BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tipe Kepemimpinan
8
a. Kepemimpinan Formal
1) Ada legitimasi.
2) Kekuasaan dan kewenangan jelas.
3) Memenuhi persyaratan formal.
4) Didukung oleh organisasi formal.
5) Mendapat imbalan/penghargaan.
6) Memperoleh promosi dan mutasi.
7) Dapat dikenai sanksi dan hukuman.
b. Kepemimpinan Informal.
Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki
beberapa keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak memiliki legitimasi.
2) Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat.
3) Tidak mendapat dukungan organisasi formal.
4) Tidak mendapat imbalan jasa / sukarela.
5) Tidak dapat dipromosikan atau dimutasikan.
6) Tidak perlu persyaratan formal.
7) Tidak dapat dihukum secara formal.
Kepemimpinan informal pada dasarnya ditentukan oleh status sosial,
meliputi: Keturunan, kekayaan, pendidikan, pengalaman hidup,
kharismatik dan karakteristik herediter atau jasa.
3. Gaya Kepemimpinan
9
e. Laissez - Faire.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak,
menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan
bimbingan yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan
12
c. Pemberian bimbingan.
d. Mendorong kerja sama dan partisipasi.
e. Kegiatan koordinasi.
f. Evaluasi hasil penampilan kerja.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang pemimpin
keperawatan dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer
dan pemimpin yang efektif.
c. Tingkat manajemen
Terdiri dari manajemen puncak (top manager), manajer
menengah (middle manager), manager supervisor (supervisory
manager).
3. Fungsi Manajemen
Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat
didalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu
diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada
18
Kepala Ruangan
Pasien/klien
Gambar 2.3 :
Asuhan Keperawatan dengan Model Fungsional (Marqius & Huston, 1998)
2. Keperawatan Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda, dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup
yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis, dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Sistem ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan . Adapun kelebihannya yaitu merugikan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antartim, sehingga
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Sedangkan kelemahannya komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu karena sulit untuk melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
20
Gambar 2.4
Sistem asuhan dengan model keperawatan tim (Marquis & Huston, 1998, hal
139)
(4) Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi dua bagian :
a) Melalui komunikasi
23
3. Keperawatan primer
Keperawatan primer ialah metode penugasan dimana satu
orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap
asuhan keperawatan pasien. Keperawatan primer mendorong praktek
kemandirian perawat, karena ada kejelasan antara si pembuat
rencana asuhan dan pelaksana. Secara garis besar sistem
keperawatan primer memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihannya, bersifat kontiniu dan komrehensif, perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri, keuntungan antara lain terhadap
pasien, dokter dan rumah sakit (Gillies, 1989)
Selain itu, kelebihan yang dirasakan adalah pasien merasa
dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu. Selain itu,
asuhan diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan
advokasi.
24
Perawat primer
Pasien/klien
Gambar 2.5
Sistem Asuhan Keperawatan dengan Model Keperawatan Primer
(Marquis & Huston, 1998, hal. 141).
Gambar 2.6
Sistem Asuhan dengan Model Keperawatan Tim (Marquis & Huston, 1998, hal
136)
a. Prioritas masalah
Kriteria :
1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas pertama
2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga
b. Tujuan asuhan keperawatan :
Kriteria :
1) Spesifik
2) Bisa diukur
3) Bisa dicapai
4) Realistik
5) Ada batas waktu
c. Rencana tindakan :
Kriteria :
1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
2) Melibatkan pasien/keluarga
3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga
4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat
5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
7) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah
dimengerti.
4. Standar IV : Intervensi Keperawatan
Intevensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan
31
b) Mengurangi kejenuhan,
c) Reorganisasi,
d) Memperbaiki penempatan tenaga kerja yang kurang cocok,
e) Memberi kepuasan kerja, dan
f) Memperbaiki kondisi kesehatan.
d. Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasanya muncul, berupa :
1) Absensi (karyawan tidak masuk kerja).
Hal ini merupakan kehilangan waktu yang mengakibatkan
kerugian secara kualitas dan ekonomi bagi instansi.
a) Persentase absensi:
Jumlah hari kerja yang hilang × 100%
Jumlah hari kerja efektif
b) Rata-rata frekuensi absensi per tahun:
Total hari absen x 100%
Rata-rata jumlah karyawan
c) Faktor absensi (tidak masuk kerja), biasanya karna tempat
tinggal jauh, kelompok karyawan yang banyak, dan sakit.
d) Pola absensi:
(1) Sering-pendek
(2) Jarang-panjang
(3) Hari-hari tertentu.
e) Cara mengurangi absensi:
(1) Menerapkan sistem pencatatan
(2) Melakukan kunjungan rumah
(3) Memperhatikan kesejahteraan karyawan
(4) Meningkatkan kondisi tempat kerja
(5) Memperbaiki suasana kerja
(6) Menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yang
tidak pernah atau sedikit absensinya.
2) Keluar masuknya tenaga kerja (turn-over).
Penghitungan dalam mengurangi turn-over dapat dilakukan
pada waktu:
a) Proses penerimaan karyawan,
b) Peningkatan penugasan,
c) Perubahan job-description,
d) Pengembangan.
Jumlah tenaga yang keluar x 100%
Jumlah tenaga kerja dalam unit
3) Kejenuhan/ burn-out.
Merupakan keadaan dimana karyawan merasa kemampuan
dirinya semakin kurang dan kerja keras menjadi kurang
produktif. Hal ini biasanya disebabkan oleh:
a) Peran dan fungsi yang kurang jelas,
b) Perasaan terisolasi,
c) Beban kerja berlebihan,
36