id/mencegah-demam-berdarah-dengan-vaksin-dengvaxia-bYV3
Admin - 2016-10-31 09:43:27
Mencegah Demam Berdarah dengan Vaksin Dengvaxia
2016-10-28 - Lainnya - Yantina Debora
tirto.id - Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengancam jiwa telah lama menjangkiti dunia termasuk
Indonesia. Dengue hemorrhagic fever ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus DEN-1 hingga
DEN-4 yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditemukan di lebih dari 120 negara.
Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia dengan angka kejadian dengue lebih dari 120.000
orang. Posisi pertama ditempati Brazil dengan angka kejadian lebih dari 400.000 orang.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia menjadi daerah endemis dengue, karena penyakit ini memang
kerap mewabah di wilayah tropis dan subtropis. Kemunculannya pun biasanya meningkat ketika musim
penghujan tiba.
Virus yang cepat berkembang ini telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya.
Data dari Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada 2015, penderita demam berdarah di 34
provinsi di Indonesia sebanyak 129.179 orang dimana 1.240 diantaranya meninggal dunia.
Dengan tingginya angka itu, pemerintah Indonesia tak tinggal diam. Kementerian Kesehatan melalui
dinas-dinas kesehatan di seluruh wilayah Indonesia gencar melakukan program untuk mencegah DBD
misalnya dengan “1 Rumah 1 Jumantik”. Gerakan ini merupakan program pemberantasan sarang
nyamuk. Masyarakat juga diajak untuk berperan aktif dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk.
“Gerakan ini sudah digaungkan sejak ADD 2015 yang lalu di Indonesia. program ini akan berjalan dengan
baik jika adanya dukungan dan peran masyarakat Indonesia,” ujar Direktur Jenderal P2P, Dr H.
Mohamad Subuh, MPPM, seperti dilaporkan depkes.go.id.
Selain itu, ada juga Gerakan 3M—menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan
mendaur ulang barang bekas. Tindakan pencegahan ini dinilai dapat mengurangi tempat bersarangnya
nyamuk. Pemerintah juga melakukan program fogging.
Namun, selama ini program pemerintah bertumpu pada pengendalian nyamuk atau menghindari
perkembangbiakan nyamuk. Padahal nyamuk sangat gampang berkembangbiak. Strategi fogging selama
ini hanya dilakukan jika wilayah tersebut ada indikasi penularan DBD. Adapun penggunaan obat nyamuk
semprot juga belum bisa diandalkan.
Akibatnya, DBD masih terus mencengkeram Indonesia. Hingga akhir Januari 2016 saja, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan melaporkan ada kejadian luar
biasa (KLB) dengue di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia.
Sepanjang Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di wilayah tersebut tercatat mencapai 492
orang, dengan jumlah kematian 25 orang pada Januari 2016. Kejadian pada Februari tercatat sebanyak
116 dengan jumlah kematian 9 orang.
Vaksin Dengvaxia
Pada 15 April lalu, WHO mengumumkan adanya vaksis dengue, vaksin pertama yang memberi harapan
bagi masyarakat Indonesia dan juga dunia dalam melawan DBD. WHO juga menerbitkan position paper
atas vaksin dengue yang isinya merekomendasikan negara-negara endemis untuk mempertimbangkan
pengenalan vaksin dengue tersebut.
Nama vaksin yang diresmikan WHO ini adalah Dengvaxia yang telah diteliti oleh Sanofi Pasteur selama
20 tahun. Indonesia dan negara lainnya di Asia Tenggara dan Amerika Selatan turut berpartisipasi dalam
risetnya. Penemuan vaksin ini pun dinilai sebagai pencapaian dalam sejarah vaksinologi yang diyakini
dapat menekan angka kejadian DBD.
Vaksin ini sekarang sudah hadir di Indonesia setelah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM). Indonesia pun termasuk dari 12 negara yang menyetujui dalam menggunakan vaksin dengue
(Meksiko, Filipina, Brasil, El Salvador, Kosta Rika, Paraguay, Guatemala, Peru, Thailand, Singapura dan
Bolivia).
Selain dinyatakan mampu memberi proteksi dari potensi terjangkitnya penyakit DBD, vaksin ini juga
dinyatakan aman setelah dilakukannya studi klinis yang melibatkan 30 ribu peserta di dunia, termasuk di
Indonesia. Ia bisa digunakan individu berusia 9-16 tahun, dan bisa digunakan oleh orang dewasa.
Hasil studi klinis juga menunjukkan bahwa vaksin ini dapat mencegah 2 dari 3 orang yang terinfeksi
demam berdarah dengue. Angka perawatan di rumah sakit pun bisa turun sampai 80 persen dan kasus
dengue berat turun sampai 92 persen.
Meski penting dalam mencegah demam berdarah, pengguna harus mewaspadai efek samping yang bisa
terjadi. Misalnya nyeri di tempat suntikan, bengkak, dan kemerahan, selain demam, sakit kepala dan
nyeri otot.
Meskipun sudah menemukan jalan pencegahan demam berdarah, peneliti utama dari studi klinis fase III
Prof Sri Rezeki Hadinegoro, SpA, memperingatkan bahwa divaksinasi tak menjamin seseorang akan
terbebas sepenuhnya dari kemungkinan terinveksi virus DEN-1 hingga DEN-4. Kemungkinan untuk
terjangkit masih ada, meski lebih kecil dan gejalanya kemungkinan lebih ringan.
Tak hanya vaksin, baru-baru ini ada juga penemuan dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta yang berhasil menemukan efektivitas buah dan biji pare dalam membunuh jentik nyamuk
DBD.
“Dalam buah dan biji pare mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan terpenoid yang cukup
tinggi. Keempat senyawa itu memiliki kemampuan untuk membunuh jentik nyamuk,” ungkap
mahasiswa Fakultas Biologi UGM, Diyah Tri Utami, seperti dilaporkan Antara.
Senyawa yang ia sebutkan itu dapat mematik syaraf dan menyerang sistem pernafasan yang bisa
mengakibatkan kematian pada hewan-hewan kecil seperti jentik nyamuk. Penggunaan biji pare ini dapat
mengurangi penggunaan bahan kimia dalam menekan perkembangbiakan dari nyamuk.
Tapi, meskipun terdapat penelitian baru serta vaksin dalam mengendalikan DBD, menjaga kebersihan
tetap harus dilakukan, agar nyamuk pembawa virus tak mudah berkembang biak.