Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Alat Pelindung Diri

1. Defenisi alat pelindung diri

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang

digunakan oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta

kecelakaan kerja yang

kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Penggunaan APD oleh pekerja

saat bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan risiko

bahaya di tempat kerja. Walaupun upaya ini berada pada tingkat

pencegahan terakhir, namun penerapan alat pelindung diri ini sangat

dianjurkan (Tarwaka, 2008 : 178).

2. Syarat-syarat alat pelindung diri

Pemilihan APD yang handal secara cermat merupakan persyaratan

mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat

mencelakakan pekerja yang memakainya karena mereka tidak terlindung

dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Jadi pemilihan

APD harus sesuai ketentuan seperti berikut ini (Buntarto, 2015: 49).

a. Harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya

yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja

b. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

10
11

c. Harus dapat dipakai secara fleksibel dan bentuknya harus cukup

menarik.

d. Tidak menimbulkan bahaya – bahaya tamabahan bagi pemakainya

yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat atau karena

masalah dalam penggunaanya.

e. Harus tmemenuhi standar yang telah ada dan tahan lama.

f. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

g. Suku cadangannya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaan.

3. Jenis – jenis alat pelindung diri

a. Alat pelindung kepala

Tujuan dari pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk

mencegah rambut pekerja terjerat oleh mesin yang berputar,

melindungi kepala dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau keras

yang dapat menyebapkan luka gores, potong atau tusuk, bahaya

kejatuhan benda – benda atau terpukul oleh benda – benda yang

melayang atau meluncur di udara, panas radiasi, api, dan percikan

bahan- bahan kimia korosif (Buntarto, 2015: 54).

Alat pelindung kepala, menurut bentuknya, dapat dibedakan

menjadi :
12

1) Topi pengaman (Safety Helmet)

Gambar 2.1. Safety Helmet


Sumber : https://projectmedias.blogspot.co.id/2013/07/jenis-jenis-
alat-pelindung-diri-apd.html
Safety helmet dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya

kejatuhan, terbentur dan terpukul oleh benda – benda keras

(Buntarto, 2015).

Menurut (H. Kaelan Erwan, 1994: 4) syarat - syarat helmet

sebagai berikut :

a) Bagian luar harus kuat dan tahan terhadap benturan atau

tusukan benda tajam /runcing.

b) Jarak antara lapisan luar dengan dalam bagian dalam sekitar 5

cm.

c) Tidak Tahan terhadap perubahan cuaca (suhu dan kelembaban

udara yang tinggi dan rendah).

d) Tidak menyerap air

e) Tidak menghantarkan listrik

f) Tahan terhadap api

g) Ringan dan mudah dibersihkan

h) Khusus bagi pekerja tambangan dan terowongan, topi

pengaman dilengkapi dengan lampu pada bagian depannya.


13

2) Hood

Gambar 2.2. Hood


Sumber : https://projectmedias.blogspot.co.id/2013/07/jenis-jenis-
alat-pelindung-diri-apd.html

Hood digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya dari

bahan – bahan kimia, api, dan panas radiasi yang tinggi (Buntarto,

2015 :56).

3) Tutup kepala (Hair camp)

Gambar 2.3. Hair cap


Sumber : https://projectmedias.blogspot.co.id/2013/07/jenis-jenis-
alat-pelindung-diri-apd.html

Hair Cap digunakan untuk melindungi kepala dari kotoran atau

debu dan melindungi rambut dari bahaya terjerat oleh mesin –

mesin yang berputar. Biasanya terbuat dari bahan katun atau bahan

lain yang mudah dicuci (Buntarto, 2015: 56).

b. Alat pelindung wajah dan mata

Alat pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari

percikan dari bahan – bahan korosif, kemasukan debu atau partikel

kecil yang melayang ke udara, paparan gas – gas atau uap yang dapat
14

menyebabkan iritasi pda mata, dan benturan benda keras (Buntarto,

2015: 56).

