Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL CARE (PNC) DENGAN

POST PARTUM DIRUANG PERAWATAN AZ-ZAHRA


DI RSUD HAJI MAKASSAR

OLEH
RAHMI APRIANI
163010005

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

JURUSAN S.1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2017/2018
BAB I

KONSEP MEDIS

1. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru.
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2002).

2. Anatomi fisiologi
Alat Reproduksi Bagian Dalam

Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung telur), tuba
fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran kelamin).
a. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut, yaitu tepatnya
di sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi ovarium ini untuk
menghasilkan sel telur atau ovum dan hormon-hormon kelamin wanita,
seperti progesteron dan .
b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah sepasang. Tuba
fallopi ini merupakan suatu saluran yang menghubungkan ovarium dengan
rahim (uterus).
c. Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu ruang
yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear dan berotot
cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum pernah melahirkan, ukuran
panjang rahimnya adalah 7 cm dengan lebar antara 4 cm sampai 5 cm.
d. Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu fundus, bagian
paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus bagian tengah
rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai leher rahim adalah
bagian paling bawah dan tersempit, yang memanjang sampai vagina.
e. Vagina
merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti tabung
dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian belakang dan
atas. Bagian dinding vagina lebih tipis dibandingkan dengan dinding rahim
dan terdapat banyak lipatan-lipatan.
Alat Reproduksi Bagian Luar

Alat reproduksi bagian luar pada wanita disebut vulva, terdiri atas labia
mayora, mons pubis, labia minora, organ klitoris, orificium uretra, dan himen
(selaput dara). Labia mayora adalah bibir bagian luar dari vagina yang tebal
dan berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis merupakan bagian tempat
bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas yang terlihat membukit.
Labia minora atau bibir kecil, yaitu sepasang lipatan kulit pada vagina yang
halus dan tipis serta tidak mengandung lapisan lemak.
Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang berbentuk tonjolan kecil
yang sering kali disebut klentit. Adapun orificium uretra adalah muara saluran
kencing yang letaknya tepat di bawah organ klitoris. Di bagian bawah saluran
kencing yang mengelilingi tempat masuk ke vagina, terdapat himen yang
dikenal dengan nama selaput darah

3. ETIOLOGI
a. Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Retensi Plasenta
2) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
3) Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
4) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
5) Trauma jalan lahir
6) Epiostomi yang lebar
7) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
8) Rupture uteri.
9) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /
hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai yaitu :
1) Perdarahan yang banyak,
2) Kematian janin yang lama dalam kandungan,
3) Pre eklampsia dan eklampsia.
4) Infeksi, hepatitis dan syok septic.
5) Hematoma
b. Penyebab umum sasieo sesaria
Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas
permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan
perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forseps ekstraksi.

4. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain
yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.

5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
b. Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.. Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil
c. Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali
pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan,
perdarahan lanjutan
d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
e. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri
sedikit atau berat.

6. KOMPLIKASI
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir
selam persalinan atau sesudah persalinan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap : Hb WBC, PLT
b. Elektrolit sesuai indikasi
8. PERAWATAN KEGAWATDARURATAN
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

9. PENCEGAHAN
a. Melatih MLSTL untuk mengurangi insiden PPH kualitas kehilangan darah
b. Ibu tidak membersihkan perenium dengan air hangat.
c. Ibu sering membersikan daerah verenium dengan air mengalir
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
c. Riwayat Kehamilan : Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
1. Tempat persalinan
2. Normal atau terdapat komplikasi
3. Keadaan bayi
4. Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
1. Pengeluaran ASI lancar / tidak
2. BB bayi
3. Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien
2. Abdomen
3. Saluran cerna
4. Alat kemih
5. Lochea
6. Vagina
7. Perinium dan rectum
8. Ekstremitas
9. Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
1. Respon dan persepsi keluarga
2. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
f. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

3. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan
NOC NIC
o Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut NOC : 1. Lakukan 1. Mengetahui tingkat
. b/d agen 1. Pain Level, pengkajian pengalaman nyeri
injuri fisik 2.Pain control, nyeri secara klien dan tindakan
(peregangan 3.Comfort level komprehensif keperawatan yang
perineum; Setelah termasuk akan dilakukan
luka dilakukan lokasi, untuk mengurangi
episiotomi; askep selama karakteristik, nyeri
involusi uteri; …x 24 jam, durasi,
hemoroid; diharapkan frekuensi,
pembengkaka nyeri kualitas dan
n payudara). berkurang faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
Mampu (PQRST)
mengontrol 2.Observasi reaksi 2. Reaksi terhadap
nyeri (tahu nonverbal dari nyeri biasanya
penyebab nyeri, ketidaknyamanan ditunjukkan dengan
mampu reaksi non verbal
menggunakan tanpa disengaja.
tehnik 3.Gunakan teknik 3.Mengetahui
nonfarmakologi komunikasi pengalaman nyeri
untuk terapeutik untuk
mengurangi mengetahui
nyeri, mencari pengalaman
bantuan) nyeri pasien
4.Melaporkan 4.Ajarkan tentang 4. Penanganan nyeri
bahwa nyeri teknik non tidak selamanya
berkurang farmakologi diberikan obat.
dengan Nafas dalam dapat
menggunakan membantu
manajemen mengurangi tingkat
nyeri nyeri
5.Mampu 5.Motivasi untuk 5.Mengurangi rasa
mengenali meningkatkan nyeri Menentukan
nyeri (skala, asupan nutrisi intervensi
intensitas, yang bergizi. keperawatan sesuai
frekuensi dan skala nyeri.
tanda nyeri) 6.Tingkatkan 6.Mengidentifikasi
6.Menyatakan istirahat penyimpangan dan
rasa nyaman kemajuan berdasarkan
setelah nyeri involusi uteri.
berkurang 7.Latih mobilisasi 7.Mengurangi
7.Tanda vital miring kanan ketegangan pada luka
dalam rentang miring kiri jika perineum.
normal kondisi klien
8.TD : 120-140 mulai membaik
/80 – 90 8.Kaji kontraksi 8.Melatih ibu
mmHg uterus, proses mengurangi
RR : 16 – 24 involusi uteri. bendungan ASI dan
x/mnt memperlancar
N : 80- 100 x pengeluaran ASI.
mnt 9.Anjurkan pasien 9.Mencegah infeksi dan
T : 36,5o C – untuk membasahi kontrol nyeri pada
37,5 o C perineum dengan luka perineum.
air hangat
sebelum 10. Mengurangi
berkemih. intensitas nyeri
10. Anjurkan dan denagn menekan
latih pasien cara rangsnag nyeri pada
merawat nosiseptor.
payudara secara
teratur.
2 Resiko defisit Fluid balance 1.Obs Tanda-tanda 1. Mengetahui tingkat
. volume Hydration vital setiap 4 pengalaman nyeri
cairan b/d Setelah jam. klien dan tindakan
pengeluaran dilakukan askep keperawatan yang
yang selama …x 24 akan dilakukan
berlebihan; jam, Pasien untuk mengurangi
perdarahan; dapat nyeri
diuresis; mendemostrasik 2. Obs Warna 2. Reaksi terhadap
keringat an status cairan urine. nyeri biasanya
berlebihan. membaik. ditunjukkan dengan
Kriteria reaksi non verbal
evaluasi: tanpa disengaja.
Tidak ada 3. Status umum 3. Mengetahui
manifestasi setiap 8 jam. pengalaman nyeri
dehidrasi, 4. Pertahankan 4. Penanganan nyeri
resolusi catatan intake tidak selamanya
oedema, dan output diberikan obat.
haluaran urine yang akurat Nafas dalam dapat
di atas 30 membantu
ml/jam, kulit mengurangi tingkat
kenyal/turgor nyeri
kulit baik.
5. Monitor status
hidrasi
5. Mengetahui
(kelembaban
keefektifan control
membran
nyeri
mukosa, nadi
adekuat,
tekanan darah
ortostatik), jika
diperlukan
6. Monitor
6. Mengurangi rasa
masukan
nyeri Menentukan
makanan /
intervensi
cairan dan
keperawatan sesuai
hitung intake
skala nyeri.
kalori harian

3 Perubahan Setelah 1. Kaji haluaran · 1. Mengidentifikasi


. pola dilakukan askep urine, keluhan penyimpangan
eleminasi selama …x 24 serta indikasi
BAK jam, Pola keteraturan kemajuan atau
(disuria) b/d eleminasi (BAK) pola berkemih. penyimpangan
trauma pasien teratur. dari hasil yang
perineum dan Kriteria hasil: diharapkan.
saluran eleminasi BAK 2. Anjurkan 2.Memenuhi
kemih. lancar, disuria pasien kebutuhan cairan
tidak ada, melakukan tubuh klien
bladder kosong, ambulasi dini.
keluhan kencing 3.Anjurkan pasien 3. Menjaga status
tidak ada. untuk balance cairan klien
membasahi
perineum dengan
air hangat
sebelum
berkemih
4. Anjurkan pasien 4.Memenuhi kebutuhan
untuk berkemih cairan tubuh klien
secara teratur.
5.Anjurkan pasien 5. Memenuhi
untuk minum kebutuhan cairan
2500-3000 ml/24 tubuh klien
jam.
6.Kolaborasi untuk
· 6. Temuan-temuan ini
melakukan menandakan
kateterisasi bila hipovolemia dan
pasien kesulitan perlunya peningkatan
berkemih. cairan.

·
4 Perubahan Setelah 1. Kaji pola 1. Mengidentifikasi
. pola dilakukan askep BAB, kesulitan penyimpangan serta
eleminasi selama …x 24 BAB, warna, kemajuan dalam
BAB jam, Pola bau, pola eleminasi
(konstipasi) eleminasi (BAB) konsistensi dan (BAB).
b/d teratur. jumlah.
kurangnya Kriteria hasil:
mobilisasi; pola eleminasi
diet yang teratur, feses
tidak lunak dan 2.Anjurkan 2. Ambulasi dini
seimbang; warna khas ambulasi dini. merangsang
trauma feses, bau pengosongan rektum
persalinan. khas feses, secara lebih cepat.
tidak ada 3.Anjurkan pasien 3. Cairan dalam jumlah
kesulitan untuk minum cukup mencegah
BAB, tidak banyak 2500- terjadinya
ada feses 3000 ml/24 jam. penyerapan cairan
bercampur dalam rektum yang
darah dan dapat menyebabkan
rectum, feses menjadi keras.
konstipasi 4.Kaji bising usus 4. Bising usus
tidak ada. setiap 8 jam. mengidentifikasikan
pencernaan dalam
kondisi baik.
5.Pantau berat 5. Mengidentifiakis
badan setiap hari. adanya penurunan
BB secara dini.
6.Anjurkan pasien 6. Meningkatkan
makan banyak pengosongan feses
dalam rektum.
serat seperti
buah-buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
5 Resiko Setelah 1. Pantau: vital 1. Mengidentifikasi
. infeksi b/d dilakukan askep sign, tanda penyimpangan dan
trauma jalan selama …x 24 infeksi. kemajuan sesuai
lahir. jam, Infeksi intervensi yang
tidak terjadi. dilakukan.
Kriteria hasil: 2.Kaji pengeluaran 2. Mengidentifikasi
tanda infeksi lochea, warna, kelainan
tidak ada, luka bau dan jumlah. pengeluaran lochea
episiotomi secara dini.
kering dan 3.Kaji luka 3.Keadaan luka
bersih, takut perineum, perineum berdekatan
berkemih dan keadaan jahitan. dengan daerah basah
BAB tidak ada. mengakibatkan
4.Anjurkan pasien kecenderunagn luka
membasuh vulva untuk selalu kotor dan
setiap habis mudah terkena
berkemih dengan infeksi.
cara yang benar 4.Mencegah infeksi
dan mengganti secara dini.
PAD setiap 3 kali
perhari
5.Pertahnakan
teknik septik
aseptik dalam 5.Mencegah
merawat pasien kontaminasi silang
(merawat luka terhadap infeksi.
perineum,
merawat
payudara,
merawat bayi).
4.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkain kegiatan yang dilakukan
oleh perawatan untuk membantu klien dari masslah status kesehatan yang
dihadapi status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan.
5.EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang
operasional.
LAMPIRAN
1. PENYIMPANGAN KDM
Poat Partum

Vagina dan perineum system urinary system gastrontenstinal

Rupture jaringan odema dan hyperemia kurang mobilitas


Kandung dinding kemih
Trauma personal pembuluh
mekanis hygiene darah rusak obstruksi uretra konstipasi
kurang baik
Retensi urine GANGGUAN POLA ELIMINASI
NYERI AKUT perdarahan BAB
Peregangan GANGGUAN POLA ELIMINASI
perineum BAK
Kehilangan vackuler
berlebih genetalia kotor
GANGGUAN
RASA NYAMAN RESIKO DEFISIT RESIKO INFEKSI
VOLUME CAIRAN
2. DAFTAR PUSTAKA
Amin H. Nurararif d Hardi kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Bedasarkan Diagnosa Medis Nanda & NICNOC edisi jilid 2. Jogyakarta:
Mediaction.
Doengoes, Marilyn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Nettina, Sandra M. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yogyakarta.
Wilkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC. Jakarta.
EGC.

Anda mungkin juga menyukai