Anda di halaman 1dari 8

Unnes.J.Biol.Educ.

1 (3) (2012)

Unnes Journal of Biology Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN MIND MAPPING


TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Tia Ristiasari, Bambang Priyono, Sri Sukaesih

Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Gedung D6 Lt.1 Jl Raya Sekaran Gunungpati Semarang Indonesia 50229

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem solving dengan
Diterima September 2012 mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP N 6
Disetujui November 2012 Temanggung. Penelitian eksperimental ini menggunakan desain Nonequivalent Control Group
Dipublikasikan Desember Design. Sampel yang digunakan adalah VII G sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang
2012 menerapkan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping dan kelas VII E sebagai
________________ kelas kontrol yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan metode ceramah dan diskusi biasa.
Keywords: Hasil penelitian meliputi hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas siswa, keterlaksanaan
Critical thinking skills model pembelajaran problem solving dengan mind mapping, tanggapan siswa terhadap proses
Mind Mapping pembelajaran, serta tanggapan guru terhadap pembelajaran. Hasil penelitian diperoleh
Problem Solving peningkatan tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar 0,40 (sedang)
____________________ sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,23 (rendah). Hasil uji t test menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen berbeda signifikan dengan kelas kontrol. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa penerapan model pembelajaran problem solving dengan mind mapping
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis di SMP Negeri 6 Temanggung.

Abstract
___________________________________________________________________
This research aimed to determine the effect of learning problem solving with mind mapping on students' critical
thinking skills from class VII SMP N 6 Temanggung. This study was experimental research design using
Nonequivalent Control Group Design. The samples of this research were class VII G as the experimental class,
using problem solving with mind mapping model of learning, and class VII E as the control class using lecture
and discussion methods. The instruments used were critical thinking skills tests, students’ activities,
implementation learning model of problem solving with mind mapping, student responses of learning, and
teacher’s responses of learning. Analyzed improving critical thinking skills test of experimental class was 0.40
(average) while the control class were 0.23 (low). Based on these results it could be concluded that the
application of learning model problem solving with mind mapping improved the skills of critical thinking in
SMPN 6 Temanggung.
© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6579
E-mail: detiaque_chubby@yahoo.com
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

PENDAHULUAN permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan


pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan
Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa problem solving merupakan salah satu
yang telah dilakukan di SMP N 6 Temanggung model pembelajaran yang dapat meningkatkan
Jawa tengah dengan guru biologi kelas VII, kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian
terdapat permasalahan yang dijumpai dalam yang dilakukan oleh Afcariono (2008)
pembelajaran biologi, diantaranya yaitu menunjukkan bahwa problem solving mampu
pembelajaran yang diterapkan guru masih lebih meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti
dominan kepada aspek pengetahuan dan kemampuan bertanya dan menjawab
pemahaman konsep, belum menuntut siswa permasalahan yang akan dipecahkan. Penelitian
untuk aktif dan melatih siswa dalam berpikir lain yang pernah dilakukan oleh Adnyana
serta menemukan sendiri konsep yang ada, (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan
siswa cenderung lebih sering menghafal konsep model pemecahan masalah (problem solving)
tanpa mengetahui bagaimana proses untuk mampu menciptakan interaksi belajar siswa
menemukan konsep sehingga mengakibatkan yang sangat dinamis dan kerjasama antar siswa
kurangnya kemampuan siswa dalam berpikir dalam kelompok maupun antar kelompok yang
untuk pemecahan masalah. Kemampuan lebih baik.
berpikir kritis merupakan kompetensi yang Kemampuan siswa dalam berpikir juga
harus dimiliki oleh siswa, seperti yang dapat dilatih melalui penugasan untuk membuat
diungkapkan Sudiarta (2009) berpikir kritis telah mind mapping. Mind mapping diterapkan untuk
terbukti mempersiapkan siswa dalam berpikir penanaman konsep dan meningkatkan
pada berbagai disiplin ilmu karena berpikir kritis pemahaman konsep biologi agar siswa lebih
merupakan kegiatan kognitif yang dilakukan mudah dalam mengingat materi yang telah
siswa dengan cara membagi-bagi cara berpikir diajarkan, dengan mind mapping siswa mampu
dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan mengkonstruksi kembali informasi-informasi
pada membuat keputusan mengenai apa yang yang telah diperoleh. Mind mapping merupakan
diyakini atau dilakukan. cara mencatat yang kreatif dan efektif bagi
Peneliti tertarik untuk melaksanakan siswa untuk menempatkan informasi ke dalam
penelitian menggunakan model pembelajaran otak dan mengambil informasi ke luar dari otak
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir (Puspita 2012). Penelitian Naim (2009)
kritis siswa yang diterapkan pada materi menunjukkan bahwa mind mapping dapat
ekosistem yaitu dengan model pembelajaran meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir
problem solving yang dipadukan dengan mind karena memadukan dan mengembangkan
mapping karena selama ini belum ada penelitian potensi kerja otak, sehingga perhatian terpusat
menggunakan model pembelajaran tersebut. pada subjek serta mampu mengembangkan cara
Model pembelajaran problem solving diharapkan pengaturan pikiran secara terperinci. Menurut
dapat mengembangkan kemampuan berpikir Indriani (2008) mind mapping merupakan strategi
kritis siswa karena kemampuan memecahkan pembelajaran yang mengembangkan
masalah (problem solving) merupakan bekal bagi kemampuan otak kiri dan otak kanan dengan
siswa untuk menjalani proses kehidupan, menggambarkan hal yang bersifat umum
dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah kemudian baru yang bersifat khusus dalam peta.
yang dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
positif. Adanya permasalahan (problem) yang mengetahui apakah model pembelajaran Problem
diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam solving dengan mind mapping berpengaruh
pembelajaran, memahami isi pembelajaran, terhadap kemampuan bepikir kritis siswa pada
menantang kemampuan berpikir siswa untuk materi ekosistem di SMP N 6 Temanggung.
mengatasi masalah yang dihadapinya,
menemukan solusi yang tepat (solving) atas
35
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

METODE PENELITIAN akhir siswa, dan persentase ketuntasan klasikal


siswa. Data akan disajikan pada Tabel 1, Tabel
Penelitian ini adalah penelitian kuasi 2, dan Tabel 3.
eksperimental menggunakan desain
Nonequivalent Control Group Design. Populasi Tabel 1 Persentase Tingkat Kemampuan
penelitian ini adalah siswa kelas VII semester Berpikir Kritis Siswa
genap sebanyak tujuh kelas. Pengambilan
Persentase
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Kemampu Nilai Tes
purposive sampling. Sampel terdiri atas kelas VII an Berpikir Kelas Kemampuan Kriteria
E sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang Kritis Berpikir Kritis
(%)
menggunakan metode ceramah dan diskusi
Pre-test Eksperi 61,87 Kurang
biasa dan kelas VII G sebagai kelas eksperimen men kritis
yaitu kelas yang menerapkan model Kontrol 59,63 Kurang
kritis
pembelajaran problem solving dengan mind
Post-test Eksperi 76,04 Kritis
mapping. Variabel bebas dalam penelitian ini men
adalah model pembelajaran problem solving Kontrol 68,52 Kritis
dengan mind mapping pada materi ekosistem.
Variabel terikat adalah kemampuan berpikir Secara teoritis, model pembelajaran
kritis siswa. Hasil penelitian meliputi hasil tes problem solving terbukti dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas siswa, kemampuan berpikir kritis siswa, seperti
keterlaksanaan model pembelajaran problem pendapat Sadia (2008) bahwa kemampuan
solving dengan mind mapping, tanggapan siswa berpikir kritis siswa dapat dikembangkan karena
terhadap proses pembelajaran, serta tanggapan kebiasaan berpikir melalui penerapan model-
guru terhadap pembelajaran. Hasil tes model pembelajaran konstruktivisme, seperti
kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari problem solving. Hasil penelitian kemampuan
nilai pre-test dan post-test melalui uji perbedaan berpikir kritis siswa (Tabel 1) menunjukkan
dua rerata dan uji N-gain menggunakan software bahwa persentase tes kemampuan berpikir kritis
Microsoft Excel 2007. Nilai selisih post-test – pre-test siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol kelas kontrol. Hal ini dikarenakan problem solving
kemudian dianalisis menggunakan t test, dapat menciptakan suasana belajar mengajar
aktivitas siswa, keterlaksanaan model problem yang lebih efektif dalam memberikan pengaruh
solving dengan mind mapping, tanggapan siswa pada kemampuan berpikir kritis siswa.
terhadap proses pembelajaran, serta tanggapan Pembelajaran model problem solving adalah suatu
guru terhadap pembelajaran dianalisis penyajian materi pelajaran dengan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif menghadapkan siswa kepada persoalan yang
persentase. harus dipecahkan atau diselesaikan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pendapat Darmawan (2010) yang
menyatakan bahwa problem solving dapat
Kemampuan berpikir kritis pada meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang
penelitian ini meliputi nilai tes kemampuan sangat berarti, siswa menjadi lebih kritis, baik itu
berpikir kritis siswa, peningkatan kemampuan dalam mengeluarkan pendapat, bertanya,
berpikir kritis siswa, persentase setiap indikator mengidentifikasi, maupun memecahkan
kemampuan berpikir kritis, uji perbedaan dua masalah yang ada.
rerata kemampuan berpikir kritis siswa, nilai

36
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

Tabel 2 Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa (n-gain) pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Data N-gain N-gain
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Nilai tertinggi 0,63
82 93 0,75 (tinggi) 80 89
(sedang)
Nilai 0,09 0,04
42 53 33 47
terendah (rendah) (rendah)
Rata-rata 0,40 0,23
61,94 76,13 59,57 68,57
(sedang) (rendah)

Hasil penelitian berikutnya adalah kelompok memungkinkan siswa dapat


peningkatan kemampuan berpikir kritis (Tabel mengungkapkan gagasan, mendengarkan
2) yang menunjukkan peningkatan kemampuan pendapat teman, dan bersama-sama
berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi meningkatkan kemampuan berpikirnya dengan
dibandingkan kelas kontrol. Pembelajaran tujuan terpecahkannya masalah yang ada.
Problem solving dengan mind mapping Lebih tingginya kemampuan berpikir
memberikan pengaruh lebih baik terhadap kritis maupun peningkatan kemampuan berpikir
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kritis pada kelas eksperimen juga dikarenakan
karena penerapan model pembelajaran problem siswa kelas eksperimen diberikan tugas untuk
solving dengan mind mapping dapat membuat mind mapping, melalui teknik mencatat
mempermudah siswa dalam mempelajari materi tersebut siswa mampu mengembangkan pikiran,
ekosistem. Pada pembelajaran ini, siswa meningkatkan daya ingat, serta membantu siswa
diarahkan melakukan penyelidikan untuk dalam mengkontruksi kembali informasi yang
mencari penyelesaian terhadap masalah yang telah mereka dapatkan ketika dilakukan
diberikan. Siswa menganalisis, mendefinisikan pembelajaran karena informasi disusun secara
masalah, mengumpulkan informasi, bercabang dari tema utama dengan menyertakan
mengumpulkan referensi, sampai dengan gambar, simbol, warna, dan huruf untuk
merumuskan kesimpulan. Hal ini mampu menyampaikan ide-ide mereka.
membiasakan siswa untuk berpikir terlebih Hasil analisis persentase setiap indikator
dahulu sebelum memecahkan masalah, bukan kemampuan berpikir kritis menunjukkan bahwa
menerima penjelasan lalu berpikir. Pernyataan kemampuan memberikan penjelasan sederhana
ini juga didukung oleh pendapat Wasis (2006) siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
bahwa pembelajaran yang mampu mengasah memiliki persentase tertinggi baik sebelum
kemampuan berpikir kritis dirancang untuk dilakukan pembelajaran (71,43% dan 64,28%)
mencapai pemahaman yang seharusnya maupun setelah dilakukan pembelajaran
menghasilkan kemampuan menganalisis, (89,73% dan 78,57%), sedangkan kemampuan
mengkritisi, dan menyarankan ide-ide untuk siswa dalam mengatur strategi dan taktik
memberi alasan secara induktif dan deduktif dan berpikir kritis siswa pada kedua kelas penelitian
untuk mencapai kesimpulan yang faktual memiliki persentase terendah baik sebelum
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan pembelajaran (52,27% dan 49,69%)
rasional. maupun setelah dilakukan pembelajaran
Pembelajaran yang diterapkan pada (63,06% dan 52,72%).
penelitian ini disetting dengan diskusi problem Berdasarkan teori perkembangan kognitif
solving secara kelompok dalam rangka usaha menurut Piaget dalam Slavin (2008)
pemecahan masalah, siswa mampu membangun mengungkapkan bahwa siswa SMP kelas VII
pengetahuan secara bersama-sama, melalui kerja termasuk dalam tahap operasional formal
37
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

dimana pola berpikir siswa tidak lagi berbatas dengan melihat skor dan peningkatan
pada hal-hal yang konkrit saja tetapi juga kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan
menggunakan logika yang lebih tinggi kelas kontrol diperoleh nilai akhir dan
tingkatannya sehingga siswa sudah mampu ketuntasan klasikal kelas eksperimen yang lebih
berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang tinggi daripada kelas kontrol (Tabel 3).
dihadapinya, teori ini sesuai dengan hasil
persentase tertinggi kemampuan berpikir kritis SIMPULAN
siswa yaitu kemampuan siswa dalam
memberikan penjelasan sederhana. Teori Piaget Simpulan dari penelitian ini adalah model
belum tentu berlaku untuk semua siswa, dalam pembelajaran problem solving dengan mind
penelitian ini ditunjukkan pada hasil persentase mapping berpengaruh terhadap kemampuan
terendah kemampuan berpikir kritis kedua kelas berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 6
penelitian yaitu kemampuan dalam mengatur Temanggung. Penerapan model pembelajaran
strategi dan taktik, rata-rata kemampuan siswa problem solving dengan mind mapping dapat
dalam mengatur strategi dan taktik belum cukup mengembangkan kemampuan berpikir kritis
baik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat siswa kelas VII G pada pembelajaran materi
perbedaan perkembangan berpikir pada siswa ekosistem di SMP Negeri 6 Temanggung.
karena masing-masing siswa mempunyai latar Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
belakang sendiri dimana hal ini dapat pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
mempengaruhi proses perkembangan kelas kontrol. Guru biologi disarankan dapat
berpikirnya. menerapkan model pembelajaran problem solving

Tabel 3. Data nilai akhir dan ketuntasan klasikal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Nilai Akhir Rata-rata ∑siswa


Jumlah ∑ siswa
Kelas Tertinggi Teren nilai akhir tidak Ketuntasan klasikal
Siswa tuntas
dah tuntas
Eksperim 32 87 58 75 23 10 71,87%
en
Kontrol 30 81 52 68 12 18 40%

