Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi
tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Suatu individu tidak dapat
mengalami evolusi, hanyalah suatu populasi yang dapat mengalami hal
tersebut. Komposisi genetik dari suatu individu sudah ditentukan semenjak
terjadinya fertilisasi, yakni persatuan antara spermatozoid dengan sel sel telur.
Kebanyakan dari perubahan sepanjang hidupnya ialah suatu perubahan
dialam eksperesi dari potensi pertumbuahan yang terkandung didalam gen.
Didalam populasi, baik komposisi genetik maupun dari potensi pertumbuhan
dapat berubah. Perubahan komposisis genetik populasi adalah evolusi.
Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun
prosesnya diketahui pada masa dikemukan oleh lamarck dan darwin, tanpa
ada variasi (kenanekaragaman), evolusi tiadak akan terjadi, dialam ada faktor
yang bekerja untuk memepertahankan keutuhan suatu jenis. Bila ada secara
sendiri maka kedua faktor tersebut seakan-akan bertentangan dengan kedua
faktor tersebut bekerja secara harmonis (Zaifbio, 2009).
Keanekaragaman (variabilitas) merupakan faktor utama dari evolusi.
Hal ini dikemukakan oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah
mereka. Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Untuk
melihat bagaimana keanekaragaman, kita harus mulai dari suatu struktur yang
paling kecil. Struktur tersebut adalah asam deoksiribonukleat yang terdiri dari
4 macam asam nukleat, yaitu adenine, mitosin (C), guanine (G) dan timidin
(T). Bila asam amino terakhir diganti dengan urasil (U), maka asam nukleat
akan membentuk 20 macam asam amino esensial. Kini diketahui bahwa
kombinasi tiga dari keempat macam asam nukleat akan membentuk asam
amino. Kombinasi ini dikenal dengan kode genetic. Adanya satu kode genetik
atau lebih mengkode asam amino ternyata belum dapat menerangkan dengan
jelas terjadinya keanekaragaman (Widodo, dkk. 2003).
Sementara itu, sejak masa lampau orang sudah mempertanyakan
mengapa umur suatu organisme sejenis tidak sama. Hal ini jelas terlihat
apabila kita memelihara suatu tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pada katak
dapat kita lihat bahwa jumlah telur yang dihasilkan berjumlah beratus-ratus
butir. Apabila semuanya hidup dan mampu berkembang biak, mungkin saat
ini seluruh permukaan bumi dipenuhi oleh katak, demikian juga bagi
organisme lain. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hal ini tidak mungkin
terjadi. Hanya individu yang sehat dan kuat, atau yang sempurna dalam
semua aspek kehidupannyalah yang dapat bertahan. Dalam kaitan ini, alam
mengadakan seleksi terhadap setiap struktur morfologi, anatomis, maupun
fisisologi setiap organsime. Dalam populasi terdiri dari sejumlah individu
tetapi tidak ada dua individu yang serupa. Perbedaan ini akan tampak dengan
nyata atau tidak nyata. Jika terjadi suatu seleksi untuk menentukan beberapa
varian dan seleksi menguntungkan untuk varian lain yang lain di dalam
populasi, maka komposisi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu sebab
sifat populasi itu ditentukan oleh individu yang ada di dalamnya
(Mariadi, 2013).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai permasalahan tentang variabilitas beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya dan apa kaitannya variabilitas dengan
teori evolusi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari variabilitas?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan keanekaragaman dan yang bekerja
untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian dari variabilitas.
2. Untuk memahami faktor yang menyebabkan keanekaragaman dan yang
bekerja untuk mempertahankan keutuhan suatu jenis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Variabilitas
Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai
individu dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda-beda.
Variabilitas dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan bagaimana
sifat itu mampu berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh lingkungan dan
genetik. Teori evolusi modern berpendapat bahwa sifat-sifat benda hidup itu
berubah dan perubahan itu diarahkan oleh seleksi alam. Contoh populasi
manusia menunjukkan variasi dalam raut muka, pigmentasi kulit, warna
rambut dan bentuk rambut, bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, golongan
darah dan lain sebagainya (Mariadi, 2013).
Keanekaragaman (variabilitas) merupakan faktor utama dari evolusi.
Hal ini dikemukakan oleh Lamarck, Darwin, maupun para pakar lain sesudah
mereka. Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak akan terjadi. Evolusi
berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Suatu individu tidak dapat dikatakan
mengalami evolusi, tetapi populasilah yang mengalami hal tersebut.
Perubahan yang diperoleh individu adalah perubahan dalam ekspresi dari
potensi pertumbuhan yang dikandung gen yang dibawa (Widodo, dkk.2003).
B. Faktor yang Menyebabkan Keanekaragaman
1. Variasi Genetik
Dalam populasi terdiri dari sejumlah individu tetapi tidak ada dua
individu yang serupa. Perbedaan ini akan tampak dengan nyata atau tidak
nyata. Jika terjadi suatu seleksi untuk menentukan beberapa varian dan
seleksi menguntungkan untuk varian yang lain di dalam populasi, maka
komposisi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu sebab sifat
populasi itu ditentukan oleh individu yang ada di dalamnya. Adanya
variasi tersebut dapat diterangkan secara fenotip dan genetik.
a. Variasi fenotip
Variasi fenotip dalam populasi dapat menyebabkan adanya seleksi
(reproduksi diferensial) antar individu. Variasi ini belum tentu
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan secara genetis. Variasi
yang disebabkan berbagai keadaan luar dalam waktu pertumbuhan
dapat dikenal oleh seleksi natural. Aksi seleksi natural pada segala
macam variasi dapat mengubah susunan suatu populasi dalam rentang
waktu yang tidak lama, namun sebaliknya aksi pada variasi yang
mencerminkan perbedaan-perbedaan genetis mempunyai pengaruh
jangka panjang. Jadi variasi yang memang benar-benar fenotipik
bukanlah bahan baku dalam evolusi (Widodo, dkk.2003).
Satu hal yang terdapat dalam variasi genetik, namun tidak berguna
sebagai bahan baku evolusi, yaitu variasi yang disebabkan mutasi
somatic. Mutasi penting dapat terjadi pada sel-sel ectoderm embrio
muda dari suatu hewan. Sel-sel hasil diferensiasi sel yang mengalami
mutasi ini akan diturunkan dalam rentang pertumbuhan dan
perkembangan individu ini. Hasil dari mutasi ini akan berpengaruh
pada system syaraf, namun mutasi ini tidak akan diturunkan kepada
generasi berikutnya sebab mutasi ini tidak terjadi pada sel kelamin.
Sel ectoderm bukanlah sel yang akan menjadi gamet. Sehingga,
seleksi yang dihasilkan mutasi somatic tidak dapat menghasilkan
suatu perubahan secara evolusi pada makhluk hidup yang berkembang
biak secara seksual (Widodo, dkk.2003).
b. Variasi genotip
Evolusi menyangkut sifat genetis suatu populasi, bukannya sifat-
sifat individu. Alela baru selalu timbul dari adanya variasi. Sekali
terbentuk suatu variasi dari berbagai macam alela, rekombinasi
merupakan suatu mekanisme yang memberikan variasi genetic yang
tidak terhingga pada suatu populasi. Variasi sebagai hasil meiosis dan
rekombinasi pada vertilisasi organism merupakan factor yang sangat
penting. Pindah silang, translokasi, aberasi kromosom merupakan
rekombinasi berikutnya (Widodo, dkk.2003).
Untuk mengetahui keanekaragaman, harus memulai dari struktur
yang sangat kecil, tetapi sangat penting dalam penentuan factor
keturunan. Struktur tersebut adalah DNA. DNA terdiri dari empat
macam asam nukleat, yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G), dan
Timin (T). Asam terakhir pada RNA diganti oleh Urasil (U). Keempat
macam asam nukleat akan membentuk 20 macam asam amino
esensial. Kombinasi tiga dari keempat asam nukleat akan membentuk
asam amino yang dikenal dengan triplet kodon atau kode genetic
(Widodo, dkk.2003).
Jika ada dua macam asam nukleat yang membentuk satu asam
amino, maka hanya akan diperoleh 16 macam kombinasi untuk 16
asam amino, sehingga tidak akan ditemukan empat macam asam
amino essensial yang lain. Dengan tiga kombinasi, maka akan
diperoleh 64 macam kemungkinan. Ternyata tiap satu macam asam
amino dikode oleh sekitar tiga macam kombinasi. Ada asam amino
yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada asam amino yang
dikode oleh enam macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu
asam amino dapat dihasilkan lebih banyak, bukan saja karena kode
tersebut terdapat berulang-ulang tetapi karena adanya lebih banyak
kemungkinan (probability). Adanya satu kode genotip atau lebih
belum dapat menerangkan terjadinya keanekaragaman. Variasi genetic
adalah satu-satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses
evolusi. Secara genetis, variasi dapat timbul akibat mutasi (Widodo,
dkk.2003).
