Anda di halaman 1dari 10

Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

Hubungan Perilaku Ibu Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa Nanga
Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2015
Relationship Mother Behavior With Ari Incidence In Tolddler In Plage Nanga Lebang
Ptic Area At Kelam Permai District Sintang 2015
INTAN PUTRI MUNGGARAN
Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang

ABSTRAK ABSTRACT

Penyakit ISPA masih merupakan ARI disease remains a health concern and
masalah kesehatan dan penyebab kematian cause of death in infants. The prevalence of
pada balita. Prevalensi kejadian ISPA pada ARE in children under five in the village of
balita di Desa Nanga Lebang 2014 sebanyak Nanga Nanga Tikan PHC Wants Work Area
36 kasus dari dari 78 balita atau (46.2%). Sintang in 2013 AMOUNT 36 cafe of 78
Tujuan penelitian ini adalah untuk toddlers of infants or (46,2%). The purpose of
mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan this study are to know determine the
praktik Ibu dengan kejadian ISPA pada Anak Relationship mother behavior with ARI
Balita di wilayah kerja Puskesmas Nanga incidence in children under five in the region
Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten of nanga lebang health centers kelam permai
Sintang tahun 2015. Metode penelitian ini sintang 2015. This research method uses an
menggunakan rancangan survei analitik analytic survey design with cross sectional
dengan pendekatan cross sectional. Subjek approach. The subjects were all mothers who
penelitian ini adalah seluruh Ibu yang have children with a the sample of 87 people.
memiliki balita dengan sebanyak 87 orang. The sampling technique used in this random
Teknik pengambilan sampel yang digunakan sampling technique for the entire population.
pada penelitian ini adalah dengan teknik Statistically using Chi Square test with the
random sampling. Uji statistik menggunakan help of statistical software. The results showed
Chi Square dengan bantuan software statistik. that there is a relationship between knowledge
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada (p = 0.042), attitude (p = 0.008), practice
hubungan antara pengetahuan (p=0.001), (0.007). the purpose of this study was
sikap (p=0.014), praktik (0.008). yang berati determine the relationship, knowledge attitude
ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan practice with ispa event. Which means that
praktik ibu dengan kejadian ISPA. Saran there is a relationship between knowledge
bagi masyarakat, Bagi masyarakat terutama attitude and practice of mother with event ARI.
para ibu yang memiliki anak balita agar lebih
waspada dengan menjaga kesehatan dan lebih Keywords: ARI, toldler, mother behavior
berperan aktif dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit ISPA.

Kata kunci : ISPA, Balita Perilaku Ibu


hidup, sementara perkiraan kelahiran hidup
diperoleh 4.467.714 Bayi. Berdasarkan data
Pendahuluan tersebut dapat dihitung jumlah kematian Balita
Infeksi Saluran Pernapasan Akut 196.579. Menurut Riskesdas penyebab
(ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang kematian Balita karena pneumonia adalah
saluran pernapasan yaitu organ tubuh yang di 15,5%. dan jumlah kematian Balita akibat
mulai dari hidung ke alveoli beserta adneksa pneumonia setiap harinya adalah 30.470 atau
(Romelan, 2006). ISPA merupakan salah satu rata-rata 83 orang balita ( Depkes, 2007).
penyebab kematian tersering pada Anak di
Negara berkembang. Menurut survey ISPA adalah radang akut saluran
kesehatan Indonesia, angka kematian Balita pernapasan atas maupun bawah yang
pada tahun 2007 sebesar 44/1000 kelahiran disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
1

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau responden tidak bisa baca tulis maka peneliti
disertai radang parenkim paru (Alsagaff dan akan mebacakan pertanyaannya dan ditunggu,
Mukty, 2010). Angka kesakitan ISPA di langsung di kembalikan kepada peneliti.
Indonesia masih mencapai 5,12%. Dewasa ini Pengambilan data sekunder dilakukan dengan
penyakit ISPA masih di golongkan kedalam wawancara langsung dengan dinas kesehatan
sepuluh penyakit terbesar di seluruh Propinsi dan petugas simpus puskesmas. Serta meminta
yang ada di Indonesia (Survei Mortalitas, data yang ada. Populasi dalam penelitian ini
2005). adalah semua Ibu rumah tangga yang memiliki
Anak Balita usia satu sampai lima tahun yang
Jumlah penderita ISPA di Kalimatan melakukan pemeriksaan atau konsultasi di
Barat masih tergolong banyak. Menurut data wilayah kerja Puskesmas Nanga Lebang
dinas kesehatan propinsi Kalimantan Barat mengenai penyakit ISPA, dengan jumlah
sampai Desember 2011 penderita ISPA pada populasi ibu yang memiliki anak balita
anak balita sebanyak 23.058 anak balita, pada sebangak 367 Ibu rumah tangga. Sampel
tahun 2012 angka kejadian ISPA pada Anak adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
Balita sebanyak 13.217 Anak Balita, objek yang diteliti dan dianggap mewakili
sedangkan pada tahun 2013 angka kejadian seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel
ISPA pada Anak Balita sebanyak 45.301 Anak adalah sebagian dari jumlah dan karekteristik
dari jumlah penduduk di Kalbar (Profil Dinas yang dimiliki oleh populasi tersebut
Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat, 2013). (Sugiyono, 2005). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan simpel random
Angka kesakitan ISPA Kabupaten sampling, yaitu pengambilan sampel secara
Sintang, Pada tahun 2011 tercatat kasus ISPA acak sederhana dengan setiap anggota atau
pada Anak Balita sebanyak 2-994 kasus per unit dari populasi mempunyai kesempatan
364.529 jumlah penduduk. Tahun 2012 terjadi yang sama untuk diseleksi sebagai sampel
kasus ISPA pada Anak Balita sebanyak 44.904 (Notoatmodjo, 2010).
kasus per 376.452 jumlah penduduk. Pada
tahun 2013 angka kejadian ISPA pada Anak Besarnya sampel dalam penelitian ini
sebanyak 10.285 kasus per 383.465 jumlah dihitung menggunakan rumus solvin
penduduk di Kabupaten Sintang (Dinas (Setiawan, 2011)
Kesehatan Kabupaten Sintang, tahun 2013).

Berdasarkan data yang di dapat dari


Puskesmas Nanga Lebang penyakit ISPA
masih menempati urutan pertama dari sepuluh
penyakit terbesar. Jumlah penduduk yang
terkena penyakit ISPA pada Anak Balita pada
tahun 2011 di puskesmas Nanga Lebang
sebanyak 399 kasus. Pada tahun 2012 jumlah
angka kejadian ISPA pada Anak Balita di
Puskesmas Nanga Lebang sebanyak 19 kasus.
pada tahun 2013 angka kejadian ISPA pada
Anak Balita sebanyak 49 kasus dan pada tahun
2014 dari bulan januari sampai mei terdapat n= 78.586723
sebanyak 81 kasus Anak Balita yang terkena = 78 responden
ISPA di wilayah binaan Puskesmas Nanga
Lebang (Simpus Puskesmas Nanga Lebang, Keterangan: n = Jumlah sampel
tahun 2013). N= Jumlah populasi
e = Standar error (10%)
Metode

Pengumpulan data perimer dilakukan Setelah dilakukan penghitungan


dengan cara membagikan kuesioner kepada jumlah populasi Ibu yang menjadi responden
responden. Responden diminta utuk mengisi sebanyak 367, maka jumlah sampel dalam
sendiri kouesoner yang di bagikan, jika penelitian ini adalah 78 responden.
2

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

Hasil Timur : Berbatasan dengan Sungai Maram,


Kecamatan Kelam Permai memiliki dua Entalang Panjang
puskesmas induk yang salah satunya adalah Barat : Berbatasan dengan Binjai Hulu
Puskesmas Nanga Lebang yang terletak
diantara 0010’ Lintang Utara dan 0020’ Puskesmas Nanga Lebang memiliki luas
Lintang Utara serta 111035 Bujur Timur dan wilayah ± 200.000 km2 yang mencakup 4
111045 Bujur Timur, dan merupakan daerah desa/kelurahan dengan jumlah Dusun
garis Khatulistiwa/daerah Tropis. Batas sebanyak 12 Dusun, dan ada 3 Dusun yang
Wilayah Administratif Puskesmas Nanga sulit di jangkau karena hanya bisa
Lebang, yaitu : menggunakan jalur sungai. Sebagian besar
Utara : Berbatasan dengan Nanga Ketungau cakupan Wilayah Puskesmas Nanga Lebang
(Ketungau Hilir) terdiri dari sungai dan dataran rendah.
Selatan : Berbatasan dengan Sabang Laja,
Sungai Kebiau

A. Karakteristik Responden
1. Pendidikan Responden
Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Responden
Pendidikan
n %
Tidak Tamat SD 5 6.4
Tamat SD 25 32.1
Tamat SMP 40 51.3
Tamat SMA 8 10.3
Tamat Perguruan Tinggi 0 0
Total 78 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa dan yang paling rendah tidak tamat SD 5
pendidikan ibu yang paling banyak yaitu tamat responden (6.4%) dan yang tamat SD
SMP yaitu sebanyak 40 responden (51.3%) sebanyak 25 responden (32.1%).

2. Pendapatan Keluarga Responden


Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Responden
Pendapatan
n %
< UMK 10 12.8
≥ UMK 68 87.2
Total 78 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa (12.8%) dan yang pendapatan ≥ UMK
sebagian besar responden yang memiliki sebanyak 68 KK (87.2%).
pendapatan < UMK yaitu sebanyak 10 KK

3. Sumber Informasi
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Responden
Sumber Informasi
n %
Ada 66 84.6
Tidak Ada 12 15.4
Total 78 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa
sebagian besar responden tidak mendapatkan
informasi tentang ISPA sebanyak 66
responden (84.6%).
3

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

B. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan analisis univariat yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden
Responden
Pengetahuan
n %
Baik 35 44.9
Kurang Baik 43 55.1
Total 78 100.0
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui kurang baik sebanyak 43 responden (55.1%)
bahwa responden yang memiliki pengetahuan dan yang berpengetahuan baik sebanyak 35
responden (44.9.%).
2. Sikap
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden
Responden
Sikap
n %
Baik 20 25.6
Kurang Baik 58 74.4
Total 78 100.0
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui baik sebanyak 58 responden (74.4%)
bahwa responden yang memiliki sikap kurang sedangkan yang sikap baik yaitu sebanyak 20
responden (25.6%).
3. Praktik
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Praktik Responden
Responden
Praktik
n %
Baik 26 33.3
Kurang Baik 52 66.7
Total 78 100.0
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui kurang baik sebanyak 26 responden (33.3%)
bahwa responden yang memiliki praktik sedangkan praktik yang baik yaitu
sebanyak52 responden (66.7%).
4. Kejadian ISPA pada Anak Balita

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Anak Balita


Responden
Praktik
n %
Pernah 42 53.8
Tidak Pernah 36 46.2
Total 78 100.0
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui responden (52.8%) dan tidak pernah
bahwa responden yang memiliki balita yang mengalami ISPA sebanyak 36 responden
pernah mengalami ISPA sebanyak 42 (46.2%).

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian ISPA

Tabel 8. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di
Desa Nanga Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2015

Kejadian ISPA Pada Anak


OR P
Balita Total
Pengetahuan 95% Value
Pernah Tidak Pernah
n % n % N %
Kurang Baik 27 34.6 16 20.5 43 100.0
Baik 9 11.5 26 33.3 35 100.0 0.175 0.002
Total 36 46.2 42 53.8 78 100.0

Hasil uji statistik diperoleh p-value = sebanyak 33 (42.3%) sedangkan responden


0,002 kurang p < 0,05 dengan alpha 5% dapat yang pengetahuan baik dan terkena ISPA
disimpulkan bahwa ada hubungan antara sebanyak 19 (24.4%). Dari hasil analisis
pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada diperoleh Odds Ratio (OR) = 0.175 artinya
Anak balita di Desa Nanga Lebang Kecamatan responden yang pengetahuan kurang baik
Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun berisiko 0.175 kali terkena ISPA pada anak
2015, diperoleh bahwa responden yang balita dibandingkan dengan responden yang
pengetahuan kurang baik dan terkena ISPA pengetahuan baik.

2. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Kejadian ISPA

Tabel 9. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa
Nanga Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2015

Kejadian ISPA Pada Anak


OR P
Balita Total
Sikap 95% Value
Pernah Tidak Pernah
n % n % N %
Kurang Baik 32 41.0 26 33.3 58 100.0
Baik 4 5.1 16 20.5 20 100.0 0.203 0.014
Total 39 46.2 39 53.8 78 100.0

Dari hasil uji statistik diperoleh p- sebanyak 32 (41.0%) sedangkan responden


value = 0,014 kurang p < 0,05 dengan alpha yang sikapnya baik dan terkena ISPA
5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sebanyak 4 (5.1%). Dari hasil analisis
antara sikap ibu dengan kejadian ISPA pada diperoleh Odds Ratio (OR) = 0.203 artinya
Anak balita di Desa Nanga Lebang Kecamatan responden yang sikapnya kurang baik berisiko
Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 0.014 kali terkena ISPA pada anak balita
2015, diperoleh bahwa responden yang dibandingkan dengan responden yang
sikapnya kurang baik dan terkena ISPA sikapnya baik.

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

3. Hubungan Antara Praktik Ibu Dengan Kejadian ISPA


Tabel 10. Hubungan Antara Praktik Ibu Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita
Di Desa Nanga Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Tahun 2015

Kejadian ISPA Pada Anak


OR P
Balita Total
Praktik 95% Value
Pernah Tidak Pernah
n % n % N %
Kurang Baik 30 38.5 22 28.2 52 100.0
Baik 6 7.7 20 25.6 26 100.0 0.220 0.008
Total 39 50.0 39 50.0 78 100.0

Dari hasil uji statistik diperoleh p- pengetahuan tersebut diharapkan dapat


value = 0,002 artinya p < 0,05 sehingga berpengaruh terhadap perubahan
dengan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa perilakunya.
ada hubungan antara praktik ibu dengan
kejadian ISPA pada anak balita di Desa Nanga Hasil uji statistik diperoleh bahwa
Lebang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten pendapatan keluarga responden yang
Sintang Tahun 2015, diperoleh bahwa ada memiliki pendapatan < 1.450.000 yaitu
responden yang praktiknya kurang baik dan sebanyak 10 (12.8%) dan yang ≥
terkena ISPA sebanyak 30 (38.5%) sedangkan 1.450.000 sebanyak 68 (87.2%). Menurut
responden yang praktiknya baik dan terkena Notoatmodjo (2007) Status ekonomi
ISPA sebanyak 6 (7.7%). Dari hasil analisis berpengaruh terhadap tingkah lakunya,
diperoleh Odds Ratio (OR) = 0.220 artinya yang beradal dari keluarga mampu atau
responden yang praktiknya kurang baik sosial ekonominya tinggi dimungkinkan
berisiko 0.008 kali terkena ISPA pada Anak memiliki sikap positif memandang masa
Balita dibandingkan dengan responden yang depan dan ditambahan sumber informasi
praktiknya baik. yang didapatkan responden, informasi
akan memberi pengaruh pada
Pembahasan pengetahuan seseorang, meskipun
a. Karakteristik Responden seseorang memiliki pendidikan yang
Penelitian ini bertujuan mengetahui rendah tetapi jika dia mendapatkan
Hubungan antara Perilaku Ibu dengan informasi yang baik dari berbagai media
kejadian ISPA pada anak Balita di massa seperti televisi, radio atau surat
Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Lebang kabar maka hal itu akan dapat
Kabupaten Sintang tahun 2015. Hasil meningkatkan pengetahuan seseorang.
penelitian menunjukan bahwa pendidikan
ibu yang paling banyak yaitu tamat SMP Hasil analisis statistik diperoleh
yaitu sebanyak 40 (51.3%) dan yang paling bahwa responden yang pernah
sedikit tamat perguruan tinggi dan tidak mendapatkan informasi tentang penyakit
tamat SD yaitu sebanyak 5 (6.4%). ISPA yaitu sebanyak 12 (15.4%) dan
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan yang tidak pernah yaitu sebanyak 66
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu (84.6%). Berbagai bentuk media massa
kegiatan atau usaha untuk menyampaikan seperti televisi, radio, surat kabar, majalah
pesan kesehatan kepada masyarakat, dan lain-lain mempunyai pengaruh yang
kelompok atau individu dengan harapan besar dalam pembentukan opini dan
bahwa dengan adanya pesan tersebut kepercayaan individu. Media massa
masyarakat, kelompok atau individu memberikan pesan-pesan yang sugestif
dapat memperoleh pengetahuan tentang yang mengarahkan opini seseorang.
kesehatan yang lebih baik. Akhirnya Adanya informasi baru mengenai sesuatu