Piaget dalam Slavin (2008) juga dengan mind mapping pada materi-materi lain
mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang relevan, karena terbukti dapat
yang dapat mempengaruhi perkembangan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
berpikir seseorang yaitu hereditas (keturunan), Melihat hasil tes kemampuan berpikir kritis
pengalaman, transmisi sosial, dan ekuilibrasi. masih terdapat beberapa siswa yang
Hal ini dikarenakan kelas yang digunakan memperoleh nilai dibawah KKM, guru juga
penelitian adalah kelas VII dimana tingkatan disarankan untuk membiasakan siswa dengan
kelas VII SMP merupakan tingkatan terendah memberikan soal-soal yang memacu siswa
sehingga wajar jika kemampuan siswa dalam untuk mengembangkan kemampuan berpikir
berpikir kritis masih berada pada tingkatan yang kritisnya.
paling sederhana yaitu kemampuan memberikan Problem solving dengan mind mapping telah
penjelasan sederhana. Menurut Ennis dalam memberikan kesempatan kepada semua siswa
Bahriah (2011) pada tingkatan ini, siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri, sehingga
memfokuskan pertanyaan, menganalisis pengetahuan yang diperoleh menjadi lebih
argumen, dan bertanya serta menjawab bermakna. Ketuntasan klasikal pada kelas
pertanyaan. eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan
Penggunaan model problem solving dengan dengan kelas kontrol karena model
mind mapping telah menunjukkan hasil positif pembelajaran problem solving menuntut siswa
38
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

aktif dalam berpikir lebih kritis dalam sebesar 42,85% termasuk ke dalam kriteria
memecahkan permasalahan sehingga mampu cukup aktif. Hal ini terjadi karena pada kelas
membantu siswa dalam pencapaian hasil belajar eksperimen diterapkan model pembelajaran
yang baik dibandingkan dengan siswa yang problem solving dengan mind mapping, dimana
diberi model pembelajaran ceramah dan diskusi LKS yang digunakan berbasis problem solving
saja. Ketuntasan klasikal siswa kelas eksperimen yang didesain untuk menghadirkan beberapa
adalah sebesar 71,87%, sedangkan pada kelas permasalahan dan menuntut siswa untuk
kontrol ketuntasan klasikal yang dicapai hanya berperan aktif dan berpikir lebih kritis dalam
sebesar 40%. Hal ini sesuai dengan hasil mencari informasi untuk menyelesaikan
penelitian Subratha (2007) yang membuktikan permasalahan. Selanjutnya, setelah
bahwa strategi problem solving secara sistematis pembelajaran selesai, siswa ditugaskan untuk
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. membuat mind mapping untuk alat evaluasi
Hal ini dapat dilihat pada saat dilakukan tes sejauh mana siswa memahami materi yang telah
kemampuan berpikir kritis, rata-rata nilai siswa diajarkan sesuai dengan cara mereka sendiri.
kelas eksperimen juga cenderung lebih tinggi Berdasarkan hasil penelitian, dapat
dibanding dengan kelas kontrol. Sebagian besar disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
siswa kelas eksperimen memang sudah solving dengan mind mapping dapat
mencapai batas ketuntasan, tetapi masih juga meningkatkan keaktifan siswa dalam
terdapat beberapa siswa yang tidak tuntas mempelajari materi ekosistem. Melalui
karena siswa yang kurang konsentrasi dalam permasalahan yang dihadirkan dalam LKS
pembelajaran seperti mengobrol sendiri sehingga problem solving, siswa terlihat aktif dalam
menyebabkan materi pelajaran atau diskusi kelas kegiatan diskusi kelompok seperti kegiatan
yang sedang berlangsung tidak dapat dipahami mengidentifikasi dan memahami masalah,
siswa, hal lain yang menyebabkan menanyakan dan menjawab permasalahan,
ketidaktuntasan siswa adalah karena setiap menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
siswa memiliki daya tangkap pemahaman serta menafsirkan dan menyimpulkan
terhadap materi berbeda-beda, maka permasalahan yang ada. Demikian juga melalui
kemampuan siswa dalam menyerap materi juga mind mapping siswa menjadi lebih aktif dan
berbeda sehingga berpengaruh terhadap nilai kreatif dalam menemukan dan mengembangkan
yang dicapai masing-masing siswa. ide atau gagasan hasil pemikirannya menjadi
Hasil uji beda dua rerata (uji t test), sebentuk catatan sehingga mempermudah
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mereka dalam belajar. Hal ini didukung oleh
signifikan kemampuan berpikir kritis kelas Sudiarta (2002), bahwa pembelajaran kolaboratif
eksperimen dengan kelas control. Perbedaan melalui problem solving terbukti dapat
nilai tes kemampuan berpikir kritis antara kelas memajukan proses pembelajaran fisika dan
eksperimen dan kontrol terjadi karena meningkatkan keaktifan siswa. Begitu juga
terciptanya suasana belajar mengajar yang lebih dengan penelitian Budiman (2008) bahwa mind
efektif pada kelas eksperimen. Menurut Tanrere mapping dapat meningkatkan keaktifan dan
(2008), penerapan problem solving dapat keberanian siswa dalam mengikuti proses
meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil pembelajaran.
penelitian menunjukkan bahwa dengan Berdasarkan hasil analisis deskriptif,
diterapkannya problem solving maka siswa diketahui bahwa rata-rata tingkat keterlaksanaan
menjadi kreatif dan aktif. Akitivitas siswa dalam model pembelajaran problem solving dengan mind
penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas mapping sebesar 95,83% berada pada kategori
siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi jika sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan kelas kontrol. Aktivitas rencana pembelajaran yang telah disusun sudah
pada kelas eksperimen mencapai 78,13% terlaksana semua meskipun masih ada beberapa
sementara keaktifan untuk kelas kontrol hanya siswa yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan
39
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

tertentu karena terdapat beberapa faktor yang meningkat. Kekurangan dari model
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran problem solving dengan mind
pembelajaran, seperti siswa yang kurang mapping yaitu dalam proses pembelajaran,
memiliki motivasi untuk belajar dan kendala pengaturan waktu dan pengkondisian siswa
dalam melaksanakan model pembelajaran ketika bekerja secara berkelompok. Salah satu
problem solving dengan mind mapping. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut maka
kendala yang dihadapi di kelas yaitu sebaiknya guru harus dapat mengelola waktu
pembelajaran memerlukan waktu cukup lama dengan baik pada kegiatan pembelajaran. Guru
sehingga membuat guru kurang dapat juga mengakui adanya peningkatan pemahaman
mengontrol berjalannya kegiatan pembelajaran siswa terutama setelah siswa ditugasi untuk
di kelas, sehingga beberapa siswa menjadi membuat mind mapping, siswa menjadi lebih
kurang tertib di dalam pembelajaran. mudah mengingat konsep-konsep yang sudah
Hasil tanggapan siswa menunjukkan diajarkan. Guru juga tertarik untuk menerapkan
bahwa100% siswa menyatakan tertarik dan model pembelajaran Problem Solving dengan
menyukai kegiatan pembelajaran menggunakan mind mapping pada materi biologi yang lain
model problem solving dengan mind mapping, karena dapat menambah wawasan guru secara
karena siswa dapat ikut langsung berperan pribadi dan proses pembelajaran menjadi lebih
dalam pembelajaran, menuangkan pemikiran bervariasi.
saat berdiskusi dalam usaha pemecahan
masalah, menyalurkan kreativitas, dan DAFTAR PUSTAKA
melakukan pengamatan di luar kelas, ini
mempermudah siswa dalam mempelajari materi Adnyana G.P. 2009. Meningkatkan kualitas aktivitas
belajar, keterampilan berpikir kritis, dan
ekosistem. Pernyataan ini didukung juga dari
pemahaman konsep biologi siswa kelas X-5
hasil penelitian Naim (2009) bahwa dengan
SMA Negeri 1 Banjar melalui penerapan
pembelajaran menggunakan model model pembelajaran pemecahan masalah.
pembelajaran dengan teknik mind mapping Jurnal Pendidikan Kerta Mandala. Dinas
suasana belajar lebih efektif karena melibatkan Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bali 1 (001):
siswa secara langsung dalam pembelajaran 54-69.
membuat siswa merasa lebih tertarik, Afcariono M. 2008. Penerapan pembelajaran berbasis
termotivasi, dan lebih mudah memahami masalah untuk meningkatkan kemampuan
konsep yang dipelajari. Persentase tanggapan berpikir siswa pada mata pelajaran biologi.
Jurnal Pendidikan Inovatif 3 (2): 65-68.
siswa yang terendah adalah pada tanggapan
Bahriah E.P. 2011. Indikator Berpikir Kritis dan
mengenai ketertarikan siswa dalam melakukan
Kreatif. On line at http:// www.berpikir
diskusi pada saat pembelajaran terdapat 2% kritis/internet kritis/indikator berpikir kritis dan
siswa yang menyatakan tidak tertarik karena ada kreatif « evisapinatulbahriah.htm [diakses tanggal
beberapa siswa yang kurang dapat bekerjasama 21 Januari 2012].
dalam diskusi kelompok sehingga mereka Budiman. 2008. Penerapan teknik peta pikiran untuk
merasa bekerja sendiri. meningkatkan pemahaman siswa pada mata
Berdasarkan hasil wawancara yang pelajaran IPS kelas VC SD Santa Ursula BSD.
dilakukan kepada guru memberikan respon yang Jurnal Psiko-Edukasi 6 (3) 34-51.
Darmawan. 2010. Penggunaan pembelajaran berbasis
baik terhadap proses pembelajaran dengan
masalah dalam meningkatkan kemampuan
menggunakan model pembelajaran problem
berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS di
solving dengan mind mapping. Hal ini MI Darrusaadah
dikarenakan model pembelajaran dapat Indriani N. 2008. Meningkatkan kreativitas belajar
meningkatkan kreatifitas dan lebih inovatif siswa dalam mata pelajaran IPS dengan
sehingga dapat melibatkan seluruh siswa untuk menggunakan mind mapping pada kelas XI-I
aktif dalam pembelajaran, akibatnya aktivitas SMP N Padang Panjang. Jurnal Guru 5 (1): 7-
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran 16.

40
T Ristiasari / Unnes Journal of Biology Education 1 (3) (2012)

Naim. 2009. Penerapan metode quantum learning


dengan teknik peta pikiran (mind mapping)
dalam pembelajaran fisika. Jurnal Ilmiah
“Kreatif” 6 (1) 82-100.
Puspita R. 2012. Peenerapan Metode Eksperimen dan
Alat Bantu Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa dalam pembelajaran IPA
Materi Proses Terbentuknya Tanah Kelas 5
SDN 1 Kecamatan Lembang Bandung Barat.
On line at
http://repository.upi.edu/operator/upload/t_mat_
070733.pdf [diakses tanggal 29 Juli 2012].
Sadia I.W. 2008. Model pembelajaran yang efektif
untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis (suatu persepsi guru). Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran UNDIKSHA. 41 (2): 219-237.
Sanjaya W. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Kanisius.
Slavin R.E. 2006. Educational Psycology Theory and
Practice. Jakarta: Indeks.
Subratha. 2007. Pengembangan model pembelajaran
kooperatif dan strategi pemecahan masalah
untuk meningkatkan hasil belajar sisiwa kelas
VII C SMP Negeri 1 Sukasada. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan.1(2): 135-147
Sudiarta I.G. 2009. Pengembangan pembelajaran
berpendekatan tematik berorientasi
pemecahan masalah matematika terbuka
untuk mengembangkan kompetensi berpikir
divergen, kritis, dan kreatif. Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran UNDIKSHA. 2 (4):373-392.
Tanrere M. 2008. Enviromental problem solving in
learning chemistry for high school students.
Jurnal of Department of Environmental
Engineering Sepuluh November Institute of
Technology 3 (1): 47-50.
Wasis. 2006. Contextual teaching and learning (CTL)
dalam pembelajaran sains-fisika SMP. Jurnal
Pendidikan . 7 (1) : 1-11.

41

Anda mungkin juga menyukai