Tabel 1.1 Perbandingan Variasi Fenotipik dan Genotipik
VARIASI FENOTIPIK VARIASI GENOTIPIK
a. Dapat menyebabkan adanya a. Sifat terwariskan dikontrol oleh
populasi (reproduksi diferensial) gen dan keseluruhan gen dalam
antar individu. suatu genom organisme.
b. Sifat-sifat itu berasal dari b. Variasi sebagai hasil meiosis
interaksi genotip dengan dan rekomendasi pada vertilisasi
lingkungan. organisme merupakan factor
yang penting. Pindah silang,
translokasi, aberasi kromosom
merupakan rekomendasi
berikutnya.

2. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik. Dalam karangan ini akan dijelaskan tentang adaptasi yang
dilakukan oleh hewan dan tumbuhan dan perbedaan adaptasi yang dilakukan
oleh hewan dengan adaptasi yang dilakukan oleh tumbuhan terhadap
lingkungannya.
a). Adaptasi Morfologi
Adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah,
macan, yang runcing dan tajam untuk makan daging, sedangkan pada
gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba tidak runcing dan tajam
karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun
dan untuk mengunyah makanan.
b). Adaptasi Fisiologi
Adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk
mempertahankan hidup dengan baik.
c). Adaptasi Tingkah Laku
Adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadap lingkungannya
3. Seleksi alam
Seleksi alam menyebabkan perubahan pada spesies. Dengan adanya
seleksi alam, hanya individu yang unggul dan memiliki karakteristik serta
kemampuan yang berbeda dari individu lain yang dapat bertahan dan
melanjutkan kehidupan. Sehingga akan menghasilkan keturunan yang
berbeda dari populasi yang terkena seleksi alam. Perubahan tersebut
bersama dengan adapatsi akan menciptakan perubahan secara genetik dan
morfologi, sehingga akan berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati.
C. Keanekaragaman Akibat Evolusi
1. Mutasi
Urutan DNA secara normal dicopy persis atau tepat selama proses
replikasi. Kadang-kadang kesalahan di dalam replikasi atau perbaikan
DNA dapat memunculkan urutan (sekuens) baru. Kesalahan ini disebut
mutasi. Mutasi adalah sumber hal-hal baru dan sumber variasi di dalam
evolusi. Empat aspek proses mutasi, yaitu
(1) mekanisme molekuler yang bertanggung jawab untuk tejadinya mutasi
(2) efek setiap jenis mutasi terhadap material genetik dan produknya
(3) atribut sementara dan ruang mutasi
(4) keacakan mutasi.
Sebagaimana dalam pengantar di awal pembicaraan bab ini, mutasi
dapat terjadi di dalam sel somatik dan germline (sel benih). Mutasi pada
sel somatik tidak diwariskan, maka dalam hubungannya dengan evolusi
untuk sementara tidak diperhitungkan dan dalam pembahasan ini istilah
“mutasi” akan digunakan eksklusif untuk menandakan mutasi di dalam sel
germinal. Beberapa organisme (misalnya tumbuhan) tidak mempunyai
suatu germline, sehingga tidak ada pembeda antara sel somatik dan
germline, maka mutasinya tidaklah menjadi suatu hal yang mutlak.
Mutasi dapat digolongkan berdasarkan panjang urutan DNA yang
dipengaruhi oleh peristiwa mutasi. Sebagai contoh, mutasi dapat
mempengaruhi nukleotida tunggal (mutasi titik) atau beberapa nucleotides
(mutasi yang terdiri beberapa bagian, segmental mutation). Mutasi dapat
juga digolongkan berdasarkan jenis perubahan yang disebabkan oleh
peristiwa mutasi:
1) Substitusi yaitu penggantian satu nucleotide oleh lain
2) Rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain
3) Delesi, penghilang satu atau lebih nucleotides dari DNA
4) Insersi (penyisipan), penambahan satu atau lebih nukleotida pada urutan
DNA
5) Inversi (pembalikan), perputaran 180° tentang suatu rantai ganda DNA
yang tersusun dua atau lebih pasang basa
2. Subtitusi
Substitusi merupakan salah satu jenis mutasi yang disebabkan oleh
pergantian satu nukleotida dengan nukleotida yang lain. Mutasi subtitusi
dibedakan menjadi transisi dan transverse. Transisi adalah perubahan antar A
dan G (purin), atau antar C dan T (pyrimidin), sedangkat transverse adalah
perubahan antara suatu purin dengan suatu pyrimidin. Ada 4 jenis transisi,
A→G, G→A, C→T, T→C, dan delapan jenis transverse A→C, A→T,
C→A, C→G, T→A, T→C, G→C, dan G→T.
Mutasi subtitusi yang terjadi di daerah protein-coding dapat digolongkan
menutur efek yang ditimbulkan pada produk translasi, yaitu protein. Suatu
mutasi disebut synonymous jika tidak menyebabkan perubahan apapun
terhadap asam amino yang ditetapkan. Sebaliknya, jika menimbulkan
perubahan maka disebut non synonymous. Suatu perubahan di dalam suatu
asam amino dalam kaitan dengan suatu perubahan nukleotida
nonsynonymous disebut replacement. Istilah synonymous dan silent mutation
sering dipertukarkan, sebab mayoritas kasus yang besar, perubahan
synonymous tidak mengubah urutan asam amino suatu protein dan yang tidak
ditemukan ditingkat asam amino. Mutasi synonymous tidak selalu
tersembunyi. Sebagai contoh, suatu perubahan synonymous dari kodon glysin
GGT ke GGA pada codon ke 25 dari exon pertama β-globin dibuktikan telah
untuk membentuk suatu simpangan sambungan baru, menghasilkan suatu
rangkaian protein yang panjangnya abnormal. Perubahan ini sungguh-
sungguh tidak tersembunyi. Oleh karena itu, sebaliknya membedakan
terminology antar keduanya. Tentu saja, semua mutasi tersembunyi pada
suatu protein-coding gen adalah synonymous.
Nonsynonymous lebih lanjut digolongkan ke dalam mutasi missence
dan nonsense. Suatu mutasi missence mengubah kodon yang dipengaruhi ke
dalam kodon asam amino yang kodenya telah ditetapkan sebelumnya. Suatu
nonsense mengubah suatu sense kodon ke dalam suatu kodon terminal.
Dengan begitu, proses translasi akan berakhir secara premature yang akhirnya
menghasilkan produk protein terpotong ujungnya. Kodon-kodon yang
termutasi pada suatu kodon terminal oleh perubahan nucleotide tunggal
missal UGC (Tyr), disebut kodon pra terminal (pretermination codons). Juga
dikenal suatu mutasi di dalam stop kodon yang menyebabkan translasi untuk
tetap berlanjut.
3. Rekombinasi
Rekombinasi merupakan salah satu penyebab mutasi yang terjadi secara
spontan. Rekombinasi adalah perubahan akibat masuknya gen-gen atau
segmen DNA dari molekul DNA (kromosom) lain ke dalam suatu molekul
DNA. Rekombinasi dapat menyebabkan aberasi kromosom.
Ada dua jenis rekombinasi homolog yaitu pindah silang dan konversi
gen. Reciprocal recombination melibatkan pertukaran sekuens homolog antar
kromosom homolog, yang menghasilkan kombinasi baru dari sekuen
bersebelahan dan pada waktu yang sama kedua varian terlibat peristiwa
rekombinasi. Sedangkan, rekombinasi nonresiprokal melibatkan penggantian
yang tidak seimbang satu sekuen oleh yang lain. Hal ini merupakan suatu
proses yang menghasilkan hilangnya salah satu dari sekuen varian yang
terlibat dalam peristiwa ini. Kedua jenis rekombinan homolog diperkirakan
melibatkan suatu molekul intermediet disebut Holliday structure atau
junction. Struktur ini mempengaruhi pembentukan kesalahan berpasangan
dari rantai ganda DNA yang biasa disebut heteroduplek. Kesalahan
berpasangan dalam heteroduplek dikenali oleh enzim seluler. Kemudian
menggunakan rantai komplementer sebagai template, DNA polymerase
mengisi daerah ‘gap’.
4. Delesi
Delesi adalah suatu aberasi kromosom (mutasi kromosom) berupa
perubahan struktur yang berakibat hilangnya suatu segmen materi genetik
dari sesuatu kromosom.
