Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai warga negara yang baik, setia kepada nusa dan bangsa, seharusnyalah
mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat
negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama bangsa Indonesia, baik ketika negara dalam kondisi yang aman maupun dalam
kondisi negara yang terancam. Hal itu tebukti dalam sejarah dimana pancasila selalu menjadi
pegangan ketika terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa indonesia.
Pancasila merupakan cerminanri karakter bangsa dan neg indonesia yang beragam. Semua
itu dapat diterlihat dari fungsi dan kedudukan pancasila, yakni sebagai; jiwa bangsa indonesia,
keribadian bangsa, pandangan hidup bangsa, sarana tujuan hidup bangsa indonesia, dan
pedoman hidup bangsa indonesia.
Oleh karena itu, penerapan pancasila dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara sangat penting dan mendasar oleh setiap warga negara, dalam segala aspek
kenegaraan dan hukum di Indonesia. Pengamalan pancasila yang baik akan mempermudah
terwujudnya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan dalam hidup
bermasyarakat berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan
nasional. Tujuan negara dalam Pembukaan UUD 1945, “melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah indonesia”. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional
(tujuan umum), “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila
sebagai paradigmapembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam
segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila
pancasila. Kalau dilihat dari pengertian paradigma, Paradigma adalah asumsi-asumsi dasar
dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan
suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga
sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jika ditemukan kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada, maka ilmuan akan
kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi teoritis sehingga dengan demikian
perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengakaji paradigma dari ilmu pengetahuan
tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu
sendiri. Jadi, Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional, berartikan Pancasila
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam pembangunan
nasional dan jika ditemukan kelemahan-kelemahan pada teori yang telah ada tentang
pembangunan nasional, maka ilmuan akan kembali pada pengertian sila-sila itu sendiri.
Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh
karena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk
mewujudkan tujuan seluruh warganya untuk kembali pada dasar hakikat-hakikat manusia
“monoprulalis”.Unsur-unsur hakikat manusia “monoprulalis” meliputi susunan kodrat
manusia, rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia makhlukindividual dan makhluk
sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan yang Maha Esa. Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional
dalam berbagai bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan
nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal, rasa, dan kehendak, aspek
raga (jasmani), aspek individu, aspek sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan
terhadap Tuhannya dengan cara berpedoman pada pancasila.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan. Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan
berbangsa dan bernegara yang implementasinya mewajibkan semua manusia Indonesia
harus ber-ketuhanan. Karena keberadaan Tuhan melingkupi semua wujud dan sifat dari alam
semesta ini, diharapkan manusia Indonesia dapat menyelaraskan diri dengan dirinya sendiri,
dirinya dengan manusiamanusia lain di sekitarnya, dirinya dengan alam, dan dirinya dengan
Tuhan. Keselarasan ini menjadi tanda dari mausia yang telah meningkat kesadarannya dari
kesadaran rendah menjadi kesadaran manusia yang manusiawi. Pancasila, dalam konteks
masyarakat bangsa yang plural dan dengan wilayah yang luas, harus dijabarkan untuk
menjadi ideologi kebangsaan yang menjadi kerangka berpikir (the main of idea), kerangka
bertindak (the main of action), dan dasar hukum (basic law) bagi segenap elemen bangsa.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana
tujuan yang ingin dicapai bangsa tersebut tentunya diperlukan pandangan hidup yang
berfungsi untuk memberikan pedoman dan arah bagi suatu bangsa. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dijadikan sebagai pedoman dalam memecahkan
masalah-masalah politik, ekonomi, social, budaya bahkan agama yang timbul dalam gerak
masyarakat yang semakin maju. Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 sarat denga jiwa dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan Negara
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pancasila menjadi sumber tertib sosial seluruh
kehidupan rakyat Indonesia dan menjadi sumber tertib negara serta tertib hukum. Selain itu,
Pancasila juga menjadi pedoman dalam hidup bermasyarakt, berbangsa dan bernegara
Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, Pancasila menganjurkan manusia untuk
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta alam raya beserta isinya. Pancasila
juga menekankan bahwa hidup manusia tergantung pada Tuhan. Adanya hidup dan mati
ditentukan oleh Tuhan. Indonesia dengan agama yang berbeda-beda tentunya sangat
memerlukan pancasila sebagai landasan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Pada
dasarnya setiap agama di Indonesia mengajarkan berketuhanan, tentang kemanusiaan, rasa
persatuan, mengajarkan juga berkekeluargaan, dan berkeadilan. Jadi, pada dasarnya semua
agama di Indonesia telah mengamalkan kelima unsure Pancasila tersebut., sehingga dalam
kehidupan antar umat beragama antara satu dengan yang lain ada rasa persatuan sebagai
sesama warga masyarakat dan saling menghormati dalam hal beragama. Akan tetapi, salah
satu masalah yang dewasa ini dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah adanya anggapan
bahwa agama A lebih baik dari agama lainnya, yang berdampak pada persatuan dan
kesatuan Indonesia. Maraknya aksi terorisme, bentrok antar warga dan antar suku bangsa,
juga aksi bom yang terjadi belakangan ini kian membuat resah Bangsa Indonesia, lambat laun
terasa tiada lagi jiwa dan semangat persatuan. Oleh karena itu, pemahaman dan penanaman
nilai-nilai Pancasila sudah seharusnya digali dan ditanamkan pada diri setiap warga Negara
Indonesia agar terwujud kembali Negara Indonesia yang Bersatu, Berdaulat, Adil dan
Makmur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah pancasila sebagai paradigma pembangunan?
2. Bagaimana pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila?
3. Bagaimana realisasi pengamalan pancasila dalan bidang ekonomi, budaya, pendidikan,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi?
4. Mengapa pancasila di jadikan sebagai sarana pemersatu bangsa?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat denagn tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui:
1. Peranan pancasila sebagai paradigma pembangunan.
2. Mengetahui pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila
3. Mengetahui realisasi pengamalan pancasila dalan bidang ekonomi, budaya,
pendidikan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Serta mengetahui pancasila dijadikan sebagai sarana pemersatu bangsa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normative


menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional
yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar
negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup
manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur
penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a) susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b) sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c) kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan
aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan
manusia secara totalitas.

2.2 Pola Pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan Pengamalan Pancasila


Pola pelaksanaan pedoman pelaksanaan pengamalan pancasila dilakukan agar
Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan oleh segenap warga negara, baik dalam
kehidupan orang seorang maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Oleh sebab itu,
diharapkan lebih terarah usaha-usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi insan
Pancasila dan pembangunan bangsa untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.
1. Jalur-jalur yang digunakan
1) Jalur pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengamalan Pancasila,
baik pendidikan formal (sekolah-sekolah) mapun pendidikan nonformal (di keluarga dan
lingkungan masyarakat), keduanya sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia.
Dalam pendidikan formal semua tindak-perbuatannya haruslah mencerminkan nilai-
nilai luhur Pancasila. Dalam pendidikan keluarga pengamalan Pancasila harus
ditanamkan dan dikembangkan sejak anak-anak masih kecil, sehingga proses pendarah-
dagingan nilai-nilai Pancasila dengan baik dan menuntut suasana keluarga yang
mendukung. Lingkungan masyarakat juga turut menentukansehingga harus dibina
dengan sungguh-sungguh supaya menjadi tempat yang subur bagi pelaksanaan
pengamalan Pancasila.
Melalui pendidikan inilah anak-anak didik menyerap nilai-nilai moral Pancasila.
Penyerapan nilai-nilai moral Pacasila diarahkan berjalan melalui pemahaman dari
pemikiran dan dan pengamalan secara pribadi. Sasaran pelaksanaan pedomaan
pengamalan Pancasila adalah perorangan, keluarga, masyarakat, baik dilingkungan
tempat tinggal masing-masing, maupun di lingkungan tempat bekerja.
2) Jalur media massa
Peranan media massa sangat menjanjikan karena pengaruh media massa dari dahulu
sampai sekarang sangat kuat, baik dalam pembentukan karakter yang positif maupun
karakter yang negatif, sasaran media massa sangat luas mulai dari anak-anak hingga
orang tua. Sosialisasi melalui media massa begitu cepat dan menarik sehingga semua
kalangan bisa menikmati baik melalui pers, radio, televisi dan internet. Hal itu membuka
peluang besar golongan tertentu menerima sosialisasi yang seharusnya belum saatnya
mereka terima dan juga masuknya sosialisasi yang tidak bersifat membangun. Media
massa adalah jalur pendidikan dalam arti luas dan peranannya begitu penting sehingga
perlu mendapat penonjolan tersendiri sebagai pola pedoman pengamalan Pancasila.
Sehingga dalam menggunakan media massa tersebut harus dijaga agar tidak merusak
mental bangsa dan harus seoptimal mungkin penggunaannya untuk sosialisasi
pembentukan kepribadian bangsa yang pancasilais. Jadi, untuk sosialisasi-sosialisasi
yang mengancam penanaman pengamalan Pancasila harus disensor.
3) Jalur organisasi sosial politik
Pengamalan Pacansila harus diterapkan dalam setiap elemen bangsa dan negara
Indonesia. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin bangsa dalam
bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung jawabnya.
Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai
Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengmalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, abdi masyarakat juga sebagai
abdi masyarakat, dengan begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan
serta cita-cita hidup bangsa Indonesia akan terwujud.
2. Penciptaan suasana yang menunjang
1) Kebijaksanaan pemerintah dan peraturan perundang-undangan
Penjabaran kebijaksanaan pemerintah dan perundang-undangan merupakan salah
satu jalur yang dapat memperlancar pelaksanaan pedoman pengamalan pancasila
dimana aspek sanksi atau penegakan hukm mendpat penekanan khusus.
2) Aparatur negara
Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan keadaan
yang mendorong pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila. Dan aparatur
pemerintah sebagai pelaksana dan pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan pengamalan Pacasila perlu disediakan dan memfungsikan
lembaga-lembaga kenegaraan, khususnya lembaga penegak hukum dalam menjamin
hak-hak warga negaranya dan melindungi dari perbutan-perbuatan tercela.
3) Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat
Peranan kepemimpinan dan pemimpin masyarakat, baik pemimpin formal maupun
informal sangat penting dalam pelaksanaan pedoman pengamalan. Mereka dapat
menyampaikan bagaimana pola Dengan pelaksanaan pedoman pengamalan Pancasila
dan menyuruh bawahan atau umatnya untuk mengikuti pola pedoman pelaksanaan
Pancasila. begitu Pengamalan pancasila akan tetep lestari.

2.3 Realisasi Pengamalan Pancasila dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
1. Bidang ekonomi
Ekonomi yang berdasarkan Pancasila tidak dapat dilepaskan dari sifat dasar individu dan
sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain untuk memenuhi semua
kebutuhanya tetapi manusia juga mempunyai kebutuhan dimana orang lain tidak
diharapkan ada atau turut campur. Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas
kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam
kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan bebas yang mematikan.[2]
Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya tidak
melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat
keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam
bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi
sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan sehingga usaha-usaha kecil
dapat berkembang dan mendukung perekonomian Indonesia menjadi kuat.
2. Bidang Budaya
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum,
adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.[3] Begitu luas cakupan kebudayaan tetapi dalam
pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa Indonesia adalah budaya ketimuran, yang
sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah, kesusilaan dan lain-lain. Budaya
Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal Iptek dan pola hidup,
perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil masuk dan
diterima oleh bangsa Indonesia. Semua kebudayaan asing yang diterima adalah
kebudayaan yang masih sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang
kebudayaan yang jelas-jelas bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang
di Indonesia. Ini menunjukan bahwa filter Pancasila tidak berperan optimal, itu terjadi
karena pengamalan Pancasila tidak sepenuhnya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh
karena itu harus ada tindakan lanjut agar budaya bangsa Indonesia sesuai dengan
Pancasila. Pembudayaan Pancasila tidak hanya pada kulit luar budaya misalnya hanya
pada tingkat propaganda, pengenalan serta pemasyarakatan akan tetapi sampai pada
tingkat kemampuan mental kejiwaan manusia yaitu sampai pada tingkat akal, rasa dan
kehendak manusia.[4]
3. Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Maka dari itu
pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai diperhatikan. Pendidikan nasional harus
dipersatukan atas dasar Pancasila. Perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila
tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasiona, yang menjadi dasar tunggal bagi
penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan begitu diharapkan tujuan
pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah
menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
4. Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang menyangkut hidup
mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Di samping itu
Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
karena Iptek pada dasarnya adalah untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai
Pancasila bilamana dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, adalah sebagai berikut:
a) Hormat terhadap hayat, karena semua makhlu hidup yang ad di alam semesta ini adalah
makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila I).
b) Persetujuan suka rela untuk eksperimen dengan penerangan yang cukup dan benar
tentang guna akibatnya, karena ilmu pengetahuan dan teknologi adalah demi
kemanusiaan (sila II, IV).
c) Tanggung jawab sosial ilmu pengetahuan dan teknologi harus lebih penting dari pada
mengejar pemecahan persoalan ilmiah namun mengorbankan kemanusiaan (sila II, V).
d) Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara seluruhnya (sila III).
