Kanker
Kanker
Kanker
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa
khususnya mahasiswa S1 Keperawatan mampu memahami dan menerapkan
konsep dasar dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
kulit.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyususunan makalah ini adalah agar mahasiswa
lebih mengetahui dan memahami:
1.3.2.1 Konsep dasar penyakit kanker kulit
1.3.2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan kanker kulit
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Kanker kulit memiliki tiga tipe utama yaitu Karsinoma Sel basal,
Karsinoma Sel Skuamosa dan Melanoma Maligna. Karsinoma Sel Basal
menempati urutan pertama, diikuti Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma
Maligna pada urutan ketiga. Walaupun jumlah insiden Melanoma Maligna lebih
kecil dibanding Karsinoma Sel Basal dan Karsinoma Sel Skuamosa, angka
kematian yang disebabkannya cenderung lebih besar yaitu menyebabkan 75%
kematian akibat kanker kulit. Di Australia, yang merupakan salah satu negara
3
dengan insiden kanker kulit tertinggi di dunia, dilaporkan terjadi insiden kanker
kulit empat kali lipat lebih tinggi dibanding Amerika Serikat, Inggris, dan
Kanada. Melanoma merupakan jenis kanker kulit dengan insiden tertinggi pada
umur 15-44 tahun di Australia.
3. Klasifikasi
Tipe kanker kulit yang paling sering ditemukan adalah adalah karsinoma sel
basal, karsinoma sel skuamosa (epidermoid), dan melanoma maligna.
1) Karsinoma sel basal tumbuh dari lapisan sel basal pada epidermis atau
folikel rambut. Penyakit kanker ini merupakan penyakit tipe kanker yang
paling sering ditemukan. Umumnya karsinoma sel basal tumbuh di daerah
tubuh yang terpajan sinar matahari dan lebih prevalen pada kawasan tempat
populasi penduduk mengalami pajanan sinar matahari yang intensif serta
ektensif. Umumnya, karsinoma ini merupakan keganasan lokal, tetapi
dapat menginvasi jaringan bawah kulit seperti fascia, otot dan tulang. Ada
berbagai subtipe, tetapi jenis nodular ulseratif (ulcus rodens) yang paling
sering ditemukan dan destruktif terhadap jaringan sekitarnya.
2) Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi malignan yang timbul dari
dalam epidermis. Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena
sinar matahari,karsinoma ini dapat pula timbul pada kulit yang normal atau
lesi kulit yang sudah ada sebelumnya. Penyakit kanker ini merupakan
permasalahan yang lebih gawat daripada karsinoma sel basal karena sifatnya
yang sungguh-sungguh invasive dengan mengadakan metastase lewat
system limfatik dan aliran darah. Karsinoma sel squamosa bisa tumbuh
dimana saja, baik di kulit maupun selaput lendir dengan epitel squamosa.
Ada dua tipe yaitu tipe ulseratif yang menimbulkan ulkus (tukak) dan tipe
papiler yang menonjol di atas kulit seperti kembang kol. Tumbuhnya
invasive dan bermetastase kelenjar limfe regional. Timbulnya kanker jenis
ini dikaitkan dengan seringnya kulit terpapar sinar matahari, radang
menahun pada kulit, kelainan pada kulit seperti keratosis solaris (pra
kanker) dan adanya jaringan parut(keloid) pada kulit. Umumnya, kanker ini
menyerang laki-laki maupun wanita yang berusia 40 – 60 tahun dengan
4
lokasi tumbuhnya di ekstremitas (lengan dan tungkai), genitalia (alat
kelamin), bibir bawah, hidung, telinga, pipi dan daerah mukokutan.
3) Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya
melanosit (sel-sel pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan
kadang-kadang sel-sel subkutan). Melanoma maligna merupakan jenis
kanker kulit yang paling mematikan dan menyebabkan sekitar 2% dari
kematian karena kanker. Kanker ini cepat menyebar ke kelenjar getah
bening regional atau terbawa aliran limfe sehingga bermetastase jauh ke
tempat lainnya. Awalnya berasal dari pembentukan pigmen (melanosit)
pada epidermis kulit dan seperlimanya berasal dari tahi lalat (naevus
pigmentosus) yang berubah menjadi ganas. Bisa ditemukan pada anak-anak
sampai orang tua. Penyebabnya bisa genetik, lingkunagn yang bersifat
mutagen atau kumulasi sinar ultra violet. Tanda spesifik pada melanoma
malignum adalah bentuk tumor yang tidak simetris, batas tidak teratur,
dalam satu lesi warnanya bermacam-macam, diameter tumor lebih besar
dari 6 mm dan lesi dapat diperhatikan sendiri oleh penderitanya.
Manifestasi Klinis dari melanoma maligna :
(1) Melanoma dengan penyebaran superfisial merupakan bentuk
melanoma yang paling sering ditemukan. Biasanya jenis melanoma
ini mengenai orang yang berusia pertengahan dan paling sering
terjadi pada batang tubuh serta ekstermitas bawah. Lesi cenderung
sirkuler dengan bagian luar yang tidak teratur. Tepi lesi bisa datar
atau menonjol dan dapat diraba.
(2) Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigmen yang tumbuh
dengan lambat pada daerah kulit yang terbuka, khususnya
permukaan dorsal tangan, kepala dan leher pada orang yang berusia
lanjut.
(3) Melanoma noduler, merupakan tipe melaoma paling sering kedua,
merupakan nodul yang berbentuk sferis dan merupakan blueberry
dengan permukaan yang relatif licin serta berwarna biru-hitam yang
seragam. Melanoma nouler akan menginvasi langsung ke dalam
5
lapisan dermis di dekatnya (pertumbuhan vertikal) dan memiliki
prognosis yang lebih buruk.
(4) Melanoma akral-lentiginosa merupakan bentuk melanoma yang
terdapat di daerah yang tidak terlalu terpajan sinar matahari dan
tidak terdapat folikel rambut. Terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, dasar kuki dan membran mukosa orang yang berkulit gelap.
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan
melanoma maligna dalam 6 stadium yaitu:
(1) Stadium I
Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
(2) Stadium II
Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
(3) Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
(4) Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
(5) Stadium V
Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
(6) Stadium VI
Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan,
pleomorfi dengan kromatin kasar. Setiap sel mengandung butir
melanin. Sel berkelompok atau bergerombol. Pada dermis ditemukan
infiltrate limfosit atau makrofag yang mengandung melanin.
Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang
digunakan dalam stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu
sebagai berikut:
(1) Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh
atau ke kelenjar limfe regional.
(2) Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe
regional
6
(3) Stadium III
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
4. Etiologi
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun
ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit
yaitu:
1) Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari
maupun dari sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada
tidaknya pelindung kulit baik dengan pakaian atau krim anti matahari,
semuanya berpengaruh terhadap terjadinya kanker kulit.
2) Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit
daripada orang yang memiliki kulit lebih gelap. Hal ini dikarenakan jumlah
pigmen melanin pada orang kulit putih lebih sedikit. Kadar melanin yang
tinggi bisa melindungi kulit dari paparan berbahaya sinar matahari, sehingga
mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun, orang-orang yang memiliki
kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun jumlahnya cenderung
lebih kecil.
3) Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini
dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit. Namun, dalam banyak
kasus paparan dalam jangka panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker
kulit. Gen pembawa kanker atau tumor sudah dimiliki hampir seluruh orang
sejak lahir. Namun dengan ‘bantuan’ zat atau bahan karsinogen terjadi
mutasi sel dan menimbulkan kanker atau tumor. Akhir-akhir ini, para
peneliti di University of Pittsburg Cancer Institute di Amerika telah
memukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit diantaranya
adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al, 2002).
4) Genetik/Faktor Keturunan
7
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap
munculnya kanker kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena
kanker kulit, maka risiko terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang
lain juga akan meningkat
5) Pasien yang mendapat pengobatan untuk menekan reaksi imun
(imunosupresif) sehingga reaksi imun melemah. Daya tahan kulit menurun
akibat lemahnya system imun akan lebih mudah terjadi kanker kulit jika
terkena sinar ultra violet.
6) Terbentuknya sikatrik yang meluas akibat luka yang meradang, luka bakar
atau luka tersiram air panas.
7) Pada melanoma malignan ada keluarga yang menderita kanker kulit,
meningkatkan resiko 200 kali lipat terkena kanker ini.
