Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM SISTEM REPRODUKSI

ASPEK KLINIS DAN LABORATORIUM PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Nama : Alfiah Rizqi Ramadhanti


Nim : 1611304037
Kelas/Semester : A/3

PRODI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS D4


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr, wb.


Segala puji bagi Allah swt. pemilik segala yang bernyawa dan penguasa
segala keteraturan, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemeriksaan
Laboratorium Sistem Reproduksi dengan harapan dapat menambah wawasan bagi
penulis khususnya dan para pembaca makalah ini.
Makalah ini memuat tentang Aspek Klinis dan Laboratorium Penyakit
Infeksi Menular Seksual. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan baik ditinjau dari isi maupun dari segi penyajiannya.
Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran dari
pembaca sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, 13 November 2018

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4


2.1 Penyakit Infeksi Menular Seksual........................................................ 4
2.2 Jenis-Jenis Penyakit Infeksi Menular Seksual ..................................... 4
2.3 Penyebaran dan Penularan Infeksi ....................................................... 8
2.4 Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis IMS ......................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular yang menyebabkan
infeksi pada alat reproduksi laki-laki maupun wanita, baik hubungan seks
melalui senggama (vaginal), lewat mulut (oral/karaoke) ataupun lewat dubur
(anal). Dalam Bahasa Inggris sering disebut Sexual Transmitted Desease
(STD).IMS sudah sangat umum, yang paling banyak dikenali adalah GO
(Gonorrhea), Sifilis dan AIDS. Menurut WHO diperkirakan di seluruh dunia
terdapat 333 juta kasus IMS baru setiap tahunnya dan sekitar 1 juta kasus terjadi
setiap harinya. Infeksi Menular seksual akan lebih berisiko apabila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, anal
maupun oral.
Di Indonesia, penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) mulai menjalar
dengan perkembangan penularan yang sangat cepat. Tidak dapat disangkal
bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita tunasusila
(WTS) yang dapat menyusup kedalam kehidupan rumah tangga. Perubahan
perilaku seksual telah menyababkan timbulnya berbagai masalah yang
berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak
dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat
diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan
penyulit selanjutnya , berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki.
Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual, dan etika.
Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut
(mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat
menjalar ke alat genetalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit
radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan menimbulkan
penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat
genetalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul.

1
Bila tidak diobati dengan tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Untuk remaja
perempuanperlu disadari mereka lebih rentan terkena IMS, sebab alat
reproduksinya lebih rentan. Dan sering berakibat lebih parah karena gejala awal
tidak segera dikenali. Infeksi Menular Seksual dapat mempermudah penularan
HIV begitu juga sebaliknya
Menurut tahun 1999 WHO memperkirakan, 340 juta kasus baru PMS
dapat disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap
tahun di seluruh dunia pada orang dewasa berusia 15-49 tahun. (Ini adalah data
yang tersedia yang terbaru. Baru perkiraan sampai dengan tahun 2005 sedang
dalam pengembangan untuk publikasi menjelang akhir 2007.)
Di negara-negara berkembang, IMS dan komplikasi mereka di peringkat
lima teratas kategori penyakit yang dewasa mencari perawatan kesehatan.
Infeksi dengan IMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan
konsekuensi tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher
rahim dan kematian mendadak bayi dan orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja yang termasuk penyakit Infeksi Menular Seksual?
2. Bagaimana penyebaran dan penularan infeksi?
3. Apa saja pemeriksaan laboratorium yang untuk diagnosis penyakit
Infeksi Menular Seksual?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mampu memahami tentang penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Mampu memahami penyebaran dan penularan infeksi.
3. Mampu memahami pemeriksaan laboratorium yang untuk diagnosis
penyakit Infeksi Menular Seksual

2
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. Mampu mengetahui dan memahami penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Mampu mengetahui dan memahami penyebaran dan penularan infeksi.
3. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan laboratorium yang
untuk diagnosis penyakit Infeksi Menular Seksual.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Infeksi Menular Seksual


Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat
hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini
termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat
dubur (anal). Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin. Infeksi
Menular Seksual menyerang sekitar alat kelamin (Wells et al., 2009 ).
Kebanyakan Infeksi Menular Seksual membahayakan organ-organ
reproduksi. Pada wanita, dapat merusak dinding vagina atau leher rahim,
biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria adanya infeksi pada saluran air
kencing. Apabila tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak
normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil (Wells et al.,
2009 ).

2.2 Jenis-Jenis Penyakit Infeksi Menular Seksual


2.2.1 Gonorrhea
Gonore mencakup semua penyakit yag disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae (Daili et al., 2011). Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus gram
negatif, obligat pathogen manusia yang biasanya berdiam dalam uretra, serviks,
faring atau saluran anus wanita. Infeksi terutama mengenai epitel kolumner atau
transisionel saluran kemih dan kelamin.
Gonore bersama IMS lain memfasilitasi transmisi dari human
immunodeficiency virus (HIV) (Benson, 2008; Gross & Tyring, 2011).
Gambaran klinis pada wanita dapat asimptomatik, kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada umumnya wanita datang
berobat kalau sudah ada komplikasi (Daili et al., 2011).

2.2.2 Infeksi Chlamidia


Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat dengan
dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif. Tanda-tanda dan gejala yang

4
terjadi cenderung terlokalisit di tempat yang terinfeksi misalnya mata atau
saluran genital tanpa adanya invasi ke jaringan dalam (Benson, 2009). Pada
wanita gejalanya adalah terdapat duh dari vagina, disuria, perdarahan postcoital
atau intermenstrual, sakit pada abdomen bawah, atau simptom lain dari uretritis,
servisitis, salpingitis, epididymitis atau konjungtivitis (Handsfield, 2011).

2.2.3 Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta Treponema
pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik, selama perjalanan
penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa
manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu.
Fase sifilis primer ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal maupun
multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras
dan terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup krusta dan terjadi ulserasi.
Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Infeksi juga dapat terjadi
tanpa ditemukannya chancer (ulkus durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi
terjadi di rektum atau serviks.Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh
spontan dalam waktu 4 hingga 6 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati
mengalami stadium generalisata (sekunder). Timbul ruam makulo papuler
bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati.
Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang
secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian.
Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ
tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. Pada kulit kepala dijumpai
alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai di daerah oksipital.
Penularan dapat terjadi jika ada lesi mukokutaneus yang basah pada penderita
sifilis primer dan sekunder. Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari
mereka yang tidak diobati akan masuk kedalam fase laten. Fase laten
merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis namun dengan pemeriksaan
serologis yang reaktif. Akan tetapi bukan berarti perjalanan penyakit akan

5
berhenti pada tingkat ini, sebab dapat terjadi sifilis stadium lanjut berbentuk
gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler (Daili et al., 2011).

2.2.4 Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum terdapat pada
vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala peradangan,
gatal dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang
menyerupai bubur (James, Berger, & Elston, 2006). Kandidiasis dapat
ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga
dua pasangan harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada pria biasanya
berupa kemerahan dan iritasi pada glans di bawah preputium pada yang tidak
disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat (Daili et al.,
2011).

2.2.5 Ulkus Mole


Ulkus Mole atau yang sering disebut chancroid (chancre lunak) ,disebabkan
oleh kuman batang gram negative Haemophilus ducreyi, dengan gejala klinis
berupa ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah
bening regional. Infeksi pada wanita dimulai dengan lesi papula atau
vesikopustuler pada perineum, serviks atau vagina 3-5 hari setelah terpapar.
Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata
berbentuk piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang
menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau busuk
atau infeksius (Benson, 2008; Djuanda,2011).

2.2.6 Kondiloma Akuminata


Kondiloma akuminata (KA) atau disebut juga venerel warts atau Genital
Warts disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus masuk melalui
mikrolesi pada kulit sehingga KA sering timbul pada daerah yang mudah
mengalami trauma pada saat hubungan seksual. KA dapat berbentuk berjonjot-
jontot seperti jari, lebih besar seperti kembang kol, lebih kecil berbentuk papul

6
dengan permukaan yang halus dan licin, multipel tersebar secara diskret atau
lesi terlihat sebagai makula atau tidak terlihat dengan mata telanjang. Infeksi
HPV juga dihubungkan dengan terjadinya karsinoma serviks (Daili et al.,
2011).

2.2.7 Herpes Genitalis


Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh herpes
simplex virus atau herpes virus hominis. Keluhan biasanya didahului rasa
terbakar dan gatal didaerah lesi beberapa jam sebelum timbulnya lesi setelah
lesi muncul dapat disertai gejala seperti malaise, demam dan nyeri otot. Lesi
yang timbul berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel
mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel. Bila ada infeksi sekunder akan
terjadi penyembuhan yang lebih lama dan menimbulkan infeksi parut (Daili et
al., 2011).

2.2.8 Infeksi HIV & AIDS


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan
gejala penyakit infeksi oportuninistik atau kanker tertentu akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodefiency Virus (HIV) baik
tipe 1 ataupun tipe 2. Human Immunodefiency Virus ditularkan melalui
perantara darah, semen dan sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau
cara transmisi yang lainnya. Penyakit IMS lainnya dapat meningkatkan risiko
transmisi HIV pada seseorang. Human Immunodefiency Virus menyerang sel
yang memiliki antigen permukaan CD4, terutama linfosit T4 yang memegang
peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistemn kekebalan
tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel Langerhans
pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelnjar limfe, makrofag pada alveoli paru,
sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke
dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak
dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. Gen tat yang terdapat
dalam HIV dapat menyebabkan penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran
yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh. Kelumpuhan

7
sistem kekebalan tubuh ini mengakibatkan timbulnya oportunistik dan
keganasan yang merupakan gejala gejala klinis AIDS (Handsfield, 2011; Daili
et al., 2011).

2.2.9 Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh
suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis. Trichomoniasis hampir
semuanya ditularkan secara seksual. Penyakit ini sering menyerang pada traktur
urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria. Pada wanita sering
asimptomatik, bila ada keluhan berupa duh tubuh vagina yang banyak, berbau,
bisa berwarna kuning, hijau dan berbusa. Terdapat perasaan gatal dan terbakar
di daerah kemaluan, disertai dengan perasaan tidak enak di perut bawah.
Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina.
Variasi gambaran klinis tricomoniasis sangat luas, berbagai kuman lain
penyebab IMS dapat menimbulkan gejala yang sama sehingga diagnosis hanya
berdasar gambaran klinis tidak dapat dipercaya. Pada wanita, diagnosis
trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan
langsung atau pada biakan duh tubuh penderita (Djuanda, 2011).

2.3 Penyebaran dan Penularan Infeksi


Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang didapat melalui kontak
seksual. Organisme penyebabnya yang tinggal dalam darah atau cairan tubuh,
meliputi virus, mikoplasma, bakteri, jamur, spirokaeta dan parasit-parasit kecil
(misalnya Phthirus pubis, scabies). Sebagian organisme yang terlibat hanya
ditemukan di saluran genital (reproduksi) saja tetapi yang lainnya juga
ditemukan di dalam organ tubuh lain. Di samping itu, seringkali berbagai PMS
timbul secara bersama-sama dan jika salah satu ditemukan, adanya PMS
lainnnya harus dicurigai. Terdapat rentang keintiman kontak tubuh yang dapat
menularkan PMS termasuk berciuman, hubungan seksual, hubungan seksual
melalui anus, kuninglingus, anilingus, felasio, dan kontak mulut atau genital
dengan payudara. Menurut Somelus (2008), Cara lain seseorang dapat tertular
PMS juga melalui :

8
1. Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama,
atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau
membuat tato.
2. Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV
bisa menular melalui menyusui.
3. Sentuhan
Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya
terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk
yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.
4. Tato dan tindik
Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi
sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum
suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan
HIV/AIDS.

2.4 Pemeriksaan Laboratorium diagnosis Penyakit Infeksi Menular Seksual


1. Preparat Basah
Preparat Basah adalah pemeriksaan mikroskopis yg bertujuan untuk melihat
ada tidaknya trichomonas vaginalis, clue cells, Candida albican pada preparat
suspensi sekret vagina dalam NaCl dan atau KOH
Sedangkan preparat KOH 10% utk mempermudah pemeriksaan yeast dan
candida. Bau amine dapat diperiksa dengan KOH 10% BV dan TV
Alat yang digunakan pada pemeriksaan preparat basah adalah mikroskop,
slide dan objek glass. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu NaCl 0,9% dan
KOH 10%.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk sediaan duh genital vagina (sekret vagina)

9
A. Prosedur Kerja
Bahan Pemeriksaan :
Duh tubuh vagina diambil dengan sengkelit. sengkelit tersebut dimasukan
kedalam 1 mL saline dalam sebuah tabung kecil, maka saline tersebut dapat
digunakan untuk sediaan basah saline dan KOH.
Untuk pemeriksaan pH vagina, tempelkan kertas pH pada dinding vagina.
Hindari kontak dengan mukus di serviks karena pH tinggi.
Cara Kerja :
• Penerimaan sediaan dari ruang pengambilan spesimen
– Sediaan harus diterima bersama dengan formulir catatan medis
– Cocokan nomor kode sediaan dengan nomor kode di catatan medis
• Ambil cairan dalam tabung reaksi dengan pipet, teteskan pada obyek glas
• Tutup menggunakan kaca penutup dengan menempelkan salah satu sisi
kaca penutup pada sediaan dan menutupnya secara perlahan.
• Periksa sediaan NaCl terlebih dahulu dibawah mikroskop dengan lensa
objektif 10x dan 40x untuk melihat parasit Trichomonas vaginalis dengan
gerakan flagelanya yang khas, serta clue cell
• Teteskan 1 tetes KOH 10 % pada obyek glass aduk dengan sengkelit yang
terisi spesimen
• Lakukan Whiff Test
• Periksa sediaan KOH 10% dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
dan 40x untuk melihat adanya bentuk-bentuk Candida sp.
• Masukan sediaan yang sudah diperiksa kedalam campuran hipocloride
0.5%
• Tulis hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
• Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan

Cara Pembacaan Preparat Basah


1. Trichomonas vaginalis
• hanya terlihat pada sediaan basah saline (hancur dengan KOH).
• Sebelum dibaca , panaskan sebentar utk meningkatkan gerak

10
• Berbentuk amoboid (umumnya oval), lebih besar dari lekosit PMN dan
dalam sediaan segar dapat dikenali dari gerakannya yang menghentak-
hentak.
• Sulit menyerap warna, jika sdh mati mudah diwarnai
• Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya Trichomonas walaupun hanya
satu.

2. Clue cells adalah sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri
vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang
kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. Beberapa
Clue cells dan sedikit atau tidak adanya PMN adalah indikasi bakterial
vaginosis. Untuk meningkatkan sensitivitas clue cell dilakukan pengecatan
gram (sensitivitas 90%, spesifisitas 77%)

Interpretasi Hasil
Trichomonas : Pos : ditemukan 1 T.vaginalis
Clue cells : > 20% sel epitel ditutupi bakteri dibaca per lapang pandang
Kandida : > 1 pseudohifa atau blastofora

3. Preparat Kering
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan yang paling sering dilakukan
dalam bakteriologi. Pewarnaan ini dikategorikan sebagai differential stain dan

11
berfungsi untuk membedakan antara bakteri negatif Gram dan positif Gram.
Pewarnaan Gram lebih akurat dibandingkan dengan Pewarnaan lain.
Pewarnaan Gram dapat dilaksanakan sebagai pemeriksaan penunjang
diagnosis, servisitis uretritis gonore, servicitis/ uretritis non spesifik, proktitis
gonore, proktitis non spesifik dan kandidosis berdasarkan atas jumlah lekosit
PMN, epitel atau ditemukan ada tidaknya komponen bakteri seperti diplokokus
gram negatif intra seluler.

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular yang
menyebabkan infeksi pada alat reproduksi laki-laki maupun wanita, baik
hubungan seks melalui senggama (vaginal), lewat mulut (oral/karaoke)
ataupun lewat dubur (anal). Dalam Bahasa Inggris sering disebut Sexual
Transmitted Desease (STD). Penyakit IMS dapat disebabkan oleh bacterial
vaginosis, virus maupun parasite. Pemeriksaan IMS dapat menggunakan
pengamatan preparat basah dan preparat kering.

1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr . Ida Bagus Gede,Manuaba . SPog, Mengenali Kesehatan Reproduksi.
Arcan. Jakarta. 1999.

KPAN.HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia.Tantangan


dan Peluang Untuk bertindak.Jakarta. 2001.

Djuanda,Pekerja Seks Jalanan : Potensi Penularan Penyakit Seksual. Yogyakarta :


Pusat Penelitian Kependudukan UGM. 1998.

Hankins, Coutlee, Lapointe, et al. Prevalence of risk factors associated with


human papillomavirus infection in women living with HIV. Canadian Med
Ass J. 1999

Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually


Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002

KPAN. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia : Tantangan


dan Peluang untuk Bertindak. Jakarta : KPAN. 2001.

Sun, Kuhn, Ellerbrock, et al. Human Papillomavirus Infection in Women Infected


with the Human Immunodeficiency Virus. New England J Med. 1997; vol
337; no 19; p 1343 – 1349.

Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk Factors for the Acquisition of Genital warts :
are Condoms protective?. Sex Transm Inf. 1999

14

Anda mungkin juga menyukai