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

hal memberikan landasan kognitif baru indera manusia yaitu: indera


bagi terbentuknya sikap terhadap hal penglihatan, pendengaran,
tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan penciuman, rasa dan raba. Sebagian
sugestif akan memberi dasar afektif besar pengetahuan manusia diperoleh
dalam menilai sesuatu hal sehingga melalui mata dan telinga
terbentuklah arah sikap tertentu (Aswar, (Notoadmodjo, 2010). Menurut
2007). Budiaman (2013), pengetahuan
adalah hasil dari tahu dan ini terjadi
b. Analisis Bivariat setelah orang melakukan
1. Pengetahuan penginderaan terhadap suatu objek,
Dari hasil uji statistik diperoleh p- dan pengetahuan berkaitan dengan
value = 0,001 artinya p < 0,05 proses pembelajaran jenis
sehingga dengan alpha 5% dapat pengetahuan terdiri dari dua macan
disimpulkan bahwa ada hubungan yaitu : Pengetahuan implisit :
antara pengetahuan ibu dengan pengetahuan yang masih tertanam
kejadian ISPA pada anak balita di dalam bentbentuk pengalaman
Wilayah Kerja Puskesmas Nanga seseorang dan berisi faktor-faktor
Lebang Kecamatan Kelam Permai yang tidak bersifat nyata, seperti
Kabupaten Sintang Tahun 2015, keyakinan pribadi, perspektif dan
diperoleh bahwa ada responden yang prinsip Pengetahuan eksplisit :
pengetahuan kurang baik dan terkena pengetahuan yang telah
ISPA sebanyak 27 (64.3%) didokumentasikan atau disimpan
sedangkan responden yang dalam wujud nyata, bisa dalam wujud
pengetahuan baik dan terkena ISPA prilaku kesehatan. Pengetahuan nyata
sebanyak 9 (25.0%). dideskrifsikan dalam tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan
Penelitian ini sejalan dengan hasil kesehatan.
penelitian yang dilakukan oleh
Sugiarto (2012) menyimpulkan 2. Sikap Ibu
bahwa terdapat hubungan antara Hasil uji statistik diperoleh p-
tingkat pengetahuan ibu dengan value = 0,014 artinya p < 0,05
kejadian ispa pada anak balita di Desa sehingga dengan alpha 5% dapat
Tratebang Kecamtan disimpulkan bahwa ada hubungan
Wonokertokabupaten Pekalongan dan antara sikap ibu dengan kejadian ISPA
penelitian yang dilakukan oleh pada anak balita di Wilayah Kerja
Paramitha (2013) menyimpulkan Puskesmas Nanga Lebang Kecamatan
bahwa ada hubungan antara tingkat Kelam Permai Kabupaten Sintang
pengetahuan ibu dengan kejadian ispa Tahun 2015. diperoleh bahwa ada
pada anak balita di Puskesmas Bahu responden yang sikapnya kurang baik
Kota Manado serta penelitian yang dan terkena ISPA sebanyak 32
dilakukan oleh Rita (2013) (55.2%) sedangkan responden yang
menunjukan bahwa terdapat sikapnya baik dan terkena ISPA
hubungan antara tingkat pengetahuan sebanyak 4 (20.0%).
ibu dengan kejadian ISPA pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Penelitian sejalan dengan hasil
Putri Ayu. penelitian yang dilakukan oleh
Sugiarto (2012) menyimpulkan bahwa
Pengetahuan ialah merupakan terdapat hubungan antara sikap ibu
hasil “tahu” dan ini terjadi setelah dengan kejadian ispa pada anak balita
orang melakukan penginderaan di Desa Tratebang Kecamtan
terhadap suatu obyek tertentu. Wonokertokabupaten Pekalongan dan
Penginderaan terjadi melalui panca penelitian yang dilakukan oleh Rahim,
7

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

Rita, (2013 ) menunjukan bahwa (57.7%) sedangkan responden yang


terdapat hubungan antara sikap ibu praktiknya baik dan terkena ISPA
dengan kejadian ISPA pada Anak sebanyak 6 (23.1%).
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Putri Ayu. Penelitian sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh
Menurut Stephen dan Timothy Sugiarto (2012) menyimpulkan bahwa
(2008) dalam jurnal ilmu manajemen, terdapat hubungan antara praktik ibu
mendefinisikan Sikap (attitude) adalah dengan kejadian ispa pada anak balita
pernyataan evaluatif, baik yang di Desa Tratebang Kecamtan
menyenangkan maupun tidak Wonokertokabupaten Pekalongan dan
menyenangkan terhadap objek, penelitian yang dilakukan oleh Rahim,
individu, atau peristiwa. menurut Rita (2013) menunjukan bahwa
Ramdhani, 2008 sikap adalah cara terdapat hubungan antara sikap ibu
menempatkan atau membawa diri, dengan kejadian ISPA pada Anak
atau cara merasakan, jalan pikiran, dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
perilaku. Putri Ayu.

Menurut Azwar (2007) Menurut (Notoadmodjo, 2010)


menyimpulkan bahwa faktor-faktor sikap adalah kecenderungan untuk
yang mempengaruhi pembentukan bertindak (praktik). Sikap belum tentu
sikap adalah pengalaman pribadi, terwujud dalam tindakan, sebab untuk
kebudayaan, orang lain yang dianggap terwujudnya tindakan perlu faktor lain
penting, media massa, institusi atau antara lain adanya fasilitas atau sarana
lembaga pendidikan dan lembaga dan prasarana. Seorang ibu hamil
agama, serta faktor emosi dalam diri sudah tahu bahwa periksa hamil itu
individu. Menurut Bimo Walgito penting untuk kesehatannya dan
(dalam Dayakisni & Hudaniah 2003), janinnya dan sudah ada niat (sikap)
pembentukan dan perubahan sikap untuk periksa kehamilan. Agar sikap
akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu ini meningkat menjadi tindakan, maka
: Faktor internal (individu itu sendiri) diperlukan bidan, posyandu atau
yaitu cara individu dalam menanggapi puskesmas yang dekat dari rumahnya
dunia luar dengan selektif sehingga atau fasilitas tersebut mudah
tidak semua yang datang akan diterima dicapainya. Apabila tidak
atau ditolak. Faktor eksternal yaitu kemungkinan ibu tersebut tidak akan
keadaan-keadaan yang ada di luar memeriksakan kehamilannya.
individu yang merupakan stimulus
untuk membentuk atau mengubah Kesimpulan
sikap.
Berdasarkan hasil penelitian yang
3. Praktik dilakukan pada ibu yang memiliki anak balita
Hasil uji statistik diperoleh p- di wilayah kerja Puskesmas Nanga Lebang
value = 0,008 artinya p < 0,05 Kabupaten Sintang Tahun 2015, dapat diambil
sehingga dengan alpha 5% dapat keseimpulan sebagai berikut :
disimpulkan bahwa ada hubungan 1. Kejadian ISPA pada anak balita, yaitu
antara praktik ibu dengan kejadian yang pernah mengalami ISPA sebanyak
ISPA pada anak balita di Wilayah 42 (53.8%) dan yang tidak mengalami
Kerja Puskesmas Nanga Lebang ISPA, yaitu sebanyak 36 (46.2%.
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten 2. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
Sintang Tahun 2015. diperoleh bahwa 0,001 artinya p < 0,05. dapat disimpulkan
ada responden yang praktiknya kurang bahwa ada hubungan antara pengetahuan
baik dan terkena ISPA sebanyak 30 ibu dengan kejadian ISPA pada anak
8

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanga penanggulangan terhadap penyakit


Lebang Kecamatan Kelam Permai menular yang berbasis lingkungan
Kabupaten Sintang Tahun 2015. dapat diatasi.
3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = b. Mengadakan pelatihan dan pemilihan
0,014 artinya p < 0,05. dapat disimpulkan kader kesehatan yang ada
bahwa ada hubungan antara sikap ibu dimasyarakat sehingga lebih mudah
dengan kejadian ISPA pada anak balita di mengarahkan masyarakat dalam
Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Lebang upaya pencegahan ISPA.
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten c. Program Kesehatan yang
Sintang Tahun 2015. dilaksanakan dimasyarakat bisa lebih
4. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = mengenai sasaran dan sesuai dengan
0,008 artinya p < 0,05. dapat disimpulkan tujuan yaitu meningkatkan derajat
bahwa ada hubungan antara praktik ibu kesehatan Masyarakat.
dengan kejadian ISPA pada anak balita di 3. Bagi Institusi Pendidikan
Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Lebang Bagi pihak pendidikan agar nantinya ada
Kecamatan Kelam Permai Kabupaten kerja sama antara pihak puskesmas
Sintang Tahun 2015. dengan pendidikan, supaya nantinya
puskesmas bisa di jadikan lahan praktik
Saran bagi mahasiswa.
Dari hasil penelitian, maka perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas Daftar Pustaka
kesehatan balita terutama untuk menghindari DepKes RI. 2013.Direktorat Jenderal PPM &
keterpaparan penyakit ISPA. Berkaitan dengan PLP. Pedoman Pemberantasan
hal tersebut, peneliti mengajukan beberapa Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
saran yaitu : Akut (ISPA). Jakarta.
1. Bagi Masyarakat
a. Bagi masyarakat terutama para ibu Dewi, candra angelina. 2012. Hubungan
yang memiliki anak balita agar lebih kondisi lingkungan fisik rumah dengan
waspada dengan menjaga kesehatan kejadiaan ispa kesehatan lingkungan
dan lebih berperan aktif dalam upaya 1(2),852-860. FKM UNDIP,
pencegahan dan penanggulangan Semarang.
penyakit ISPA. Handayani, dwi. 2012. Hubungan antara
b. Bagi para ibu agar berperan aktif tingkat pengetahuan ibu tentang ispa
dalam kegiatan penyuluhan dan dengan perawatan ibu dengan ispa
mengetahui cara pencegahan dan pada balita.
penanganan ISPA.
c. Tidak menghentikan pemberian ASI Isnaini, mas’udatul. 2012. Pengaruh
pada balita hingga berusia 6 bulan kebiasaan merokok keluarga di dalam
agar sistem kekebalan tubuh balita rumah terhadap kejadian ispa pada
lebih baik. balita. Ilmu Keperawatan Universitas
d. Lebih memberikan makanan bergizi Riau, Riau.
dan seimbang untuk meningkatkan
asupan gizi balita. Ispa W2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang.
2013. Laporan W2 penyakit saluran
pernapasan akut (ISPA).
2. Bagi Puskesmas Nanga Lebang
a. Perlu adanya peningkatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013.
bidang promosi kesehatan yang
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
dilakukan secara rutin kepada
2012. Profil Kementerian Kesehatan
masyarakat, guna peningkatan
Indonesia Tahun 2011.
pengetahuan, sikap dan praktik. Agar
program pencegahan dan
9

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995


Volume 3, Nomor 1 Juli 2016

Maramis, A. Paramitha, (2013). Hubungan Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu


Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Balita Dengan Perilaku Pencegahan
Ibu Tentang Ispa Dengan Kemampuan Penyakit, Fakultas Kedokteran dan
Ibu Merawat Balita Ispa Pada Balita. Ilmu Kesehatan Universitas Jambi,
Kesehatan Masyarakat. Jambi.

Marhamah, Arsin A. Arsunan & Rasmaliah. 2008. Infeksi Saluran Pernafasan


Wahidunddun. 2012. Faktor yang Akut (ISPA) Dan
berhubungan dengan kejadiaan ispa Penganggulangannya.
epidemiologi fakultas kesehatan
masyarakat. Unuversitas Hasanuddin Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan penelitian
Makasar, Makasar. dan pengembangan kesehatan
kementerian kesehatan RI.
Menuju balita sehat. 2006. Departemen
kesehatan ri direktorat bina gizi Simpus Puskesmas Nanga Lebang, 2013.
masyarakat dan puslitbang gizi dan Laporan penyakit menular saluran
makanan. pernapasan akut (ISPA).

Nianda, Triska Siusila, & Sulistyorini, Lilis. Sugiarto, (2012) .Hubungan Antara Faktor
2009. Hubungan Sanitasi Rumah Pengetahuan Sikap dan Praktik Ibu
Dengan kejadiaan Infeksi Pernapasan Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Akut Kesehatan Lingkungan 2(1), 43- Pernafasan Akut(Ispa) Pada Balita ,
52. FKM Universitas Airlangga, Kesehatan Masyarakat.
Surabaya.
Warung Masyrakat Informasi Indonesia. 2009.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodolodi Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA).
Penelitian Kesehatan Jakarta; Pt Asdi
Mahasatya. Yamin Ahmad, (2009). Kebiasaan Ibu
Dalam Pencegahan Primer Penyakit
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan
2002. Musim Kemarau, Anak Rawan Akut) Pada Balita Keluarga Non
Terkena ISPA. Gakin, Nababan, Ulina Bertha, (2011).
Prilaku Hegenisitas Ibu Balita Dalam
Profil kesehatan Provinsi kalimantan barat Penaggulangan Resiko Ispa Pada
Tahun 2012.Rahim, Rita, 2013 . Dalita, Universitas Sumatera Utara.

10

Wawasan Kesehatan – ISSN 2087 - 4995

Anda mungkin juga menyukai