Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENCEGAHAN

KEKAMBUHAN PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD


PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA PERIODE BULAN
JANUARI – MEI TAHUN 2017

Oleh :
Rahayu Setyowati* Wawan Hediyanto** Dian Hadinata***

ABSTRAK

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara


berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya
penyakit degeneratife. Hasil studi pendahuluan di UPTD Puskesmas Munjul
menunjukan upaya pencegahan penyakit hipertensi masih kurang, sebanyak 13
pasien (65%) masih kurang baik dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit
hipertensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi pencegahan kekambuhan
hipertensi diantaranya adalah pengetahuan dan sikap.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap pasien tentang hipertensi dengan pencegahan kekambuhan
penyakit hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten
Majalengka Tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
hipertensi pada bulan Januari – Maret tahun 2017 di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Munjul sebanyak 937 orang, dengan jumlah sampel sebanyak 91 orang. Analisis
yang digunakan univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan
menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05).
Hasil penelitian menunjukkan kurang dari setengahnya pasien hipertensi
dengan pencegahan kekambuhan kurang baik, kurang dari setengahnya pasien
hipertensi berpengetahuan kurang tentang penyakit hipertensi, kurang dari
setengahnya pasien hipertensi bersikap negatif terhadap penyakit hipertensi. Ada
hubungan antara pengetahuan pasien tentang hipertensi dengan pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi. Ada hubungan antara sikap pasien tentang
hipertensi dengan pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka tahun 2017.
Saran diajukan bagi petugas kesehatan lebih mengoptimalkan konseling dan
penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi dengan memperbanyak jadwal dan metode
penyampaian yang mudah dipahami

Kata Kunci : Pencegahan Kekambuhan Hipertensi


Kepustakaan : 31 (2004 – 2012)

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
1
LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan Kejadian hipertensi di


merupakan bagian integral dari Indonesia berdasarkan hasil Riset
pembangunan nasional. Pembangunan Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
kesehatan dalam Sistem Kesehatan 2016 mendapatkan prevalensi
Nasional ditujukan ke arah hipertensi pada penduduk umur 18
terwujudnya derajat kesehatan tahun keatas cukup tinggi mencapai
masyarakat yang optimal. Untuk 25,8% dengan penduduk yang
mewujudkan tujuan tersebut, maka mengetahui dirinya menderita
pemerintah menyelenggarakan hipertensi hanya 9,4% dan yang
berbagai upaya pelayanan kesehatan minum obat antihipertensi hanya 9,5%
melalui pendekatan pemeliharaan (Depkes RI, 2016).
peningkatan kesehatan, pencegahan
Angka kejadian hipertensi di
penyakit, penyembuhan, pemulihan
Jawa Barat pada tahun 2015 yaitu
kesehatan dan berbagai penyebab
mencapai 47,8%. Di beberapa Rumah
kematian yang dapat dicegah dengan
Sakit di Jawa Barat menunjukkan
cara meningkatkan kesehatan
bahwa kasus hipertensi masih cukup
masyarakat dengan cara
tinggi yaitu sebesar 350 ribu kasus,
dilaksanakannya secara menyeluruh,
baik di Unit Rawat Jalan maupun di
terpadu dan berkesinambungan
Unit Rawat Inap. Bila ditinjau
(Depkes RI, 2010).
perbandingan antara perempuan dan
Hipertensi adalah suatu
pria, ternyata perempuan lebih banyak
peningkatan abnormal tekanan darah
menderita hipertensi didapatkan
dalam pembuluh darah arteri secara
angka prevalensi 6,0% untuk pria dan
terus menerus lebih dari satu periode,
11,6% untuk perempuan (Maramis,
dimana tekanan sistoliknya diatas 140
2008).
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas
90 mmHg. Hal ini terjadi bila arteriole- Menurut data dari Dinas
konstriksi (Udjianti, 2010). Hipertensi Kesehatan Majalengka kejadian
merupakan masalah kesehatan hipertensi pada tahun 2015 sebanyak
masyarakat yang umum di negara 54.348 atau sebesar (6,86%) dan pada
berkembang. Hipertensi yang tidak tahun 2016 sebanyak 52.984 kasus
segera ditangani berdampak pada atau sebesar (6,68%) dari jumlah
munculnya penyakit degeneratif, penduduk dengan usia > 20 tahun
seperti penyakit jantung (Congestif sebesar 792.092 jiwa. Penderita
Heart Failure - CHF), gagal ginjal (and hipertensi terbanyak di Kabupaten
stage renal disease), dan penyakit Majalengka pada tahun 2016 yaitu
pembuluh darah perifer (Sharma, berada di wilayah kerja UPTD
2008). Puskesmas Munjul sebesar (8,97%)
Menurut laporan World Health (Dinkes Majalengka, 2016).
Organization (WHO) hipertensi Berdasarkan hasil studi pendahuluan
merupakan penyebab nomor 1 di UPTD Puskesmas Munjul
kematian di dunia. Data tahun 2010 di didapatkan jumlah pasien hipertensi
Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sebanyak 4.755
28,6% orang dewasa berusia 18 tahun pasien dan pada bulan Januari – Maret
ke atas menderita hipertensi. Di 2017 sebanyak 937 pasien. Kasus
Inggris penyakit hipertensi hipertensi menjadi urutan kedua 10
diperkirakan mengenai lebih dari 16 besar penyakit di wilayah kerja UPTD
juta orang (Palmer, 2007). Puskesmas Munjul tahun 2016
Pencegahan hipertensi perlu
dilakukan oleh semua penderita

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
2
hipertensi agar tidak terjadi dengan pola-pola tertentu, terhadap
peningkatan tekanan darah yang lebih suatu objek akibat pendirian dan
parah. Tetapi sayangnya tidak semua perasaan terhadap objek tersebut.
penderita hipertensi dapat melakukan (Maulana, 2009:196). Hasil Penelitian
pencegahan terhadap penyakitnya. Hal Marisa (2010) di Puskesmas Putri Ayu
ini disebabkan karena tingkat Kota Jambi pada tahun 2010
pengetahuan penderita hipertensi didapatkan adanya hubungan antara
tentang pencegahan kekambuhan pengetahuan dan sikap dengan
penyakitnya tidaklah sama (Fadilah, perilaku pasien dalam upaya
2007). pencegahan kekambuhan hipertensi
Pengetahuan yang dimiliki Berdasarkan hasil studi
seseorang dapat membentuk suatu pendahuluan di UPTD Puskesmas
keyakinan tertentu dan individu akan Munjul menunjukan upaya
melakukan tindakan tergantung dari pencegahan penyakit hipertensi masih
dua keyakinan atau penilaian kurang, dari 20 pasien hipertensi yang
kesehatan (health belief) yaitu di wawancarai, sebanyak 13 pasien
ancaman yang dirasakan dari sakit (65%) masih kurang baik dalam upaya
atau luka dan pertimbangan tentang pencegahan kekambuhan penyakit
keuntungan dan kerugian. Ancaman hipertensi. Salah satu upaya untuk
yang dirasakan terhadap risiko yang menurunkan angka kesakitan dan
akan muncul menyebabkan seseorang angka kematian akibat dari hipertensi
berpikir bahwa penyakit atau ini adalah diperlukannya suatu
kesakitan betul-betul merupakan pengetahuan yang cukup dari
ancaman kepada dirinya. Asumsinya penderita tentang hipertensi pada
adalah bahwa bila ancaman yang umumnya dan pencegahan pada
dirasakan tersebut meningkat maka khususnya.
perilaku pencegahan juga meningkat Berdasarkan uraian tersebut
(Notoatmodjo, 2010). maka penulis merasa tertarik untuk
Setelah seseorang mengetahui meneliti lebih lanjut tentang
stimulus atau objek, proses “Hubungan Pengetahuan dan Sikap
selanjutnya akan menilai atau bersikap dengan Pencegahan Kekambuhan
terhadap stimulus atau objek Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja
kesehatan tersebut. (Notoatmodjo, UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten
2003:129). Sikap merupakan Majalengka Periode Bulan Januari –
kecenderungan yang berasal dari Mei Tahun 2017”.
dalam diri individu untuk berkelakuan

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini hipertensi di wilayah kerja UPTD


adalah seluruh pasien hipertensi pada Puskesmas Munjul sebanyak 91 orang.
bulan Januari – Maret tahun 2017 di Prosedur pengambilan sampel
wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul ini menggunakan secara acak
sebanyak 937 orang. Sampel dalam sederhana (propotional random
penelitian ini adalah sebagian pasien sampling).

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
3
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD


yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Kabupaten
UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Periode Bulan Januari –
Majalengka, tentang : “Hubungan Mei Tahun 2017”, didapatkan hasil
Antara Pengetahuan dan Sikap dengan sebagai berikut :
Pencegahan Kekambuhan Penyakit

1. Analisis Univariat
a. Gambaran Pencegahan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Kekambuhan Penyakit Pencegahan Kekambuhan Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
UPTD Puskesmas Munjul Puskesmas Munjul Kabupaten
Kabupaten Majalengka Majalengka Periode Bulan Januari –
Periode Bulan Januari – Mei Mei Tahun 2017
Tahun 2017

Pencegahan f %
Kurang Baik 28 30.8
Baik 63 69.2
Jumlah 91 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa kurang dari setengahnya


didapatkan pasien hipertensi dengan pasien hipertensi dengan pencegahan
pencegahan kekambuhan kurang baik kekambuhan kurang baik di wilayah
sebesar 28 orang (30,8%) dan pasien kerja UPTD Puskesmas Munjul
hipertensi dengan pencegahan Kabupaten Majalengka Periode Bulan
kekambuhan baik sebesar 63 orang Januari – Mei Tahun 2017
(69,2%). Hasil tersebut menunjukan

b. Gambaran Pengetahuan
Pasien Tentang Hipertensi di Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Wilayah Kerja UPTD Pengetahuan Pasien Tentang
Puskesmas Munjul Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
Kabupaten Majalengka Puskesmas Munjul Kabupaten
Periode Bulan Januari – Mei Majalengka Periode Bulan Januari –
Tahun 2017 Mei Tahun 2017

Pengetahuan f %
Kurang 32 35.2
Baik 59 64.8
Jumlah 91 100.0

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
4
Berdasarkan tabel 4.2 kurang dari setengahnya pasien
didapatkan paisen hipertensi yang hipertensi berpengetahuan kurang
berpengetahuan kurang sebesar 32 tentang penyakit hipertensi di
orang (35,2%) dan pasien wilayah kerja UPTD Puskesmas
hipertensi yang berpengetahuan Munjul Kabupaten Majalengka
baik sebesar 59 orang (64,8%). Periode Bulan Januari – Mei tahun
Hasil tersebut menunjukan bahwa 2017.

c. Gambaran Sikap Pasien Tentang Tabel 4.3 Distribusi


Hipertensi di Wilayah Kerja Frekuensi Sikap Pasien Tentang
UPTD Puskesmas Munjul Hipertensi di Wilayah Kerja
Kabupaten Majalengka Periode UPTD Puskesmas Munjul
Bulan Januari – Mei Tahun Kabupaten Majalengka Periode
2017 Bulan Januari – Mei Tahun 2017

Sikap f %
Negatif 25 27.5
Positif 66 72.5
Total 91 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 setengahnya pasien hipertensi


didapatkan paisen hipertensi yang bersikap negatif terhadap penyakit
bersikap negatif sebesar 25 orang hipertensi di wilayah kerja UPTD
(27,5%) dan pasien hipertensi yang Puskesmas Munjul Kabupaten
bersikap positif sebesar 66 orang Majalengka Periode Bulan Januari –
(72,5%). Hasil tersebut Mei tahun 2017.
menunjukan bahwa kurang dari

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Antara Pengetahuan Tabel 4.4 Hubungan
Pasien Tentang Hipertensi dengan Antara Pengetahuan Pasien
Pencegahan Kekambuhan Tentang Hipertensi dengan
Penyakit Hipertensi di Wilayah Pencegahan Kekambuhan
Kerja UPTD Puskesmas Munjul Penyakit Hipertensi di Wilayah
Kabupaten Majalengka Periode Kerja UPTD Puskesmas Munjul
Bulan Januari – Mei Tahun 2017 Kabupaten Majalengka Periode
Bulan Januari – Mei Tahun 2017

Pencegahan
Jumlah P
Pengetahuan Kurang Baik Baik Value
n % n % n %
Kurang 17 53.1 15 46.9 32 100
Baik 11 18.6 48 81.4 59 100 0,002
Total 28 30.8 63 69.2 91 100

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
5
Berdasarkan tabel 4.4 yang terlihat dari uji Chi Square
didapatkan bahwa proporsi pasien dengan α = 0,05 yakni nilai p value =
yang berpengetahuan kurang 0,002 (ρ< α). Hal ini berarti
dengan pencegahan kekambuhan hipotesis nol (Ho) ditolak atau ada
penyakit hipertensi kurang baik hubungan antara pengetahuan
sebesar (53.1%) lebih tinggi pasien tentang hipertensi dengan
dibandingkan dengan pasien yang pencegahan kekambuhan penyakit
berpengetahuan baik dengan hipertensi di wilayah kerja UPTD
pencegahan kekambuhan penyakit Puskesmas Munjul Kabupaten
hipertensi kurang baik sebesar Majalengka Periode Bulan Januari –
(18.6%) Mei tahun 2017.
Perbedaan proporsi ini
menunjukan hasil yang bermakna

b. Hubungan Antara Sikap Pasien Tabel 4.5 Hubungan


dengan Pencegahan Antara Sikap dengan Pencegahan
Kekambuhan Penyakit Kekambuhan Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Hipertensi di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Munjul UPTD Puskesmas Munjul
Kabupaten Majalengka Periode Kabupaten Majalengka Periode
Bulan Januari – Mei Tahun Bulan Januari – Mei Tahun 2017
2017

Pencegahan
Jumlah P
Sikap Kurang Baik Baik
Value
n % n % n %
Negative 13 52.0 12 48.0 25 100
Positif 15 22.7 51 77.3 66 100 0,014
Total 28 30.8 63 69.2 91 100

Berdasarkan tabel 4.5 yang terlihat dari uji Chi Square


didapatkan bahwa proporsi pasien dengan α = 0,05 yakni nilai p value =
yang bersikap negatif dengan 0,014 (ρ< α). Hal ini berarti
pencegahan kekambuhan penyakit hipotesis nol (Ho) ditolak atau ada
hipertensi kurang baik sebesar hubungan antara sikap pasien
(52.0%) lebih tinggi dibandingkan tentang hipertensi dengan
dengan pasien yang bersikap positif pencegahan kekambuhan penyakit
dengan pencegahan kekambuhan hipertensi di wilayah kerja UPTD
penyakit hipertensi kurang baik Puskesmas Munjul Kabupaten
sebesar (22.7%). Majalengka Periode Bulan Januari –
Mei tahun 2017.
Perbedaan proprsi ini
menunjukan hasil yang bermakna

