Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020
menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan
Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun
1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun
atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada
tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun)
Proyeksi penduduk oeleh Biro Pusat Statistik menggabarakn bahwa antara tahun 2005-2010
jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh
jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat
perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup penduduknya.
Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan
tapi pasti masalah lansai mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan
konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup dan
banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin
panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini,
maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk
berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik
dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia
perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dann masyarakat (GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta
bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas)
dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya
telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga,
Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat
Dasar (primer), Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana
Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada
lansia.

1
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1996 di Semarang Oleh
Presiden Soeharto merupakan bukti dan penghargaan pemerintah terhadap lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian besar berusia
lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi kepikunaannya.
Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengonsumsi sayur dan
buah, aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasidengna warga lainnya, serta hidup ditempat yang sangant
bersih dan jauh dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan
kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Unruk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliyah Keperawatan Gerontik serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian lansia dan tipe-tipe lansia
b. Agar mahasiswa mengetahui berbagai teori lansia
c. Agar mahasiswa mengetahui masalah-masalah kesehatan lansia
d. Agar mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan kesehatan
2. Untuk Mahasiswa: di harapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding
tugas serupa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
1. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun dengan
masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
d. Lansia Potensial
Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e. Lansia tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang
lain (Depkes RI, 2003)
2. Karakteristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang
Kesehatan)
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi
3. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:

3
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh
tak acuh.

B. Teori-teori Proses Penuaan


Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki keerusakan yang
diderita (constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami
berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
1. Teori Biologi
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori
stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.
 Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi menua terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi,
sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsi sel).

4
Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori akumulasi
dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya pigmen lipofusin di sel otot jantung
dan sel susunan saraf pusat pada lansia yang mengakibatkan teganggunya fungsi sel
itu sendiri.
Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear and tear) yang
terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh menjadi
lelah (pemakaian). Pada teori ini juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah
kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan
kekurangan gizi.
 Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh.
 teori stress
teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh
lelah dipakai.
 Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
 Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau
usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Psikologi
Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan penambahan
usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental
dan keadaan fungsional yagn efektif.
Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan

5
seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang
dengan status sosialnya.
Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,
memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan
kemampuan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk
menerima, memproses dan merespon stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi atau
reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak. Namun
untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata mempunyai fungsi yang lebih tinggi,
seperti simpanan informasi usia lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak dan
melakukan penghitungan.
Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian atau peristiwa
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori terdiri dari atas tiga komponen
sebagai berikut:
 Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.
 Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga beberapa hari
yang lalu.
 Ingatan jangka panjang.
Kemampuan belajar yangf menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan
fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan
semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi
orang lain dan keluarga.
3. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori interaksi
sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas
(activity theory), teori perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi usia ( age
stratification theory).
 Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans
(1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1945),
mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial

6
merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya
untuk melakukan tukar menukar.
Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya
untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sesedikit
mungkin. Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:
 Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
 Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu.
 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus
mengeluarkan biaya.
 Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
 Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

 Teori penarikan diri


Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama
kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita lansia
dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya.
Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi agar para lansia
tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan interaksi sosial lansia mulai
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu:
 Kehilangan peran (loss of roles)
 Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)
 Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres ad
values)

7
Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri
pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya.
Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:
 Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga
berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah
untuk belajar dan menikah.
 Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia
dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda
memperoleh kerja yang lebih luas.
 Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses yang menarik diri yang terjadi
sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta hal ini harus diterima
oleh lansia dan masyarakat.
 Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang
menyatakan bahwa penuaan yang suskses bergantung dari bagaimana seorang lansia
merasakan kepuasaan dalam melakukan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan
kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun,
akan tetapi disisis lain dapat dikembangkan, misalnya peran baru lansia sebagai
relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang duda atau janda serta ditinggal wafat
oleh pasangan hidupnya.
Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan
suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku
mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktiivitas adalah:
 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyususnan kebijakan terhadap
lansia, karena memungkinkan para lansia untuk berinteraksi sepenuhnya di
masyarakat.
 Teori kesinambungan