Suatu delesi bermula dari pemutusan kromosom yang diinduksi oleh
faktor-faktor penyebab seperti panas, radiasi (terutama radiasi pengion),
virus, serta senyawa kimia atau bahkan oleh kesalahan pada enzim-enzim
rekombinasi. Delesi dapat juga terjadi karena kejadian pindah silang tidak
setangkup atau unequel crossing over (Ayala, dkk, 1984), sebagaimana yang
terungkap pada kejadian hemoglobin Lepore dan Anti-Lepore (terjadi pada
duplikasi). Ada dampak delesi lain yang parah yaitu yang berakibat lepasnya
sentromer. Delesi semacam itu mengakibatkan terbentuknya suatu kromosom
asentrik, yang biasanya hilang selama meiosis. Kondisi tersebut
mengakibatkan seluruh kromosom mengalami delesi sehingga terbentuklah
suatu sel yang monosomik (Russel, 1992).
Delesi dapat terjadi dengan bantuan analisis kariotipe, jika bagian
kromosom yang mengalami delesi cukup besar, sehingga dapat terlihat di saat
kromosom-kromosom homolog disandingkan. Dalam hal ini satu kromosom
tampak lebih pendek daripada yang lainnya (Russel, 1992). Deteksi delesi
juga dapat dilakukan dengan bantuan pengamatan tentang ada atau tidak
adanya lengkungan di saat kedua kromosom homolog berpasangan.
Lengkung kromosom semacam itu terbentuk karena delesi (interkalar) hanya
terjadi pada satu kromosom, sedangkan pasangan homolognya tidak
mengalami delesi. Individu atau sel yang memiliki kromosom semacam itu
dinyatakan bersifat heterizigot. Biasanya lengkungan semacam itu baru dapat
terlihat atau teramati pada kromosom politen sel-sel somatic dari serangga
tertentu senacam Drosophila.
Contoh delesi antara lain yang pernah dilaporkan pada Drosophila dan
manusia. Delesi pada Drosophila tersebut menyebabkan timbulnya mutan
Notch. Fenotip Notch tersebut terlihat berupa adanya lekukan sayap pada tepi
postero lateral (Anyala, dkk, 1984 dan Klug, dkk, 1994). Mutan tersebut
terpaut kromosom kelamin X, bersifat letal pada kondisi homozigot (betina)
maupun hemizigot (jantan). Jadi hanya pada individu betina heterozigot saja
ditemukan fenotip mutan seperti tersebut.
Satu contoh delesi yang terkenal pada manusia adalah yang
menimbulkan sindrom Cri-du-chat (“cry-of-the-cat”). Delesi penyebab
timbulnya sindrom itu bersifat heterozigot. Delesi tersebut terjadi pada lengan
pendek kromosom 5. Teriakan para bayi pengidap sindrom tersebut terdengar
seperti bunyi meong kucing. Sindrom itu juga ditandai dengan ukuran kepala
yang kecil, abmorlalitas pertumbuhan yang parah, serta adanya
keterbelakangan mental (IQ antara 20-40), para penderita biasanya meninggal
pada masa bayi atau awal masa kanak-kanak seaklipun ada juga yang tetap
hidup hingga dewasa (Anyala, dkk, 1984).
Contoh delesi lain pada manusia adalah yang menimbulkan leukimia
myelositis kronis (Gardner, dkk, 1991). Delesi tersebut terjadi pada
kromosom 22. Penderita leukimia myelositis tersebut juga mengalami
translokasi menuju kromosom lain. Dalam hal ini sebagian lengan panjang
kromosom 22 biasanya ditranslokasikan ke kromosom 9. Delesi heterozigot
lain pada manusia yang juga menimbulkan cacat parah adalah yang terjadi
pada kromosom 11 khususnya pada pita 11. (Gardner, dkk, 1991). Delesi itu
menimbulkan tumor Wilma tau nefroblastoma, yang merupakan suatu tumor
ginjal terutama pada anka-anak (Gardner, dkk, 1991 dan Klug, dkk, 2000).
5. Inversi
Inversi adalah penataan kembali struktur kromosom melalui pemutaran
arah suatu ruas kromosom. Inversi menyebabkan kromosom mutan memiliki
ruas yang runtunan basanya merupakan kebalikan dari runtunan basa
kromosom liar. Misalnya, pada suatu kromosom memiliki urutan ruas
ABCDEF, setelah inversi diperoleh urutan AEDCBF. Artinya, terjadi
pemutaran ruas BCDE.
Proses inversi berhubungan dengan proses pindah silang atau
rekombinasi pada rusa-ruas yang memiliki runtunan basa yang sama.
Perubahan posis urutan basa oleh inversi dapat mengubah ekspresi gen.
contohnya, sebuah gen yang dipengaruhi oleh ggen yang letaknya berdekatan
mungkin tidak terekspresikan atau menghasilkan fenotipe yang berbeda
setelah terpisah dari gen-gen tetangganya.
Inversi adalah pembalikan 1800 segmen-segmen kromosom (Anyala,
dkk, 1984; Russel, 1992; Klug dan Cummings. 2000). Pada inversi tidak ada
materi genetic yang hilang. Dalam hal ini yang terjadi adalah perubahan atau
penataan kembali urutan linear gen. Dikenal dua macam inversi yaitu yang
perisentrik dan yang parasentrik.
Inversi parasentrik tidak mengakibatkan perubahan panjang suatu
lengan kromosom, sedangkan inversi perisentrik dapat menimbulkan
perubahan panjang sesuatu lengan kromosom. Inversi perisentrik bertanggung
jawab terhadap beberapa perubahan konfigurasi kromosom yang telah
berlangsung selama evolusi, sebagai contoh misalnya kromosom ke 17
manusia tergolong akrosentrik, sedangkan kromosom tersebut pada simpanse
tergolong ma tesentrik.
Dampak Inversi Terhadap Pembentukan Gamet. Dampak inversi
terhadap pembentuikan gamet tergantung kepada apakah meiosis terjadi pada
yang heterozigot inversi atau pada individu homozigot inverse. Contoh
individu heterozigot inversi misalnya yang mempunyai urutan segmen
kromosom ABCDEFGH / ADCBEFGH; sedangkan yang homozigot inversi
misalnya ADCBEFGH / ADCBEFGH. Dalam hal ini jika individu yang
mengalami meiosis itu mengidap inversi homozigot, maka meiosis itu akan
berlangsung secara normal dan tidak ada permasalahan yang terkait dengan
duplikasi gen atau delesi (Russel, 1992).
Sebaliknya jika individu yang mengalami meiosis itu mengidap inverse
heterozigot maka sinapsis linear yang normal itu tidak mungkin terwujud
selama meiosis. Sinapsis antara kromosom-kromosom homolog baru akan
terwujud jika terbentuk lengkung (loop) yang mengandung segmen-segmen
yang mengalami inverse (Anyala, dkk, 1984). Lengkung itu disebut inversion
loop. Jika selama meiosis itu, pindah silang terjadi di dalam segmen yag
terbalik itu (di dalam lengkung inversi), maka akan terbentuk kromatid yang
abnormal dan terbentuknya kromatid yang abnormal itu akan mengakibatkan
sebagian gamet hasil meiosis menyimpang dari yang lazim. Damoak
semacam juga akan terjadi jika pindah silang terjadi di dalam lengkung
inversi selama meiosis individu pengidap inverse heterozigot yang
perisentrik. Dalam hal ini kromatida-kromatida rekombinan yang langsung
terlibat pada pertukaran segmen mengalami duplikasi dan delesi, namun
demikian tidak ada kromatid asentrik maupun disentrik yang dihasilkan.
Gamet yang memiliki kromatid-kromatid tersebut akan menurunkan embrio
yang mati.
Adapun akibat dari mutasi sebagai berikut:
1. Mutasi yang mengubah struktur DNA tetapi tidak mengubah produk yang
dihasilkan. DNA merupakan sumber informasi genetic. Dna akan
ditranslasi menjadi asam amino. Ada asam amino yang dikode oleh satu
kode genetic, tetapi ada yang dikode oleh lebih dari (hingga enam) kode
genetic. Apabila mutasi terjadi pada suatu tempat pada DNA, tetapi kode
yang berubah tetap mengkode asam amino yang sama, maka mutasi
tersebut tidak berakibat apa-apa.
2. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk, tetapi
tidak mengubah fungsi produk yang dihasilkan. Dalam hal ini perubahan
produk, misalnya asam amino yang dihasilkan adalah lisin. Padahal kode
genetic sebelum mutasi terjadi adalah asam amino treonin. Akibatnya
terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan. Walaupun
demikian, protein itu tidak mengalami perubahan fungsi.
3. Mutasi terjadi dan perubahan fungsi sangat besar, namun terjadi pada sel
somatic, jadi tidak diturunkan. Mutasi sel somatik jarang terlihat. Misal
tahi lalat dianggap mutasi somatic yang tidak diturunkan.
4. Mutasi yang bersifat fatal, sehingga organism tersebut mati, jadi tidak
terlihat. Kalau mutasi semacam ini terjadi dalam tingkat sel biasanya
produksi akan diserap tubuh. Itupun kalau produk tersebut memang
dibuat. Mutasi yang bersifat fatal dikenal dengan gen letal. Banyak gen
letal yang diketahui, misalnya kebutaan (tidak semuanya). Hemofilia.
Hanya berkat ilmu kedokteran, manusia bertahan. Apabila hal ini terjadi
pada hewan, maka mereka akan segera mati, Karena tidak dapat
mempertahankan diri dari predatornya.
5. Mutasi “menguntungkan”
Contoh mutasi “menguntungkan” dapat dilihat dari banyak segi. Istilah
“menguntungkan” dalam hal ini dapat dilihat dari segi manusia, meskipun
bagia organisme lain hal demikian dapat berarti sebaliknya. Misalnya
mutan ayam broiler atau sapi pedaging menguntungkan dan segi manusia,
tetapi bagi hewan tersebut tidak demikian, karena dalam segi lain lebih
lemah, lamban, sehingga lebih mudah dimangsa predatornya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Variabilitas genetik adalah ukuran bagi kecenderungan berbagai individu
dalam suatu populasi untuk memiliki genotipe yang berbeda-beda.
Variabilitas dalam suatu sifat (karakter) tertentu menggambarkan
bagaimana sifat itu mampu berubah-ubah untuk menanggapi pengaruh
lingkungan dan genetik.
2. Faktor-faktor timbulnya variabilitas terkait evolusi ada berbagai macam,
yakni:
Variasi genetik. Variasi dapat diterangkan secara fenotip dan genetik.
Variasi fenotip dapat menyebabkan adanya populasi (reproduksi
diferensial) antar individu. Sifat-sifat ini berasal dari interaksi genotip
dengan lingkungan. Sedangkan Variasi genotip disebabkan oleh sifat
terwariskan dikontrol oleh gen dan keseluruhan gen dalam suatu genom
organisme.
Faktor-faktor timbulnya keanekaragaman yang terkait dengan evolusi
diantaranya adalah Variasi genetis, Mutasi, Proses reproduksi seksual dan
migrasi gen. Reproduksi seksual merupakan proses penting untuk
kelangsungan hidup organisme, termasuk manusia. Melalui pertukaran
materi genetik, dan diversifikasi kombinasi gen dalam keturunan,
organisme dapat memastikan kemampuan bertahan hidup dalam dunia
yang terus berubah. Tanpa reproduksi seksual, itu akan menjadi masalah
waktu sebelum banyak organisme di planet mengalami kepunahan besar-
besaran.
Umumnya urutan DNA secara normal dicopy persis atau tepat selama
proses replikasi. Kadang-kadang kesalahan di dalam replikasi atau
perbaikan DNA dapat memunculkan urutan baru. Ada sejumlah akibat
mutasi yang berpengaruh terhadap organisme yang akan mengakibatkan
munculnya keanekaragaman. Jenis perubahan yang disebabkan oleh
peristiwa mutasi yaitu substitusi yaitu pergantian satu nukleotida oleh
lain, rekombinasi yaitu pertukaran suatu urutan dengan yang lain, delesi
adalah penghilangan satu atau lebih nukleotida dari DNA, insersi
(penyisipan), penambahan satu atau lebih nukleotida pada uutan DNA,
inverse (pembalikan) perputaran 180 tentng suatu rantai ganda DNA
yang tersusun dua atau lebih pasang basa.
B. Saran
Saran untuk penulis agar dapat mencari sumber lebih banyak lagi
agar bisa dijadikan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA

Klug, W.S & Clummings M.R. 2000. Consep of Genetic. Nre Jersey: Pretince
Hall Inc.

Nur anisa. 2015. Jurnal Variabilitas dan Faktor Perkembangan (online)


https://id.scribd.com/archive/plans?doc=259440321&metadata=%7B
%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%
22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22download%22%2C
%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7
D. Universitas Negeri Malang

Muhammad Udai. 2015. Makalah Evolusi Tentang Veriabilitas. (online)


http://www.udai08.com/2015/12/makalah-variabilitas.html. Universitas
Negeri Makassar

Anda mungkin juga menyukai