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
6
PEMBAHASAN

Analisis Univariat Pada pasien yang pencegahan


kekambuhan penyakit hipertensi
Gambaran Pencegahan kuarang baik akan berdampak
Kekambuhan Penyakit Hipertensi komplikasi penyakit hipertensi, hal ini
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas dikarenakan ketidak tahuan mereka
Munjul Kabupaten Majalengka dalam pencegahan kekambuahn
Periode Bulan Januari – Mei Tahun penyakit selain itu dari sikap kurang
2017 peduli terhadap pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian
(yuyun 2011).
terhadap pasien hipertensi pada
pencegahan kekambuhan penyakit Penyakit hipertensi termasuk
hipertensi di dapakan gambaran penyakit kronis yang dapat
bahwa kurang dari setengahnya menyebabkan berbagai macam
(30,8%) pasien hipertensi di wilayah komplikasi antara lain : stroke, gagal
kerja UPTD Puskesmas Munjul jantung, ginjal, mata. Upaya
Kabupaten Majalengka Periode Bulan pencegahan kekambuhan penyakit
Januari – Mei tahun 2017 dengan hipertensi ini dapat dikatakan sebagai
pencegahan kekambuhan penyakit pengobatan seumur hidup bila ingin
hipertensi kurang baik. Pasien dengan dihindari terjadinya komplikasi yang
hipertensi yang melakukan tidak baik. Dengan adanya faktor-
pencegahan kekambuhan hipertensi faktor yang dapat dihindarkan
kurang baik bisa dilihat dari tersebut, tentunya hipertensi dapat
banyaknya pasien yang masih tidak dicegah dan bagi penderita hipertensi
melakukan diet rendah garam dalam agar terhindar dari komplikasi yang
makanannya tidak adanya kebiasaaan fatal(Fadilah, 2007).
sehat berolahraga rutin, jarangnya
Hasil penelitian lebih tinggi
pasien mengntrol tekanan darah setiap
dibanding dengan penelitian Ridwan
bulannya, pasien jarang minum obat
(2010) tentang hubungan tingkat
anti hipertensi secara teratur bila
pengetahuan pasien dengan
tekanan darahnya tinggi, serta jarang
pencegahan kekambuhan hipertensi,
makan buah dan sayur hal ini akan
menunjukan hasil bahwa responden
berdampak pada timbulnya
yang memiliki pengetahuan tinggi
komplikasi dari penyakit hipertensi
dengan pencegahan baik sebanyak 94
seperti penyakit jantung, stroke,
responden (63,1%), sedangkan
kebutaan pada mata dan penyakit
responden yang mempunyai
degeneratif lainnya.
pengetahuan rendah dengan
Pencegahan hipertensi perlu pencegahan kurang sebanyak 55
dilakukan oleh semua penderita responden (36,9%). Penelitian Yuyun
hipertensi agar tidak terjadi (2011) didapatkan pasien hipertensi
peningkatan tekanan darah yang lebih yang bersikap positif sebesar (72,3%)
parah. Tetapi sayangnya tidak semua lebih banyak dibandingkan dengan
penderita hipertensi dapat melakukan pasien bersikap negatif sebesar
pencegahan terhadap penyakitnya. Hal (27,7%) dalam upaya pencegahan
ini disebabkan karena tingkat hipertensi.
pengetahuan penderita hipertensi
Upaya petugas kesehatan
tentang pencegahan kekambuhan
dalam memberikan konseling atau
penyakitnya tidaklah sama (Fadilah,
penyuluhan sangat penting untuk
2007).
dilakukan untuk meningkatkan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
7
pengetahuan agar terbentuk perilaku pasien adalah sebagai salah satu faktor
kesehatan yang baik sebagai upaya yang mempermudah (predisposing
pencegahan kekambuhan penyakit factors) terhadap terjadinya
hipertensi. perubahan perilaku. Green
menyatakan bahwa salah satu faktor
penentu terjadinya perubahan
Gambaran Pengetahuan Pasien
perilaku adalah adanya faktor
Tentang Hipertensi di Wilayah
pemudah (predisposing factors).
Kerja UPTD Puskesmas Munjul
Terbentuknya perilaku baru, terutama
Kabupaten Majalengka Periode
pada orang dewasa dimulai pada
Bulan Januari – Mei Tahun 2017
kognitif, dalam arti subjek tahu
Berdasarkan hasil penelitian terlebih dahulu terhadap stimulasi
terhadap pasien hipertensi pada yang berupa materi atau objek
tingkat pengetahuan dapat diluarnya. Sehingga menimbulkan
digambarkan bahwa kurang dari pengetahuan baru pada subjek
setengahnya (35,2%) pasien tersebut dan selanjutnya
hipertensi di wilayah kerja UPTD menimbulkan respon batin dalam
Puskesmas Munjul Kabupaten sikap subjek terhadap objek yang
Majalengka Periode Bulan Januari – diketahui itu. Akhirnya rangsangan
Mei tahun 2017 berpengetahuan objek yang telah diketahui dan
kurang tentang hipertensi. Hal ini disadari sepenuhnya tersebut akan
dapat dilihat dari banyaknya pasien menimbulkan respon lebih jauh lagi
yang tidak mengetahui cara yaitu berupa tindakan terhadap
membatasi asupan garam dalam stimulasi.
makanan yang merupakan salah satu
Pengetahuan pasien adalah
usaha untuk mencegah tekanan darah
sebagai salah satu faktor yang
tinggi. Pasien tidak tahu bahwa
mempermudah (predisposing factor)
mengkonsumsi buah- buahan segar
terhadap terjadinya perubahan prilaku
merupakan cara untuk mengontrol
khususnya dalam pencegahan
tekanan darah tinggi, dan pasien juga
kekambuhan penyakit. Hal ini sesuai
tidak mengetahui bahwa olahraga
pendapat L. Green dalam buku
secara teratur merupakan cara untuk
Notoatmodjo (2003) yang menyatakan
mencegah tekanan darah tinggi.
bahwa salah satu faktor penentu
Kurangnya pengetahuan terjadinya perubahan prilaku adalah
pasien hipertensi tentang pencegahan adanya faktor pemudah (predisposing
kekambuhan penyakit hipertensi factor) yang di dalamnya termasuk
berdampak pada prilaku pencegahan pengetahuan pencegahan kekambuhan
kekambuhan hipertensi dalam hipertensi.
mencegah kambuhnya penyakit
Faktor pengetahuan
tersebut. Kurangnya pengetahuan
memegang peranan penting dalam
pasien tentang penyakit hipertensi
menjaga kesehatan, wawasan dan
dikarnakan masih masih minimnya
pengetahuan yang tinggi dapat
informasi dari puskesmas tentang
mengembangkan pola pikir dalam
upaya pencegahan penyakit hipertensi,
menjaga kesehatan untuk mencegah
tingkat pendidikan pasien masih
berkembangnya penyakit di
banyak ditemukan pasien yang lulusan
lingkungan hidup (slamet 2004)
sekolah dasar dan masih jarang
dilakukan konseling oleh petugas Hasil penelitian ini sejalan
kesehatan puskesmas. dengan penelitian Fattah (2007)
tentang hubungan tingkat
Notoatmodjo (2003)
pengetahuan dan sikap dengan prilaku
menjelaskan bahwa pengetahuan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
8
pencegahan komplikasi pada atau meditasi dapat berguna untuk
penderita hipertensi di poliklinik mengurangi stres atau ketegangan
penyakit dalam RS jogja, menunjukan jiwa, bisa mengurangi resiko
bahwa tingkat pengetahuan responden terjadinya penyakit hipertensi
dengan pengetahuan kurang sebesar menurut pendapat pasien tidak efektif.
(30,3 %). Hasil penelitian Nurul Dampak dari sikap negatif yang
(2009) tentang hubungan dilakukan pasien hipertensi akan
pengetahuan dan kepatuhan menyebabkan terjadinya peningkatan
pengobatan pasien penyakit hipertensi tekanan darah secara teurus menerus
dengan pencegahan kekambuhan dan menyebabkan komplikasi dari
penyakit hipertensi di poliklinik RS Al penyakit hipertensi tersebut yang
islam bandung, menunjukan bahwa membuat angka hipertensi selalu
tingkat pengetahuan kurang sebesar meningkat.
(34,7%).
Sikap merupakan faktor yang
Untuk itu upaya bimbingan ada dalam diri manusia yang dapat
dan penyuluhan oleh petugas mendorong atau menimbulkan
kesehatan perlu ditingkatkan untuk perilaku yang tertentu. Walaupun
menambah pengetahuan masyarakat demikian sikap mempunyai segi-segi
khusunya pasien penderita hipertensi perbedaan dengan pendorong-
agar dapat mengetahui dan melakukan pendorong lain yang ada dalam diri
pencegahan terhadap kambuhnya manusia itu. Sikap merupakan reaksi
kembali penyakit hipertensi. atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulasi
atau objek. Sikap secara nyata
Gambaran Sikap Pasien Tentang
menunjukkan konotasi adanya
Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
kesesuaian reaksi terhadap stimulus
Puskesmas Munjul Kabupaten
tertentu yang dalam kehidupan sehari-
Majalengka Tahun Periode Bulan
hari merupakan suatu reaksi yang
Januari – Mei 2017
bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian
Sikap adalah merupakan faktor
terhadap pasien hipertensi pada faktor
predisposisi dari prilaku atau praktek,
sikap dapat digambarkan bahwa
disinilah dituntut seorang pasien
kurang dari setengahnya (27,5%)
untuk memahami pengetahuan yang
pasien hipertensi di wilayah kerja
telah didapatkan kemudian ia harus
UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten
menentukan sikap apa yang harus
Majalengka Periode Bulan Januari –
diambil untuk kepentingan dirinya
Mei tahun 2017 bersikap negatif
(Green dalam Notoatmodjo 2003 )
terhadap penyakit hipertensi.
Menurut Azwar (2000) yang
Sikap negatif pasien hipertensi
menyatakan bahwa sikap dikatakan
dapat dilihat dari adanya pasien yang
sebagai suatu respons evaluatif.
tidak setuju bahwa mengkonsumsi
Respon hanya akan timbul, apabila
garam lebih dari 2 gram (setangah
individu dihadapkan pada suatu
sendok teh) dan banyak
stimulus yang dikehendaki adanya
mengkonsumsi makanan yang
reaksi individual. Respon evaluatif
mengandung lemak tinggi dapat
berarti bahwa bentuk reaksi yang
menyebabkan tekanan darah
dinyatakan sebagai sikap itu timbul
meningkat dan ada juga pasien yang
didasari oleh proses evaluasi dalam
tidak setuju jika kurang istirahat dan
diri individu yang memberi
banyak beban fikiran dapat membuat
kesimpulan terhadap stimulus dalam
tekanan darah tinggi. Latihan relaksasi

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
9
bentuk nilai baik-buruk, positif- Majalengka Periode Bulan Januari –
negatif, menyenangkan-tidak Mei Tahun 2017
menyenangkan, yang kemudian
mengkristal sebagai potensi reaksi Hasil penelitian menunjukkan
terhadap objek sikap. ada hubungan antara pengetahuan
pasien tentang hipertensi dengan
Menurut Azwar (2007)
pencegahan kekambuhan penyakit
fenomena sikap yang timbul tidak saja
hipertensi di wilayah kerja UPTD
ditentukan oleh keadaan objek yang
Puskesmas Munjul Kabupaten
sedang dihadapi tetapi juga dengan
Majalengka Periode Bulan Januari –
kaitannya dengan pengalaman-
Mei tahun 2017. Hasil tersebut
pengalaman masa lalu, oleh situasi di
menunjukan bahwa proporsi pasien
saat sekarang, dan oleh harapan-
hipertensi yang berpengetahuan
harapan untuk masa yang akan datang.
kurang dengan pencegahan kurang
Sikap manusia, atau untuk singkatnya
baik tentang pencegahan kekambuhan
disebut sikap, telah didefinisikan
penyakit hipertensi lebih tinggi
dalam berbagai versi oleh para ahli.
dibandingkan dengan pasien
Sejalan dengan penelitian hipertensi yang berpengetahuan
Yuyun (2011) didapatkan pasien kurang dengan pencegahan
hipertensi yang bersikap positif pencegahan baik tentang pencegahan
sebesar (72,3%) lebih banyak kekambuhan penyakit hipertensi. Hal
dibandingkan dengan pasien bersikap ini dapat dimengerti karena pada
negatif sebesar (27,7%) dalam upaya umumnya pasien yang
pencegahan hipertensi. Sejalan pula berpengetahuan baik lebih memahami
dengan penelitian Fattah (2007) dan mau untuk mencegah
tentang hubungan tingkat kekambuhan penyakit hipertensi.
pengetahuan dan sikap dengan prilaku
Menurut Notoatmodjo (2003)
pencegahan komplikasi pada
bahwa pengetahuan atau kognitif
hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam
merupakan domain yang sangat
RS jogja menunjukan bahwa sikap
penting dalam membantu tindakan
responden dengan sikap negatif
seseorang dalam hal ini perilaku
(33,3%).
pasien hipertensi dalam melakukan
Petugas kesehatan agar pencegahan kekambuhan, semakin
meningkatkan pengetahuan pasien tinggi tingkat pengetahuan pasien
hipertensi untuk membentuk sikap maka semakin baik pula perilaku
positif dalam pencegahan kekambuhan pasien dalam pencegahan
hipertensi dengan cara kekambuhan.
memperbanyak sarana dan prasarana
Menurut Barlow (2002)
infromasi melalui penyediaan papan
menyatakan bahwa perilaku pasien
info dan media bergambar bentuk
hipertensi dalam pencegahan
pencegahan kekambuhan hipertensi.
kekambuhan dapat dipengaruhi oleh
rendahnya pengetahuan pasien, orang
yang memiliki pengetahuan tentang
Analisis Bivariat pencegahan kekambuhan secara baik,
perilakunya akan semakin baik pula
Hubungan Antara Pengetahuan daripada orang yang memiliki
Pasien Tentang Hipertensi dengan pengetahuan rendah.
Pencegahan Kekambuhan Penyakit
Terbentuknya perilaku baru,
Hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
terutama pada orang dewasa dimulai
Puskesmas Munjul Kabupaten
pada kognitif, dalam arti subjek tahu

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
10
terlebih dahulu terhadap stimulasi konseling dan penyuluhan khususnya
yang berupa materi atau objek kepada pasien yang berpengetahuan
diluarnya. Sehingga menimbulkan rendah agar dapat meningkatkan
pengetahuan baru pada subjek pengetahuannya tentang hipertensi,
tersebut dan selanjutnya karena dengan pengetahuan yang baik
menimbulkan respon batin dalam perilaku pun akan baik terutama
sikap subjek terhadap objek yang dalam pencegahan kambuhnya
diketahui itu. Akhirnya rangsangan penyakit hipertensi.
objek yang telah diketahui dan
disadari sepenuhnya tersebut akan
Hubungan Antara Sikap Pasien
menimbulkan respon lebih jauh lagi
dengan Pencegahan Kekambuhan
yaitu berupa tindakan terhadap
Penyakit Hipertensi di Wilayah
stimulasi (Notoatmodjo, 2003).
Kerja UPTD Puskesmas Munjul
Tidak ada kesenjangan antara Kabupaten Majalengka Periode
teori, hasil penelitian, dan kenyataan Bulan Januari – Mei Tahun 2017
dilokasi penelitian menunjukan bahwa
asumsi adanya hubungan antara
Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan pasien tentang hipertensi
ada hubungan antara sikap dengan
dengan pencegahan kekambuhan
pencegahan kekambuhan penyakit
penyakit hipertensi di wilayah kerja
hipertensi di wilayah kerja UPTD
UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten
Puskesmas Munjul Kabupaten
Majalengka Periode Bulan Januari –
Majalengka Periode Bulan Januari -
Mei Tahun 2017, terbukti secara
Mei tahun 2017. Hal ini dapat dilihat
hipotesis dengan nilai P=0,002<0,05
dari proporsi pasien hipertensi yang
Hasil penelitian di bersikap negatif dengan pencegahan
interpretasikan bahwa semakin baik kurang baik tentang pencegahan
pengetahuan pasien akan semakin kekambuhan penyakit hipertensi lebih
baik pula pencegahan pasien dalam tinggi dibandingkan dengan pasien
pencegahan kekambuhan penyakit hipertensi yang bersikap negatif
hipertensi dan sebaliknya semakin dengan pencegahan baik tentang
kurang pengetahuan pasien hipertensi pencegahan kekambuhan penyakit
akan semakin kurang pula pencegahan hipertensi.
kekambuhan penyakit hipertensi.
Menurut Green dalam
Hasil penelitian ini sejalan Notoatmodjo (2003) sikap juga
dengan penelitian Ridwan (2010) merupakan faktor predisposisi dari
didapatkan hasil analisis bivariat prilaku atau praktek. Disinilah dituntut
didapatkan nilai p value (0,002) seorang pasien untuk memahami
menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan yang telah didapat
pengetahuan dengan pencegahan kemudian ia harus menentukan sikap
kekambuhan hipertensi. Sejalan apa yang harus diambil untuk
dengan penelitian Nurmala (2009) di kepentingan dirinya.
Puskesmas Kel. Grogol Kec. Limo
Menurut teori Mann dalam
Kodya Depok didpaatkan ada
Azwar (2000) yang menyatakan
hubungan antara pengetahuan dengan
bahwa sikap merupakan predisposisi
pencegahan kekambuhan hipertensi di
evaluatif yang banyak menentukan
Puskesmas Kel. Grogol Kec. Limo
bagaimana individu bertindak, akan
Kodya Depok tahun 2009didapatkan
tetapi sikap dan tindakan nyata
nilai P value (0,014).
seringkali jauh berbeda. Hal ini
Upaya petugas kesehatan dikarenakan tindakan nyata tidak
sangat penting untuk memberikan hanya ditentukan oleh sikap semata

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
11
namun juga ditentukan faktor Hasil penelitian
eksternal lainnya. diinterpretasikan bahwa sikap positif
pasien hipertensi akan semakin baik
Dalam menentukan sikap yang
pencegahan kekambuhan penyakit
utuh ini, pengetahuan, pikiran,
hipertensi sebaliknya sikap negatif
keyakinan, dan emosi memegang
pasien hipertensi akan semakin
peranan penting. Seperti halnya
kurang baik pula pencegahan
pengetahuan, sikap juga mempunyai
kekambuhan penyakit hipertensi pada
tingkattingkat berdasarkan
pasien hipertensi dalam melakukan
intensitasnya, sebagai berikut: mau
pencegahan kekambuhan .
menerima stimulus yang diberikan
(objek), memberikan jawaban atau Sejalan dengan penelitian
tanggapan terhadap pertanyaan atau Yuyun (2011) didapatkan hasil uji
objek yang dihadapi, memberikan nilai statistik menunjukan ada hubungan
yang positif terhadap objek atau antara sikap dengan perilaku pasien
stimulus, dalam arti membahasnya dalam pencegahan hipertensi di
dengan orang lain, bahkan mengajak wilayah kerja UPTD Puskesmas
atau mempengaruhi atau pesanggrahan dengan nilai p value
menganjurkan orang lain merespon, 0,018 (>0,05). Dan sejalan dengan
sikap yang paling tinggi tingkatnya penelitian Hamid (2016) di poliklinik
adalah bertanggung jawab terhadap penyakit dalam RSUD Prof.DR. Aloei
apa yang telah diyakininya Saboe Kota Gorontalo menunjukan
(Notoatmodjo, 2003) dengan uji Chi square adanya
hubungan antara sikap keluarga
Tidak terdapat kesenjangan
tentang pencegahan hipertensi dengan
antara teori, hasil penelitian, dan
kejadian hipertensi dengan hasil p
kenyataannya di lokasi penelitian
value 0,014 (>0,05)
menunjukkan bahwa asumsi adanya
hubungan antara sikap pasien Untuk itu petugas kesehatan
hipertensi dengan pencegahan agar membentuk sikap positif kepada
kekambuhan penyakit hipertensi di pasien hipertensi melalui kegiatan
wilayah kerja UPTD Puskesmas Mujul bimbingan dan penyuluhan tentang
Kabupaten Majalengka Periode Bulan upaya pencegahan kekambuhan
Januari – Mei tahun 2017 terbukti hipertensi.
secara hipotesis dengan nilai p =0,014
< 0,05

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan tentang penyakit hipertensi di
wilayah kerja UPTD Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian
Munjul Kabupaten Majalengka
dan pembahasan didapatkan hasil
tahun 2017
sebagai berikut :
3. Kurang dari setengahnya pasien
1. Kurang dari setengahnya pasien hipertensi bersikap negatif
hipertensi dengan pencegahan terhadap penyakit hipertensi di
kekambuhan kurang baik di wilayah kerja UPTD Puskesmas
wilayah kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka
Munjul Kabupaten Majalengka tahun 2017.
Tahun 2017 4. Ada hubungan antara pengetahuan
2. Kurang dari setengahnya pasien pasien tentang hipertensi dengan
hipertensi berpengetahuan kurang pencegahan kekambuhan penyakit

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
12
hipertensi di wilayah kerja UPTD 3. Bagi Institusi Pendidikan
Puskesmas Munjul Kabupaten Agar menambah literatur
Majalengka tahun 2017 kepustakaan yang disesuaikan
5. Ada hubungan antara sikap pasien dengan kebutuhan mahasiswa
tentang hipertensi dengan dalam penyusunan skripsi dan
pencegahan kekambuhan penyakit pengkajian teori kepustakaan yang
hipertensi di wilayah kerja UPTD relevan.
Puskesmas Munjul Kabupaten 4. Bagi Peneliti Lain
Majalengka tahun 2017. Peneliti lain agar mencoba variabel
yang berbeda yang diduga
Saran
memiliki pengaruh terhadap
1. Bagi Lahan Penelitian pencegahan kekambuhan
Sebagai bahan kajian tentang hipertensi dan menggunakan
pentingnya memberi informasi rancangan dan analisis yang
kepada penderita hipertensi agar berbeda untuk mendapatkan hasil
dapat meningkatkan pengetahuan yang akurat.
dalam mencegah kekambuhan 5. Bagi Petugas Kesehatan
penyakit hipertensi . Petugas kesehatan lebih
2. Bagi Masyarakat mengoptimalkan konseling dan
penyuluhan untuk meningkatkan
Menambah wawasan masyarakat pengetahuan pasien tentang
khususnya pasien hipertensi agar pencegahan kekambuhan penyakit
dapat melakukan upaya hipertensi dengan memperbanyak
pencegahan kekambuhan jadwal dan metode penyampaian
hipertensi dengan berkonsultasi yang mudah dipahami.
kepada petugas kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Akhter, N. 2010. Self-management Arief, A., (2009). Hipertensi Tekanan


Among Patiens With Darah Tinggi.
Hypertension in Bangladesh. A http://tokobiofir.com/berita-
Thesis Submitted in Partial dan-informasi/hipertensi-
Fulfillment of the tekanan-darah-tinggi.html
Requirements for the Degree of
Master of Nursing Science Breaux-Shropshire, Tonya L., Brown,
(International Program) Prince Kathleen C., Pryor, Erica R.,
of Songkla University. Maples, Elizabeth H. (2012).
http://www.kb.psu.ac.th/psuk Prevalence of Blood Pressure
b/bitstream/2010/.../340992 Self-Monitoring, Medication
Adherence, Self-Efficacy, Stage
Almas, A., Hamed, A., Sultan, T.A. of Change, and Blood Pressure
(2002). Knowledge of coronary Control Among Municipal
artery disease (CAD) risk factor Workers with Hypertension.
and coronary Workplace Health & Safety Vol.
60.
Intervention among university students.
Journal Pakistan Medical Dalimartha, dkk. (2008). Care Your Self
Association (58): 553 Hipertensi. Jakarta: Penebar
Plus+

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
13
Depkes RI.(2013). Rencana Glyn, L.M., Murphy, A. W., Smith, S.M.,
Pembangunan Kesehatan Schroeder, K., Fahey, T. (2012).
Jangka Panjang Bidang Intervention Used to Improve
Kesehatan 2005-2025). Jakarta Control of Blood Pressure in
Patients with Hypertension.
DiMatteo, M.R., Lepper, H.S.,Croghan, Systematica Reviews. In The
T. W. (2000). Depression is a Cochrane Library. Issue 12. Art.
risk factor for noncompliance No. CD005182.
with medical treatmen :
Metaanalysis of the effects of Green, L.W., Kreuter, M.W. (2005).
anxiety and depression on Health Program Planning. An
patient adherence. Archives of Educational And Ecological
Internal Medicine, 160(14), Approach. 4th Edition. Mc
2101-2107 Graw Hill.

Dusing, et al. (2003). Compliance to Lee, J.K. (2013). Evaluation of a


drug therapy-new answer Lo an Medication Self Management
old question. Nephrol Dial Tran Education Program for Eldery
pl16, 1317-1321. with Hypertension Living in the
Community. J. Korean Acad
Eugene, V., Bourne, P.A., (2013). Nurs. 43 (2): 267-275
Hypertension Patients :
Knowlwdge, Self care Morisky, D., Munter, P. (2009). New
Management Practice and Medication Adherence Scale
Challenges. J. Behav Health. Versus Pharmacy Fill Rates in
2(3). : 259-268 Senior With Hypertension.
American Jurnal of Managed
Flynn, S.J., Ameling, J.M., HillBriggs, F., Care,15 (1):59-66
Wolff, J.L., Bone, L.R.,
Levine,D.M., et al. (2013). Osamor, Paulune E., Owumi, Bernard
Facilitators and Barriers to E. (2011). Factors Associated
Hypertension Self Management with Treatment Compliance in
in Urban African American: Hypertension in Southwest
Perpectives of Patients and Nigeria. J Health Popul
Family members. Dove Press Nutr.2011 Dec;29(6):619-628.
Limited Country of Publication :
New Zealand. Agustus 2013. * Penulis adalah Dosen AKPER
Volume 7. Pp 741-749. YPIB Majalengka

Gamara. 2013. Hubungan Antara ** Penulis adalah Dosen AKPER


Pengetahuan Perawatan YPIB Majalengka
dengan Kemampuan
Manajemen Perawatan Diri * ** Penulis adalah Dosen AKPER
pada Pasien Diabetes Melitus di YPIB Majalengka
Rumah Sakit Umum Daerah
Kuningan 45. Kuningan. Jawa
Barat

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume III Nomor 6 Juli 2017
14

Anda mungkin juga menyukai