Anda di halaman 1dari 16

PEMBERIAN TERAPI CAIRAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulian Keperawatan Elektif

Nama Kelompok :
1. Risti Indriani (P1337420216131)
2. Nurrizqy Aulia H (P1337420216132)
3. Mei Kumala W (P1337420216133)
4. Candra Setyo H (P1337420216134)

Tingkat III C

Dosen Pembimbing :
Siti Mulidah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
A. Definisi Terapi Cairan

Terapi cairan adalah suatu tindakan pemberian air dan elektrolit


dengan atau tanpa zat gizi kepada pasien-pasien yang mengalami
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif
maupun perioperatif dan tidak bisa dipenuhi dengan intake oral dan enteral
sehingga diberikan melalui jalur parenteral (Darmawan, 2015).

Saat ini terapi cairan melalui intravena dapat diberikan oleh


parawat dan dokter mulai dari Rumah Sakit yang paling canggih sampai
kunjungan rumah (home visit). Ini merupakan bagian manajemen pasien
dan salah satu tindakan yang paling banyak dilakukan untuk menolong
pasien. Menurut Darmawan (2015) terapi cairan dapat diberikan untuk
tujuan IV line, resusitasi, pemberian elektrolit rumatan, dan pemberian
nutrisi parenteral atau parenteral feeding

IV line sering disebut juga infus jaga, artinya diberikan sebagai


jalur pemberian obat-obatan injeksi melalui vena, atau pasien dengan
pemenuhan cairan secara oral tidak adekuat misal hanya 500 ml per hari
atau kurang.

Terapi cairan resusitasi adalah pemberian cairan untuk menolong


jiwa pasien yang mengalami syok hipovolemik karena dehidrasi akut dan
berat atau perdarahan. Koreksi cairan intravena dapat diberikan dengan
cepat dan dalam jumlah cairan yang besar sesuai dengan derajat dehidrasi
(Darmawan, 2015). Sementara itu pada pasien dengan perdarahan sampai
sekitar 20% EBV (EBV = Estimated Blood Volume/ taksiran volume
darah), akan menimbulkan gejala hipotensi, takikardi dan penurunan
tekanan vena sentral. Penggantian cairan pada perdarahan dihitung
berdasarkan volume perdarahan yang hilang dan kebutuhan tubuh
(Hartanto, 2015).

Terapi cairan rumatan diberikan untuk mengganti kehilangan air


normal harian pada pasien rawat inap. Seringkali pasien rawat-inap karena
kondisi sakitnya tidak bisa mengkonsumsi air dan elektrolit dalam jumlah
cukup melalui minum, sehingga memerlukan dukungan infus untuk
memenuhi kebutuhan hariannya agar tidak jatuh dalam gangguan
keseimbangan air dan elektrolit yang bisa mengancam jiwa. Jenis dan
jumlah dan kecepatan cairan rumatan yang diberikan kepada pasien
berbeda dengan cairan resusitasi (Darmawan, 2015).

Parenteral feeding atau nutrisi parenteral adalah pemberian zat gizi


(bisa asam amino, vitamin, karbohidrat dan lipid) melalui pembuluh darah
balik atau vena. Nutrisi parenteral ini diberikan pada pasien yang
kekurangan gizi atau asupan gizi melalui oral dan enteral tidak mencukupi
kebutuhan tubuh karena kondisi penyakit pasien (Gura, 2009).

B. Jenis Cairan

Cairan sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek


yang optimal. Pemberian cairan yang salah bisa memperberat penyakit
pasien. Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi patologis
(Darmawan, 2015). Sementara itu Leksana (2010) membagi jenis cairan
yang sering digunakan dalam pemberian terapi intravena berdasarkan
kelompoknya adalah sebagai berikut:

1. Cairan Kristaloid

Cairan dengan berat molekul rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau
tanpa glukosa, mempunyai tekanan onkotik rendah, sehingga cepat
terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, dan mengandung elektrolit:
Ringer lactate, Ringer’s solution, NaCl 0,9%, Tidak mengandung
elektrolit: Dekstrosa 5%. Cairan ini rata-rata memiliki tingkat
osmolaritas yang lebih rendah dengan osmolaritas plasma.

2. Cairan Koloid

Cairan dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton ), mempunyai


tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan tetap tinggal di
ruang intravaskuler. Termasuk golongan ini: Albumin, Plasma protein
fraction: Plasmanat, produk darah: sel darah merah, koloid sintetik:
Dekstran, Hydroxyethyl starch

3. Cairan Khusus

Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi; misal:


NaCl 3%, Sodium-bikarbonat, Mannitol, Natrium laktat hipertonik
(Leksana, 2010)

Darmawan (2015) membagi jenis cairan berdasarkan tingkat


osmolalitasnya. Jenis cairan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cairan hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan osmolaritas serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga
larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya
(prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan
pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

b. Cairan Isotonis

Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum


(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

c. Cairan hipertonik

Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga


menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 10%, NaCl
45% hipertonik, Dextrose 5% + Ringer-Lactate, Dextrose 5% +
NaCl 0,9%, produk darah, dan albumin (Darmawan, 2015).

C. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pemberian terapi cairan


intravena (Darmawan, 2015).

1. Dari sisi pasien

Dari sisi pasien yang perlu diperhatikan adalah penyakit dasar


pasien, status hidrasi dan hemodinamik, pasien dengan komplikasi
penyakit tertentu, dan kekuatan jantung. Kesemua faktor ini
merupakan hal yang harus diketahui dokter dan perawat.

2. Dari sisi cairan

a. Kandungan elektrolit cairan

Kandungan elektrolit dalam cairan intravena adalah hal yang


mutlak di ketahui oleh dokter dan perawat apabila ingin melakukan
koreksi atau perbaikan cairan dan elektrolit pada pasien yang
mengalami gangguan tertentu. Pemahaman produk cairan sangatlah
penting agar sesuai dengan indikasi masing-masing. Elektrolit yang
umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+, Cl-, Ca++,
laktat atau asetat.
b. Osmolaritas cairan

Suatu cairan mempunyai tingkat osmolaritas yang berbeda.


Semakin tinggi osmolaritas suatu cairan intravena maka semakin
besar risiko komplikasinya. Pemilihan jalur intravena sebaiknya
memperhitungkan tingkat osmolaritas suatu cairan.

c. Kandungan lain cairan

Seperti disebutkan sebelumnya, selain elektrolit beberapa


produk infus juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke
dalam sel, antara lain: glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol,
asam amino, trigliserida.

Pasien yang dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-unsur


lain seperti Mg++, Zn++ dan trace element lainnya.

Sterilitas cairan infus. Parameter kualitas untuk sediaan cairan infus


yang harus dipenuhi adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen
disamping pemenuhan persyaratan yang lain.

D. Konsep dasar pemberian cairan

1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)


Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum
langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit
(natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau
obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah


pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda,
2010)Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung
ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang lama dengan menggunakan infus set. Terapi intravena (IV)
digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan,
tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau
glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi.
(Wahyuningsih, 2005 : 68).

2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.

3. Tipe-tipe Cairan Intravena


a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada
didalam plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air (D5W)

b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada
yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel
dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%

c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi
dari pada yang ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion)
adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah
jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.(Yuda, 2010)Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau
obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak
dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set. Terapi
intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien
tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk
memberikan garam yang dirperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk
metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68).

4. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air,
elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam
tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.
5. Tipe-tipe Cairan Intravena
a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada
didalam plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air (D5W)

b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada
yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya
menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di Intrasel
dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%

c. Hipertonik
1) Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi
dari pada yang ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini
meningkatkan D 5 W (dextrose 5% in water)
a) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang
hilang, memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi
dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk
mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus
tersebut
b) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan
(hiponatremia, sindroma pelepasan hormon antidiuretik yang
tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang
bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen
darah).

2) Nacl 0,9%
a) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang
hilang, diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien
dalam kondisi syok hemodinamik.
b) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya :
gagal jantung dan gagal ginjal).

3) Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang,
elektrolit tertentu, dan untuk mengatasi asidosis metabolik
tingkat sedang.

6. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik
secara langsung kedalam saluran/jalan infus.
Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru,
memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat
(furosemid dan digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus
menerus melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan
mengurangi kebutuhan akan injeksi
5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila
beberapa obat yang dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
b. Continous Infusion (infus berlanjut)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional
melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur
kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra
thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa
khusus yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu
dipertimbangkan yatu :
1) Keuntungan
a) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan
kecil dengan akurat.
b) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya
udara di selang infus atau adanya penyumbatan.
c) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan
aliran infus.

2) Kerugian
a) Memerlukan selang yang khusus.
b) Biaya lebih mahal
c) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada
infiltrat.

3) Tanggung jawab perawat


a) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis
sama dengan perawat yang memerlukannya.
b) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi
(adanya infiltrat atau infeksi).
c) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang
memproduksi alat tersebut.
d) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran
infus.
c. Intermitten Infusion (Infus Sementara)
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag”
untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui
perangkat infus.
1) Komplikasi Terapi Intravena (Infus)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan
infus:
a) Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh
akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler,
terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada
pembuluh darah.
b) Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan
sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum
infus melewati pembuluh darah.
c) Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh
vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau
secara ketat dan benar.
d) Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi
darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam
cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui


infus:
a) Rasa perih/sakit
b) Reaksi alergi
E. Menghitung cairan

1. Infus

Cara Menghitung Tetesan Infus :

Keterangan : 1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro

a. Dewasa; (makro dengan 20 tetes/ml)

Tetesan/menit:

Jumlah cairan yang masuk

Lamanya Infus (jam) X 3

ATAU

Tetesan/menit:

∑ keb. Cairan X Faktor tetesan

Lama Infus (Jam) X 60 menit

Keterangan:

Faktor tetesan Infus bermacam-macam, hal ini dapat dilihat pada


label infus (10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20 tetes/menit).

Contoh:

Seorang pasien dewasa diperlukan rehidrasi dengan 1000ml (2


botol) dalam 1 jam, maka tetesan per menit adalah?

1000ml

Tetesan/menit = ----------------------- = 333/menit

1X3
ATAU

1000ml X 20

Tetesan/menit = ---------------------------- = 333/ menit

1 X 60 menit

b. Anak

Jumlah cairan yang masuk

Tetesan/menit (mikro) = --------------------------------------

Lamanya infus (jam)

Contoh:

Seorang pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250µl dalam


2 jam, maka tetesan per menit adalah?

250

Jumlah tetesan (mikro) = ----------------- = 125 tetes/menit

2. Tranfusi Darah

a. Rumus tranfusi PRC

Rumus untuk koreksi Hb dengan PRC adalah :

A – B x BB x 3

Keterangan :

A : Hb target / Hb yang diharapkan atau Hb normal

B : Hb pasien saat ini

BB : Berat badan pasien


3 : Jenis darah PRC

b. Rumus tranfusi WB

Rumus untuk koreksi Hb dengan WB adalah :

A – B x BB x 3

Keterangan :

A : Hb target / Hb yang diharapkan atau Hb normal

B : Hb pasien saat ini

BB : Berat badan pasien

6 : Jenis darah WB

c. Rumus tranfusi TC dan Cryo

Rumus untuk koreksi TC dan Cryo adalah :

A – B x BB x 0,5

Keterangan :

A : Hb target / Hb yang diharapkan atau Hb normal

B : Hb pasien saat ini

BB : Berat badan pasien

0,5 : Jenis darah TC / Cryo

d. Rumus tranfusi FFP

Rumus untuk koreksi FFP adalah :

A – B x BB x 10
Keterangan :

A : Hb target / Hb yang diharapkan atau Hb normal

B : Hb pasien saat ini

BB : Berat badan pasien

10 : Jenis darah FFP

e. Rumus tranfusi Albumin

Rumus untuk koreksi Albumin adalah :

A – B x [(BB x40)/100] x 2

Keterangan :

A : Albumin target / nilai albumin yang diharapkan / Albumin


normal

B : Albumin pasien saat ini

BB : Berat badan pasien

Anda mungkin juga menyukai