8) Terjadinya melanostik nevi berhubungan dengan kelainan genetic atau
lingkungan. Jumlah tahi lalat/nevi yang berkaitan dengan jumlah paparan
sinar matahari pada anak-anak dan adanya efek genetic tertentu.
5. Patofisiologi
Paparan sinar matahari yang lama, maupun sinar X, bahan-bahan kimia
serta faktor lain sebagai pemicu kanker kulit, awalnya memberikan efek
terhadap perubahan pigmen kulit (pigmentasi), warna kulit menjadi merah
bahkan berlanjut hingga kehitaman. Hal ini akan menyebabkan kematian sel-sel
jaringan kulit permukaan sekitar dan mendorong tumbuhnya sel-sel jaringan
kulit yang abnormal. Pertumbuhan nyang tidak wajar dan terkontrol ini akan
terus berlanjut serta menunjukkan manifestasi klinisnya sebagai sebuah kanker
kulit.
6. Pathway
Pathway terlampir.
7. Gejala Klinis
Secara umum kanker kulit ini memperlihatkan gejala awal sebagai berikut:
8
1) Pertumbuhan lesi yang lebih cepat pada suatu saat dibanding dengan
pertumbuhan sebelumnya.
2) Terjadi perubahan warna dengan berbagai macam variasi.
3) Permukaan lesi berubah, seperti menjadi kasar, mencekung atau
berkeropeng.
4) Mudah berdarah.
5) Rasa gatal dan nyeri yang mengganggu.
6) Timbul luka pada permukaan lesi.
8. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) Laboratorium test dan Cuci darah
Test lab dan pemeriksaan darah membantu mendiagnosa kanker.
Sebagian malignasi dapat merubah komposisi atau status hematologic.
2) Biopsy jaringan
Hasil biopsy memastikan diagnosis melanoma. Spesimen biopsy yang
diperoleh dengan cara eksisimengungkapkan informasi histologik mengenai
tipe, taraf invas dan ketebalan lesi. Biopsy insisi harus dilakukan jika lesi
yang dicurigai terlalu luas untuk dapat diangkat dengan aman tanpa
pembentukan sikatriks yang berlebihan (Runkle & Zalonznik, 1994).
Specimen biopsy yang diperoleh dengan pemangkasan, kuratasee atau
aspirasi jarum dianggap bukan bukti histologik penyakit yang dapat
diandalkan.
3) Pemeriksaan darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan
Untuk melanoma yang lebih dalam, pemeriksaan mungkin diindikasikan
untuk menemukan adanya metastase penyakit.Ini meliputi pemeriksaan
darah, pemeriksaan sinar x, dan atau CT scan.
9. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan atau menghancurkan secara
total sema jaringan tumor. Metode terapinya tergantung pada lokasi tumor, tipe
sel(lokasi dan kedalaman),keinginan kosmetika pasien,riwayat terapi
9
sebelumnya, apakah tumor tersebut bersifat invasif ataukah tidak, dan ada
tidaknya kelenjar limpe yang mengalami metastase.
Penatalaksanaan karsinoma sel basal dan sel skuamosa mencakup
tindakan eksisi dengan pembedahan, pembedahan mikrografik Mohs, bedah
elektro, bedah beku dan terapi radiasi.
1) Eksisi bedah.
Tujuan utamanya adalah untuk menangkat kselurhan tumor. Cara yang
terbaik untuk memperthankan penampilan kosmetika adalah dengan
menempatkan garis insisi di sepanjang garis tegangan kulit yang normal dan
garis anatomis tubuh yang alami. Dengan cara ini, jaringan parut yang
terbentuk tidak akan mudah terlihat. Ukuran insisi bergantung pada ukuran
lokasi tumor, kendati biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar 3:1.
Memadainya eksisi dengan pembedahan dipastikan melalui evaluasi
mikroskopik terhadap potongan – potongan spesimen. Kalau tumornya
berukuran besar, pembedahan rekonstruksi dengan menggunakan skin flap
atau graf kulit mungkin diperlukan. Luka insisi ditutup lapis demi lapis
untuk memperbesar efek kosmetika. Perban tekan dipasang pada luka untuk
penyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah tindakan eksisi yang sederhana
jika tindakan aseptik bedah yang benar tetap dipertahankan selama dan
sesudah operasi.
