LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
No RM : 07.28.33
Umur : 52 tahun
Alamat : Kedondong pesawaran
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk RS : 18 Agustus 2016 jam: 14.34 wib
2
STATUS GENERALIS
a. Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Sklera normal ka/ki,
Telinga : Normotia ka/ki
Hidung : Normonasi, sekret tidak ada, defiasi tidak ada
Mulut : Bibir normal, sianosis tidak ada, pelo tidak ada
b. Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran
Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran
JVP : 5+2 cmH2O
Trachea : tidak ada deviasi
c. Thorax
- Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi
Batas kanan atas : ICS II linea parasternaslis dextra
Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri bawah : ICS V linea midclavikularis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal, regular, murmur dan gallop
tidak ada
- Pulmo
Inspeksi : statis, dinamis, simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus suara kanan melemah, kiri normal
Perkusi : kanan redup, kiri sonor
3
Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan melemah, kiri vesikuler
normal, ronki basah (+) kanan dan kiri (-), wheezing
(-) kanan dan kiri
d. Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris, massa dan jejas tidak
ditemukan
Auskultasi : Bising usus positif
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, asites tidak ada, hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
e. Ektremitas
Superior : akral hangat dan edema tidak ada
Inferior : akral hangat dan edema tidak ada
VIII. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
HASIL LABORATORIUM
HEMATOLOGI
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 71 50-70 %
5
Limposit 18 20-40 %
Monosit 10 2-8 %
KIMIA DARAH
IMUNOLOGI
Tes Widal
Salmonella Typhi H (+) 1/80
Salmonella Typhi O (+) 1/160
Salmonella Typhi A-O (+) 1/80
Salmonella Typhi B-O (+) 1/160
6
THORAX PA
EXPERTISE
- Posisi trakea di tengah
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung tidak membesar (CTR <50%)
- Sinus costophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Sinus cardiophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Diafragma kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Pulmo:
o Hilus kanan dan kiri normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah
o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kanan bawah
7
o Kranialisasi (-)
KESAN :
Effusi pleura kanan
IX. RESUME
Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 2 minggu yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang
beraktivitas. Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun
pada malam hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan
sesak. Selain itu keluhan ini disertai dengan batuk berdahak sejak 1 minggu
yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os
mengaku semenjak 1 minggu ini juga badannya terasa demam. Demam
dirasakan OS terus menerus dari pagi hingga malam hari. Os juga mengaku
adanya mual dan muntah sebanyak 1 kali. Os mengaku muntah yang keluar
berwarna kuning kental. Dan nafsu makan os menurun. Os belum pernah
berobat sebelumnya dikarenakan Os tinggal jauh dari kota.
- Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis dengan GCS 15.
- Tanda Vital:
Tekanan darah: 140/90 mmHg, Pernafasan: 24 x/menit, Nadi: 80 x/menit,
Suhu : 39,80C.
