Anda di halaman 1dari 23

METODE BAGI DUA

(BISECTION)

HALAMAN JUDUL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Numerik
Dosen Pengampu : Nendra MS Dwipa, M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok I / Kelas 7-A4
1. Alhamdu (15144100105)
2. Muhammad Febri Fitriyanto (15144100112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Nendra MS Dwipa M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Metode
Numerik yang telah membimbing.
2. Rekan-rekan kelas 7-A4 prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI
Yogyakarata.
3. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sebagai upaya penyempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi semuanya.

Yogyakarta, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

A. Pengertian Metode Numerik ................................................................................... 3

B. Angka Bena dan Aturan Pembulatan ...................................................................... 3

C. Hampiran dan Galat ................................................................................................ 7

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 9

A. Pengertian Metode Bagi Dua atau Bisection........................................................... 9

B. Cara Penyelesaian dari Metode Bagi Dua atau Bisection ....................................... 9

C. Kelebihan dan Keterbatasan Metode Bagi Dua atau Bisection ............................. 10

BAB IV STUDI KASUS .................................................................................................. 11

BAB V KESIMPULAN .................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam ilmu bidang matematika tidak semua permasalahan matematis
atau perhitungan dapat diselesaikan dengan mudah atau dapat diselesaikan
dengan menggunakan perhitungan biasa, contohnya dalam persoalan yang
melibatkan model matematika. Seringkali model matematika tersebut muncul
dalam bentuk yang tidak idealis atau rumit dan tidak dapat diselesaikan
dengan metode analitik yang sudah umum digunkan untuk mendapatkan
solusinya. Metode analitik seringkali hanya unggul untuk sejumlah persoalan
yang memilki tafsiran geometri sederhana, padahal persoalan yang muncul
dalam duania nyata sering melibatkan bentuk dan proses yang rumit.
Akibatnya nilai praktis penyelesaian metode analitik menjadi terbatas. Bila
metode analitik tidak dapat lagi diterapkan, maka solusi persoalan sebenarnya
dapat dicari dengan metode numerik.
Metode numerik adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
merumuskan masalah matematika agar dapat diselesaikan hanya dengan
operasi hitungan, yang terdiri dari operasi tambah, kurang, kali dan bagi.
Walaupun terdapat berbagai ragam metode numerik, semuanya mempunyai
satu ciri bersama yakni mencakup sejumlah bersar perhitungan. Penyelesaian
suatu masalah matematika secara umum dapat diklasifikasikan atas analisis
yaitu penyelesaian yang dihasilkan akan memenuhi berupa hampiran, dan
secara simulasi yaitu bila mana secara analitis dan numerik tidak bisa
dilakukan.
Dalam metode numerik terdapat perhitungan secara iterasi yaitu dengan
melakukan perhitungan berdasarkan dari perhitungan sebelumnya, dimulai
dari aproksima solusi yang sebenarnya. Bila perhitungan iterasi tersebut
konvergen, maka hasil aproksima akan mendekati nilai eksak sesuai dengan
ketelitian yang diinginkan, adapun salah satu metode iterasi yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah matematika yaitu metode bagi dua (Bisection).
Metode bagi dua adalah algoritma pencarian akar pada sebuah interval.
Interval tersebut membagi dua bagian, lalu memilih dari dua bagian ini dipilih
bagian mana yang mengandung akar dan bagian dan tidak mengandung akar
dibuang. Hal ini dilakukan berulang-ulang sehingga memperoleh akar
persamaan atau mendekati akar persamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode bagi dua (Bisection)?
2. Bagaimana contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode bagi
dua (Bisection)?
3. Apa kelebihan dan keterbatasan dari metode bagi dua (Bisection)?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian metode numerik bagi dua (Bisection).
2. Mengetahui contoh dan penyelesaian dengan menggunakan metode bagi
dua (Bisection).
3. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan dari metode bagi dua (Bisection).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Numerik


Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan menggunakan
opersi hitungan yaitu tambah (+), kurang (-), kali (x), dan bagi (/).
B. Angka Bena dan Aturan Pembulatan
1. Angka Bena
a. Pengertian Angka Bena
Angka bena (Significant figure) disebut sebagai angka penting
atau angka siginifikan adalah jumlah angka yang digunakan sebagai
batas minimal tingkat keyakinan. Angka bena terdiri dari angka pasti
dan angka taksiran. Angka taksiran terletak pada akhir angka
signifikan.
b. Aturan-Aturan Angka Bena
1) Setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan adalah angka
bena.
Contoh:
Bilangan 14,256 → 5 angka bena
2) Setiap angka nol yang terletak diantara angka-angka bukan nol
adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 7000,2003 → 8 angka bena
3) Angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol yang
terakhir dan dibelakang tanda desimal adalah angka bena.
Contoh:
Bilangan 23,50000 → 4 angka bena
4) Angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol yang
terakhir dan tanpa tanda desimal bukan angka bena.
Contoh:
Bilangan 3500000 → 2 angka bena
5) Angka nol yang terletak didepan angka bukan nol yang pertama
bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 0,1764 → 4 angka bena
6) Semua angka nol yang tereltak dibelakang angka bukan nol
yang terakhir, dan terletak didepan tanda desimal merupakan
angka bena.
Contoh:
Bilangan 7000, → 5 angka bena
7) Untuk menunjukan jumlah angka bena, kita dapat memberi
tanda pada angka yang merupakan batas angka bena dengan
garis bawah, garis atas, atau cetak tebal.
Contoh:
1256 → 4 angka signifikan
1256 → 3 angka signifikan
c. Penulisan Angka Bena dalam Notasi Ilmiah
Bentuk umum notasi ilmiah adalah 𝑎 𝑥 10𝑛 , dengan 𝑎 adalah
bilangan rill yang memenuhi 1 ≤ |𝑎| < 10 dan 𝑛 adalah bilangan
bulat.
Contoh:
1) 4,3132 𝑥 101 → 5 angka siginifikan
2) 1,764 𝑥 10−1 → 4 angka siginifikan
3) 1,2 𝑥 10−6 → 2 angka siginifikan
4) 2,78300 𝑥 102 → 6 angka siginifikan
2. Aturan Pembulatan
Pembulatan suatu bilangan berarti menyimpan angka bena dan
membuang bukan angka bena dengan mengikuti aturan-aturan sebagia
berikut.
a. Tandai bilangan yang termasuk angka signifikan dan angka tidak
signifikan.
Contoh:
Empat angka bena dari bilangan 16,7321 adalah 16,73 (angka bena)
dan 21 (bukan angka bena).
b. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih besar dari 5, maka
digit terakhir dari angka bena ditambah 1 selanjutnya buang angka
bena.
Contoh:
Jika bilangan 23,472 dibulatkan menjadi 3 angka signifikan, maka
ditulis menjadi 23,5.
c. Jika digit pertama dari bukan angka bena lebih kecil dari 5, maka
buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 23, 674 dibulatkan menjadi 4 angka siginifikan, maka
ditulis menjadi 23,67.
d. Jika digit pertama dari bilangan bukan bena sama dengan 5, maka:
1) Jika digit terakhir dari angka signifikan ganjil, maka digit
terakhir angka signifikan ditambah 1 selajutnya buang angka
tidak signifikan.
Contoh:
Jika bilangan 37,759 dibulatkan menjadi 3 angka bena maka
ditulis menjadi 37,8.
2) Jika digit terakhir dari angka bena merupakan bilangan genap,
maka buang bukan angka bena.
Contoh:
Jika bilangan 79,859 dibulatkan menjadi 3 angka bena maka
ditulis menjadi 79,8.
3. Aturan- Aturan pada Operasi Aritmatika Angka Bena.
Dalam operasi perhitungan dengan menggunakan operasi aritmatik
angka bena ada suatu aturan umum yang harus diikuti yaitu:
a. Penjumlah dan pengurangan
“Hasil penjumlahan atau pengurangan hanya boleh mempunyai
angka dibelakang koma sebanyak angka dibelakang koma yang
paling sedikit pada bilangan-bilangan yang dilakukan pada operasi
penjumlahan atau pengurangan.”
Contoh:
2,34 + 0,345 = 2,685 (dibulatkan menjadi 2,68)
34,31 + 2,165 = 36,475 (dibulatkan menjadi 36,48)
b. Pekalian dan Pembagian
“Hasil perkalian atau pembagian hanya boleh mempunyai angka
bena sebanyak bilangan dengan angka bena paling sedikit.”
Contoh:
(32,1 x 1,234) : 1,2 = 33,0095
Bilangan yang mempunyai angka signifikan paling sedikit adalah 1,2
(2 angka signifikan).
Jadi, hasil perkalian dan pembagian diatas dibulatkan menjadi 33 (2
angka signifikan).
c. Kombinasi Pekalian dan/atau pembagian dengan penjumlahan
dan/atau pengurangan.
Jika terdapat kombinasi operasi aritmatika seperti:

𝑃𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢 ± 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛
{ } { }
Atau

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 /: 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
{ } { }
Maka hasil operasi aritmatika didalam kurung harus dibulatkan
terlebih dahulu sebelum melakukan operasi selajutnya.
Contoh:
Selesaikan
[15,2 𝑥 (2,8 𝑥 10−4 )] + [(8,456 𝑥 10−4 ) + 0,177]
[4,256 𝑥 10−3 ] + [4,7774011 . . 𝑥 10−3 ]
Bulatkan besaran-besaran didalam kurang
[4,3 𝑥 10−3 ] + [4,78 𝑥 10−3 ]
9,08 𝑥 10−3 bulatkan 9,1 𝑥 10−3

C. Hampiran dan Galat


Hampiran, pendekatan, atau aproksimasi didefinisikan sebagai nilai yang
mendekati solusi sejati. Galat atau kesalahan (error) sebenarnya (ɛ),
didefinisikan sebagai selisih solusi sejati ( x 0 ) dengan solusi hampiran (x ) .

  x0  x
Galat atau kesalahan (error) relatif sebenarnya ( r ) didefinisikan sebagai

perbandingan antara kesalahan sebenarnya (ɛ) dengan solusi sejati ( x 0 ) .


r   100%
x0
Contoh:
Misal hasil pengukuran panjang sebuah jembatan dan paku masing-masing
adalah 9,999 cm dan 9 cm. Jika ukuran panjang sebenarnya adalah 10.000 cm
dan 10 cm tentukan:
a. Kesalahan sebenarnya
b. Kesalahan relatif untuk setiap kasus
Penyelesaian.
a. Kesalahan sebenarnya (ɛ) pada pengukuran jembatan
  10.000  9,999  1 cm
Kesalahan sebenarnya (ɛ) pada pengukuran paku
  10  9  1 cm
b. Kesalahan relatif sebenarnya (ɛ) pada pengukuran jembatan adalah
 1
r  100%  100%  0,01%
x0 10.000
Kesalahan relatif sebenarnya (ɛ) pada pengukuran paku adalah
 1
r  100%  100%  10%
x0 10
Dalam dunia nyata, kita jarang mendapatkan informasi mengenai ukuran
yang sebenarnya dari suatu benda. Cara untuk mengatasi hal ini adalah
dengan cara membandingkan kesalahan sebenarnya (ɛ) dengan solusi
hampiran (x ) untuk mendapatkan nilai kesalahan relatif hampiran yaitu

 rh  100%
x
Akan tetapi kita tetap masih menghadapi kendala, karena nilai kesalahan
(ɛ) sebenarnya membutuhkan informasi tentang solusi sejati ( x0 ) . Oleh
karena itu kita hitung nilai kesalahan relatif hampiran dengan
membandingkan antara selisih literasi sekarang dengan literasi sebelumnya
terhadap nilai literasi sekarang yaitu:
x r 1  x r
 rh  100%
x r 1

Batas toleransi kesalahan ( s ) ditentukan oleh jumlah angka bena yang

akan kita gunakan. Hubungan antara toleransi kesalahan ( s ) dari angka


signifikan (n) adalah
 s  (0,5 102  n)%
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Bagi Dua atau Bisection


Metode Bisection disebut juga metode pembagian interval atau metode
Bolzano adalah metode yang digunakan untuk mencari akar-akar persamaan
non linear melalui proses iterasi.

B. Cara Penyelesaian dari Metode Bagi Dua atau Bisection


Algoritma untuk metode bisection:
1. Misalkan f (x) kontinu diantara a dan b dimana a  b dan
f (a). f (b)  0 .
ab
2. Pada interval [a, b] cari titik tengah yaitu x i , dengan rumus .
2
3. Bila f ( xi )  0 maka xi merupakan akar, sebaliknya bila f ( xi ). f (b)  0

maka a  xi . Atau bila f (a). f ( xi )  0 maka b  xi .

4. Ulangi literasi hingga didapat f ( xi )  0 atau f ( xi )   (suatu bilangan

positif yang cukup kecil sebagai toleransi).