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tenologi harus mendahulukan kepentingan bangsa
dan negara.
e) Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya (sila III, V).
f) Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur darma ilmu pengetahuan, yaitu
penelitian, pengajaran, penerapan, dsan pengamalannya (sila II, III, V).
g) Pelestarian lingkungan dengan memperhitungkan generasi mendatang (sila I, II, V).
h) Hak untuk berbeda dan kewajiban untuk bersatu (semua sila).
i) Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mengakibatkan terpisahnya jasmani
dan rokhani bagi hayat (semua sila).

2.4 Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa


Dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 yang memuat judul tentang memorandum
DPRGR mengenai sumber tertib hukum republik ndonesia dan tata urutan peraturan
perundangan republik Indonesia, didalam lampiranya menyatakan sebagai berikut : Pancasila
: sumber dari segala sumber hukum “ ( H. Subandi Al Marsudi, SH., MH, 2003 : 10-11 ).
Sehingga dengan hal tersebut hendaknya pancasila benar–benar mampu melaksanakan apa
yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia artinya setiap peraturan perundang–undangan di
Indonesia harus mengacu kepadanya dan tidak menyimpang dari ketentuan serta asas–asas
yang terkandung didalamnya. Segala cita–cita luhur bangsa Indonesia tersirat dalam naskah
pancasila hal tersebut dapat diartikan bahwa pancasila dapat dijadikan alas dalam
melaksanakan cita–cita yang luhur tersebut. Dari pengertian pancasila merupakan cermin
kepribadian bangsa yang mengandung arti pandangan hidup, dasar Negara, tujuan dan
kesadaran bangsa juga terkandung didalamnya Dari hal tersebut maka bangsa Indonesia
memiliki cita–cita luhur yang terkandung didalam pancasila, akan tetapi untuk dapat
mewujudkan berbagai cita–cita dan tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan apa yang
diamanatkan rakyat yang tercantum dalam pancasila tidak akan dapat terwujud tanpa adanya
upaya memaknai kembali nilai–nilai luhur yang terkandung dalam pancasila sehingga
pancasila akan tetap mampu menjadi sumber hukum bangsa Indonesia. Dengan adanya
pemaknaan akan nilai–nilai yang terkandung didalam pancasiala maka langkah awal untuk
melakukan pembaharuan khusnya di bidang hukum yang sesuai dengan apa yang menjadi
harapan masyarakat akan dapat tercapai. meskipun tidak dapat dipungkiri seiring dengan
perkembangan jaman serta pencampuran budaya secara global secara tidak disadari amanat
yang terkandung didalam pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sedikit demi
sedikit semakin terkikis. sehingga penulis menyatakan berbagai hal tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung akan muncul satu masalah yang utama adalah semakin
menipisnya rasa nasiaonalisme dan cinta tanah air bangsa Indonesia sehingga hal tersebut
akan mempengaruhi kualitas daripada sistem yang diciptakan. Pancasila lahir sebelum
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri. Artinya adalah, bahwa mendirikan sebuah
negara hanya semata-mata untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang sejahtera,
makmur dan sentosa. Bahwa tujuan tersebut adalah "kontrak sosial" antara Negara dengan
rakyatnya, dan Negara sebagai organisasi yang mengatur, berkewajiban untuk membawa
rakyat kepada tujuan yang dimaksud, tanpa menghilangkan hak-hak rakyatnya, sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi, karena rakyatlah yang memiliki negara, bukan negara yang
memiliki rakyat. Pancasila sebagai sebuah dasar negara mempunyai dua fungsi, yaitu
sebagai fungsi statis dan fungsi dinamis. Fungsi statisnya adalah, bahwa Pancasila sebagai
alat pemersatu dari ideologiideologi yang anti terhadap kolonialisme, kapitalisme dan
imprialisme, Pancasila juga sebagai pemersatu dari beragamnya kebudayaan rakyat
Indonesia dan pancasila berfungsi sebagai alat pemersatu dari semua unsur kehidupan rakyat
Indonesia. Sedangkan fungsi dinamisnya adalah pancasila sebagai pijakan berjalannya
negara, bahwa Pancasila memberi arah untuk mewujudkan surganya dunia, yaitu masyarakat
Indonesia yang sejahtera, makmur dan sentosa yang hidup damai diatas bumi pertiwi dibawah
kolong laingit ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu hanya dapat terjadi jika negara dijalankan
berdasarkan sila-sila yang terkandung dalam pancasila secara baik dan benar. Karena
Pancasila sebagai sebuah dasar Negara menjadi sumber dari UndangUndang Dasar dan
semua hukum yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu dipertegas
dalam Ketetapan MPRS No XX/1966. Oleh karena itu, adalah sebuah keharusan, bahwa
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan negara tidak boleh keluar dari nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Negara yang mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar
adalah negara yang mengeluarkan kebijakan bukan berdasarkan kepentingan partai, bangsa
asing, pemilik modal atau kelompoknya. Negara pancasilais adalah negara yang tidak akan
mendukung kolonialisme dibelahan dunia manapun dan dalam bentuk apapun, negara yang
pancasilais pastilah mengusir bangsa asing yang memasuki wilayah Indonesia hanya untuk
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia dan menghisap rakyatnya, negara yang
pancasilais adalah negara yang berdaulat terhadap negara yang lain, negara yang pancasilais
pastilah membangun perekonomian rakyatnya, negara yang pancasilais adalah negara yang
menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, negara yang pancasilais pastilah memberikan
kesempatan kepada semua rakyatnya yang berpotensi untuk menjadi pemimpin atau
seseorang yang bermanfaat buat orang banyak, negara yang pancasilais pastilah
mempersiapkan generasi penerus bangsa menjadi generasi yang mandiri dan bermoral baik,
negara yang pancasilais pastilah mempertahankan budaya masyarakatnya, negara yang
pancasilais pastilah mewujudkan masyarakat yang pancasilais. Ketika negara sudah dapat
berjalan dengan berpijak diatas pancasila secara baik dan benar, maka efek dominonya
adalah terwujudnya sebuah tatanan masyarakat pancasilais di bumi ini. Bahwa masyarakat
pancasilais adalah masyarakat yang saling menghargai antara pemeluk keyakinan,
masyarakat pancasilais adalah masyarakat yang bersaing tanpa harus membuat duka orang
lain, masyarakat pancasilais adalah masyarakat yang tidak mengagung-agungkan kejahatan
dan kebejatan, masyarakat pancasilais adalah masyarakat yang ikut merasakan kepedihan
ketika saudara sebangsanya merasakan kepedihan, masyarakat pancasilais adalah
masyarakat yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, masyarakat pancasilais adalah
masyarakat yang bekerja dengan gigih mengembangkan seluruh potensinya, masyarakat
pancasilais adalah masyarakat yang kritis terhadap kebijakan negara yang tidak berpihak
kepadanya. Memaknai pancasila sebagai sebuah dasar negara haruslah dilakukan secara
bersama-sama antara negara dengan rakyatnya. Negara haruslah sadar dengan posisinya
sebagai pelayan rakyat yang hanya bertugas untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat
pancasilais dengan bercirikan rakyat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Dan rakyatpun
harus sadar, bahwa rakyatlah pemilik syah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, ketika
negara keluar dari nilainilai pancasila, maka rakyat harus mengembalikan negara pada
pancasila. Pancasila harus selalu ada dalam setiap kebijakan dan berjalannya negara, dan
pancasila harus selalu ada dalam kehidupan keseharian rakyat Indonesia, sehingga pancasila
menjadi ruh yang kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Republik ini dibangun
karena kita menolak kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme yang telah nyata-nyata
mensengsarakan rakyat Indonesia selama berabad-abad. Sampai hari ini kita masih
berhadapan dengan isme-isme tersebut yang mengancam keutuhan dan kedaulatan bangsa
kita, dan sudah menjadi keyakinan kita yang tidak akan pernah goyah, hanya Pancasila-lah
jawaban yang dapat menyelamatkan kita dari keterpurukan yang berkepanjangan. Pancasila
disepakati sebagai sumber dari segala sumber hukum, tentunya akan menciptakan sebuah
asumsi bahwa pancasila merupakan sumber hukum yang sempurna yang mampu
menjangkau berbagai aspek. hal tersebut mengartikan bahwa kualitas akan produk hukum
kita ditentukan oleh seberapa jauh bangsa Indonesia mampu memaknai atau memahami
sumber dasarnya itu sendiri. Akan tetapi yang menjadi permasalahan saat ini adalah semakin
lama pemahaman terhadap nilai–nila pancasila sebagi sumber hukum justru semakin
memudar, oleh karena itu sepertinya kita perlu mempelajari kembali akan nilai yang
terkandung didalam pancasila. Pengaruh masuknya budaya–budaya asing di tengah–tengah
kehidupan masyarakat yang selalu dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah merupakan salah
satu penyebab semakin terkikisnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Adapun pendapat
yang menyatakan “ untuk meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap nilai–nilai pancasila
pertama kali perlu dibangun adanya “rasa memiliki” terhadap nilai–nilai pancasila. ( sumaryati,
2005 : 115 ). Pemahaman akan nilai atau makna yang terkandung didalam tiap sila- sila
pancasila mustinya harus dimulai sejak dini mulai dari pendidikan yang paling bawah hingga
pada tingkat pendidikan tinggi dengan tidak mendiskriminasi kajian ilmu tersebut, artinya
selama ini kajian yang menyangkut pemahaman akan pancasila masih ditempatkan pada
posisi dibawah, satu contoh misalnya pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan,
dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi sepertinya tidak terlalu
diutamakan dan kurang mendapat perhatian baik dari kalangan pelajar maupun pengajar
sehingga tidak jarang para generasi muda yang mengabaikan dan tidak memahami akan
makna yang terkandung didalam pancasila itu sendiri. Kekuasaan legislatif ( legislative power
) sebagai kekuasaan pembentuk undang – undang sepertinya belum sepenuhnya menjamin
akan mampu membentuk sebuah peraturan perundang – undangan yang sempurna akan
tetapi justru sebaliknya yang terjadi saat ini, undang – undang yang di bentuk seolah – olah
merupakan produk kepentingan semata sehingga hanya berlaku relevan dalam jangka waktu
tertentu saja atau relatif singkat sehingga kembali lagi harus melakukan perubahan terhadap
undang – undang tersebut. Di dalam pembentukan undang – undang maupun peraturan yang
lain tentunya tidak dapat dipisahkan dari aspek sosiologis, yuridis, serta aspek historis, masing
– masing hal tersebut merupakan hal mendasar yang harus dijadikan landasan dan di
perhatikan dalam pembentukan maupun perumusan sebuah peraturan hukum. Khususnya
dari aspek historis perlu diperhatikan sumber hukum yang paling dasar yaitu pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum, lahirnya suatu produk hukum yang tidak
mendasarkan hal tersebut tentunya akan menimbulkan berbagai persoalan di dalam
penerapanya. hal itu dikarenakan dasar hukum tersebut menyangkut falsafah dan pandangan
hidup bangsa. Rumusan di dalam UUD 1945 Setiap sila dari pancasila juga di siratkan di
dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 pada alenia ke 4 yang berbunyi ; “ kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara indonesia yang melindungi
segenapbangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk melaksanakan ketertiban
dunia dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam
suatu undang – undang dasar negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada ; ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadialn sosial bagi seluruh
rakyat indonesia “. ( UUD 1945 dan amandemenya ) Pada hakekatnya dibentuknya sebuah
undang – undang maupun peraturan lainya bertujuan untuk mengatur perilaku masyarakat
didalam hubunganya antar anggota masyarakat yang lain, sehingga diharapkan mampu
menjamin sebuah kepastian hukum. Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro. SH yang dikutip dari
R. Soeroso. SH dalam bukunya “ Pengantar Ilmu Hukum “ mengemukakan bahwa tujuan
hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat. (
R. Soeroso. SH, 2002 : 56 ). Dari teori tersebut maka konsep yang terkandung di dalam
pembukaan UUD 1945 alenia ke 4 dalam kalimat “...membentuk pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia...” maka dapat
terpenuhi, hanya saja dalam penerapanya masih banyak mengalami berbagi hambatan dan
persoalan. Rumusan yang terkandung didalam alenia ke 4 pembukaan UUD 1945 tersebut
sangat komplek, artinya rumusan tersebut sudahlah sangat cukup dijadikan landasan untuk
membentuk suatu sistem yang mampu menjangkau berbagai aspek yang terdapat di dalam
negara indonesia. Dari hal tersebut maka konsep pancasila yang tersirat didalam pembukaan
UUD 1945 merupakan tujuan nasional bangsa indonesia, yang terdiri dari
1. membentuk suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia
2. memajukan kesejahteraan umumdan mencerdaskan kehidupan bangsa
3. melaksanakan ketertiban dunia.
4. negara indonesia mempunyai falsafah dasar pancasila yaitu ; ketuhanan yang maha
esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpn oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia.selain daripada itu didalm pembukaan ”peambule “ tesirat beberapa pokok
pikiran yang terkandung di dalamnya, diantaranya sebagai berikut ; 1. Pokok pikiran yang
pertama → persatuan Bangsa indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari
berbagai ragam budaya, adat dan kelompok, lahirnya berbagai keragaman tersebut justru
akan menimbulakan persoalan misalnya perpecahan, apabila tidak dilandasi oleh sutu
falsafah yang tertuang didalam sila ke 3 pancasila yang berbunyi “ pesatuan indonesia “
dikuatkan dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 “ negara indonesia adalah negara kesatuan yang
berbntuk republik “ hal tersebut telah menjadi alas yang paling dasar sejak bangsa indonesia
merdeka, sehingga dengan modal persatuan dan kesatuan bangsa diharapkan akan terjadi
rasa saling menghormati setiap perbedaan tersebut. Hanya saja menurut saya, yang terjadi
saat ini sikap saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan justru semakin jauh
keluar dari hakikatnya artinya perbedaan antar suku, ras, budaya, agama dan lain sebagainya
seolah olah telah masuk kedalam bentuk “intervensi” yang mana memang diantara kedua
sikap tersebut memiliki batasan yang sangat tipis sehingga keanekaragaman tersebut justru
memunculkan penafsiran yang braneka ragam pula. Hal inilah sebenarnya yang menjadi
bumerang bagi bangsa kita.
Pancasila sebagai dasar pemerintahan di Indonesia, memiliki nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya yang telah dijelaskan dalam pembukaan UndangUndang Dasar 1945 sebagai
sumber dari keseluruhan hukum di Indonesia. Namun pada kenyataanya kebijakan hukum di
era reformasi pasca amandemen UUD 1945 belum mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila yang menumbuhkan rasa kepercayaan yang tingi terhadap berbagai perbedaan
pandangan, suku, agama, ras,dan budaya yang disertai kejujuran yang tinggi, saling
menghargai dan menghormati, non diskriminatif dan persamaan hak di depan hukum. Bangsa
Indonesia yang bersifat majemuk dan multikultur terdiri atas berbagai agama, suku, bangsa,
adat istiadat, dan bahasa daerah, menempati wilayah dan kepulauan yang sedemikian luas
maka tiddak mungkin berhasil disatukan tanpa tali pengikat yang jelas. Tali pengikat itu adalah
cita-cita, pandangan hidup yang dianggap ideal, yang dipahami, dipercaya dan bahkan
diyakini sebagai sesuatu yang mulia dan luhur. Pancasila dianggap sebagai alat pemersatu
karena berisi cita-cita dan gambaran tentang nilai-nilai ideal yang akan diwujudkan bangsa ini
Indonesia dengan agama yang beragam, tentunya memerlukan tali pengikat tersebut untuk
melahirkan semangat persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Memang, setiap agama
pasti memiliki ajaran tentang gambaran kehidupan ideal, yang masing-masing berbeda.
Perbedaan itu tidak akan mungkin dapat disamakan. Apalagi, perbaedaaan itu sudah
melewati dan memiliki sejarah panjang. Akan tetapi, masing-masing pemeluk agama melalui
para tokoh atau pemuka agamanya, sudah berjanji akan membangun Negara kesatuan
berdasarkan Pancasila. Ada pendapat yang mengatakan bahwa agama akan bisa
mempersatukan bangsa. Dengan alasan bahwa masing-masing agama selalu mengajarkan
tentang persatuan, kebersamaan, dan tolong menolong, sebagai dasar hidup bersama dan
bermasyarakat. Akan tetapi, pada kenyataanya tidak sedikit konflik terjadi antara pemeluk
agama yang berbeda. Kini orang merasakan perbedaan menjadi halangan untuk bersatu.
Maka, di sini lah peran Pancasila dengan sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
merangkum dan sekaligus menyatukan pemeluk agama yang berbeda-beda itu. Para
pemeluk agama yang berbeda-beda dari berbagai aspek itu disatukan oleh cita-cita dan
kesamaan ideologi bangsa yang tak lain adalah Pancasila.
Itulah sebabnya, melupakan Pancasila sama artinya dengan mengingkari janji
(kesepakatan) bersama sebagai satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Selain itu, apabila
muncul suatu kelompok masyarakat yang mengubah kesepakat itu, maka sama artinya
dengan melakukan pengingkaran sejarah dan janji yang telah disepakati bersama. Dengan
demikian, peran pancasila sebagai alat pengikat dan pemersatu bangsa yang harus selalu
diperkukuh setiap saat. Itulah mengapa Pancasila, sejarah dan filsafatnya harus tetap
diperkelanlan dan diajarkan kepada segenap warga bangsa ini, baik lewat pendidikan formal
maupun non formal. Pancasila memang hanya milik Indonesia, dan tidak dimiliki oleh bangsa
lain,. Namun tidak berarti bangsa Indonesia tanpa Pancasila bisa seperti bangsa lain,. Bangsa
Indonesia memiliki sejarah, kultur, dan budaya yang berbeda dengan bangsa lainnya.
