LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang konsep dasar penyakit dan
konsep dasar proses keperawatan serta asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah nyeri.
1. Konsep nyeri
a. Definisi
2015)
Nyeri adalah awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
Nurarif, 2015)
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan
5
6
b. Jenis nyeri
1) Nyeri perifer
Nyeri ini ada tiga macam yaitu nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang
muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa, nyeri viseral yakni
rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga
abdomen, kranium dan toraks, nyeri alih yakni nyeri yang dirasakan pada
2) Nyeri sentral yaitu nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula
3) Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya, dengan kata lain nyeri ini
c. Bentuk nyeri
1) Nyeri akut
a) Tanda mayor
tidur.
b) Tanda minor
2) Nyeri kronis
a) Tanda minor
aktivitas.
b) Tanda minor
e. Skala nyeri
├─────┼─────┼─────┼─────┼─────┤
├──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┤
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Distressing Unbrearable
├──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┼──┤
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INTENSITY-LOCATION-ONSET-DURATION-VARIATION-QUALITY
├────────────────────────────┤
No Pain as bad as
Total skor 0 – 10
Katakan pada pasien untuk menunjukkan pada garis, dimana rasa nyeri
itu terasa jika dibentangkan dalam garis antara tidak nyeri dengan nyeri
sekali.
|____|____|____|____|____|____|____|____|____|____|
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan skala:
0 : Tidak nyeri
4 – 6 : Nyeri sedang.
7 – 9 : Nyeri berat.
distraksi.
f. Fisiologi nyeri
2) Fase transmisi : pada fase ini terdiri atas tiga bagian yaitu pada bagian
Bagian kedua, transmisi nyeri dari medula spinalis menuju batang otak
3) Fase persepsi : pada fase ini individual mulai menyadari adanya nyeri.
12
4) Fase modulasi : pada fase ini, neuron di batang otak mengirimkan sinyal-
2) Tahap perkembangan
2. Konsep fraktur
a. Definisi
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Linda
trauma atau tenaga fisik. Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
tersebut lengkap atau tidak lengkap, fraktur lengkap terjadi apabila seluruh
b. Klasifikasi
1) Klasifikasi penyebab
a) Fraktur terbuka
b) Fraktur tertutup
c) Fraktur kompresi
d) Fraktur stress
e) Fraktur avulsi
f) Greenstick fraktur
g) Fraktur transversal
lainnya)
3) Klasifikasi klinis
4) Klasifikasi radiologis
1) Fase inflamasi
Pada fase ini terjadi perdarahan pada jaringan yang cedera dan
kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar) yang akan
membersihkan daerah tersebut dari zat asing. Padat saat ini terjadi
tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan serat tulang
4) Fase remodeling
1) Umur penderita
6) Waktu imobilisasi
9) Cairan sinovia
16
11) Nutrisi
12) Vitamin D
e. Komplikasi fraktur
1) Komplikasi awal
fraktur yang dekat persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah
tulang.
serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang, terjadi
dan demam.
a) . Delayed union
tulang.
Non union adalah fraktur yang tidak sembuh dalam waktu 6-8 bulan
palsu)
c) . Mal union
B. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan yang
Menurut Muttaqin (2008) dan Padila (2012) pengkajian yang muncul pada
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah
Region radiation : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar/
Saverity ( scale of pain ) : seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, bisa
Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur cruris) atau pernah
Pada keluarga pasien ada atau tidak yang menderita esteoporosis, arthritis dan
tanda vital.
b. Kepala : tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
c. Leher : tidak ada ganguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d. Wajah : wajah terlihat menahan sakit, bagian wajah yang lain tidak ada
perubahan fungsi dan bentuk, wajah simetris tidak ada lesi dan edema.
e. Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada fraktur
anemis.
20
f. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keaadaan normal. Tidak ada
g. Hidung :
h. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
i. Thorax
1) Paru – Paru
tambahan lainnya.
tambahan.
2) Jantung
j. Abdomen :
k. Genetalia :
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan, meskipun menu
c. Pola eliminasi
imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi defekasi pada miksi pasien
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena terjadi perubahan pada
dirinya, pasien takut cacat seumur hidup / tidak dapat bekerja lagi.
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola kognitif
interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri.
Perlu ditanya apakah membuat pasien menjai stress dan biasanya masalah
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka akan mengalami
pola seksual dan reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak
8. Pengkajian tambahan
a. Pemeriksaan radiologi
Hal yang harus dibaca pada x-ray adalah bayangan jaringan lunak, tipis
tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga
23
rotasi, trobukulasi ada tidaknya rare fraction, sela sendi serta bentuknya
arsitektur sendi.
b. Pemeriksaan laboratorium
tulang.
penyembuhan tulang.
C. Patofisiologi
1. Penyebab
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Graham, 1993 dalam Padila, 2012). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
dengan vasodilatasi, eksudasi, plasma dan leukosit dan infiltrasi sel darah
24
putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
darah, kerusakan fragmen tulang, spasme otot, cedera jaringan lunak sehingga
yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami
yang lebih jauh dari daerah fraktur, biasanya pada keadaan ini jaringan lunak
tetap utuh. Pada fraktur cruris biasanya disebabkan oleh adanya trauma
abduksi tibia terhadap femur saat kaki terfiksasi pada dasar (Padila, 2012)
perubahan warna lokal pada kulit akibat trauma dan perdarahan pada fraktur
(Muttaqin, 2008)
D. Diagnosis Keperawatan
(Walid, 2012).
26
Diagnosa yang muncul pada klien dengan post op fraktur cruris menurut
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, spasme otot, gerakan
E. Intervensi
diagnosis keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, spasme otot, gerakan
bantuan)
NIC :
presipitasi.
dukungan
9) Tingkatkan istirahat
pertama kali
28
tekanan sistole dan diastole dalam rentang yang diharapkan, tidak ada
NIC :
panas/dingin/tajam/tumpul
laserasi
NIC :
tertekan
berpindah.
kemampuan.
Kriteria hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari
NIC :
dengan kebutuhan
terhadap cedera
sesuai kemampuan
diperlukan.
Kriteria hasil : Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan
penatalaksanaannya
NIC :
drainase
Kriteria hasil : Nadi dalam batas yang diharapkan, irama jantung dalam
batas yang diharapkan, frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan, irama
NIC :
E. Implementasi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
sesudah pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru (Walid, 2012)
keperawatan adalah metode DAR (Fischbach, 1991 dalam Kenney, 2009) yaitu
sebagai berikut :
berorientasi pada masalah, selain itu sistem ini lebih dapat diadaptasi untuk
aspek-aspek hukum dan etik, memperhatikan hak-hak pasien antara lain : hak
atas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan, hak atas
informasi, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak atas second opinion.
34
2. Tahap Pelaksanaan yang meliputi berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan
F. Evaluasi
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
Evaluasi meliputi dua macam yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses
adalah evluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada etiologi,
dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan
S : Data Subjektif
tindakan keperawatan.
O :Data objektif
35
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada klien dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A : Analisis
Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalan data subjektif dan
objektif.
P : Planning
sebelumnya.
I : Implementasi
E : Evaluasi
R : Reasesment
setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,