Anda di halaman 1dari 4

KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Khatib : A. Thobroni

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kebahagiaan suatu hal yang senantiasa dicari oleh setiap insan di dunia. Sebab dengan
bahagia itu manusia dapat mencapai kepuasan batin yang tertinggi. Karena itulah setiap
manusia selalu berjuang dan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh
kebahagiaan yang sejati.

Namun dalam kehidupan ini ternyata banyak orang yang gagal dalam usahanya
memperoleh kebahagiaan, sehingga mereka sering mengalami berbagai penderitaan yang
dahsyat dalam hidupnya. Kenyataan seperti itu sungguh banyak kita saksikan dalam
kehidupan masyarakat, orang-orang yang menderita tekanan batin, terkena stres, putus
asa, gila bahkan ada yang bunuh diri.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Sebenarnya orang-orang yang merasa gagal dalam memperoleh kebahagiaan sejati dalam
hidup ini disebabkan antara lain oleh :

Pertama, mereka mengukur kebahagiaan hanya dengan materi.


Jadi menurutnya orang bisa mencapai bahagia bila sudah memiliki banyak harta benda,
simpanan uang, rumah yang mewah, mobil yang bagus atau tanah yang luas. Jika belum
mendapatkan semua itu maka belumlah dikatakan bahagia.

Seseorang yang punya anggapan demikian, akan senantiasa menilai segala sesuatu
dengan ukuran materi semata. Karena itu ia bekerja dan berusaha dalam hidupnya
hanyalah semata-mata mencari kekayaan materi semata. Karena itu ia bekerja dan
berusaha dalam hidupnya hanyalah semata-mata mencari kekayaan materi, tanpa
memperhatikan kebutuhan atau kekayaan rohani. Akhirnya selama hidupnya ia hanya
diperhamba oleh materi dan harta benda (abdul-maal). Padahal rohani (jiwa) merupakan
faktor yang sangat penting dalam menempuh kebahagiaan hidup yang sejati. Rohani kita
juga perlu dipenuhi kebutuhannya.

Orang yang telah diperhamba oleh materi, ia terkadang menganggap remeh terhadap
urusan agama atau terhadap hal-hal yang bersifat ukhrawi. Segala kegiatan ibadah yang
wajib maupun yang sunnah baginya tidak membawa keberuntungan, bahkan bisa
merampas waktunya untuk bisa lebih banyak mendapatkan harta. Ia menganggap remeh
terhadap segala sesuatu yang dianjurkan dan diajarkan oleh agama, sehingga baginya
tidak peduli pekerjaan itu halal atau haram yang penting bisa mendatangkan materi.
Bahkan ia tega merampas hak kaum lemah serta menindasnya demi kepentingan materi.

Suatu saat perbuatan yang demikian itu akan membawa kepada penderitaan dan
kehancuran hidup. Sebab harta yang tidak diridhai oleh Allah disamping tidak akan
memberi kepuasan hidup juga akan membakar hawa nafsu. Pada akhirnya semua itu akan
menimbulkan keresahan dalam hati, oleh karena harta itu bersifat panas. Belum lagi bila
perbuatan yang menghalalkan segala cara itu diketahui pihak berwajib atau diadili oleh
masyarakat, tentu akan lebih dahsyat lagi peneritaannya. Sehingga kehidupan yang serba
materi ternyata tidak akan dapat memberi kepuasan dan kebahagiaan yang hakiki.

Oleh karena itu Islam senantiasa membimbing kepada umatnya, bila mereka ingin meraih
kebahagiaan hidup yang sejati, hendaklah tidak menjadikan harta (materi) sebagai urusan
segala-galanya dan menjadi tujuan hidup. Tujuan yang sebenarnya adalah mengabdi
kepada Allah, ukurannya adalah taqwa, buahnya adalah kebahagiaan hakiki.

Maka salah satu ciri orang bertaqwa ialah mereka yang mampu menjaga
keseimbangannya antara kekayaan rohani dan kekayaan jasmani (materi), tidak
diperhamba oleh materi serta mampu memimpin kekayaan dunia untuk lebih
memperdalam pengabdiannya kepada Allah SWT. Yakni mengabdi dalam arti luas.
Dalam hal harta Allah SWT berfirman :

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan”. (Q.S. Al-Kahfi/18:46).

Kaum Muslimin Rahimakumullah


Penyebab kedua, yang menjadikan orang gagal mencapai kebahagiaan ialah karena ia
mengukur kebahagiaan hidup ini dengan nafsu. Khususnya nafsu syahwat.
Menurut anggapannya, untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan adalah bila telah
terpenuhi segala kepuasan nafsunya. Orang-orang yang berpandangan demikian, akan
selalu bekerja dan berusaha hanyalah untuk memenuhi kepuasan nafsu semata. Ia tak
mau tahu dengan nasehat agama, bahkan tak peduli dengan berbagai peringatan dan
ancaman Allah SWT.

Oleh karena itu dalam usahanya untuk memperoleh kepuasan nafsu, mereka kadang
menggunakan jalan-jalan yang terlarang, bahkan mereka berani melakukan tindak
kejahatan. Mereka hidup berfoya-foya, menghabiskan waktu dari satu diskotik ke
diskoteik lain, dari satu bar ke bar lainnya, dari satu wanita ke wanita yang lain dan
berbagai tempat-tempat hiburan yang bersifat glamour dan hura-hura.

Namun apa yang mereka lakukan itu ternyata tidak pernah menemukan kepuasan dan
kebahagiaan, kalaupun sepintas ia merasa menemukannya tetapi itu hanyalah semu dan
sesat kemudian sirna kembali, tidak langgeng dan mendalam sampai ke lubuk hati.
Bahkan semakin ia kejar kepuasan tersebut akan terasa semakin banyak pula kepuasan
yang belum ia raih. Ia seperti mengejar bayang-bayang yang tak pernah kesampaian.

Untuk itu Islam senantiasa memberi peringatan kepada kita agar tidak menjadikan nafsu
sebagai ukuran dalam menentukan kebahagiaan hidup. Bahkan kita harus waspada
terhadap nafsu, karena nafsu selalu cenderung menggiring kita untuk melakukan
perbuatan yang buruk. Nafsu memang ada manfaatnya bagi kita bilamana dikendalikan
dengan baik, antara lain bisa memberi semangat kerja serta semangat untuk beramal yang
positif. Tetapi bila tak terkendali maka nafsu itu akan menyeret kita kepada perbuatan
yang buruk.

Karena itu hendaklah kita kendalikan nafsu dengan baik, kita bimbing dengan Al Qur’an
dan Sunnah Rasul, serta senantiasa kita waspadai bahaya laten nafsu yang tak mungkin
bisa kita hilangkan itu. Insya Allah dengan demikian kepuasan dan kebahagiaan hidup
yang hakiki dapat kita peroleh.
Dalam hal nafsu Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku”. (Q.S. Yusuf/12 : 53).

Kaum Muslim Rahimakumullah


Penyebab ketiga yang menjadikan gagalnya seseorang dalam mencapai kebahagiaan ialah
karena tidak punya pegangan hidup atau salah dalam memilih pegangan hidup.

Seseorang yang tidak mempunyai pegangan hidup ia akan sulit mencapai kebahagiaan
ialah karena tidak punya pegangan hidup atau salah dalam memilih pegangan hidup.

Seseorang yang tidak mempunyai pegangan hidup, ia akan sulit mencapai kebahagiaan
yang hakiki, sebab ia tidak punya tujuan hidup yang jelas. Demikian pula orang yang
salah dalam memilih jalan hidupnya, ia akan terjebak ke dalam perjalanan hidup yang tak
tentu arahnya dan mengejar kebahagiaan yang semu (fatamorgana). Akhirnya secara tak
sadar ia akan terjerumus ke lembah kesengsaraan yang abadi.

Salah satu syarat untuk mencapai kebahagiaan hakiki, seseorang harus mempunyai
pegangan hidup yang jelas dan benar. Sebab dengan pegangan hidup yang jelas dan
benar, maka akan jelas pulalah tujuan hidup kita di dunia ini. Pegangan hidup yang benar
merupakan modal dasar untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dan abadi.

Karena itu hendaklah dalam hidup ini kita mempunyai pegangan hidup yang jelas dan
benar, serta senantiasa memperkokoh pegangan hidup tersebut jangan sampai terguncang
oleh godaan-godaan yang ada di dunia ini. Allah SWT telah mengajarkan kepada kita
untuk selalu berpegang pada pedoman Al Qur’an dan Sunnah RasulNya.

Al Qur’an adalah Hudallinnas (petunjuk buat sekalian manusia) yang di dalamnya berisi
pokok-pokok ajaran tentang berbagai bidang kehidupan. Ajaran filsafat, hukum,
ekonomi, sosial bahkan politik dan teknologi. Sedangkan Sunnah Rasulullah adalah
penjelasan dari pokok-pokok ajaran tersebut agar kita dapat secara praktis mengikutinya.
Siapa yang berpegangan pada keduanya di jamin akan mendapat kebahagiaan hidup yang
sejati dan abadi dan tidak akan sesat selama-lamanya.

Dalam hal pegangan hidup, Allah SWT berfirman :


“Barang siapa berpegang teguh dengan (agama) Allah, mala sesungguhnhya ia telah
diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS. Ali Imran/3 : 101).

Kaum muslimin Rahimakumullah

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa : Pertama kebahagiaan menurut Islam
adalah kebahagiaan yang didasarkan kepada tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Nabi, kedua
dengan tuntunan tersebut Islam menjamin kepada pemeluknya akan kebahagiaan yang
hakiki.

Sebagai penutup marilah kita bimbing jiwa kita ini dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi,
agar kebahagiaan hidup sejati yang kita cari akan dapat kita peroleh. Semoga Allah SWT
memberkahi perjalanan hidup kita hingga akahir nanti.
A. Thobroni , 5 January 2009

Anda mungkin juga menyukai