8
Teori ini dianut oleh pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan
dalam siklus kehiduupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat
bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun
ia telah menjadi lansia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan
merupakan pergerakan dan proses banyak arah, bergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori adalah bahwa sulit untuk memperoleh
gambaran umum tentang seseorang karena kasus tiap orang sangat berbeda.
Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan atau
dihilalngkan.
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
 Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara untuk
beradaptasi
 Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia
pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler,
Jung dan Erickson. Sigmund Freud meniliti tentang psikonalisis saerta perubahan
psikososial anak dan balita. Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan
fase, yaitu:
 Lansia yang menerima apa adanya
 Lansia yang takut mati
 Lansia yang merasakan hidup penuh arti
 Lansia yang menyesali diri
 Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan
 Lansia yang kehidupannya berhasil
 Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri
 Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan(ego
integrity vs despair)

9
Joan Birchenall, R. N., Med. Dan Mary E. Streight R. N . (1973), menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna memahami perubahan emosi
dan sosial seseorang selama fase kehidupannya.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu
tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang
dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan
bagaimana cara menajdi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh
lansia tersebut.
Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut:
 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru, yaitu pensiun atau menduda/menjanda.
 Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang berakhir di
dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temanya.
 Teori stratifikasi usia
Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usa kronologisyang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kakpasitas, peran, kewajiban
dan hak mereka berdasarkan usia.
Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah strruktur dan
prosesnya
 Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut:bagaimanakah peran dan
harapan menurut penggolongan usia; bagaimanakah penilaian strata oelh
strata itu sendiri dan strata lainnya; bagaimanakah penyebaran peran dan
kekuasaan yang tak merata pada masing-masing strata, yang didasarkan
pada pengalaman dan kebijakan lansia.
 Proses mencakup hal-hal berikut: bagaimanakah menyesuaikan kedudukan
seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara mengatur transisi
peran secara berurutan dan terus menerus.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut:
 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

10
4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan (Wong, et .al,
1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual adalah suatu
kekuatan yang memberi arti bagi kehidupan seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara
berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena
timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam
menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.
Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan lingkungan
terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan pengetahuan. Fowler juga
berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan
dari prinsip cinta dan keadilan.

C. Masalah-masalah Pada Lansia


1. Penurunan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal
 Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
terjadi penumpukan sekret.
 Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga jumlah udara
pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang
tenang kira kira 500 ml.
 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal 50m²),
menyebabkan terganggunya proses difusi.
 Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun
yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

11
 kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan
 Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
 Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
 Mengecilnya syaraf panca indera.
 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium &
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia
1) Penglihatan
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
 Hilangnya daya akomodasi
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala
2) Pendengaran
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
 Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin
3) Pengecap dan penghidu
 Menurunnya kemampuan pengecap.
 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang
4) Peraba
 Kemunduran dalam merasakan sakit.
 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

12
5) cardiovaskuler pada usia lanjut
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20
tahun Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
 Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi
dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
 Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg).
6) Sistem genito urinaria
 Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria (biasanya + 1)
 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin
 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
 Atropi vulva.
 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus
7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia
 Produksi hampir semua hormon menurun.
 Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
 Menurunnya aktivitas tiriod
 Menurunnya produksi aldosteron.

13
 Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.
 Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang
serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stress)
8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut
 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
 Esofagus melebar.
 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
 Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
9) Sistem muskuloskeletal
 Tulang rapuh.
 Resiko terjadi fraktur.
 Kyphosis.
 Persendian besar & menjadi kaku.
 Pada wanita lansia > resiko fraktur.
 Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
 Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang)
10) sistem kulit & jaringan ikat
 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa
 Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
 Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

14
 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu
 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
11) sistem reproduksi dan kegiatan sexual
 Perubahan sistem reprduksi
 Selaput lendir vagina menurun/kering.
 Menciutnya ovarium dan uterus.
 Atropi payudara.
 Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur
 Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik
 Kegiatan sexual
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung
dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua
tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan
dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik
dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam
pengalaman seks.
2. PENYAKIT YANG DIDERITA LANSIA
a. Kencing manis (Diabetes Melitus)
 Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus) cirinya :
 Banyak menyerang orang muda
 Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas
 Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin
 Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus) cirinya:
 Paling banyak menyerang orang tua

15
 Sel beta pankredidas tidak dirusak tidak cukup memproduksi insulin
 Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar

Gejalanya adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh yang cepat lelah,
kurang tenaga, badan kurus, gatal-gatal, kesemutan dan luka yang sukar
sembuh.
b. Osteoporosis
Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan khilangan masa
tulang dampak terhadap metabolisme kalsium akhirnya membuat tulang patah. Pada
pria, karena defisiensi testosteron, alkohol, penggunaan kortikosteroid, dan faktor
penuaan.
c. Dementia type Alzheimer
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat meningkatkan produksi
zat dan aktifitas neorotransmeter, penurunan testoteron pada laki-laki akan
berpengaruh penurunan fungsi memori dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat
akan menyebabkan terjadinya penimbunan protein amiloid di darah otak sehingga
terjadi sindroma alzeimer.
Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan sampai berat.
Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah:
 Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa
meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau kardus
obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam
dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.
 Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak mampu
melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.
 Kesulitan bicara dan berbahasa
 Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan keadaan sekitar
rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak mengenali rekan-rekan atau
anggota keluarga terdekat.
 Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
 Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau
bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
 Salah meletakkan barang

16
 Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah dan
kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya.
 Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan mengikut perawat
ke mana saja walaupun ke WC.
 Hilangnya minat dan inisiatif
d. Penyakit Jantung
Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa macam,
yaitu :
 Penyakit Jantung Koroner
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan
makanan kembali ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner
berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria daripada wanita,
orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia. Penyebab dari
penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada aterosklerosis terjadi plak
lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan bagian dalam arteri jantung.
Penyebab lainnya adalah faktor keturunan, hipertensi, kegemukan, merokok,
diabetes, stress, kurang olahraga dan kolesterol tinggi.
Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu
ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi seperti:
terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke lengan kiri,
leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah timbulnya rasa
mual, muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan menjadi dingin.
 Serangan Jantung
Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi
mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi
keterlambatan dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir separoh
dari kematian mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di
rumah sakit. Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan
arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada penurunan aliran
darah. Faktor resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan darah tinggi, merokok,
kolesterol tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian obat-obatan
(terutama kokain), umur dan stres.
Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk dan
bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan bahu

17
sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan seperti
bingung (bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan tungkai,
keringat dingin, cemas dan gelisah.

 Penyakit jantung hipertensi


Kebanyakan dengan bertambahnya usia seseorang, maka tensi atau tekanan
darahnya akan mengalami kenaikan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan
disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata hipertensi (kanaikan tekanan darah)
berkisar 5 - 10% dan menjadi lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50 tahun
keatas. Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil, akan tetapi
sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar sebagai faktor resiko
serangan jantung. Pada usia lanjut tekanan darah cenderung mengalami labilitas dan
mudah mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu
mengukur tekanan darah pada waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan.
Apabila tidak dilakukan kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar
terjadinya penyakit jantung hipertensi.
3. Masalah Sosial Pada Lansia
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya
badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan
sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan
selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup,
agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin
menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak
berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota
keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu
memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang
tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan

18
hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam
perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

4. Masalah Psikologi Pada Lansia


a. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif
konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca
traumatik. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda,
tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia.
Teori eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat
diidentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin
menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan
ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”).
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena
pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik. Terapi dapat disesuaikan secara
individu tergantung beratnya dan dapat diberikan obat anti anxietas seperti :
hydroxyzine, Buspirone.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia. Usia bukan
merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit medis kronis
dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala
depresi pada lansia dengan orang dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.
Gejala depresi pada lansia, yaitu :
 Gejala utama:
 Afek depresi
 Kehilangan minat
 Berkurangnya energi (mudah lelah)
 Gejala lain:
 Konsentrasi dan perhatian berkurang
 Kurang percaya diri

19
 Sering merasa bersala
 Pesimis
 Ide bunuh diri
 Gangguan pada tidur
 Gangguan nafsu makan

Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa bentuk
berdasarkan berat ringannya :
 Depresi ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
 Depresi sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
 Depresi berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.
Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik,
sosial dan biologik.
 Biologik: sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti hipertensi, DM,
strokeketerbatasan gerak, gangguan pendengaran atau penglihatan.
 Sosial: kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi sosial.
 Psikologis: kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.
c. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering dikeluhkan lansia dari
pada usia dewasa muda adalah :
 Gangguan tidu
 Ngantuk siang hari
 Tidur sejenak di siang hari
 Pemakaian obat hipnotik
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan tidur
dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding dewasa muda.
Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab gangguan tidur primer
pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum,
faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering pada lansia pria adalah gangguan rapid
eye movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya
gejala nyeri, nokturia, sesak napas, nyeri perut.
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun pada dini hari
dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan yang terjadi adalah perubahan

20
waktu dan konsolidasi yang menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.
Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai dengan kondisi
masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau adanya gejala fungsi kognitif,
perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat, dan insomnia.

d. Paranoid
Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka,
membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya.
Bila kondisi ini berlangsung lama dan tidak ada dasarnya, hal ini merupakan kondisi
yang disebut paranoid.
Gejala-gejalanya antara lain:
 Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-
orang disekelilingnya;
 Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang
disekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya;
 Paranoid dapat merupakan manisfestasi dari masalah lain, seperti depresi dan
rasa marah yang ditahan.
Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan
rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alasan yang jelas dalam
setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.

D. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Kesehatan Lansia


1. Sosial
Pada lansia terjadi perubahan-perubahan psikososial yaitu merasakan atau sadar akan
kematian, penyakit kronis dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas fisiknya. Kesepian
akibat pengasingan dari lingkungan sosial, dari segi ekonomi akibat dari pemberhentian jabatan
atau pension juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Hal tersebut dapat meningkatkan
risiko lansia untuk mengalami disablitas dan kematian lebih awal. Dukungan social yang tidak
cukup, sangat erat hubungannya dengan peningkatan kematian, kesakitan dan depresi juga
kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Lansia yang tidak mendapatkan dukungan social yang cukup 1,5 kali lebih besar
kemungkinan untuk mengalami kematian pada tiga tahun kedepan dari pada mereka yang
mendapatkan dukungan sosial yang cukup.

21
Oleh karena itu dibutuhkan dukungan sosial yang tinggi ,memiliki perasaan yang kuat
bahwa individu tersebut dicintai dan dihargi. Lansia dengan dukungan sosial yang tinggi merasa
bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal itu dapat
mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

2. Budaya
Walaupun sudah lebih dari separuh abad penelitian telah menunjukkan bahwa pola
penuaan bervariasi secara dramatis diantara budaya berbeda, tetapi hanya baru-baru ini
perhatian yang serius diberikan kepada bagaimana faktor budaya memengaruhi pengalaman
penuaan pada lansia di Amerika serikat. Sebagian dari penelitian tidak memperhatikan faktor
budaya tersebut, akibat mitos orang Amerika tentang “ketidakjelasannya”. Mitos ini muncul
dari suatu teori budaya tentang adanya persamaan dengan perpekstif etnosentris orang Eropa.
Mitos ini mempromosikan gagasan bahwa semua orang Amerika adalah sama (misalnya: seperti
orang kelas menengah dari keturunan Eropa). Selama beberapa tahun, gagasan bahwa
kesukuan tidak perlu diperhitungkan merupakan hal yang menonjol dalam pemberian
pelayanan kesehatan, termasuk keperawatan. Namun, gagasan yang slah ini menghalangi suatu
pemahaman yang sensitif tentang pasien, keluarga dan masyarakat dann mengaburkan isu
penting di dalam keperawatan gerontologi. Perawat perlu disiapkan untuk bekerja bersama
klien dari berbagai kelompok budaya dan untuk memahami bagaimana faktor budaya
memengaruhi perilaku kesehatan. Perawat yang memahami dan menerima perbedaan yang
timbul dari variasi budaya berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan lansia dari suku manapun. Afiliasi budaya memberikan latar belakang kontekstual
yang perlu diantisipasi oleh perawat tentang perbedaan di dalam nilai-nilai. Agama, garis
otoritas, pola kehidupan, proses komunikasi dan bahasa, dan pola kepercayaan dan praktik-
praktik berhubungan dengan penyakit dan kesehatan. Pengetahuan tentang keanekaragaman
budaya memberikan petunjuk terhadap maksud perilaku yang sebaliknya mungkin dinilai
dengan cara negatif atau sedikitnya salah dipahami. Budaya meliputi kepercayaan, nilai-nilai
dan kebiasaan dari suatu kelompok orang. Pemahaman tentang variabel budaya sangat penting
untuk praktik keperawatan dengan dua alasan utama. Pertama, hal itu membawa kearah
pemahaman yang lebih baik tentang perilaku pasien dan keluarga mereka. Karena pola budaya
digunakan sebagai cara untuk menggambarkan penyakit, hal itu memengaruhi persepsi tentang
orang sakit oleh kelompok dan mengidentifikasi penyakit yang sesuai dan perilaku mencari

22
pelayanan keseehatan. Kedua, pemahaman terhadap faktor budaya membuat suatu
pemahaman yang lebih lengkap .
Di negara-negara Eropa dan Jepang, pelayanan lanjut usia dapat dikatakan sangat baik.
Tidak hanya dari segi kesehatan, namun juga dari pelayanan publik, jaminan sosial, ketenagaan,
dan sarana/prasarana umum. Semuanya ramah terhadap golongan lanjut usia. Hal ini dikuatkan
juga dengan struktur piramida penduduk yang dominan lanjut usia dan pra-lanjut usia sehingga
pelayanan lanjut usia yang optimal menjadi sebuah keniscayaan.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Pada lansia secara umum yang
memiliki pendapatan sendiri cenderung menolak bantuan orang lain, sedangkan lansia yang
tidak memiliki pendapatan akan menggantungkan hidupnya pada anak atau saudaranya. Lansia
yang tidak memiliki cukup pendapatan meningkatkan risiko untuk menjadi sakit dan disabilitas.
Banyak lansia yang tinggal sendiri dan tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk membeli makanan
yang bergizi, rumah yang layak, dan pelayanan kesehatan. Lansia yang sangat rentan adalah
yang tidak mempunyai asset, sedikit atau tidak ada tabungan, tidak ada pensiun dan tidak dapat
membayar keamanan atau merupakan bagian dari keluarga yang sedikit atau pendapatan yang
rendah.
Sehingga pelayanan yang didapatkan lansia dengan ekonomi dibawah rata-rata sangat
minim. Mereka bahkan tidak lagi berpikir bagaimana cara pemenuhan kesehatan yang layak
untuknya melainkan bagaimana mereka bisa makan hari ini, esok dan seterusnya. Kondisi lansia
seperti ini yang sangat memprihatinkan, seharusnya petugas kesehatan harus cepat tanggap
terhadap kondisi seperti ini.
Sering kali di media menampilkan bagaimana orang dengan ekonomi dibawah rata-rata
tidak diperlakukan dengan sama terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan kepada mereka.
Hal ini sperti membuat mereka hilang harapan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
layak dengan melihat hal-hal seperti itu terjadi. Hal itu akan membuat mereka berpikir berkali-
kali sebelum mendatangi tempat pelayanan kesehatan.

4. Spiritual
Agama Islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya
terhadap generasi muda. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan
mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh

23
masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal
yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad Saw bersabda, “penghormatan terhadap para
lansia muslim adalah ketundukan kepada Tuhan”.
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki
kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya bahwa lansia adalah harta dari ilmu dan
pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, lansia harus dihormati, dicintai dan
diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw
bersabda, “hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-
orang yang lebih muda dari kalian”. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat berkewajiban
memperhatikan kondisi para lansia.
Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti Yasinan yang
dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini dihadiri tidak hanya oleh orang
lanjut usia saja. Tetapi juga dihadiri oleh bapak/ibu yang masih muda, dan pra lanjut usia.
Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung teori
pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil
jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain (Gulardi, 1999). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa Kondisi penting yang menunjang kebahagiaan bagi orang lanjut usia adalah menikmati
kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat keluarga dan teman-teman (Hurlock, 1994).
Kemajuan sosio-ekonomi, yang pada akhirnya akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidup.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan
tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain
menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well
being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales,
1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang
orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino &
Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).
Hasil studi menyebutkan bahwa aktivitas beribadah atau bermeditasi diasosiasikan dengan
panjangnya usia (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Hasil studi lainnya yang
mendukung adalah dari Seybold&Hill (2001 dalam Papalia, 2003) yang menyatakan bahwa ada
asosiasi yang positif antara religiusitas atau spiritualitas dengan well being, kepuasan
pernikahan, dan keberfungsian psikologis; serta asosiasi yang negatif dengan bunuh diri,
penyimpangan, kriminalitas, dan penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Hal ini
mungkin terjadi karena dengan beribadah dapat mengurangi stress dan menahan produksi