- Status kepala, Mata, leher, cord, abdomen, ekstremitas superior dan inferior
dalam batas normal
- Pulmo
Inspeksi : statis, dinamis, simetris kanan dan kiri
Palpasi : fremitus suara kanan melemah, kiri normal
Perkusi : kanan redup, kiri sonor
8
Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (+) kanan
dan kiri (-), wheezing (-) kanan dan kiri
- Hasil laboratorium :
Hb: 12,0
Leukosit : 12.500
Neutrofil segmen : 71
Monosit : 10
Hematokrit : 56
Tes Widal
- Foto thorax PA
EXPERTISE
- Posisi trakea di tengah
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung tidak membesar (CTR <50%)
- Sinus costophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Sinus cardiophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Diafragma kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Pulmo:
o Hilus kanan dan kiri normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah
o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kanan bawah
9
o Kranialisasi (-)
KESAN :
Effusi pleura kanan
10
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien Teori
Gejala klinis - sesak nafas yang semakin - dispnea (sesak nafas)
memberat sejak 2 minggu - nyeri dada
yang lalu. - Batuk
- sesak jika sedang beraktivitas - Lemas
- sesak membaik saat istirahat - nafsu makan
- sering terbangun pada malam menurun,
hari karena sesak - mudah lelah
- sesak tidak dipengaruhi oleh
cuaca dan emosi serta tidak
disertai mengi
- batuk berdahak sejak 1
minggu yang lalu
- Batuk berdahak berwarna
putih kental dan tidak disertai
darah sebanyak 1 sendok
makan
- nafsu makan menurun
Pemeriksaan - Dari pemeriksaan fisik - Keadaan umum :
fisik didapatkan keadaan umum Pasien tampak sesak
pasien tampak sakit sedang, nafas
kesadaran compos mentis - Tingkat kesadaran :
dengan GCS 15. Composmentis
- Tanda Vital: TTV
Tekanan darah: 140/90 RR : Takhipnea
mmHg, Pernafasan: 24 N : Takhikardia
11
x/menit, Nadi: 80 x/menit, S : Jika ada infeksi bisa
Suhu : 39,80C. hipertermia
- Status kepala, Mata, leher, TD : Bisa hipotensia
cord, abdomen, ekstremitas
superior dan inferior dalam - Kepala : Mesochepal
batas normal - Mata : Conjungtiva
- Pulmo anemis
Inspeksi : statis, - Hidung : Sesak nafas,
dinamis, simetris kanan cuping hidung
dan kiri - Dada : Gerakan
Palpasi : pernafasan berkurang
fremitus suara kanan Pulmo (paru-paru )
melemah, kiri normal - Inspeksi : Terlihat
Perkusi : kanan ekspansi dada
redup, kiri sonor simetris, tampak
Auskultasi : suara sesak nafas tampak
nafas vesikuler kanan dan penggunaan otot
kiri, ronki (+) kanan dan bantu nafas
kiri (-), wheezing (-) - Palpasi : Vokal
kanan dan kiri Fremitus menurun
- Perkusi : Pekak
(skonidulnes), redup
- Auskultasi : Bunyi
nafas menghilang
atau tidak terdengar
diatas bagian yang
terkena
12
penunjang - Mediastinum superior tidak radiografi toraks posisi tegak
melebar adalah:
- Jantung tidak membesar (CTR 1) penumpulan sinus
<50%) kostofrenikus bila cairan
- Sinus costophrenicus kanan >500 ml pada Foto PA, dan
tertutup perselubungan, kiri >200 ml pada foto lateral
normal 2) meniscus sign
- Sinus cardiophrenicus kanan 3) serta perselubungan luas
tertutup perselubungan, kiri yang mungkin disertai
normal pendorongan jantung dan
- Diafragma kanan tertutup medistinum.
perselubungan, kiri normal
- Pulmo: Hal yang agak berbeda
o Hilus kanan dan kiri dijumpai pada posisi supine
normal dengan ditemukannya tanda-
o Corakan tanda radiologik berupa:
bronkovaskuler 1) peningkatan densitas
bertambah hemitoraks yang terkena,
o Tampak 2) meniscus sign
perselubungan opak 3) hilangnya bayangan atau
homogen di batas hemidiafragma
hemithorax kanan 4) berkurangnya ketajaman
bawah gambaran vaskuler di daerah
o Kranialisasi (-) basal paru
Skletal : dalam batas normal 5) apical capping
- 6) penebalan fisura minor.
KESAN :
Effusi pleura kanan
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
- Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi
sedalam dalamnya.
- Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi
maksimal.
14
2. Fisiologi
a. Pernapasan pulmoner
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml (4,5 - 5 liter)
udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml
disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan
pada pernafasan biasa.
15
d. Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama kimiawi
dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang
terletak di dalam medula oblongata kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang
disalurkan melalui saraf spinal.
f. Kecepatan pernafasan
Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka
ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi adakalanya
terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan terbalik
12 bulan : 30 x/menit
2 - 5 tahun : 24 x/ menit
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan
oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan
mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan
kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran
dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup,
ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah
merahnya hilang berganti kebiru- biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga,
lengan dan kaki disebut sianosis.
A. Pengertian
Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga
pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Efusi Pleura
adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum Pleura. Efusi Pleura adalah
penumpukan cairan di dalam ruang plaural yang terjadi karena proses penyakit
primer dan dapat juga terjadi karena penyakit sekunder akibat penyakit lain. Efusi
dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat, dan berupa pus atau darah.
B. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo penyebab efusi pleura adalah
1. Peningkatan tekanan negatif intra pleura
2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah
3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural
4. Ada inflamasi atau neoplastik
5. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
Gagal jantung
Kadar protein yang rendah
Sirosis
Pneumonia
Tuberculosis
17
Emboli paru
Tumor
Cidera di dada
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin,
nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik
C. Gambaran Klinis
Gambaran klinis efusi pleura adalah dispnea (sesak nafas), nyeri dada, batuk,
lemas, nafsu makan menurun, mudah lelah, dullness bila dilakukan perkusi pada
area penumpukan cairan, suara nafas melemah atau hilang, pada area penumpukan
cairan. Menurut Hudak dan Gallo dispnea bervariasi, nyeri pleuritik ruang
interkosta menonjol pada efusi yang berat, suara nafas berkurang, vokal fremitus
menurun.
Pada pemeriksaan fisik terdapat:
- Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas
- Tingkat kesadaran : Composmentis
TTV
RR : Takhipnea
N : Takhikardia
TD : Bisa hipotensia
- Kepala : Mesochepal
- Mata : Conjungtiva anemis
- Hidung : Sesak nafas, cuping hidung
- Dada : Gerakan pernafasan berkurang
Pulmo (paru-paru )
18
- Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas tampak
penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi : Vokal Fremitus menurun
- Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup
- Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang
terkena
D. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan
pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc
yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat
yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
19
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura,
iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
20
E. Pathway
F. Klasifikasi
1. Transudat
Efusi pleura transudatif terjadi jika terdapat perubahan dalam tekanan hidrostatik
dan onkotik pada membran pleura, misalnya jumlah cairan yang dihasilkan
melebihi jumlah cairan yang dapat diabsorbsi. Pada keadaan ini, endotel pembuluh
darah paru dalam kondisi yang normal, dimana fungsi filtrasi masih normal pula
sehingga kandungan sel dan dan protein pada cairan efusi transudat lebih rendah.
Jika masalah utama yang menyebabkannya dapat diatasi maka efusi pleura dapat
sembuh tanpa adanya masalah yang lebih lanjut. Selain itu, efusi pleura transudat
juga dapat terjadi akibat migrasi cairan yang berasal dari peritoneum, bisa pula
21
iatrogenik sebagai komplikasi dari pemasangan kateter vena sentra dan pipa
nasogastrik. Penyebab-penyebab efusi pleura transudat relatif lebih sedikit yakni :
• Gagal jantung kongestif
• Hipoalbuminemia
• Sindroma nefrotik
• Dialisis peritoneal
• Miksedema
• Perikarditis konstriktif
• Fistulasi duropleura
22
2. Eksudat
Efusi pleura eksudat dihasilkan oleh berbagai proses/kondisi inflamasi dan
biasanya diperlukan evaluasi dan penanganan yang lebih luas dari efusi transudat.
Cairan eksudat dapat terbentuk sebagai akibat dari proses inflamasi paru ataupun
pleura, gangguan drainase limfatik pada rongga pleura, pergerakan cairan eksudat
dari rongga peritoneal melalui diafragma, perubahan permeabilitas membran
pleura, serta peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau kerusakan pembuluh
darah. Adapun penyebab-penyebab terbentuknya cairan eksudat antara lain :
• Parapneumonia
• Keganasan (paling sering, kanker paru atau kanker payudara, limfoma, leukemia,
sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium, kanker lambung, sarkoma serta
melanoma)
• Emboli paru
• Penyakit-penyakit jaringan ikat-pembuluh darah (artritis reumatoid, sistemic
lupus erythematosus)
• Tuberkulosis
• Pankreatitis
• Trauma
• Sindroma injuri paska-kardiak
• Perforasi esofageal
• Pleuritis akibat radiasi
• Sarkoidosis
• Infeksi jamur
• Pseudokista pankreas
• Abses intraabdominal
• Paska pembedahan pintas jatung
• Penyakit perikardial
• Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan efusi pleura)
• Sindrom hiperstimulasi ovarian
• Penyakit pleura yang diinduksi oleh obat
23
• Sindrom yellow nail (kuku kuning, limfedema, efusi pleura)
• Uremia
• Chylothorax (suatu kondisi akut dengan peningkatan kadar trigilerida pada cairan
pleura)
G. Pemeriksaaan Diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan yang menunjang adanya efusi Plaura adalah :
1. Foto Rontgen
Foto thorax dapat mengetahui adanya cairan dalam cavum plaura walaupun cairan
masih sedikit pada efusi plaura ringan. Permukaan cairan yang terdapat dalam
rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah
lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral
ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar
atau dalam paru-paru sendiri. Kadang – kadang sulit membedakan antara bayangan
cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan
foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi
gravitasi.
Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap atau
24
terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang
berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai
efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma
yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung
menunjukkan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi
subpulmonik sering terlihat sebagai bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan
dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya bisa dilihat dengan foto lateral dekubitus.
Sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata.
Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru, biasanya
lobus bawah dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus,
bisa juga mengumpul di daerah paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura
interlobaris, bisa juga terdapat secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat
sebagai kardiomegali.
Cairan seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah
sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diafragma, keadaan ini sulit
dibedakan dengan tumor paru.
Hal lain yang dapat terlihat dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di samping itu gambaran foto
dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat
jantung yang membesar, tumor, adanya densitas parenkim yang lebih keras pada
pneumonia atau abses paru.
Gambaran efusi pleura pada radiografi toraks posisi tegak sebagaimana yang lazim
diketahui adalah:
1) Penumpulan sinus kostofrenikus bila cairan >500 ml pada Foto PA, dan >200
ml pada foto lateral
2) Meniscus sign
3) Serta perselubungan luas yang mungkin disertai pendorongan jantung dan
medistinum.
25
Hal yang agak berbeda dijumpai pada posisi supine dengan ditemukannya tanda-
tanda radiologik berupa:
1) Peningkatan densitas hemitoraks yang terkena,
2) Meniscus sign
3) Hilangnya bayangan atau batas hemidiafragma
4) Berkurangnya ketajaman gambaran vaskuler di daerah basal paru
5) apical capping
6) penebalan fisura minor
Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari sifat cairan yang bergerak menyesuaikan
dengan perubahan posisi penderita. Karena berbagai kondisi, terpaksa dilakukan
posisi foto supine seperti pada penderita dengan kondisi kritis atau kesadaran
menurun, pasien tidak dapat dimobilisasi, bayi dan anak-anak dengan penyakit yang
dapat menyebabkan efusi pleura.
Gambaran efusi pleura pada foto torak posisi supine berbeda dengan gambaran pada
posisi tegak dan lateral dekubitus yang sudah lazim diketahui , sehingga diperlukan
kecermatan untuk mencegah salah diagnosis. Sementara itu, USG adalah sarana
diagnostik radiologis yang sangat tinggi akurasinya ( bisa mencapai 100% ) untuk
mencitrakan efusi pleura dengan adanya gambaran anechoic pada kavum pleura.
Hasil pemeriksaan USG sebagai standar baku emas.
Dua tanda radiologis yang sering luput dicermati sebagai tanda adanya efusi pleura
adalah penebalan fisura minor dan apical capping. Jumlah efusi menentukan
terdeteksi tidaknya pada radiografi torak. Pada posisi tegak, biasanya gambaran efusi
mulai terdeteksi ketika jumlah cairan mencapai 175 cc, sedangkan pada posisi supine
biasanya setelah mencapai 300 cc.
2. Ultra Sonografi
Untuk mengetahui lokasi cairan untuk tujuan fungsi
26
3. Torakosintesis
Suatu tindakan pengambilan cairan plaura untuk membedakan cairan tersebut
transudat, eksudat, atau pas.
4. CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan
adanya pneumonia, abses paru atau tumor
H. Komplikasi
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
27
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan
pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan
bergesernya kembali struktur mediastinal. Tekanan negatif yang
berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan
perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada
hemodinamik.
f. Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan tiga pengaruh pokok :
1) Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat
menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit
dalam tubuh
2) Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang negatif
sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih
banyak
3) Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
28
hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor patofisiolgi
dari terjadinya cairan pleura.
5. Radiasi
Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh
karena kerusakan aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa
publikasi terdapat laporan berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor
mediastinum..
29
J. Prognosis
Prognosis efusi pleura bervariasi dan bergantung dari etiologi yang mendasarinya,
derajat keparahan saat pasien masuk, serta analisa biokimia cairan pleura. Namun
demikian, pasien yang lebih dini memiliki kemungkinan lebih rendah untuk
terjadinya komplikasi. Pasien pneumonia yang disertai dengan efusi memiliki
prognosa yang lebih buruk ketimbang pasien dengan pneumonia saja. Namun
begitupun, jika efusi parapneumonia ditangani secara cepat dan tepat, biasanya
akan sembuh tanpa sekuele yang signifikan. Namun jika tidak ditangani dengan
tepat, dapat berlanjut menjadi empiema, fibrosis konstriktiva hingga sepsis. Efusi
pleura maligna merupakan pertanda prognosis yang sangat buruk, dengan median
harapan hidup 4 bulan dan rerata harapan hidup 1 tahun. Pada pria hal ini paling
sering disebabkan oleh keganasan paru, sedangkan pada wanita lebih sering karena
keganasan pada payudara. Median angka harapan hidup adalah 3-12 bulan
bergantung dari jenis keganasannya. Efusi yang lebih respon terhadap kemoterapi
seperti limfoma dan kanker payudara memiliki harapan hidup yang lebih baik
dibandingkan kanker paru dan mesotelioma. Analisa sel dan analisa biokimia
cairan pleura juga dapat menentukan prognosa. Misalnya cairan pleura dengan pH
yang lebih rendah biasanya berkaitan dengan massa keadaan tumor yang lebih
berat dan prognosa yang lebih buruk.
30
BAB IV
KESIMPULAN
31
- Hasil laboratorium :
Hb: 12,0
Leukosit : 12.500
Neutrofil segmen : 71
Monosit : 10
Hematokrit : 56
Tes Widal
- Foto thorax PA
EXPERTISE
- Posisi trakea di tengah
- Mediastinum superior tidak melebar
- Jantung tidak membesar (CTR <50%)
- Sinus costophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Sinus cardiophrenicus kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Diafragma kanan tertutup perselubungan, kiri normal
- Pulmo:
o Hilus kanan dan kiri normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah
o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kanan bawah
o Kranialisasi (-)
32
KESAN :
Effusi pleura kanan
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Interna publishing.
Jakarta. 2010; 2329-38
2. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Jilid II. FK UI. Media
Aesculapius. Jakarta. 1982; 206-8.
3. Bahar A. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S,
et al. Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 1998;
785-97.
4. Lesmana L. Efusi Pleura. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Medan. 2011
Di akses tanggal 20 mei 2016:
www.repository.ac.id
34