Disusun oleh :
GILANG SETIAWAN
433131490118063
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi
saluran kencing yang mendasari.
j. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) /
2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma
biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari >
330 mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
k. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme
kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi
pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN
serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi
renal.
Tabel Sifat-sifat penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian)metabolik
pada diabetes.
Diabetic Hyperosmolar
Sifat-sifat ketoacidosis non ketoticcoma Asidosis laktat
(KAD) (HONK)
Glukosa Tinggi Sangat tinggi Bervariasi
plasma
Ketone Ada Tidak ada Bervariasi
Asidosis Sedang/hebat Tidak ada Hebat
Dehidrasi Dominan Dominan Bervariasi
Hiperventilasi Ada Tidak ada Ada
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya tes
ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah
kondisi stress.
Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita dehidrasi berat bisa
berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus dimulai
segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia, hyperosmolality, dan
counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam pertama, sehingga mengurangi
resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling efektif jika didahului dengan cairan awal
dan penggantian elektrolit. Defisit cairan tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari
6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan untuk
mengembalikan volume intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi
kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline
(NaCl 0,9%) yang paling sesuai. Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti
dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati pemantauan
status hemodinamik secara teliti (pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi
ginjal, status mental dan keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload
cairan (Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis DKA).
Penanganan Ketoasidosis Diabetik (KAD)
(Sesuai dengan rekomendasi British Society of Paediatric Endocrinology.)
Regimen ini harus digunakan pada anak penderita diabetes yang baru muncul atau yang
sudah terjadi jika ditemukan salah satu dari tujuh gejala berikut:
- dehidrasi yang signifikan
- muntah
- nyeri abdomen
- respirasi asidosis
- ketonuria berat
- sirkulasi perifer yang buruk
- gangguan tingkat kesadaran (keadaan hipoglikemia sudah disingkirkan)
Penatalaksanaan awal
- Bebaskan jalan napas.
- Timbang berat badan anak.
- Jangan beri per oral.
- Pasang slang nasogastrik.
- Catat keseimbangan cairan (keluaran urine dan muntah), Pasang infus.
- Laporkan ke staf medis senior.
- Pemeriksaan awal harus meliputi glukosa, elektrolit darah, keseimbangan asam-
basa, osmolalitas, dan skrining infeksi. Pengobatan harus segera dimulai sebelum
ada hasil.
- Kaji tingkat keparahannya
Cairan
- Komplikasi yang paling berbahaya adalah edema serebral (angka kematian 1% pada
KAD). Tujuannya adalah perbaikan yang menetap terhadap gangguan metabolik.
- Jangan beri makan per oral, kecuali pada kasus ringan yang dapat menggunakan
rehidrasi oral.
- Pada kasus sedang dan berat, bila terjadi syok, berikan albumin 4,5% 20 ml/kg
dalam 30 menit.
- Berikan infus awal salin 0,9% sampai defisit ca ran terkoreksi, dilanjutkan dengan
salin 0,18% dengan dekstrosa 4,3%. Tambahkan kebutuhan rumatan dengan defisit
dan berikan volume total sama rata dalam 24 jam berikutnya. Ada volume malcsimal.
Bila terjadi hiperosmolalitas berat (>340 mosm/L), turunkan kebutuharuwa sampai
75%, atau sampai 50% bila osmolalitasnya >400 mosm/L. Periksa keseimbangan
cairan tiap jam dan lakukan diuresis dan aspirasi lambung. Turunkan pemberian
cairan Lv. secara tepat bila sudah dimulai pemberian cairan per oral.
Kalium
- Tunggu hasil kalium serum dan pastikan keluaran urine yang adekuat sebelum
memberikan terapi.
- Bila kadar kalium pertama adalah 100 mmol/l (pH <7,0), berikan natrium bikarbonat
(8,4%) 0,75 ml/kg dalam 15-30 menu.
Insulin
Gunakan human insulin yang dapat larut, misalnya Actrapid (Novo). Tidak dibutuhkan
pemberian bolus awal. Berikan insulin 0,1 unit/ kg/jam, sesuaikan lagi pemberian
infus insulin sampai dapat menurunkanglukosa darah 4-5 mmol/jam. Cara yang cocok
adalah memberikan larutan salin normal 49,5 ml dan 50 unit insulin menggunakan
syringe pump dan konektor Y. Jangan tambahkan insulin ke dalam kantong cairan.
Bila petugas di bangsal tidak bisa menggunakan pompa infus, insulin dapat diberikan
i.m. 0,05 unit/ kg per jam. Bila kadar glukosa darah turun sampai 15 mol/L, beri insulin
subkutan, pertama hap 4 jam,kemudian trap 6 jam, selanjuknya tiga kali per hari
sebelum makan bila diet ringan dapat ditoleransi.
Penatalaksanaan lanjutan
Pemberian makan per oral biasanya dapat dimulai sekitar 12 jam setelah dirawat
dengan jumlah sedikit (15-30 ml) tiap jam. Cairan harus mengandung 20 g glukosa
tiap 2 jam dan suplemen kalium atau jus buah.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum
purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum
purulen, Frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan
umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan
yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin
dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau
tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengatuan
diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
18. Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
19. Pertahankan teknik
isolasi k/p
20. Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
21. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka/
insisi bedah
23. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan
cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan
infeksi
30. Laporkan kultur
positif
DAFTAR PUSTAKA
Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American Diabetes
Association.Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis in elderly. Med
Cli N Am 88: 1063-1084, 2004.
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal 17
November 2012.
Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah tatalaksana
ketoasidosis diabetic. http://www.pediatric.com. Diakses pada tanggal 17 November
2012.
Wallace TM, Matthews DR. Recent Advance in The Monitoring and management of Diabetic
Ketoacidosis. QJ Med 2004; 97 : 773-80.
Dr. MHD. Syahputra. Diabetic ketosidosis. www. Library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17
November 2010.
Samijean Nordmark. Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id. Diakses
pada tanggal 17 November 2012
Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis
DKA. http://intensivecare.hsnet.nsw.gov.au. Diakses pada tanggal 17 November
2012.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and
thehyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes
Mellitus . 13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994,
p.738–770