Gambar 2.4.Safety glasses


Sumber : https://projectmedias.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html
c. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga ini bekerja sebagai penghalang antara

sumber bising dan telinga dalam. Selain dapat berfungsi melindungi

telinga dari ketulian akibat kebisingan tetapi juga untuk melindungi

telinga dari percikan api atau logam – logam yang panas misalnya

pada pengelasan. Alat pelindung telinga dibagi atas dua jenis yaitu :

1) Ear plug

Gambar 2.5. ear plug


Sumber : https://projectmedias.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html

Penyumbat telinga Ear plug yang pemakainnya di masukkan

di seluruh telinga bagian luar, dibuat untuk semua ukuran,

digunakan di tempat kerja dengan intensitas kebisingan antara 85 –

95 dB dan kemampuan atenansinya (daya lindung) 25 – 32 dB

(Buntarto, 2015 : 60)


15

2) Ear muff

Gambar 2.6. ear muff


Sumber : https://projectmedias.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html

Ear muff merupakan pelindung telinga yang terbaik,

bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat kepala

(headband). Masing – masing ear cups ditutupi oleh bantalan luar

yang lunak. Digunakan ditempat kerja yang mempunyai intensitas

kebisingan 95-110 dB. Kemampuan menurunkan kebisingan

sampai 30 – 50 dB ( H. Kaelan Erwan: 1994)

d. Alat pelindung pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi memberikan perlindungan

terhadap sumber – sumber bahaya di udara ditempat kerja seperti debu,

kekurangan oksigen, pencemaran oleh gas dan uap. Macam – macam

alat pelindung diri pernafasan yaitu :

1) Masker

Gambar 2.7. masker


Sumber : http://safetysign.co.id
16

Masker umumnya terbuat dari kain kasa atau busa

didesinfektan terlebih dahulu. Pada umumnya masker digunakan

untuk mengurangi masuknya debu ke saluran pernafasan (Tarwaka,

2008: 184).

2) Respirator

Digunakan untuk melindungi pekerja dari debu, kabut, uap logam,

asap dan gas yang berbahaya bagi kesehatan seseorang. Respirator

dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :

Gambar 2.8. masker berfilter


Sumber : https://projectmedias.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html

Masker berfilter terdiri dari topeng (masker) yang dihubungkan

ke tabung (canister). Udara yang tekontaminasi akan di murnikan

oleh bahan – bahan kimia yang ada dalam canister (Tarwaka, 2008:

184)

3) Self – Consumed Breathing Apparatus (SCBA)

Gambar 2.9. Self – Consumed Breathing Apparatus (SCBA)


Sumber : https://projectmedias.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html
17

Self – Consumed Breathing Apparatus (SCBA) Umumnya

digunakan oleh pekerja pada atmosfir yang berbahaya untuk

kehidupan. Selain itu juga digunakan apabila diserti adanya bahan

iritasi pada kulit dan mata. Respirator ini dilengkapi dengan

pakaian khusus. (Buntarto, 2015 : 68)

e. Alat Pelindung Tangan

Untuk melindungi tangan dari bahaya seperti terpotong, terluka,

terbakar, tertusuk, lecet, patah, amputasi dan terkena bahan kimia yang

berbahaya dan lain – lain pada waktu bekerja. Maka pekerja

diharuskan memakai sarung tangan (safety gloves).

Buntarto, 2015 beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan alat pelindung tangan adalah :

1) Bahaya yang mungkin terjadi, apakah berbentuk bahan – bahan

kimia korosif, benda – benda panas, dingin, tajam atau kasar

2) Daya tahannya terhadap bahan – bahan kimia

3) Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan

4) Bagian tangan yang harus dilindungi

f. Alat pelindung badan

Alat pelindung badan ini berfungsi untuk melindungi badan dari

temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair,

semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi dari benda tajam dan

kontaminasi debu. Macam – macam alat pelindung badan :


18

1) Apron

Gambar 2. 10. Apron


Sumber : https://projectmedias.blogspot.co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-apd.html

Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus

membiasakan diluar baju kerja. Apron kulit dipakai untuk

perlindungan dari hambatan panas nyala api (Buntarto, 2015 : 51)

2) Pakaian pelindung

Gambar 2. 11. Pakain pelindung


Sumber : https://projectmedia. co.id/2013/07/jenis-jenis-alat-
pelindung-diri-

Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari

kulit, maka pakaian biasa akan terhindar dari percikan api terutama

pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan digulung,

sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api (Tarwaka,

2008 : 186)
19

g. Alat pelindung kaki

Alat pelindung kaki ini berguna untuk melindungi kaki dari benda

tajam, larutan kimia, benda panas, kontak listrik, lantai licin, lantai

basah, benda jatuh, dan aberasi. Alat pelindung kaki ini harus terbuat

dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

Gambar 2. 12. Safey shoes


Sumber : https://www.produksielektronik.com/pengertian-alat-
pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

Gambar 2. 13. Safety booth plastik


Sumber : https://www.produksielektronik.com/pengertian-alat-
pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

Gambar 2. 14. Safety booth kulit


Sumber : https://www.produksielektronik.com/pengertian-alat-
pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

h. Alat pelindung jatuh perorangan


Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja

agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga

pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring
20

maupun tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga

tidak membentur lantai dasar.

Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk pengaman

tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali pengaman

(safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun (decender),

alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain

(Tarwaka, 2008 : 187)

4. Dasar hukum alat pelindung diri

a. Undang – undang no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

(Lembaga Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2889) :

1) Pasal 3 ayat (1) butir f : Menyatakan bahwa salah satu syarat –

syarat keselamatan kerja adalah dengan cara memberikan alat

pelindung diri (APD) pada pekerja

2) Pasal 9 ayat (1) butur c : Pengurus diwajibkan menunjukan dan

menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat pelindung

diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan

3) Pasal 12 butif b : Tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat

pelindung diri (APD).

4) Pasal 12 butur e : Pekerja boleh mengatakan keberatan apabila Alat

pelindung diri (APD) yang diberikan diragukan keamanannya.


21

5) Pasal 13 : Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja,

diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan

memakai Alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan.

6) Pasal 14 butir c : Pengurus (pengusaha) diwajibkan mengadakan

secara Cuma – Cuma, semua Alat pelindung diri (APD) yang

diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya

dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat

kerja tersebut, disertai dengan petunjuk – petunjuk yang diperlukan

menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli – ahli keselamatan

kerja.

5. Penyimpanan dan Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Setelah menggunakan, Alat pelindung diri (APD) wajib untuk

disimpan ditempat semuala yang aman dan terhindar dari kontak bahaya.

Selain itu juga APD perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan secara

rutin agar tidak berkurang fungsi dan keefektifannya.

Untuk menjaga daya guna dari alat pelindung diri, hendaknya

disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas

beracun, dan gigitan serangga/ binatang. Hendaknya tempat tersebut

kering dan mudah dalam pengambilnnya. Ketentuan menyimpan dan

pemeliharaan APD yaitu :

a. Meletakkan APD pada tempatnya setelah selesai digunakan

b. Melakukan pembersihan secara berkala


22

c. Memeriksa APD sebelum dipakai untuk mengetahui adanya kerusakan

atau tidak layak pakai

d. Memastikan APD yang digunakan aman untuk keselamatan jika tidak

sesuai maka perlu diganti dengan yang baru

e. Menjaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang menyangkut cara

penyimpanan, kebersihan serta kondisinya

f. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat yang kualitasnya

tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta tidak

dibenarkan untuk dipergunakan (Tarwaka, 2008 : 188)