2) Pembedahan Mikrografik Mohs
Pembedahan mikrografik merupakan metode pembedahan untuk
mengangkat lesi kulit yang malignan;metode ini paling akurat dan paling
menyelamatkan jaringan normal. Ketika teknik bedah ini dikenal untuk
pertama kalinya, tindakan eksisi dilakukan sesudah jaringan tumor diolesi
dengan pasta seng klorida (bedah kimia atau chemosurgery). Sekarang ini,
pembedahan mikrografik dilaksanakan bedah kimia. Prosedur pembedahan
tersebut mengharuskan pengangkatan tumor lapis demi lapis lapisan
pertama yang dieksisi mencaku semua jaringan tumor yang terlihat jelas dan
sedikit bagian tepi jaringan yang tampak normal. Spesimen ini kemudian
dibekudinginkan dan dianalisis dengan sayatan untuk menentukan apakah
semua jaringan tumor sudah diangkat. Jika belum, lapisan jarngan
10
berikutnya diangkat dan diperiksa sampai semua bagian tepi kulit yang
normal tidak mengandung tumor.
Dengan cara ini, hanya tumor dan bagian tepi jaringan normal yang
diangkat, dengan demikian pembedahan mikrografik mohs merupakan
prosedur yang direkomendasikan untuk meyelamatkan jaringan normal.
Angka kesembuhan bagi karsinoma sel basal maupun sel skuamosa dengan
pembedahan mohs mendekati 99%. Karena itu metode ini merupakan terapi
yang terpilih.teknik pembedahan itu juga paling efektif untuk tumor yang
terjadi di sekitar mata, hidung, bibir bagian bawah dan daerah aurikuler
serta periaurikuler.
3) Bedah Elektro
Bedah elekrto merupakan teknik penghancuran atau penghilangan
jaringan dengan menggunakan energi listrik. Arus listrik dikonversikan
menjadi panas yang kemudian dihantarkan ke jaringan dari elektroda dingin.
Bedah elektro dapat didahului oleh kuretase yang dilaksanakan lewat eksisi
tumor dengn mengerok permukaan memakai alat kuret. Kemudian
dilakukan elektrodesikasi untuk mencapai hemostasis dan menghancurkan
setiap sel malignan yang viabel pada dasar luka atau di sepanjang bagian
tepinya. Elektrodesikasi sangan berguna untuk lesi yang kecil (lebarnya ± 1-
2cm).
Metode ini memanfaatkan keuntungan bahwa tumor yang kecil lebih
lunak dibandingkan dengan jaringan kulit disekitarnya dan dengan demikian
luasnya dapat ditentukan secara garis besar dengan alat kuret yang dapat
“merasakan” luas jaringan tumor. Tumor diangkat dan bagian dasarnya
diikauter. Proses ini diulang sampai 3kali. Biasanya kesembuhan terjadi
dalam jangka waktu 1 bulan.
4) Bedah Beku
Bedah beku menghancurkan tumor dengan cara deep frezzing. Alat
jarum termokopel ditusukan kedalam kulit, kemudian nitrogen cair
diarahkan kepusat tumor sampai tercapai suhu -40 C hingga -60 pada dasar
tumor. Nitrogen cair memiliki keuntunga yaitu titik didihnya paling rendah
11
dari semua kriogen yang dicoba, harganya tidak mahal dan barangnya
mudah diperoleh.
Jaringa tumor dibekudinginkan, dibiarkan meluak dan kemudian
dibekudinginkan kembali. Lokasi yang menjalani bedah beku ini akan
melunak secara alami serta kemudian mengalami gelatinisasi dan sembuh
spontan.pembengkakan dan edema terjadi setelah pembekuan. Penampakan
lesi bervariasi. Kesembuhan normal yang dapat memakan waktu 4 hingga 6
minggu terjadi lebih cepat di daerah- daerah dengan suplai darah yang baik.
5) Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering dilakukan untuk kanker kelopak mata, ujung hidung
dan daerah pada atau didekat struktur yang vital(misalnya nervus fasialis).
Terapi ini hanya dikerjakan pada pasien yang berusia lanjut karena
perubahan akibat sinar-x dapat terlihat sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian
dan perubahan malignan pada sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar-x
setelah 15 hingga 30tahun kemudian.
Kepada pasien harus diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi merah
dan melepuh. Salep kulit yang netral (yang diresepkan oleh dokter) dapat
dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa nyaman. Kepada pasien juga
harus diingatkan agar kulitnya tidak terkena sinar matahari.
10. Komplikasi
1) Invasi lokal dan kerusakan jaringan dapat terjadi pada semua jenis kanker
kulit.
2) Dapat terjadi metastasisi ke kelejar limfe regional dan keseluruh tubuh,
terutama pada melanoma maligna.
12
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien dan
merupakan alasan pokok klien masuk RS (Keluhan utama saat MRS).
Klien mengeluh gatal dan panas pada kulit
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisikan tentang keadaan dan keluhan klien saat timbulnya
serangan, waktu, frekuensi, penjalaran, kwalitas, tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi serangan.
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan
mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-
upaya yang dilakukan.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita klien terutama
penyakit yang mendukung munculnya penyakit saat ini (faktor
predisposisi dan presifitasi).
Klien ditanyakan khususnya tentang gejala pruritas, nyeri tekan
dan rasa sakit ynag bukan merupakan ciri khas nevus yang benigna, klien
ditanyakan mengenai perubahan yang terjadi pada nevus yang sudah ada
sebelumnya atau pertumbuhan lesi baru yang berpigmen.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma
atau kanker (Engram, 1998).
e. Riwayat pemakaian obat-obatan dan kosmetik
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan
pemakaian kosmetik yang salah.
3) Pengkajian 11 pola gordon:
1. Pola Persepsi kesehatan manajemen
Kaji pola kesehatan pasien, jika sakit berobat kemana, dan menggunakan
obat apa.
13
2. Pola nutrisi – Metabolik
Gejala : Kebiasaan diet buruk(mis.,rendah serat,tinggi lemak,aditifbahan
pengawet). Anoreksia,mual/muntah.Intoleransi makanan. Perubahan
pada berat badan; penurunan berat badan hebat, kakaksia, berkurangnya
massa otot .
Tanda : perubahan pada kelembapan/ tiurgor kulit; edema
3. Pola Eliminasi
Gejala:perubahan pada pola defekasi mis.,darah pada feses,nyeri pada
defekasi
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Gejala : kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi tidur misal nya nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latiahan.Pekerjaan atau profesi
dengan karsinogen lingkungan, tingakat stres tinggi.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada
area luka.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak
luka jahitan operasi
8. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduktif dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat reproduksi
14
10. Pola Koping
Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi, Adanya faktor stress lama,
efek hospitalisasi, masalah keuangan,
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
4) Pemeriksaan fisik
Fokus pemeriksaan pada kanker kulit adalah pada pemeriksaan kulit
yaitu, pertumbuhan lesi yang lebih cepat pada suatu saat dibanding dengan
pertumbuhan sebelumnya, terjadi perubahan warna dengan berbagai macam
variasi, permukaan lesi berubah, seperti menjadi kasar, mencekung atau
berkeropeng, mudah berdarah, rasa gatal dan nyeri yang mengganggu,
timbul luka pada permukaan lesi.
15
3. Intervensi Keperawatan
Dx1 : Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
Tujuan : setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien
berkurang atau terkontrol dengan
Kriteria hasil :
1. TTV pasien dalam batas normal
- TD = 120/80 mmHg
- Nadi = 60-100 x/mnt
- Suhu = 36,8 -37,4 º C
- RR = 16-20 x/mnt
1. Skala nyeri pasien berkurang (0-3)
2. Pasien tidak tampak meringis
3. Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi:
1. Observasi TTV dan keadaan umum pasien.
R/ : mengobservasi TTV dan keadaan umum dapat mengetahui
perkembangan penyakit pasien, pada saat nyeri TTV meningkat.
2. Observasi tingkat nyeri dengan tehnik PQRST
R/ : Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif
untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang
tepat.
3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R/ : Teknik distraksi merupakan cara mengurangi nyeri dengan peralihan.
Teknik relaksasi merupakan teknik menerangkan pikiran.
4. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman
R/ : Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.
4. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
16
R/ : Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan
dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
5. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.