Keberagaman yang ada di Indonesia inilah yang menjadi cirri khas bangsa ini, dan
memerlukan alat pemersatu yang dikenal dengan Pancasila.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai pemersatu bangsa, Pancasila mutlak diperlukan oleh seluruh generasi
bangsa. Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang sudah bersatu, tidak berarti Pancasila
tidak diperlukan lagi. Karena yang disebut bangsa Indonesia bukan hanya yang sekarang ini
ada, tetapi juga yang nanti akan ada. Selama masih terjadi proses regenerasi, selama itu pula
Pancasila sebagai pemersatu Bangsa masih tetap kita perlukan. Itu berarti, selama masih ada
bangsa Indonesia, selama itu pula masih kita perlukan alat pemersatu bangsa. Ini berarti,
bahwa selama masih ada bangsa Indonesia, maka Pancasila sebagai dasar negara masih
tetap kita butuhkan. Ini sekaligus membuktikan kebenaran Pancasila, baik selaku dasar
Negara, maupun sebagai kepentingan lain. Sehingga Pancasila menunjukkan memiliki
banyak fungsi atau multy function.
Pemahaman yang benar akan nilai – nilai yang terkandung didalam pancasila
merupakan suatu langkah awal untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air di dalam diri warga
indonesia, serta mendorong tumbuhnya rasa rela berkorban dan selalu ingin mengabdikan
diri kepada bangsa dan Negara. Pendidikan formal mustinya mampu memberikan porsi yang
istimewa terhadap mata pelajaran atau mata kuliah yang menyangkut pemahaman nilai – nilai
pancasila sehingga diharapkan setiap generasi dapat mengertia akan cita luhur yang
terkandung dalam pancasila. Berangkat dari hal tersebut, maka setiap perumusan suatu
produk hukum akan didasari rasa mencintai bangsa yang akan berdampak pada keinginan
untuk memberikan sesuatu yang terbaik terhadap bangsa dan Negara, sehingga kebijakan
apapun yang menyangkut kepentingan Negara akan ditujukan kepada kesejahteraan warga
Negara. akan tetapi yang muncul saat ini adalah berbagai produk hukum maupun kebijakan
yang lain seolah – olah hanya mengakomodasikan kepentingan kelompok atau golongan
tertentu saja. Munculnya berbagai konflik yang mengarah kepada konflik agama serta
berbagai perbedaan yang ada di Indonesia. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh
munculnya bebagai penafsiran serta kurangnya pemahaman akan nilai yang terdapat dalam
tiap sila pancasila, akibat dari berbagai pemahaman yang ada memunculkan suatu anggapan
bahwa apa yang mereka lakukan adala benar. Dengan keadaan seperti ini pemerintah harus
mampu memberiakn suatu ketentuan atau penjelasan baku serta memberi batasan – batasan
pengertian mengenai hal tersebut sehingg apabila munculpenafsiran yang keluar dari
ketentuan yang baku tersebut maka dapat dilakukan tindakan hukum.
3.2 Saran
1. Semangat Pancasila harus terus ditumbuhkan kepada setiap warga Negara Indonesia
2. Mata kuliah Pancasila harus tetap diajarkan sejak bangku pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi dengan maksud agar generasi-generasi penerus bangsa tidak
melalaikan Pancasila
3. Pancasila tak hanya dipahami secara teoritis namun harus aplikatif, adanya rasa saling
menghormati antar umat beragama, suku, dan budaya adalah salah satu wujud dari
pengamalan Pancasila agar tercapai Indonesia yang bersatu, adil dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA

Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta
: Rajawali Pers.
Asshiddiqie Jimly. 2004. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945. Yogyakarta. FH UII PRESS
Bakry MS, Noor.1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan Ed.revisi, Liberty : Yogyakarta.
Budiardjo, Miriam. 1992. Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia
Huntington, Samuel P. 1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta : Rajawal
Kaelan. 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma, sleman yogyakarta
Kencana Syafi’ie Inu. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia. Bandung Refika
Aditama.
Kusnardi Moh, Harmaily Ibrahim. 1981. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta
: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Soeroso. R. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika
Sumaryati. 2005. Jurnal Ilmu Hukum Novelty. Yogyakarta. Undang – Undang dasar republik
Indonesia dan Amandemenya. Surakarta : Pustaka Mandir Posted by rEnDhy999 at
22.09 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Kaelan. 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma, sleman yogyakarta
Rusmarsini, dkk, kewarganegaraan untuk kelas 2 SMP. CV. Media Karya Putra, Kartosura
Undang-Undang Dasar tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai