1 3
A10 S0 1 0 ,7 1 1 8 7 ,0 1 0 ,0 6
133
Produksi Biogas dari Kotoran.... (Denta S, Agus H, dan Tamrin)

akan menghasilkan warna biru dan nyala api


tidak mudah padam.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan total volume biogas
yang dihasilkan dipengaruhi oleh komposisi
subtrat. Pada komposisi (100% KS)
menghasilkan biogas sebesar 11369 ml,
Gambar 5. Api yang Dihasilkan komposisi (10%KA : 90%KS) menghasilkan
penelitian menunjukkan produksi dan 26140 ml, komposisi (30%KA: 70%KS)
produktivitas biogas terbaik pada penambahan menghasilkan 31400 ml, komposisi (50% :
kotoran ayam sebanyak 50%, hal tersebut 50%) menghasilkan 35690 ml, komposisi
menandakan proses degradasi bahan organik (70%KA : 30% KS) menghasilkan 23170 ml
terjadi secara baik sehingga berdampak pada dan komposisi (100% KA) menghasilkan
produksi gas yang optimum. volume sebesar 10714 ml.
2. Komposisi 50%:50% merupakan komposisi
3.8 Uji Nyala Api terbaik yang dapat menghasilkan produksi
Gas yang telah ditampung pada balon udara lalu biogas dengan jumlah produksi sebesar
disambungkan pada burner menggunakan selang 35690 ml.
plastik, kemudian ujung selang tersebut
disulutkan pada sumber api. Hal ini bertujuan DAFTAR PUSTAKA
untuk mengetahui apakah terdapat kandungan
gas metan dalam proses fermentasi biogas Fachry, H.A. Rasyidi., Rinenda, dan Gustiawan.
tersebut. Nyala api merupakan salah satu 2004. Penentuan Nilai Kalorifik yang
indikator berhasil atau tidaknya proses Dihasilkan dari Proses Pembentukan Biogas.
fermentasi pada biogas tersebut. Hasil akhir yang Jurnal Teknik Kimia. 2(5) : 7-12.
diharapkan dari proses biogas ialah
menghasilkan nyala api yang biru, sehingga Ihsan, A., Bahri, S., dan Musafira. 2013. Produksi
apabila digunakan dalam kehidupan sehari-hari Biogas Menggunakan cairan Isi Rumen Sapi
akan terasa manfaat bagi penggunanya. dengan limbah Cair Tempe. Journal Of
Natural Science. 2(2) : 27-35.
Berdasarkan uji nyala api yang dilakukan pada
mingggu pertama gas yang dihasilkan belum
Kaharudin dan F, Sukmawati. 2010. Petunjuk
dapat menyala jika dibakar. Pada saat memasuki
Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak
minggu kedua gas metana baru bisa terbakar, hal
untuk Kompos dan Biogas. Balai Pengkajian
ini terjadi pada seluruh perlakuan. Penyebab
Teknologi Pertanian. 23 Hlm.
terjadinya hal tersebut bisa dikarenakan
Padang, Y.A., Nurchayati, dan Suhandi. 2011.
produksi gas metan yang dihasilkan pada awal
Meningkatkan Kualitas Biogas dengan
produksi biogas masih rendah, karena proses
Penambahan Gula. Jurnal Teknik Rekayasa.
anaerob memerlukan beberapa tahapan
12(1):53-62.
diantaranya : Hidrolisis, asidogenesis dan
methanogenesis.
Paimin, F.B. 1995. Alat Pembuat Biogas dari
Drum. Penebar Swadaya : Jakarta. 49 Hlm
Dari gambar 11, terlihat bahwa nyala api biogas
dari seluruh perlakuan menghasilkan warna api
Wahyono, E. H., dan N, Sudarno. 2012. Biogas :
biru, hal ini menunjukkan hasil pembentukan gas
Energi Ramah Lingkungan.Yapeka : Bogor.
metan (CH4) memiliki kandungan gas diatas 40%.
50 Hlm.
Menurut penelitian Ihsan, dkk (2013) jika gas
yang dihasilkan dari proses anaerobik dapat
Wahyuni, S. 2011. Menghasilkan Biogas dari
terbakar kemungkinan mengandung 45% gas
Aneka Limbah. Edisi Pertama. PT Agro
metan. Pada umumnya bila gas metana dibakar
Media Pustaka : Jakarta. 96 Hlm.
134
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol. 4No. 2: 127-136

Wibowo, T.S., A, Dharma, dan Refilda. 2013.


Fermentasi Anaerob dari Campuran Kotoran
Ayam dan Kotoran Sapi dalam Proses
Pembuatan Biogas. Jurnal Kimia Unand. 2
(1): 113-118.

Yonathan, A., A. R.Prasetya, dan B, Pramudono.


2013. Produksi Biogas dari Eceng Gondok (
Eicchornia Crassipes): Kajian Konsistensi
dan pH Terhadap Biogas Dihasilkan. Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri. 2(2): 211-
215.

135
Produksi Biogas dari Kotoran.... (Denta S, Agus H, dan Tamrin)

Halaman ini sengaja dikosongkan

136

Anda mungkin juga menyukai