24
hormon stres oleh tubuh, seperti adrenalin. Pengurangan hormon stress ini dihubungkan
dengan beberapa keuntungan pada aspek kesehatan, termasuk sistem kekebalan tubuh yang
semakin kuat (McCullough & Others, 2000 dalam Santrock, 2006). Agama dapat memainkan
peran penting dalam kehidupan orang-orang tua (Mcfadden, 1996).
5. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh besar bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Agama
Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan. Rasulullah bersabda, "Alam dan
seluruh tanah di muka bumi adalah masjid dan tempat ibadah". (http://indonesian.irib.ir).
Aspek lingkungan yang dipengaruhi kualitas dan keterjangkauan sarana kesehatan, keadaan
tempat tinggal, sumber finansial, serta kesempatan rekreasi pada lansia juga akan
mempengaruhi kesehatan lansia. Sebagai contoh, bila di daerah lansia itu tinggal sulit diakses
pelayanan kesehatan karena jauhnya jarak atau medan yang tidak bersahabat, hal ini akan
menghambat lansia mendapat pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
kesehatanya.
Contoh lain, lingkungan tinggal yang mendukung aktivitas keagamaan, atau anggota
masyarakat yang islami atau keterjangkauannya tempat-tempat ibadah hal ini akan mendukung
peningkatan perkembangan spiritualitas lansia menjadi lebih matang. Pada akhirnya
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan termasuk dampak dari penuaan fisik yang
dialami, dan mengahadapi kenyataan tersebut. Sehingga lansia dapat berperan aktif dalam
kehidupan.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi
Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun.
Tipe-tipe lansia:
 Tipe arif bijaksana
 Tipe mandiri
 Tipe tidak puas
 Tipe pasrah
 Tipe bingung
Teori-teori proses penuaan:
1. Teori biologi
 Teori genetik dan mutasi
 Immunology slow theory
 Teori stress
 Teori radikal bebas
 Teori rantai silang
2. Teori psikologi
3. Teori sosial
 Teori interaksi sosial
 Teori penarikan diri
 Teori aktivitas
 Teori kesinambungan

26
 Teori perkembangan
 Teori stratifikasi usia
4. Teori spiritual

Masalah-masalah pada kesehatan lansia:


a. Penurunan Masalah Fisik Dan Fungsi Tubuh
 Sistem pernapasan
 Sistem kardiovaskular
 Sistem reproduksi
 Sistem gastrointestinal
 Sistem persyarafan
 Sistem muskuloskeletal
 Sistem urinarius
 Penurunan fungsi panca indera
 Penurunan fungsi endokrin
Penyakit yang sering diderita lansia:
 Diabetes militus
 Osteoporosis
 Dementia type Alzheimer
 Penyakit Jantung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia:

 Sosial
 Budaya
 Ekonomi
 Spiritual
 Lingkungan
B. Saran
Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua dari kita harus
dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa beruntungnya menjadi tua, ada banyak
sekali orang yang tidak bisa menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak bisa melihat
anak serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat orang tua kita menjadi
tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan untuk kita menyenangkan masa-masa tua
mereka dengan kesuksesan anak-anaknya.

27
Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi sudah sewajarnya
memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya untuk para lansia tidak hanya memberikan
pelayanan terhadap kebutuhan biologisnya saja tetapi mencakup kebutuhan psikologis dan
spiritualnya.
Untuk para pembaca makalah ini silahkan memberikan masukan maupun kritikan atas
kekurangan dari makalah ini supaya untuk makalah-makalah selanjutnya bisa jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG
http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html?m=1
http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-usia.html?m=1
Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

28

Anda mungkin juga menyukai