i
KATA PENGANTAR
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bila tidak diobati dengan tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Untuk remaja
perempuanperlu disadari mereka lebih rentan terkena IMS, sebab alat
reproduksinya lebih rentan. Dan sering berakibat lebih parah karena gejala awal
tidak segera dikenali. Infeksi Menular Seksual dapat mempermudah penularan
HIV begitu juga sebaliknya
Menurut tahun 1999 WHO memperkirakan, 340 juta kasus baru PMS
dapat disembuhkan (sifilis, gonore, klamidia dan trikomoniasis) terjadi setiap
tahun di seluruh dunia pada orang dewasa berusia 15-49 tahun. (Ini adalah data
yang tersedia yang terbaru. Baru perkiraan sampai dengan tahun 2005 sedang
dalam pengembangan untuk publikasi menjelang akhir 2007.)
Di negara-negara berkembang, IMS dan komplikasi mereka di peringkat
lima teratas kategori penyakit yang dewasa mencari perawatan kesehatan.
Infeksi dengan IMS dapat menyebabkan gejala akut, infeksi kronis dan
konsekuensi tertunda serius seperti infertilitas, kehamilan ektopik, kanker leher
rahim dan kematian mendadak bayi dan orang dewasa.
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mampu memahami tentang penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Mampu memahami penyebaran dan penularan infeksi.
3. Mampu memahami pemeriksaan laboratorium yang untuk diagnosis
penyakit Infeksi Menular Seksual
2
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. Mampu mengetahui dan memahami penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Mampu mengetahui dan memahami penyebaran dan penularan infeksi.
3. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan laboratorium yang
untuk diagnosis penyakit Infeksi Menular Seksual.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
terjadi cenderung terlokalisit di tempat yang terinfeksi misalnya mata atau
saluran genital tanpa adanya invasi ke jaringan dalam (Benson, 2009). Pada
wanita gejalanya adalah terdapat duh dari vagina, disuria, perdarahan postcoital
atau intermenstrual, sakit pada abdomen bawah, atau simptom lain dari uretritis,
servisitis, salpingitis, epididymitis atau konjungtivitis (Handsfield, 2011).
2.2.3 Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh spirokaeta Treponema
pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik, selama perjalanan
penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa
manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu.
Fase sifilis primer ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal maupun
multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras
dan terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup krusta dan terjadi ulserasi.
Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Infeksi juga dapat terjadi
tanpa ditemukannya chancer (ulkus durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi
terjadi di rektum atau serviks.Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh
spontan dalam waktu 4 hingga 6 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati
mengalami stadium generalisata (sekunder). Timbul ruam makulo papuler
bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati.
Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang
secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian.
Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ
tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. Pada kulit kepala dijumpai
alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai di daerah oksipital.
Penularan dapat terjadi jika ada lesi mukokutaneus yang basah pada penderita
sifilis primer dan sekunder. Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari
mereka yang tidak diobati akan masuk kedalam fase laten. Fase laten
merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis namun dengan pemeriksaan
serologis yang reaktif. Akan tetapi bukan berarti perjalanan penyakit akan
5
berhenti pada tingkat ini, sebab dapat terjadi sifilis stadium lanjut berbentuk
gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler (Daili et al., 2011).
2.2.4 Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum terdapat pada
vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala peradangan,
gatal dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang
menyerupai bubur (James, Berger, & Elston, 2006). Kandidiasis dapat
ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga
dua pasangan harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada pria biasanya
berupa kemerahan dan iritasi pada glans di bawah preputium pada yang tidak
disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat (Daili et al.,
2011).
6
dengan permukaan yang halus dan licin, multipel tersebar secara diskret atau
lesi terlihat sebagai makula atau tidak terlihat dengan mata telanjang. Infeksi
HPV juga dihubungkan dengan terjadinya karsinoma serviks (Daili et al.,
2011).
7
sistem kekebalan tubuh ini mengakibatkan timbulnya oportunistik dan
keganasan yang merupakan gejala gejala klinis AIDS (Handsfield, 2011; Daili
et al., 2011).
2.2.9 Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh
suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis. Trichomoniasis hampir
semuanya ditularkan secara seksual. Penyakit ini sering menyerang pada traktur
urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria. Pada wanita sering
asimptomatik, bila ada keluhan berupa duh tubuh vagina yang banyak, berbau,
bisa berwarna kuning, hijau dan berbusa. Terdapat perasaan gatal dan terbakar
di daerah kemaluan, disertai dengan perasaan tidak enak di perut bawah.
Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina.
Variasi gambaran klinis tricomoniasis sangat luas, berbagai kuman lain
penyebab IMS dapat menimbulkan gejala yang sama sehingga diagnosis hanya
berdasar gambaran klinis tidak dapat dipercaya. Pada wanita, diagnosis
trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan
langsung atau pada biakan duh tubuh penderita (Djuanda, 2011).
8
1. Darah
Dari tansfusi darah yang terinfeksi, menggunakan jarum suntik bersama,
atau benda tajam lainnya ke bagian tubuh untuk menggunakan obat atau
membuat tato.
2. Ibu hamil kepada bayinya
Penularan selama kehamilan, selama proses kelahiran. Setelah lahir, HIV
bisa menular melalui menyusui.
3. Sentuhan
Herpes dapat menular melalui sentuhan karena penyakit herpes ini biasanya
terdapat luka-luka yang dapat menular bila kita tersentuh, memakai handuk
yang lembab yang dipakai oleh orang penderita herpes.
4. Tato dan tindik
Pembuatan tato di badan, tindik, atau penggunaan narkoba memberi
sumbangan besar dalam penularan HIV/AIDS. Sejak 2001, pemakaian jarum
suntik yang tidak aman menduduki angka lebih dari 51 % cara penularan
HIV/AIDS.
9
A. Prosedur Kerja
Bahan Pemeriksaan :
Duh tubuh vagina diambil dengan sengkelit. sengkelit tersebut dimasukan
kedalam 1 mL saline dalam sebuah tabung kecil, maka saline tersebut dapat
digunakan untuk sediaan basah saline dan KOH.
Untuk pemeriksaan pH vagina, tempelkan kertas pH pada dinding vagina.
Hindari kontak dengan mukus di serviks karena pH tinggi.
Cara Kerja :
• Penerimaan sediaan dari ruang pengambilan spesimen
– Sediaan harus diterima bersama dengan formulir catatan medis
– Cocokan nomor kode sediaan dengan nomor kode di catatan medis
• Ambil cairan dalam tabung reaksi dengan pipet, teteskan pada obyek glas
• Tutup menggunakan kaca penutup dengan menempelkan salah satu sisi
kaca penutup pada sediaan dan menutupnya secara perlahan.
• Periksa sediaan NaCl terlebih dahulu dibawah mikroskop dengan lensa
objektif 10x dan 40x untuk melihat parasit Trichomonas vaginalis dengan
gerakan flagelanya yang khas, serta clue cell
• Teteskan 1 tetes KOH 10 % pada obyek glass aduk dengan sengkelit yang
terisi spesimen
• Lakukan Whiff Test
• Periksa sediaan KOH 10% dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x
dan 40x untuk melihat adanya bentuk-bentuk Candida sp.
• Masukan sediaan yang sudah diperiksa kedalam campuran hipocloride
0.5%
• Tulis hasil pemeriksaan pada catatan medis dan buku register laboratorium
IMS
• Berikan lembar catatan medis pada ruangan konseling dan pengobatan
10
• Berbentuk amoboid (umumnya oval), lebih besar dari lekosit PMN dan
dalam sediaan segar dapat dikenali dari gerakannya yang menghentak-
hentak.
• Sulit menyerap warna, jika sdh mati mudah diwarnai
• Diagnosa ditegakkan dengan ditemukannya Trichomonas walaupun hanya
satu.
2. Clue cells adalah sel epitel vagina yang ditutupi oleh berbagai bakteri
vagina sehingga memberikan gambaran granular dengan batas sel yang
kabur karena melekatnya bakteri batang atau kokus yang kecil. Beberapa
Clue cells dan sedikit atau tidak adanya PMN adalah indikasi bakterial
vaginosis. Untuk meningkatkan sensitivitas clue cell dilakukan pengecatan
gram (sensitivitas 90%, spesifisitas 77%)
Interpretasi Hasil
Trichomonas : Pos : ditemukan 1 T.vaginalis
Clue cells : > 20% sel epitel ditutupi bakteri dibaca per lapang pandang
Kandida : > 1 pseudohifa atau blastofora
3. Preparat Kering
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan yang paling sering dilakukan
dalam bakteriologi. Pewarnaan ini dikategorikan sebagai differential stain dan
11
berfungsi untuk membedakan antara bakteri negatif Gram dan positif Gram.
Pewarnaan Gram lebih akurat dibandingkan dengan Pewarnaan lain.
Pewarnaan Gram dapat dilaksanakan sebagai pemeriksaan penunjang
diagnosis, servisitis uretritis gonore, servicitis/ uretritis non spesifik, proktitis
gonore, proktitis non spesifik dan kandidosis berdasarkan atas jumlah lekosit
PMN, epitel atau ditemukan ada tidaknya komponen bakteri seperti diplokokus
gram negatif intra seluler.
12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular yang
menyebabkan infeksi pada alat reproduksi laki-laki maupun wanita, baik
hubungan seks melalui senggama (vaginal), lewat mulut (oral/karaoke)
ataupun lewat dubur (anal). Dalam Bahasa Inggris sering disebut Sexual
Transmitted Desease (STD). Penyakit IMS dapat disebabkan oleh bacterial
vaginosis, virus maupun parasite. Pemeriksaan IMS dapat menggunakan
pengamatan preparat basah dan preparat kering.
1.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang
tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. dr . Ida Bagus Gede,Manuaba . SPog, Mengenali Kesehatan Reproduksi.
Arcan. Jakarta. 1999.
Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk Factors for the Acquisition of Genital warts :
are Condoms protective?. Sex Transm Inf. 1999
14