6. Kelemahan alat pelindumng diri

Sama dengan metode lain dalam hirarki pengendalian resiko dan

bahaya. APD juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu :

a. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD

yang kurang tepat

b. Fungsi dari APD ini hanya untuk mengurangi akibat dari kondisi yang

berpotensi menimbulkan bahaya

c. Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan

d. APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu

e. APD yang mempunyai masa kerja tertentu

f. APD tertentu dapat menularkan penyakit apabila dipakai bergantian


23

B. Tinjauan Umum Perilaku

1. Definisi Perilaku

Morgan (1986) dalam Abubakar (2016) mendefinisikan perilaku

sebagai suatu yang dilakukan oleh manusia atau binatang dalam bentuk

yang dapat diamati dengan beberapa cara. Perilaku berbeda dengan pikiran

atau perasaan karena perilaku dapat diamati dan dipelajari. Tak seorang

pun dapat melihat atau mendengar perilaku. Seseorang dapat melihat dan

mengukur apa yang orang lain katakan, yaitu perilaku bicara dan kita

dapat menilai perilaku seseorang apakah perilaku itu positif atau perilaku

itu negatif, dari perilaku seseorang bisa mengambil kesimpulan tentang

pikiran dan sikap terhadap suatu objek.

Perilaku dari segi biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada

hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain, berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja dan lain-lain (Notoatmojo, 2010).

Menurut Notoatmodjo, perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu

sendiri, dan pendapat di atas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang

ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari

adanya rangsang yang mengenai individu tersebut.

2. Bentuk Perilaku

Bentuk perilaku yang dikenal dengan Taksonomi Bloom yang

dikemukakan oleh (Benjamin S.Bloom, 1956) terbagi atas 3 domain yaitu :


24

a. Ranah Kognitif (cognitive domain) yang berisi perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian dan

keterampilan berpikir.

b. Ranah Afektif (affective domain) berisi perilaku yang menekankan aspek

perasan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian

diri.

c. Ranah Psikomotor (psychomotor domain) berisi perilaku yang

menekankan aspek ketrampilan morotik seperti tulisan tangan, mengetik,

berenang, dan mengoperasikan mesin.

Menurut Notoatmodjo ditinjau dari bentuk respons dari stimulus,

perilaku dapat dibedakan menjadi :

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons atau reaksi yang bersifat tertutup atau terselubung. Respons

atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pda perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum bisa diamati secara jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus pada perilaku ini sudah dalam

bentuk tindakan atau praktek.


25

3. Proses Terjadinya Perilaku

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan. Penelitian

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Kesadaran yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

b. Tertarik yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluasi atau menimbang baik atau tidaknya stimulus bagi dirinya.

Artinya sikap responden sudah sudah lebih baik lagi.

d. Trial yaitu orang mulai berperilaku baru.

e. Adoption yaitu orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Josephus , 2015: 29-30)

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
26

diterima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan

sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur

organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain

dapat ditunjukan dengan menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

Sikap adalah juga merespon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik,

dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum
27

merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan

faktor predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2005).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan

intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima

Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil dapat

diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan

di lingkungannya.

2. Menanggapi

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang

mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh

penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya.

3. Menghargai

Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merespons.

4. Bertanggung Jawab

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil


28

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus beranni mengambil

resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya risiko lain.

E. Tinjauan Umum Tentang Tindakan

Menurut Notoatmodjo, 2007 dalam (Abubakar, 2016) suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya

sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas .

Tindakan penggunaan APD sangat penting karena dapat mencegah

timbulnya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat suatu pekerjaan.

Mengingat sikap itu belum berupa tindakan, maka untuk dapat mewujudkan

sikap menjadi tindakan dibutuhkan tingkatan-tingkatan tindakan, yaitu :

1. Persepsi

Individu mulai membentuk persepsi dalam proses pikirnya tentang

suatu tindakan yang akan diambil.

2. Terpinpim

Persepsi yang sudah ada pada seseorang akan ditindaklanjuti dengan

kegiatan secara berurutan.

3. Mekanisme

Kegiatan atau tindakan yang sudah dilakukan secara benar dengan

tepat dan cepat, akan dilakukan kembali tanpa harus diperintah atau

ditunggui.
29

4. Adopsi

Kegiatan yang sudah dilakukan secara otomatis selanjutnya individu

akan mengembangkan kegiatan tersebut dengan tidak mengurangi makna

dan tujuan dari kegiatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai