Anda di halaman 1dari 33

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA Sayang Bunda


NOMOR : 002/PED.PPI/DIR/RSIA-SB/I/2018
TANGGAL : 3 JANUARI 2018
TENTANG PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN PPI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,
termasuk di Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatkannya infeksi dapat
berasal dari komunitas ( Community acquired infection ) atau berasal dari
lingkungan Rumah Sakit (Hospital Aquired Infection) yang sebelumnya dikenal
dengan istilah infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya system pelayanan
kesehatan khususnya bidang perawatan pasien, sekarang perawatan tidak hanya
di rumah sakit saja (home care). Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan
pasien, bila dilakukan tidak sesuai dengan prosedur berpotensi untuk
menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan kepada
petugas kesehatan itu sendiri. Karena sering kali tidak bias secara pasti
ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital
Acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated
Infections” HAIs dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di Rumah Sakit
tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi
pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada pada petugas kesehatan yang didapat
pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang
terjadi atau didapat di rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah
sakit ( Hospital Infection ). Untuk dapat melakukan pencegahan dan
pengendalian infeksi khususnya infeksi rumah sakit, perlu memiliki pengetahuan
mengenai konsep dasar penyakit infeksi.

B. Pengertian :
Pelayanan PPIRS adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang di
dapat dan ditularkan diantara pasien , staff, tenaga professional kesehatan,
tenaga kontrak, tenaga sukarela,, mahasiswa dan pengunjung.

C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007 tentang Pedoman
PPI di RS dan Fasyankes Lainnya.

D. VISI DAN MISI


VISI : “ TERWUDUNYA PELAYANAN PRIMA MENUJU SAYANG BUNDA”
MISI :
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang berkualitas dengan rasa aman
dan nyaman
2. Meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana-prasarana pelayanan secara terus-
menerus
4. Melaksanakan pola pembiayaan yang efektif, efisien dan terjangkau
5. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman, harmonis dan kesejahteraan
pegawai yang memadai
E. Tujuan
1. Mengembangkan & Memberdayakan kemampuan RSIA Sayang Bunda menjadi

sarana kesehatan yang handal dan profesional.

2. Memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak yang terjangkau bagi

masyarakat khususnya warga Makassar.

3. Mempertahankan suasana nyaman dengan lingkungan yang bersih dan

pelayanan yang penuh keakraban.

4. Terus menerus melakukan perbaikan sarana dan prasarana, pelayanan, dan

adminitrasi agar menghasilkan kepuasan dan keakraban.

F. Ruang Lingkup Pelayanan Pencegahan dan pengendalian Infeksi RSIA


Sayang Bunda :
1. Hand Hygiene
a. Sosialisasi hand hygiene kepada karyawan baru
b. Audit kepatuhan cuci tangan
c. Pelaporan evaluasi hand hygiene

2. Surveilance Infeksi
a. Pemantauan angka kejadian Infeksi Daerah Operasi ( IDO )
b. Pemantauan angka Plebitis
c. Pemantauan angka Infeksi Saluran Kemih

3. Penggunaan APD dan Kewaspadaan air-borne disease


a. Identifikasi kebutuhan APD
b. Pengadaan APD
c. Sosialisasi APD
d. Evaluasi Monitoring pemakaian APD
e. Sosialisasi penggunaan masker untuk kewaspadaan air-borne disease
f. Pembuatan dan pemasangan Poster Etika Batuk
1. Pengelolaan limbah
a. Sosialisasi penggunaan APD yang sesuai
b. Monitoring pemakaian APD
c. Audit kepatuhan pemakaian APD
d. Audit kepatuhan pembuangan sampah

2. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada pengelolaan makanan


a. Evaluasi monitoring Hygiene petugas Gizi
b. Evaluasi pemeriksaan mikrobiologi
 makanan : makanan siap saji untuk pasien dan susu, daging, ikan laut,
snack
 alat makan
c. Evaluasi pemeriksaan kesehatan khusus petugas penjamah makanan (anal
swab)
d. Evaluasi pemantauan suhu pendingin pada penyimpanan bahan makanan

3. Pemantauan kualitas air


Evaluasi pemeriksaan mikrobiologi air minum, air bersih dan air cadangan

4. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada saat pembangunan dan


renovasi
Evaluasi pemeriksaan kualitas udara melalui pengukuran / pemeriksaan debu

5. Isolasi
a. Pengadaan ruang isolasi dengan tekanan negative dan tekanan positif
b. Evaluasi monitoring pengelolaan ruang isolasi

6. Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada peralatan medis dan non
medis
a. Evaluasi uji / kultur kuman udara OK, VK, UGD, Perawatan

7. Sterilisasi
a. Evaluasi pemeriksaan mutu alat sterilisasi
b. Evaluasi pemantauan kualitas barang yang telah disteril
c. Evaluasi monitoring pengelolaan barang single-use yang di re-use

8. Pengelolaan laundry dan linen


a. Evaluasi dan monitoring pemakaian APD pada petugas laundry
b. Evaluasi dan monitoring Pengelolaan linen infeksius

9. Pendidikan dan Pelatihan Staff


a. Pelatihan PPI In-house Training
10. Pengurangan resiko infeksi terhadap petugas melalui pemeriksaan kesehatan
karyawan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus, serta pemberian
vaksinasi pada petugas yang berisiko

H. Batasan Operasional
A. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial sekarang sudah tidak digunakan lagi karena seringkali tidak
bisa tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi
nosokomial (Hospital Aquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu "
Healthcare-associated infection" (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak
hanya dirumah sakit tetapi juga di fasiliotas kesehatan lainnya. Juga tidak
terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang
didapat pada saat melakukan tindakan keperawatan.
Infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat pasien ketika dirawat dirumah
sakit dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sewaktu pasien masuk rumah sakit
a. Tidak sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut
b. Tidak didapatkan tanda-tanda klinis infeksi tersebut
c. Sudah ada tanda-tanda klinis infeksi tersebut dan terbukti infeksi tersebut
didapat pasien ketika ia dirawat dirumah sakit yang sama pada waktu lalu
(sebelumnya),serta belum dilaporkan sebagai infeksi nosokomial
2. Infeksi bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya
3. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul setelah pasien dirawat 2x24
jam

B. INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) / SURGICAL SITE INFECTION (SSI)


1. KLASIFIKASI LUKA OPERASI
1) Luka Operasi Bersih (Clean Wound)
a. Bila operasi dilakukan pada daerah tanpa radang
b. Bila operasi tidak membuka Tractus Respiratorius, Tractus Orofaring,
Tractus Gastrointestinal, Tractus Urinarius, Tractus Billiaris, Tractus
Reproduksi
c. Operasi berencana dengan penutupan kulit primair dengan atau tanpa drain
tertutup
2) Luka Bersih Terkontaminasi (Clean Contaminated)
a. Bila operasi membuka Tractus Respiratorius, Tractus Orofaring,Tractus
Gastrointestinal, Tractus Urinarius, Tractus Billiaris, Tractus Reproduksi
( kecuali ovarium ), operasi tanpa pencemaran nyata misalnya Tractus
Billiaris, Appendix, Vagina, Orofaring
b. Operasi pada kecelakaan yang belum melapaui Golden Period (6 jam)
3) Luka operasi Terkontaminasi (Contaminated Wound)
Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu
emas (Golden periode )
4) Operasi Kotor atau dengan Infeksi (Dirty Wound).
5) Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus respiratorius
yang terinfeksi
a. Melewati daerah purulen (Inflamasi Bakterial)
b. Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian , terdapat jaringan luas
atau kotor

2. DEFINISI ILO / SSI


1) ILO Supervisial
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari pasca bedah
dengan
kriteria dibawah ini :
a. Keluar cairan purulen dari luka insisi
b. Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara
aseptic
c. Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengkak lokal,
kemerahan, kecuali bila hasil kultur negatif
d. Dokter yang menangani menyatakan infeksi

2) ILO / SSI Insisional Dalam


Infeksi pada luka insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1 tahun
bila ada implant.
Terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
a. Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga /
organ
b. Secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli
bedah dan paling sedikit satu dari tanda berikut : demam (>38 ˚C), nyeri
lokal,kultur ( + )
c. Dokter merawat menyatakan luka infeksi

3) ILO / SSI Infeksi Organ/Rongga


Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada implant
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant
Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut :
a. Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka insisi kedalam
organ / rongga
b. Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ / rongga.
c. Dokter menyatakan infeksi pada organ tsb

C. INFEKSI VENA / IADP / CVC


Infeksi vena adalah infeksi yang timbul karena tindakan infasif pada vena, seperti
setelah pemasangan kanule plastik, atau kateter intravena, tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi. Kriteria infeksi vena secara
klinis dan laboratoris adalah sebagai berikut :
KLINIS :
Ditemukan salah satu diantara gejala berikut tanpa penyebab lain :
1) Adanya tanda-tanda radang pada daerah atau sekitar insersi
2) Panas atau keluar nanah dari tempat tusukan
3) Suhu > 37.50 C bertahan minimal 24 jam dengan atau tanpa pemberian anti
Biotik
LABORATORIS :
Ditemukan satu diantara kriteria dibawah ini :
1). Kuman patogen dari biakan darah
2) Kuman patogen dari biakan ujung kanula / kateter yang dikeluarkan
3) Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut-turut dan kuman tersebut
tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain
4) Terdapat kontaminan kulit dari biakan darah pasien yang menggunakan alat
intra vaskuler

TINDAKAN YANG DILAKUKAN :


1. Mengganti lokasi infus
2. Kanul / kateter yang dicurigai terinfeksi harus segera dilepas
3. Ujung kanul yang terduga terinfeksi digunting dan dikirin untuk biakan
4. Jika sudah timbul gejala-gejala sistemik perlu diberikan antibiotika yang sesuai
dengan sepsis dan antibiotika kemudian disesuaikan dengan pemeriksaan
kultur dari kanul / kateter yang dibiakkan.
5. Jika ada kecurigaan pada kontaminasi cairan, maka cairan harus dibiakkan
dan sisa cairan dalam botol diamankan.
6. Jika terbukti bahwa cairan terkontaminasi, maka sisa isi botol dengan nomer
lot yang sama dengan yang terkontaminasi harus diamankan dan nomer lot
dicatat.

D. INFEKSI SALURAN KEMIH / CAUTI (Chateter Assosiated Urinary Tract


Infection).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang timbul setelah tindakan invasif
pemasangan kateter menetap.
ISK dibagi menjadi dua yaitu : ISK simptomatik dan Bacterium Asimptomatik.
1. ISK Simptomatik
Harus memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
a. Demam > 380 C
b. Disuria
c. Urgensi (nikuri)
d. Polakisuri
e. Nyeri supra pubik
Ditambah : biakan urine > 105 organisme / ml urine dengan jenis kuman tidak
lebih dari 2 spesies (urine porsi tengah).
Dua dari tanda dan gejala berikut ini :
a. Demam > 380 C
b. Demam > 380 C
c. Disuria
d. Urgensi (nikuri)
e. Polakisuri
f. Nyeri supra pubik
Ditambah :
Tes carik celup positif untuk lekosit estrase dan atau nitrit
Biakan urine dengan pertumbuhan organisme satu jenis uropatogen / ml pada
pasien yang telah mendapat pengobatan anti mikroba.
Batasan laboratorik :
1. Piuria / lekosituria : lekosit > 10 per lapang pandang
2. Bakteriuria :
 Bila urine diambil setelah pemasangan kateter pada biakan tumbuh koloni
kuman sebanyak 10.000 atau lebih
 Bila yang diambil urine porsi tengah pada biakan tumbuh koloni kuman
sebanyak 100.000 atau lebih.
 Bila urine diambil dengan cara punctie supra pubik, pada biakan
ditemukan kuman (tanpa syarat jumlah koloni kuman).

2. ISK Bakteriuria Asimptomatik


1)Pasien memakai kateter kandung kemih dalam waktu 7 hari sebelum biakan
urine
2)Ditemukan biakan urine > 105 kuman / ml urine dengan jenis kuman
maksimal 2 species
3)Tanpa gejala-gejala / keluhan : demam, suhu 38 0C, Polakisuria, nikuri, disuri
dan nyeri supra pubik.

E. VAP ( VENTILATOR ASSOSIATED PNEUMONIE ).


VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi saluran napas.
Semua pasien yang menggunakan ventilasi mekanik dilakukan pemantauan
terhadap resiko terjadinya VAP
Kriteria VAP :
Pasien sudah memakai ventilator mekanik minimal 48 jam
1. Early Onset : < 4 hari di ruang ICU
2. Late Onset : > 4 hari di ruang ICU
3. Suhu > 38ºC
4. Timbul batuk berdahak dengan secret yang purulent
5. Nyeri dada pleuritik
6. Timbul ronchi dikedua lapang paru
7. Perburukan pertukaran gas darah, ratio PaO2 : FiO2 , < 250
8. WBC < 3500 atau > 11.000
9. Biakan darah dan sputum positif terhadap timbulnya kuman penyebab atau
yang diduga penyebab VAP

F. Alur Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Mulai

Unit pelayanan

Penilaian risiko infeksi

Panitia PPIRS

Merekap penilaian risiko


infeksi

Panitia PPIRS

Melakukan surveilan
infeksi

Panitia PPIRS

1. Merekap data
surveilans bulanan
2. Melaporkan
kepada Komite
Mutu
3. Menganalisa
Panitia PPIRS

1. Evaluasi dan tindak


lanjut
2. Pelaporan kepada
Dirut

Selesai
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


I. KETUA KOMITE PPI
Kriteria : Seorang dokter yang mempunyai pengetahuan dan berminat pada
penyakit infeksi dan epidemiologi
1. Tanggung jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggungjawab seluruhnya terhadap
pelaksanaan program PPIRS.
2. Tugas pokok :
Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program PPI RS
3. Uraian tugas:
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
c. Membuat SPO PPI
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
e. Bekerjasama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasu malah atau
KLB infeksi nasokomial
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah sakit
dalam PPI
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Menerima laporan dari tim PPI dan membuat laporan kepada direktur
l. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
m. Memberikan usulan kepada direktur untuk pemakaian antibiotika yang
rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pemantauan kuman dan
resistensinya terhadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi
antiobtika.
n. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
o. Terut menyusun kebijakan clinical governace dan patient safety
p. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodic mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
q. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai prinsip PPI.
r. Menetukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.
s. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang
dari standar prosedur/monitoring surveilans proses.
t. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penaggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.

II. SEKRETARIS
Kriteria : Mempunyai pengetahuan, ketrampilan khusus dan epidemiologi penyakit
infeksi, bakteriologi dan sanitasi
1. Tanggung Jawab :
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada ketua
PPIRS
2. Tugas Pokok :
Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Program PPIRS
3. Uraian Tugas :
a. Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI
b. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan
c. Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat

III. IPCD
Kriteria :
a. Ahli atau dokter yang mempunyai minat dalam PPI
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI
c. Memiliki kemampuan leadership
Tugas IPCO

a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar


b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi
antibiotika
d. Bekerja sama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB
e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan
dengan prosedur terapi
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami PPI

IV. IPCN ( Infection Prevention Controle Nurse )


Kriteria :

1. Perawat dengan pendidikan minimal DIII dan memiliki sertifikasi PPI

2. Memiliki komitmen dibidang pencegahan dan pengendalian infeksi

3. Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident


4. Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang atau setara

5. Bekerja purna waktu

Tugas dan tanggung jawab :

1. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang


terjadi dilingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya.
2. Memonitor dan melaksanaan surveillance PPI, penerapan SOP, kepatuhan
petugas dalam menjalankan kewaspadaan isolasi
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada ketua PPI
4. Bersama tim PPI memberikan pelatihan tentang PPI kepada petugas di
rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
5. Melakukan investigasi apabila terjadi KLB infeksi dan bersama ketua PPI
memperbaiki kesalahan yang ada
6. Bersama ketua PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI RS
7. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi
dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya
8. Bersama ketua PPI menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi
tentang PPI yang diperlukan pada kasus yang terjadi di rumah sakit.
9. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap penatalaksanaan
limbah, loundry, gizi dll
10. Memonitor kesehatan lingkungan
11. Memonitor terhadap pengendalian pemakaian antibiotika yang rasional
12. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI
13. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI
14. Melakukan edukasi kepada pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah
sakit tentang PPIRS
15. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga
tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan
insiden tinggi.
16. Sebagai koordinator antar departemen / unit dalam mendeteksi, mencegah
dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
17. Membuat laporan surveilans bulanan dan tahunan dan melaporkan kepada
tim PPI

V. IPCLN (Infection Prevention Controle link Nurse )


Kriteria IPCLN :
1. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikat PPI
2. Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Memiliki kemampuan Leadership
Tugas dan tanggung jawab IPCLN :
Sebagai perawat penghubung / perawat pelaksana bertugas :
1. Mengisi dan mengumpulkan data indikator mutu di unit rawat inap masing-
masing dan menyerahkannya kepada IPCN
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan
dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unitnya masing-
masing.
3. Memberitahukan kepada IPCN dan membuat laporan apabila ada kecurigaan
adanya HAIs pada pasien
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat masing-masing, konsultasi prosedur yang harus
dijalankan bila belum paham.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan Standar
Isolasi
Nama Pendidikan Jabatan Sertifikasi Jumlah
Terakhir
drg.Yunita Gobel S1 Kedokteran Ketua Komite  BHD 1
gigi PPI  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
dr. Arham A, Sp.B S1 Kedokteran IPCD  BHD 1
Umum  ATLS
Spesialis Bedah  PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Sherly Damayanti, DIII IPCLN  PelatihaN 1
AMK Keperawatan IPCN
 BHD
 ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Imam Sarjono, DIII IPCLN Kamar  BHD 1
AMK Keperawatan Operasi dan  ATLS
Kamar  PPI dasar
Jenazah  Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Reski Amalia, DIII Kebidanan IPCLN Kamar  BHD 1
Amd.Keb Bersalin  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Iwansyah, S.Kep, S1 Ners IPCLN UGD  BHD 1
Ns Keperawatan  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Marufa AS, DIII Kebidanan IPCLN  BHD 1
Amd.Keb Perinatologi  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Epi Rosandi, S.ST DIV Kebidanan IPCLN  BHD 1
Perawatan  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Ramlah Wardany, DIV Kebidanan IPCLN  BHD 1
S.ST Poliklinik  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Athirah Reskiany, DIII Kebidanan PJ. CSSD  BHD 1
Amd.Keb  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Siti Maulidia DJ, DIII Gizi PJ. Gizi  BHD 1
AMG  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Ayu Ashari, AMK DIII PJ. Laundry  BHD 1
Keperawatan  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Zulkifli, S.KM S1 Kesehatan PJ. Kesling  BHD 1
Masyarakat  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Widyana, DIII PJ. CS  BHD
Amd.Kep Keperawatan  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Syamsuriani Apoteker PJ. Farmasi  BHD 1
Seba, S.Farm, Apt  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif
Rahmiati, Amd.AK DIII Analis PJ.  BHD 1
Kesehatan Laboratorium  ATLS
 PPI dasar
 Manajemen
Nyeri
 APAR
 Pasien
safety
 Komunikasi
efektif

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan didalam PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) mencakup
ketenagaan disetiap unit yang terdiri dari :
1. Dokter spesialis
2. Dokter umum
3. Petugas laboratorium
4. Petugas Farmasi
5. Perawat PPI / IPCN
6. Petugas CSSD
7. Petugas Loundry
8. Petugas instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit
9. Petugas sanitasi
10. Petugas Housekeeping
11. Petugas kamar jenazah
12. Perawat IPCLN disetiap unit pelayanan rawat inap
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Ruang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sementara menempati ruangan staf
yang berada di Ruang Lantai 2 menempati sebuah ruangan disebelah kanan yang
dilengkapi dengan komputer, printer, meja kerja, kursi dan ruangan ber AC

B. Standar Fasilitas
1. Kebersihan
a. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit dan sarana pendukungnya di
atur di dalam buku pedoman
b. Tempat sampah disediakan dalam jumlah sesuai kebutuhan dengan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Pengelolaan kebersihan lingkungan dilakukan oleh pihak ketiga
d. APD dan plastik untuk tempat sampah disediakan oleh pihak ketiga
e. Gerobak pengangkut sampah terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan serta tertutup

2. Linen
a. Kereta untuk linen kotor dan linen bersih berbeda
b. Kereta linen kotor terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup
c. Pengelolaan linen dilakukan oleh pihak ketiga
d. Cairan desinfektan dan APD disediakan oleh pihak ketiga

3. Sterilisasi
a. Pengelolaan barang dan bahan untuk dilakukan sterilisasi, diatur dalam Buku
Pedoman CSSD
b. Proses sterilisasi selalu dipantau mutu proses dan mutu hasilnya
c. Semua alat medis diseluruh unit pelayanan dilakukan di unit CSSD
d. Penggunaan cairan desinfectan diatur didalam buku pedoman CSSD

4. Sanitasi
a. Pengaturan tekanan udara di unit kamar bedah dan ruang Isolasi selalu
dipantau sehingga terhindar dari kontaminasi
b. Apd disediakan sesuai kebutuhan
c. Pemeriksaan baku mutu air diperiksa secara berkala
d. Pemeriksaan kadar debu pada saat renovasi diperiksakan secara berkala

5. Dietary
a. Pengelolaan unit dietary di atur didalam buku pedoman dietary
b. Pengaturan suhu penyimpanan bahan makanan selalu dipantau setiap hari
c. Pemeriksaan baku mutu bahan makanan dan makanan siap saji diperiksa
terhadap mikrobiologi secara berkala
d. Tempat sampah dan APD disediakan sesuai kebutuhan

C. Peralatan
Peralatan penunjang pengendalian dan pencegahan infeksi di RSIA Sayang Bunda
tersedia sebagai berikut :
1. Peralatan pembersihan dan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan,
topi, kaca mata gogle, safety shoes,
2. Tempat sampah sesuai kebutuhan
3. Gudang penyimpanan
4. Kereta pengangkut sampah
5. Kereta pengangkut linen kotor dan liner bersih
6. Tempat cuci tangan baik hand rub maupun hand whasing
7. Tissu disetiap wastafel
8. Cairan anti septik
9. Alat pengukur tekanan udara dan kelembaban
10. Mesin pendingin / AC
11. Sterilisator
12. Alat medis dan non medis
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana kegiatan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi di unit


pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Surveilans Infeksi di unit rawat inap :
a. SSI ( Site Surgical Infection )
a) Unit kamar bedah mengisi form pemantauan infeksi daerah operasi yang
sudah disediakan yang meliputi : identitas pasien, diagnosa medis, ruang
rawat, tanggal operasi, nama operasi, nama operator,, jenis anestesi, ruang
operasi, lama pembedahan
b) Unit rawat inap mengisi form pemantauan infeksi daerah operasi yang meliputi
jenis dan antibiotika, tanggal diberikan dan selesai diberikan, jenis profilaksis
tanggal dan jam diberikan, kortikosteroid yang diberikan, penyakit yang
menyertai, tanggal masuk dan keluar RS, tanggal perkiraan kontrol, hasil
kultur, jenis operasi
c) Apabila pasien sudah pulang form pemantauan infeksi daerah operasi akan di
ambil oleh IPCN dan diberikan ke unit rawat jalan.
d) Di unit rawat jalan form diisi tentang skala keadaan luka operasi pada saat
pasien kontrol ke dokter.
e) Setelah form terisi diserahkan ke Tim PPI untuk dilakukan pencatatan dan
dibuat sebagai laporan.
b. CAUTI (Catheter Assosiated Urinary Tract Infection)
a) IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah
pemasangan kateter urine dan kejadian infeksi karena kateter urine pada form
indikator mutu pelayanan
b) IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien mencatat meliputi identitas
pasien, tanggal dipasang dan dilepas, lokasi insersi, total hari perawatan,
hasil lab yang mendukung, pemakaian antibiotika, hasil kultur urine.
c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN
d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan investigasi
dan apabila diperlukan dilakukan RCA (Root Cause Analyse).
e) Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan
kepada IPCN untuk dibuat laporan

c. IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) / infeksi karena pemasangan infus


a) IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah
pemasangan infus dan kejadian infeksi karena pemasangan infus
pada form indikator mutu pelayanan
b) IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien meliputi identitas
pasien, tanggal dipasang dan dilepas, lokasi insersi, total hari perawatan,
hasil lab yang mendukung, pemakaian antibiotika, hasil kultur darah
c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN
d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan
investigasi dan apabila diperlukan dilakukan RCA (Root Cause Analyse).
e) Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan
kepada IPCN untuk dibuat laporan

d. VAP (Ventilator Associated Pneumonie)


a) IPCLN atau perawat ruangan setiap hari melakukan pencatatan jumlah
pemasangan ventilator dan kejadian infeksi karena pemasangan infus
pada form indikator mutu pelayanan
b) IPCN setiap hari melakukan monitoring ke pasien mencatat meliputi
identitas pasien, diagnosis awal, pindah ruangan, jenis tindakan (intubasi
atau trakeostomie), tanggal dipasang dan dilepas, total hari perawatan,
hasil lab yang mendukung, foto thorax, anti biotika yang diberikan, hasil
kultur sputum
c) Apabila ada kejadian infeksi maka IPCLN melaporkan kepada IPCN
d) IPCN akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan
investigasi dan apabila diperlukan dilakukan RCA (Root Cause Analyse).
e) Setiap akhir bulan IPCLN menyerahkan form indikator mutu pelayanan
kepada IPCN untuk dibuat laporan

2. PPI di unit Dietary


a.Memantau suhu penyimpanan bahan makanan setiap hari dicatat pada form
pemantauan suhu
b. Memantau kepatuhan pemakaian APD
c. Melakukan uji mutu alat makan setiap 6 bulan sekali
d. Melakukan uji mutu bahan makanan setiap 6 bulan sekali
e. Melakukan uji mutu makanan siap saji setiap bulan sekali
f. Setiap akhir bulan membuat laporan dan menyerahkan kepada tim PPI

3. PPI di unit Housekeeping


a.Memantau kepatuhan pemakaian APD
b. Memastikan pemilahan limbah sudah dilakukan oleh unit pelayanan yang
menghasilkan limbah
c. Monitoring pengangkutan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Memastikan pengelolaan limbah oleh pihak ketiga sesuai peraturan dan
kesepakatan yang telah dibuat
e. Memantau kepatuhan pembuangan sampah

4. PPI di unit Sanitasi


a.Penyediaan, Pengelolaan dan Pengawasan Air Minum dan Air Bersih.
b. Menjamin pemenuhan kebutuhan air minum dan air bersih yang memadai
c. Menjamin kualitas air minum dan air bersih yang sesuai persyaratan kesehatan
yang berlaku dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
d. Melakukan kegiatan pengawasan kualitas air minum dan air bersih yang
meliputi : inspeksi sanitasi terhadap sarana, pengambilan-pengiriman-
pemeriksaan sampel air minum dan air bersih, melakukan analisis hasil inspeksi
sanitasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, melakukan tindak lanjut
berdasarkan analisis.
e. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu)
tahun sekali.
f. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan
parameter mikrobiologik minimal seminggu sekali yang jumlah sampel setiap
bulan sesuai peraturan yang berlaku.
g. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel air minum dan air bersih untuk
pemeriksaan parameter kimia dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun dan
titik pengambilan sampel minimal pada tempat penampungan (reservoir air bersih
dan penampung produk air minum) dan kran air bersih / distribusi air minum
terjauh dari penampung.
h. Monitoring dan pengambilan sampel air minum untuk pemeriksaan
mikrobiologik terutama pada lokasi / ruang : Gizi / dapur, Bersalin, Bayi, ruang
makan, Hemodialisa, Rawat Inap, ICU, UGD, Poli Gigi, tempat penampungan,
secara acak pada kran-kran sepanjang distribusi, pada sumber air dan titik-titik
lain yang rawan pencemaran.
i. Membuat analisa dan tindak lanjut apabila terdapat penyimpangan terhadap
mutu air
j. Membuat laporan kepada tim PPI pada akhir bulan

5. PPI di unit Loundry


a. Menjamin kualitas linen bersih yang tersedia sesuai persyaratan kesehatan
yang berlaku dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.
b. Menetapkan pengelolaan linen kotor pada sumber linen kotor (Rawat Inap,
Rawat Jalan dan unit lainnya) secara hygienis, mencegah kontaminasi dan
aman bagi pasien, pengunjung dan petugas rumah sakit.
c. Memastikan pengelolaan linen bersih dan kotor sesuai standar yang berlaku.
d. Melakukan monitoring dan pengambilan sampel (swab) linen bersih untuk
pemeriksaan parameter mikrobiologik minimal sebulan sekali yang jumlah
sampel setiap bulan sesuai peraturan yang berlaku.
e. Monitoring dan pengambilan sampel (swab) linen bersih untuk pemeriksaan
mikrobiologik terutama pada lokasi / ruang : Rawat Inap , R. Operasi, Bersalin
/ Bayi, ICU, RU, UGD, Poli Spesialis, ruangan / unit lain yang menerima
pelayanan laundry.
f. Mengambil sampel (swab) linen bersih berkoordinasi dengan pihak ketiga yang
berkompeten dan dibawah koordinasi Unit Sanitasi.
g. Melakukan analisa dan evaluasi apabila dari hasil monitoring dan
pemeriksaan kualitas linen bersih terdapat parameter yang menyimpang dari
standar.
h. Memastikan pengelolaan linen oleh pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan
bersama melalui kunjungan secara periodik

6. PPI di unit rawat jalan, diagnosting dan penunjang lainnya


a.Audit kepatuhan cuci tangan
Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit cuci tangan
b. Audit kepatuhan penggunaan APD
Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit APD
c. Audit kepatuhan pembuangan sampah
Dilakukan setiap 3 bulan menggunakan form audit kepatuhan pembuangan
sampah

7. Membuat laporan bulanan


a. Laporan bulanan dibuat setelah mendapat data dari rawat inap, dilakukan
rekapitulasi
b. Dibuat analisa dan tindak lanjut
c. Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua komite PPI dan Direktur

8. Membuat laporan Tri Wulan


a. Laporan Triwulan dibuat berdasarkan laporan bulanan kemudian dilakukan
rekapitulasi
b. Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Triwulan sebelumnya dan dibuat
tindak lanjut

9. Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua Komite PPI dan Direktur, Kepala
bagian

10. Membuat laporan tahunan


a. Laporan Tahunan dibuat berdasarkan laporan Triwulan kemudian dilakukan
rekapitulasi
b. Dibuat analisa , dibandingkan dengan data Tahunan sebelumnya dan dibuat
tindak lanjut
c. Laporan diketahui dan dilaporkan oleh ketua komite PPI dan Direktur, kepala
bagian terkait
BAB V
LOGISTIK

a. Pengertian
Managemen pelayanan logistik merupakan penyelenggaraan pengurusan
bahan dan barang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan PPI di rumah sakit
atau institusi secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat dan
tepat dengan biaya seefisien mungkin.

b. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah
yang tepat dan kualitas yangbaik pada waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai.
Maksudnya dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan Keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa
hak sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.

c. Syarat Managemen Logistik


1. Sirkulasi pengeluaran bahan atau barang berdasar metode FIFO ( First In First
Out )
2. Fasilitas penyimpanan terstandar ( bersih dan suhu sesuai )
3. Stok bahan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu
4. Menjaga kualitas bahan dan barang tetap terjamin
5. Adanya sistem pencatatan.

d. Kegiatan Logistik di Pencegahan dan pengendalian Infeksi


1. Penyediaan APD
Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan spesifikasi dan sesuai standar RSIA Sayang Bunda
a. Alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, safety shoes,
kacamata, schort di sediakan oleh unit masing-masing sesuai dengan
kebutuhan
b. Alat pelindung diri untuk Housekeeping dan Loundry disediakan oleh pihak
ketiga
c. Plastik untuk tempat sampah disediakan oleh pihak ketiga

2. Penyediaan cairan untuk cuci tangan, desinfektan


a. Penanggung jawab PPI mencari sedikitnya 3 vendor berkoordinasi dengan
bagian purchasing / pengadaan barang
b. Vendor yang ada melakukan presentasi yang di ikuti oleh semua unit
pengguna.
c. Penanggung jawab PPI memberikan rekomendasi kepada bag pengadaan
barang vendor yang terpilih.
d. Penanggung jawab PPI mengajukan permintaan cairan untuk cuci tangan
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan
diseluruh runah sakit
e. Administrasi unit membuat permintaan ke unit logistik sesuai dengan
kebutuhan
f. Kepala bagian unit menandatangani permintaan barang tersebut
g. Lembar permintaan barang diserahkan ke bagian logistik
h.Bagian Pembelian menghubungi supplier melalui telepon berdasarkan
pesanan yang diotorisasi oleh pihak yang berwenang

3. Penyediaan Banner,stiker, Leaflet


a. Mengidentifikasi kebutuhan banner Hand Hygiene
b. Mengidentifikasi kebutuhan stiker Hand Hygiene untuk Wastafel yaitu cara
mencuci tangan dengan 12 langkah
c. Mengidentifikasi kebutuhan stiker cuci tangan dengan 6 langkah
d. Melakukan koordinasi dengan bagian pengadaan barang tentang kebutuhan
tersebut
e. Bagian pengadaan barang menghubungi pihak percetakan melalui telepon
berdasarkan pesanan dari unit PPI
f. Pesanan banner, stiker atau leaflet diberikan langsung dari percetakan
kepada unit PPI
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan
proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal
potensial bermasalah.
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan
mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien


harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan Instalasikerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

 Sasaran Keselamatan Pasien Di Tim PPI RSUD XXX Propinsi Jawa Tengah
1. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar
dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam
semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran
kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan
dengan ventilasi mekanis. Infeksi sehubungan dengan pembedahan.
Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan
(hand hygiene) yang tepat.
2. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan limbah termasuk
limbah B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun).
3. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan sanitasi dan
lingkungan
4. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan linen
5. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pengelolaan makanan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa


Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut di atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,
yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan
martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak
minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.

Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu
dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama
mereka yang bertugas di Instalasi Perawatan Intensif (IPI), ruang rawat
anak, ruang bayi.

Alat pelindung kerja


1. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai seperti topi, masker sarung
tangan, schort, kaca mata gogle, safety shoes.
2. Menggunakan sandal / safety shoes yang tidak licin bila berada di
lingkungan kerja yang basah
3. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.
4. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang
mudah dijangkau.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka
saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Pengendalian mutu di Pencegahan dan Pengendalian Infeksi harus dilakukan demi
kepentingan dan keselamatan pasien sehingga nantinya dapat menimbulkan
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di RSIA Sayang Bunda
Indikator Mutu Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mengacu pada
Pedoman Indikator Mutu unit pelayanan RSIA Sayang Bunda yaitu :
1. Surveilans Infeksi di unit Rawat Inap / Rawat Jalan yang meliputi :
a. Imfeksi Daerah Operasi
b. Infeksi Saluran Kemih
c. Plebitis
d. Pemantauan mutu udara di ruang khusus (OK, HND, ICU)

2. Unit Pelayanan Gizi


a. Pemantauan suhu ruangan penyimpanan bahan makanan
b. Pemantauan mutu bahan makanan dan makanan siap saji
c. Pemantauan mutu alat makan
d. Pemantauan kesehatan penjamu makanan

3. Unit Pelayanan Sanitasi


a. Pemantauan mutu air minum, air bersih dan air cadangan
b. Pemantauan mutu udara di saat pembangunan

4. Unit Pelayanan Housekeeping


a. Pemantauan pembuangan sampah
b. Pemantauan kepatuhan pengelompokan sampah
c. Pemantauan pembuangan limbah B3

5. Unit Pelayanan CSSD


a. Pemantauan mutu sterilisasi
b. Pementauan kepatuhan penggunaan APD

6. Unit Pelayanan Loundry


a. Monitoring kepatuhan pemakaian APD
b. Monitoring uji mutu linen bersih
c. Monitoring pengelolaan linen infeksius
BAB IX
PENUTUP

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit merupakan bagian integral


dari pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit, yang terkait dengan keenam
dasar fungsi rumah sakit, yaitu peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
pendidikan dan penelitian.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang berhasil akan mempercepat
penyembuhan, mencegah terjadinya komnplikasi penyakit, memperpendek hari
rawat pasien dan merupakan indikasi mutu pelayanan Rumah Sakit. Buku Pedoman
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini merupakan pedoman bagi
pelaksanaan tim PPIRS yang diselenggarakan di RSIA Sayang Bunda . Dengan ini,
diharapkan pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit dapat
terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan Rumah
Sakit.

Anda mungkin juga menyukai