Contoh Soal:
Carilah akar dari f ( x)  x 3  3x  5 yang ada dalam interval [a  1, b  2]
dengan   0,001 !
Jawab.
I a b xi f (a ) f (b ) f ( xi )
1 1 2 1,5 -1 9 2,875
2 1 1,5 1,25 -1 2,875 0,703125
3 1 1,25 1,125 -1 0,703125 -0,201171875
4 1,125 1,25 1,1875 -0,201171875 0,703125 0,2370605546
875
5 1,125 1,187 1,1562 -0,201171875 0,237060546875 0,0145568847
5 5 65625
6 1,125 1,156 1,1406 -0,201171875 0,014556884765 -
25 25 6 0,0941429138
183594
7 1,140 1,156 1,1484 - 0,014556884765 -
625 25 375 0,09414291381835 62 0,0400032997
131348
8 1,148 1,156 1,1523 -04000329971313 0,014556884765 -
4375 25 4375 62 0,0127759575
843811
9 1,152 1,156 1,1542 -0,0127759575843 0,014556884765 0,0008772537
34375 25 96875 6 11223

Jadi, akarnya adalah 1,154296875 atau 1,124297.

C. Kelebihan dan Keterbatasan Metode Bagi Dua atau Bisection


Kelebihan metode bagi dua atau bisection yaitu:
1. Metode sederhana
2. Proses iterasinya lebih cepat dari metode tabulasi
Metode bagi dua atau bisection juga memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Jika fungsi f(x) mempunyai beberapa akar (titik) penyelesaian, akar-akar
penyelesaian tersebut tidak dapat dicari secara langsung atau secara
bersamaan.
2. Tidak dapat mencari akar kompleks (imajiner)
3. Proses iterasinya masih tergolong lambat.
BAB IV
STUDI KASUS

Penerapan Metode Biseksi Dalam Analisis Titik Pulang Pokok (Break Even)
pada Industri Rumah Tangga
Praktek rekayasa di bidang ekonomi baik yang mensyaratkan bahwa
semua proyek, produksi, dan perencanaan harus didekati dengan cara yang biaya
yang efektif. Seorang ilmuwan yang terlatih baik haruslah menguasai analisa
biaya. Masalah ini dinamakan ”masalah pulang-pokok”. Masalah ini
dipergunakan untuk menentukan titik pada mana dua pilihan alternatif setara.
Pilihan-pilihan demikian dihadapi dalam semua bidang rekayasa. Walaupun
terlihat sederhana namun akan sangat rumit apabila masalah tersebut tidak
dapat diselesaikan secara analitis atau manual. Salah satu alternatif
penyelesaian masalah ini adalah dengan metode numerik. Berikut salah satu
contoh penerapan Metode Bagi-Dua dalam penyelesaian ”masalah pulang-
pokok”
Tabel 3.1 Biaya dan keuntungan untuk dua komputer pribadi. Tanda
negatif menunjukkan biaya atau kerugian, sedangkan tanda positif
menunjukkan keuntungan.
Komputer
Pentium AMD
Biaya pembelian -3000 -10000
Bertambahnya biaya perawatan/tahun, -2000 -50
$/tahun/tahun
Keuntungan dan kenikmatan tahunan, $/tahun 1000 4000

Asumsi seorang karyawan X sedang mempertimbangkan untuk membeli


salah satu dari dua komputer pribadi ”Pentium” dan ”AMD”. Taksiran biaya
dan keuntungan untuk tiap komputer ditunjukkan pada tabel 3.1. Jika saat
ini dana dapat dipinjam dengan tingkat bunga 20% (𝑖 = 0,20), berapa lama
mesin-mesin harus dimiliki sehingga mesin-mesin tersebut akan mempunyai
nilai setara? Dengan kata lain, berapa lama titik pulang-pokoknya jika diukur
dalam tahun?
Seperti umumnya dalam masalah ekonomi, X mempunyai suatu
campuran biaya sekarang dan mendatang. Misalnya, pembelian mesin Pentium
menyangkut pengeluaran awal $3000. Selain dari biaya pengeluaran satu kali
ini harus pula dikeluarkan uang setiap tahun untuk merawat mesin. Karena
biaya yang demikian cenderung bertambah seiring dengan makin tuanya
komputer, maka biaya perawatan dianggap bertambah secara linier terhadap
waktu. Misalnya setelah 10 tahun diperlukan $2000 tiap tahun untuk
menjaga agar mesin dalam kondisi kerja. Akhirnya di samping biaya-biaya
tersebut, X akan juga akan menarik manfaat dengan memiliki komputer
tersebut. Keuntungan tahunan dan kenikmatan yang diperoleh dari Pentium
dicirikan oleh suatu pendapatan tahunan sebesar $1000 tiap tahun.
Agar dapat mempertimbangkan dua pilihan ini, biaya-biaya ini harus
dikonversi ke ukuran yang dapat dibandingkan. Satu cara untuk melakukan
ini adalah dengan mengungkapkan semua biaya individual sebagai pembayaran
tahunan yang setara, yakni nilai dollar tahunan yang setara selama rentang
hidup komputer. Keuntungan dan kenikmatan tahunan sudah dalam bentuk
ini. Rumus ekonomi tersedia untuk mengungkapkan biaya-biaya
pembelian dan perawatan dengan cara yang serupa. Misalnya, biaya
pembelian awal dapat ditransformasikan ke dalam serangkaian
pembayaran tahunan seragam dengan rumus
𝑖(1 + 𝑖)𝑛
𝐴𝑝 = 𝑃 (3.1)
(1 + 𝑖)𝑛 − 1

Keterangan:
𝐴𝑝 = Besar pembayaran tahunan
𝑃 = Biaya pembelian
𝑖 = Tingkat bunga
𝑛 = Banyaknya tahun
Yang artinya bahwa X bersedia meminjam uang sejumlah untuk membeli
komputer dan setuju untuk mengembalikannya dalam n pembayaran tahunan
dengan suku bunga i. Misalnya, pembayaran awal untuk Pentium adalah $-3000,
dimana tanda negative menunjukkan kerugian bagi X. Jika tingkat bunga adaah
20% (𝑖 = 0,20), maka

0,2(1,2)𝑛
𝐴𝑝 = −3000 (3.2)
(1,2)𝑛 − 1
Misal jika pembayaran awal harus disebar selama 10 tahun (n = 10),
maka rumus ini dapat dipakai untuk menghitung bahwa pembayaran tahunan
yang setara adalah $-715,57 tiap tahun.
Di bidang ekonomi, pembayaran/biaya perawatan yang bertambah pada
suatu laju konstanta G menurut pertambahan waktu dinamakan dinamakan
deret hitung gradien. Konversi deret yang demikian menjadi laju tahunan
dapat dilaksanakan dengan rumus ekonomi

1 𝑛
𝐴𝑚 = 𝐺 [ − ] (3.3)
𝑖 (1 + 𝑖)𝑛 − 1
Dimana adalah laju hitung pertambahan perawatan [1]. Persamaan
(3.3) mentransformasikan biaya perawatan yang terus meningkat ke dalam
serangkaian pembayaran tahunan tetap yang setara. Persamaan-persamaan ini
dapat digabungkan untuk mengungkapkan nilai tiap komputer dalam bentuk
serangkaian pembayaran yang seragam. Misalnya untuk Pentium, dari persamaan
(3.2) dan (3.3) diperoleh

0,2(1,2)𝑛 1 𝑛
𝐴𝑖 = −3000 𝑛
− 200 [ − ] + 1000 (3.4)
(1,2) − 1 0,2 (1,2)𝑛 − 1
Harga total = - biaya pembelian – biaya pemeliharaan + keuntungan/laba dimana
𝐴𝑖 menyatakan nilai total tahunan. Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi

−600(1,2)𝑛 200𝑛
𝐴𝑖 = 𝑛
+ (3.5)
(1,2) − 1 1, 2𝑛 − 1
Dengan mensubstitusikan n=2 ke dalam persamaan (3.5) akan memberikan
hasil yang jika X memutuskan untuk membuang Pentium setelah
memilikinya selama hanya 2 tahun, maka X akan menghabiskan biaya
sebesar $1055 tiap tahun. Jika komputer dibuang setelah 10 tahun (n=10),
persamaan (3.5) memberi indikasi bahwa biayanya akan sebesar $30 tiap tahun.
Serupa untuk AMD, berdasar persamaan (3.4), persamaan untuk nilai
tahunan dapat dikembangkan seperti dalam

−2000(1,2)𝑛 50𝑛
𝐴𝑖 = 𝑛
+ + 3750 (3.6)
(1,2) − 1 1, 2𝑛 − 1
Nilai-nilai untuk persamaan (3.6) untuk n = 2 dan n = 10 adalah $-2568 dan
$+1461 tiap tahun. Jadi walaupun AMD lebih mahal berdasarkan jangka pendek,
jika dimiliki cukup lama, tidak hanya akan lebih hemat biaya tetapi sebenarnya
akan menghasilkan uang untuk X. Identifikasi titik tempat dua komputer
mempunyai nilai setara menunjukkan kapan Pentium menjadi pilihan yang
lebih baik. Secara grafis, titik tersebut berpadanan dengan perpotongan dua
kurva dalam Gambar 3.1

Dari sudut matematis, titik pulang-pokok (titik impas – break even)


adalah nilai n dimana persamaan (3.5) dan (3.6) setara, yaitu

−600(1,2)𝑛 200𝑛 −2000(1,2)𝑛 50𝑛


𝑛
+ 𝑛
= 𝑛
+ + 3750 (3.7)
(1,2) − 1 1, 2 − 1 (1,2) − 1 1, 2𝑛 − 1
Dengan membawa semua suku persamaan ini ke satu ruas, persamaan (3.7)
direduksi menjadi pencarian akar dari

−1400(1,2)𝑛 150𝑛
𝑓(𝑛) = 𝑛
+ + 3750 (3.8)
(1,2) − 1 1, 2𝑛 − 1
Akar-akar persamaan (3.8) tidak dapat ditentukan secara analitis. Di
lain pihak pembayaran tahunan yang setara mudah dihitung untuk suatu n
yang diberikan. Jadi, masalah ini menciptakan kebutuhan untuk pendekatan
numerik.

Penyelesaian dengan Metode Bagi-Dua (Bisection)


Akar-akar persamaan (3.8) dapat dihitung dengan salah satu metode
numerik yang cukup dikenal yaitu Metode Bagi-Dua, yang pendekatannya
dapat diterapkan dengan usaha yang minimal. Berdasarkan Gambar 3.1
diketahui bahwa akarnya berada antara 𝑛 = 2 dan 𝑛 = 10. Nilai-nilai ini
menyediakan nilai-nilai pemulai untuk Metode Bagi Dua.
Ambil 𝑎 = 2, 𝑏 = 10 dan epsilon = 0.001. Berdasarkan (3.8) maka
Itersi 1
𝑎=2 −1400(1,2)2 150 (2)
𝑓(𝑎) = + + 3750 = −1513,63 < 0
(1,2)2 − 1 1, 22 − 1

𝑏 = 10 −1400(1,2)10 150 (10)


𝑓(𝑏) = + + 3750 = 1791,42 > 0
(1,2)10 − 1 1, 210 − 1
2+10
𝑐= =6 −1400(1,2)6 150 (6)
2 𝑓(𝑐) = + + 3750 = 1191,88 > 0
(1,2)6 − 1 1, 26 − 1

Sehingga, 𝑓(𝑎). 𝑓(𝑐) = (−1513,63)(1191,88) < 0


Berarti 𝑏 = 𝑐,atau ujung kanan selang digeser menjadi 𝑏 = 6
𝑎+𝑏 2+6
𝑐𝑏𝑎𝑟𝑢 = = = 4 dan 𝑏 − 𝑎 = 6 − 2 = 4 ≤ 0,001
2 2
Iterasi 2
𝑎=2 −1400(1,2)2 150 (2)
𝑓(𝑎) = + + 3750 = −1513,63 < 0
(1,2)2 − 1 1, 22 − 1

𝑏=6 −1400(1,2)6 150 (10)


𝑓(𝑏) = + + 3750 = 1191,88 > 0
(1,2)6 − 1 1, 26 − 1
2+6
𝑐= =4 −1400(1,2)4 150 (4)
2 𝑓(𝑐) = + + 3750 = 487,1 > 0
(1,2)4 − 1 1, 24 − 1

Sehingga, 𝑓(𝑎). 𝑓(𝑐) = (−1513,63)(487,1) < 0


Berarti 𝑏 = 𝑐,atau ujung kanan selang digeser menjadi 𝑏 = 4
𝑎+𝑏 2+4
𝑐𝑏𝑎𝑟𝑢 = = = 3 dan 𝑏 − 𝑏 = 4 − 2 = 2 ≤ 0,001
2 2

Iterasi 3
𝑏=2 −1400(1,2)2 150 (2)
𝑏(𝑏) = + + 3750 = −1513,63 < 0
(1,2)2 − 1 1, 22 − 1
𝑏=4 −1400(1,2)4 150 (10)
𝑏(𝑏) = + + 3750 = 487,1 > 0
(1,2)4 − 1 1, 24 − 1
2+4
𝑏= =3 −1400(1,2)3 150 (3)
2 𝑏(𝑏) = + + 3750 = −191,2 < 0
(1,2)3 − 1 1, 23 − 1

Sehingga, 𝑏(𝑏). 𝑏(𝑏) = (−1513,63)(−191,2) > 0


Berarti 𝑏 = 𝑏,atau ujung kanan selang digeser menjadi 𝑏 = 3
𝑏+𝑏 3+4
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = = = 3,5 dan 𝑏 − 𝑏 = 4 − 3 = 1 ≤ 0,001
2 2

Iterasi 4
𝑏=2 −1400(1,2)3 150 (3)
𝑏(𝑏) = + + 3750 = −191,2 < 0
(1,2)3 − 1 1, 23 − 1
𝑏=4 −1400(1,2)4 150 (10)
𝑏(𝑏) = + + 3750 = 487,1 > 0
(1,2)4 − 1 1, 24 − 1
3+4
𝑏= = 3,5 −1400(1,2)3,5 150 (3,5)
2 𝑏(𝑏) = + + 3750 = 2072,65 > 0
(1,2)3,5 − 1 1, 23,5 − 1

Sehingga, 𝑏(𝑏). 𝑏(𝑏) = (−191)(2072,65) < 0


Berarti 𝑏 = 𝑏,atau ujung kanan selang digeser menjadi 𝑏 = 3,5
𝑏+𝑏 3+3,5
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = = = 3,25 dan 𝑏 − 𝑏 = 3,5 − 3 = 0,5 ≤ 0,001
2 2

Pembagiduaan selang dapat diulang sampai 18 iterasi untuk memberikan suatu


hasil hampiran yang halus/akurat dengan epsilon sebesar 0,001. Titik pulang-
pokok terjadi pada 𝑏 = 3,23 tahun. Hasil ini dapat diperiksa dengan
mensubstitusi kembali ke persamaan (3.8) bahwa 𝑏(3,23) ≅ 0.
Pensubstitusian 𝑏 = 3,23 ke dalam persamaan (3.5) atau persamaan (3.6) akan
memberikan hasil bahwa pada titik pulang-pokok kedua komputer tersebut
memerlukan biaya sekitar $542 tiap tahun. Di luar titik ini AMD mejadi akan
lebih hemat biaya. Akibatnya jika X bermaksud memiliki mesin komputer selama
lebih dari 3,23 tahun, maka lebih baik membeli AMD.
BAB V
KESIMPULAN

Metode Bisection disebut juga metode pembagian interval atau metode


Bolzano adalah metode yang digunakan untuk mencari akar-akar persamaan
non linear melalui proses iterasi.
Algoritma untuk metode bisection:
1. Misalkan f (x) kontinu diantara a dan b dimana a  b dan
f (a). f (b)  0 .

ab
2. Pada interval [a, b] cari titik tengah yaitu x i , dengan rumus .
2

3. Bila
f ( xi )  0 maka xi merupakan akar, sebaliknya bila f ( xi ). f (b)  0

maka
a  xi . Atau bila f (a). f ( xi )  0 maka b  xi .

4. Ulangi literasi hingga didapat f ( xi )  0 atau f ( xi )   (suatu bilangan

positif yang cukup kecil sebagai toleransi).


Kelebihan metode bagi dua atau bisection yaitu metode sederhana dan
proses iterasinya lebih cepat dari metode tabulasi. Sedangkan keterbatasan,
metode bagi dua atau bisection yaitu jika fungsi f(x) mempunyai beberapa
akar (titik) penyelesaian, akar-akar penyelesaian tersebut tidak dapat dicari
secara langsung atau secara bersamaan. Selain itu metode bagi dua atau
bisection tidak dapat mencari akar kompleks (imajiner) dan proses iterasinya
masih tergolong lambat.
DAFTAR PUSTAKA

Nur Isnani. 2006. “Penerapan Metode Bagi-Dua (Bisection) pada Analisis


Peluang Pokok (Break Even)” dalam Jurnal Seminar Nasional MIPA.
Salusu. A. 2008. Metode Numerik. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai