Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. “P”

DENGAN PARTUS SPONTAN DI RUANG BERSALIN

RSUD PRAMBANAN

Disusun Oleh:

Ari Fitriyani (2720162938)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien Ny. ‘P’ dengan partus spontan di Ruang
Bersalin RSUD Prambanan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas pada semester V, pada:
Hari :

Tanggal :

Tempat : Ruang Bersalin RSUD Prambanan

Praktikan

(..................................)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

(..............................) (..............................)
BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal
(Mufdillah & Hidayat, 2008). Perslinan adalah suatu proses terjadinya
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan atau partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyakit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks (Damayanti, 2014).

B. Penyebab Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormon
progesteron dan esterogen. Fungsi progesteron sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon esterogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga menganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terlihat ganglion ini digeser dan ditekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimassukkan dalam kanalis servikaslis dengan tujuan merangsang
pleksus frankenhauser, amniotomi pemecah ketuban, oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. Tanda-tanda Persalinan
Tanda tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit di perut dan di pinggang
oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah di uterus (fase labor pains). Serviks
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur
darah (bloody show) (Hafifa, 2011).
Tanda-tanda in partu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lender dan bercanpur darah lebih banyak, robekan kecil pada
bagian serviks.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar.
D. Macam-macam HIS
Menurut Damayanti (2014) macam-macam his ada dua, yaitu:
1. His palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. his palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga
pada waktu persalinan sesungguhnya mulai pasien berada dalam kondisi
yang jelek, baik fisik maupun mental.
2. His sesungguhnya
His sesungguhnya adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos Rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot0otot Rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri
menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon kea rah
segmen bawah Rahim dan serviks.

E. Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Menurut Sumarah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu
power, passage, passanger, posisi ibu dan psikologis.
1. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer
dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana
kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan
primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi
dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat
mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha
mendorong ke bawah ini yang disebut kekuatan sekunder. Kekuatan
sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tatapi setelah dilatasi
serviks lengkap. Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari
uterus dan vagina. Jika dalam persalinan seorang wanita melakukan usaha
volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.
Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada serviks.
2. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
3. Passenger (Janin dan Plasenta)
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan
presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian
yang paling kecil mendapat tekanan. Namun, karena kemampuan tulang
kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan lahir
asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat. Passanger
atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia
dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal.
4. Psycology (Psikologi Ibu)
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak
memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan
kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan
kekhawatirannya jika ditanyai. Perilaku dan penampilan wanita serta
pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang
akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang
diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir
mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam
mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang-orang
terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang
berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan
suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi
penenangan nyari non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan
dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk
dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses
persalinan akan berjalan lebih mudah.
5. Psycian (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Dalam menghadapi
persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan dirinya pada bidan,
dokter umum, dokter spesialis obstetric dan ginekologi, bahkan
melakukan pengawasan hamil 12-14 kali sampai pada persalinan.
Pertemuan konsultasi dan menyampaikan keluhan, menciptakan
hubungan saling mengenal antar calon ibu dengan bidan atau dokter yang
akan menolongnya. Pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling
mendukung dengan penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan
dengan lancar. Kala I, perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan
akan berjalan aman, oleh karena kepala masuk pintu atas panggul, bahkan
pembukaan telah maju dengan baik. Keberadaan bidan atau dokter sangat
penting untuk memberikan semangat sehingga persalinan dapat berjalan
baik. Untuk menambah kepercayaanibu, sebaiknya setiap kemajuan
diterangkan sehingga semangat dan kemampuannya untuk
mengkoordinasikan kekuatan persalinan dapat dilakukan.
F. Peran Perawat Dalam Proses Persalinan (kala I-IV)
Menurut Mutmainah (2017) terdapat empat tahap persalinan, yang masing-
masing dianggap terpisah. Tahap tahap ini sebenarnya adalah definisi
kemajuan selama persalinan, kelahiran, dan masa nifas.
1. Tahap pertama (Kala I)
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). pada
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai
akibat his dibedakan menjadi dua fase, yaitu:
a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase Aktif: dibagi dalam 3 fase yaitu:
1) Fase Akselerasi.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase Dilatasi Maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat capat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi.
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
2. Tahap kedua (Kala II)
Pada permulaan Kala II, ibu biasanya berkeinginan untuk mengejan pada
tiap kontraksi. Gabungan tekanan abdomen ini bersama-sama dengan
kekuatan kontraksi rahim akan mengeluarkan janin. Selama Kala II
persalinan, turunnya janin harus dipantau dengan cermat untuk
mengevaluasi kemajuan persalinan. Penurunan diukur dari segi kemajuan
pada bagian yang berpresentasi melalui jalan lahir. Pada kala II his
menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala tampak dalam vulva pada
waktu his. Bila dasar panggul lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk
lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala
janin dikeluarkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primipara kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Tahap ketiga (Kala III)
Segera sesudah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara
menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan
lewat pembedahan kalau perlu. Serviks, vagina, dan perineum dapat
diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta, karena tidak ada
perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan
plasenta biasanya terjadi dalam 5 sampai 10 menit pada akhir Kala II.
Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta
tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel
janin ke dalam sirkulasi ibu. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah
sebagai berikut :
a. Munculnya darah segar dari vagina.
b. Tali pusat di luar vagina bertambah panjang.
c. Fundus rahim naik.
d. Rahim menjadi keras dan berbentuk bola.
Setelah kelahiran plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat implantasi plasenta.
Kontraksi rahim, yang mengurangi perdarahan ini dapat dipercepat
dengan pijat rahim dan penggunaan oksitosin. Penambahan oksitosin 20
unit pada infus intravena, setelah bayi dilahirkan. Plasenta harus diperiksa
untuk memastikan kelengkapannya. Kalau pasien menghadapi risiko
perdarahan masa nifas (misalnya, karena anemia, kehamilan kembar, atau
hidramnion), dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual,
eksplorasi rahim secara manual, atau keduanya.
4. Tahap keempat (Kala IV)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah:
a. Tingkat kesadaran ibu
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadi perdarahan

G. Mekanisme Persalinan
Menurut Sumarah (2009), ada tujuh gerakan-gerakan janin dalam persalinan
atau gerakan cardinal yaitu:
1. Engagement
Bila diameter bipariental kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion,
tekanan langsung kontraksi fundus pada janin. Dan kontraksi diafragma
serta otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul. Dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu
didekatkan kearah dada janin.
4. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis,
dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibar ekstensi.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran
paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan mirip
dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis
pubis.

H. Partus Set
Menurut Saryono (2010) partus set meliputi:
1. 2 buah klem kelly atau kocher
2. Klem ½ kocher atau kelly
3. Gunting tali pusat
4. Pengikat tali pusat steril
5. Kateter nelaton
6. Gunting episiotomi
7. Alat pemecah selaput ketuban
8. Kassa dan kapas steril
9. Lidokain 1%
10. Needle holder
11. Pinset dan jarum
12. Kateter penghisap lendir
13. Benang catgut 3.0
14. Sarung tangan steril
15. Spuit injeksi 2.5 mL dan 5 mL
16. Apron

I. Pengkajian Fokus
Menurut Henderson (2006) berikut adalah pengkajian pasien dengan
persalinan normal secara umum:
1. Kala 1
a. Anamnesa
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
4) Riwayat alergi obat
5) Riwayat kehamilan sekarang
6) Riwayat kehamilan sebelumnya
7) Riwayat kesehatan
8) Pemeriksaan fisik
b. Nilai tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan abdomen menentukan tinggi fundus
d. Palpasi jumlah kontraksi dala 10 menit, durasi dan lama kontraksi
e. Memantau DJJ
f. Menentukan presentasi
g. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
h. Pemeriksaan dalam
1) Nilai pembukaan dan penipisan serviks
2) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
2. Kala II
a. Aktivitas istirahat
b. Tanda-tanda vital
c. Psikologi
d. Eliminasi
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
f. Seksualitas
1) Serviks dilatasi penuh (10 cm) dan penonjolan 100%
2) Peningkatan penampakan perdarahan vagina
3) Penonjolan rektal/ perineal dengan turunnya janin
4) Membran mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh
5) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
3. Kala III
a. Aktivitas istirahat
b. Sirkulasi
1) Tekanan darah
2) Frekuensi nadi
c. Makanan/ cairan
d. Nyeri atau ketidaknyamanan
e. Pemeriksaan fisik
1) Kondisi umum ibu
2) Inspeksi perdarahan
3) Palpasi tinggi fundus uteri
4. Kala IV
a. Aktivitas istirahat
b. Psikologis
c. Eliminasi
d. Makanan dan minuman
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
f. Tanda-tanda vital
g. Seksualitas
1) Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilicus
2) Drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
3) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis
4) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
5) Paydara lunak dengan putting tegang
h. Penyuluhan
i. Pemeriksaan diagnostik

J. Diagnosa Keperawatan Secara Umum


Menurut Herdman (2018) berikut adalah diagnosa secara umum pada pasien
persalinan spontan:
1. Kala I
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi
b. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi
mekanik kandung kemih
c. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan
pertambahan mobilitas gastrik
2. Kala II
a. Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b. Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi
hipertonik
d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pencetus
persalinan.
3. Kala III
a. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan
oral, muntah
b. Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
c. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan

4. Kala IV
a. Nyeri akut b/d efek hormon, trauma, edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/ peningkatan anggota
keluarga
K. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Menurut Herdman (2018), Moorhead dan Bulechek (2013) berikut adalah diagnosa dan intervensi secara umum pada pasien
persalinan normal:

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri persalinan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)
dengan dilatasi seviks (00256) keperawatan, diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui nyeri pada skala
akut teratasi dengan kriteria secara komprehensif. berapa.
hasil: 2. Ajarkan penggunaan teknik 2. Untuk mengurangi rasa nyeri,
Kontrol nyeri (1605) non farmakologi (seperti, rileks.
1. Pasien mengenali kapan terapi musik). 3. Untuk memberi support pada
nyeri terjadi. 3. Bantu keluarga dalam pasien.
2. Pasien menunjukkan dalam mencari dan menyediakan 4. Agar istirahat tercukupi
menggunakan tindakan dukungan. 5. Mengetahui tekanan darah, nadi,
pengurangan nyeri tanpa 4. Dukung istirahat yang pernapasan.
analgesik. adekuat. 6. Untuk mengurangi rasa nyeri.
Tingkat Nyeri (2102) Berikan Analgesik (2210)
3. Tekanan darah dalam batas 5. Monitor tanda-tanda vital.
normal. 6. Kolaborasikan dengan
4. Pasien dapat beristirahat. dokter dalam pemberian
5. Ekspresi wajah rileks analgesik.

Keletihan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (0180)


kelesuhan fisiologis (kehamilan) keperawatan, diharapkan 1. Kaji status fisiologis pasien 1. Mengetahui penyebab kelelahan.
(00093) keletihan teratasi dengan kriteria yang menyebabkan 2. Mengetahui sumber energi yang
hasil: kelelahan sesuai dengan adekuat.
Konservasi Energi (0002) usia dan perkembangan. 3. Mengetahui tentang keletihan
1. Pasien meningkatkan atau 2. Monitor intake/asupan. pasien.
mempertahankan intake 3. Anjurkan pasien 4. Mengurangi keletihan.
nutrisi yang cukup. mengungkapkan perasaan 5. Untuk meningkatkan asupan energi
2. Pasien menyadari secara verbal mengenai dari makanan.
keterbatasan energi. keterbatasan yang dialami.
3. Pasien mampu 4. Pilih intervensi secara
menyeimbangkan aktivitas farmakologi maupun non
dan istirahat. farmakologi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian nutrisi dengan
tepat.

Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Kecemasan


status terkini (00146) keperawatan, diharapkan (5820) 1. Untuk meyakinkan pasien
masalah ansietas teratasi dengan 1. Gunakan pendekatan yang 2. Untuk mendapatkan hasil
kriteria hasil: tenang dan meyakinkan. penyebab cemas
Tingkat kecemasan (1211) 2. Kaji untuk tanda verbal dan 3. Untuk mengurangi rasa cemasnya
1. Perasaan gelisah berkurang. non verbal kecemasan. 4. Memberikan suuport pada pasien
2. Klien mengungkapkan rasa 3. Instruksikan klien 5. Untuk mengatasi kecemasan
takut secara lisan. menggunakan teknik
relaksasi.
4. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat.
5. Atur penggunaan obat-
obatan untuk mengurangi
kecemasan.

Risiko perdarahan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan Pengurangan Perdarahan


risiko trauma (00206) keperawatan, diharapkan (4020) 1. Mengetahui penyebab perdarahan
masalah risiko perdarahan 1. Identifikasi penyebab 2. Menegah terjadinya anemia.
teratasi dengan kriteria hasil: perdarahan 3. Agar pasien dan keluarga
1. Tekanan darah dalam 2. Monitor jumlah dan sifat mengetahui akan tanda-tanda
rentang normal. kehilangan darah perdarahan.
2. Perdarahan di vagina tidak 3. Instruksikan pasien dan 4. Untuk menambah darah.
terlalu banyak. keluarga akan tanda-tanda
perdarahan.
4. Beri produk-produk darah,
dengan tepat.

Risiko infeksi dengan faktor Setelah dilakukan tindakan Perlindungan infeksi (6550)
risiko prosedur invasif (00004) keperawatan, diharapkan tidak 1. Monitor adanya tanda dan 1. Mengetahui apakah adanya infeksi
terjadi infeksi dengan kriteria gejala infeksi sistemik dan 2. Agar terhindar dari infeksi
hasil: lokal. 3. Meminimalkan penyebaran infeksi
Keparahan Infeksi (0703) 2. Ajarkan pasien dan keluarga 4. Menyembuhkan luka dan
1. Tidak terjadi demam dan bagaimana cara meminimalkan terjadinya infeksi
kemerahan menghindari infeksi. 5. Menghindarkan dari penyebaran
Status Maternal: intrapartum 3. Batasi pengunjung. infeksi
(2509) Kontrol Infeksi (6540)
1. Tanda-tanda vital dalam 4. Cuci tangan secelum dan
batas normal. sesudah kegiatan perawatan
2. Jumlah darah yang keluar pasien.
berkurang/berhenti 5. Kolaborasi dengan dokter
3. Nyeri dapat berkurang dari 2 pemberian obat antibiotik.
ditingkatkan ke 3.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria., et al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)

Damayanti. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin
Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish
Hafifah. 2011. “Laporan Pendahuluan Persalinan Normal”. Dimuat Dalam
(https://www.academia.edu/7871705/LAPORAN_PENDAHULUAN_PER
SALINAN_NORMAL). Diakses pada hari Senin tanggal 19 November
2018 pukul 21.55 WIB
Henderson. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heater., et al. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta EGC
Moorhead, Sue., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Mufdilah dan Hidayat, Asri. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia
Mutmainnah, dkk. 2017. Asuhan Persalinan Normal Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Andi
Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta: Mitra Cendekia Press

Anda mungkin juga menyukai