1. Tahap Germinal
1.1. Fertilisasi (Pembuahan)
Fertilisasi terjadi ketika spermatozoon telah berhasil memasuki sel telur dan
dua set materi genetik yang dibawa oleh gamet melebur sehingga terbentuk
zigot (sel diploid tunggal). Proses ini biasanya terjadi di ampula dari salah satu
saluran tuba. Pembuahan berhasil diaktifkan oleh tiga proses yang juga
bertindak sebagai kontrol untuk memastikan kekhususan (ciri khas) spesies.
Pertama adalah kemotaksis yang mengarahkan pergerakan sprma menuju ke
sel telur. Kedua, adalah adanya kompatibilitas perekat antara sel sprma dan sel
telur. Pada saat sel sprma menempel pada sel telur proses ketiga berlangsung,
proses ini berupa terjadinya reaksi akrosom; bagian kepala depan
spermatozoon dibatasi oleh akrosom yang mengandung enzim pencernaan yang
berfungsi memecah zona pelusida sehingga memungkinkan masuknya
spermatozoon ke dalam sel telur (ovum). Masuknya sprma menyebabkan
pelepasan kalsium yang akan menghambat masuknya sel-sel spe
rma lainnya. Reaksi paralel terjadi di dalam ovum disebut reaksi zona (zona
reaction). Reaksi ini memicu pelepasan butiran kortikal yang melepaskan enzim
yang mencerna protein reseptor sperma, sehingga mencegah polispermia.
Granula juga berfusi (melebur) dengan membran plasma dan memodifikasi
zona pelusida sedemikian rupa untuk mencegah masuknya sperma lebih lanjut.
Zigot mengandung materi genetik gabungan yang dibawa oleh kedua gamet
jantan dan betina yang terdiri dari 23 kromosom dari inti sel telur dan 23
kromosom dari inti sprma. Kromosom yang berjumlah 46 tersebut akan
mengalami perubahan sebelum terjadinya pembelahan mitosis yang mengarah
pada pembentukan embrio yang memiliki dua sel.
4. Kerentanan Embriogenesis
Paparan beracun selama tahap germinal dapat menyebabkan kematian
perinatal sehingga mengakibatkan keguguran, tetapi tidak menyebabkan cacat
perkembangan. Namun, paparan racun pada periode embrio dapat menjadi
penyebab utama malformasi kongenital, karena prekursor dari sistem organ
utama sedang dalam taha perkembangan.
5. Diagnosis Genetik
Setiap sel dari embrio praimplantasi bersifat pluripotent. Artinya, setiap sel
memiliki potensi untuk membentuk semua jenis sel yang berbeda dalam embrio
yang sedang berkembang. Potensi sel memiliki artian bahwa beberapa sel dapat
dihilangkan dari embrio praimplantasi dan sel-sel yang tersisa akan
mengimbangi ketidakhadiran sel-sel tersebut. Hal ini telah memungkinkan
pengembangan teknik yang dikenal sebagai diagnosis genetik praimplantasi /
Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD), dimana sejumlah kecil sel dari embrio
praimplantasi diciptakan melalui In vitro Fertilisation (IVF) dan dapat
dihilangkan dengan biopsi. Hal ini memungkinkan embrio yang tidak
terpengaruh oleh penyakit genetik tertentu dapat dipilih dan kemudian
ditransfer ke rahim ibu.