R/ : Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
17
1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan teknik mencuci
tangan yang baik
R/ : cara pertama menghindari terjadinya infeksi nosokomial
2. Tekankan personal higiene dan batasi pengunjung
R/: melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi dan menurunkan
pemajanan terhadap “pembawa kuman penyebab infeksi”.
3. Observasi uhu tubuh secara teratur. Catat adanya demam, menggigil,
diaphoresis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
R/ dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya
memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera.
4. Observasi daerah kulit yang mengalami luka, catat karakteristik dan adanya
inflamasi.
R/ deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan
tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.
5. Berikan HE kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya menjaga
kebersihan kulit
R/ : Penjelasan mengenai pentingnya kebersihan kulit bagi pasien, dapat
menjadi acuan bagi pasien dan keluarganya untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan yang dapat menyebabkan infeksi bertambah.
6. Berikan antibiotik sesuai indikasi.
R/ : antibiotika digunakan untuk mengatasi infeksi
18
Intervensi :
1. Observasi status nutrisi pasien : turgor kulit dan membran mukosa
R/ : berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat
2. Anjurkan pasien makanan sedikit tapi sering
R/ : meminimalkan anoreksia
3. Sajikan makanan dalam bentuk hangat
R/ : meningkatkan nafsu makan pasien
4. Timbang BB pasien setiap hari, jika memungkinkan
R/ : membantu menentukan keseimbangan nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
R/ : memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi klien.
19
Dx 6 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan
fungsi tubuh
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 2 x 24 jam diahrapakan perubahan citra
tubuh pasien dapat diatasi
Kriteria hasil :
1. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi
2. Pasien dapat menerima keadaannya
Intervensi :
1. Identifikasi pandangan pasien terhadap keadaan tubuhnya
R/ : mengetahui bagaimana pandangan pasien terhadap perubahan tubuhnya,
beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuaian diri,sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan membandingkan mengenal dan mengatur kekurangan.
2. Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk
dirinya.
R/ : Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan motivasi kepada pasien
R/ : keluarga merupakan orang terdekat dalam kehidupan pasien, sehingga
suport dari keluarga akan memiliki arti yang sangat besar dari pasien
4. Dukungan perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi.
R/ : Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentanng
peran individu masa mendatang.
5. Kolaborasi rujukan pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
R/ : Dapat memfasilitasi perubahan yang penting untuk perkembangan
perasaan.
20
Dx 7 : Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan citra
tubuh
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 2 x 24 jam diharapkan gangguan harga
diri pasien dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Pasien tidak merasa malu
2. Pasien dapat berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya
Intervensi :
1. Diskusikan tentang pemecahan masalah tentang efek kanker atau pengobatan
R/ : dapat membantu menurunkan masalahyang mempengaruhi penerimaan
pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit
2. Berikan dukungan emosi untuk pasien selama tes diagnosis dan fase
penolakan.
R/ : beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri denagn efek kanker atau
efek samping terapi hanya memerlukan dukungan tambahan selama periode
ini.
3. Kolaborasi dengan konseling profesional dalam pemberian terapi konseling
R/ : memulai dan mempertahankan struktur psikososial positif bila sistem
pendukung pasien terganggu.
21
3. Jelaskan penyebab gangguan tidur dan bantu klien mengeksplorasi masalah
gangguan tidur.
R/ : memberikan gambaran jelas tentang penyebab gangguan tidur.
4. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
R/ : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke ke kamar
mandi/berkemih selama malam hari.
5. Libatkan keluarga dalam perawatan, mendampingi klien.
R/ : mengurangi rasa kesendirian dan meningkatkan rasa aman
6. Putarkan musik yang lembut.
R/ : Menurunkan stimulus sensori dengan menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.
22
Dx 10 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
mengetahui tentang penyakit dan pengobatannya
Kriteria hasil :
1. Pasien mengerti tentang penyakitnya
2. Pasien mengerti tentang pengobatan yang diberikan sehingga kooperatif
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan
Intervensi :
1. Bantu pasien mengerti tentang tujuan setiap tindakan yang diberikan
R/ : pasien dapat mengetahui apa yang akan dilakukan perawat terhadapnya
dan tujuannya
2. Jelaskan klien tentang pengobatan dan bagaimana terjadi ca kulit
R/ : pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
3. Berikan informasi yang jelas dan akurat atau HE tentang penyakit pasien
R/ : mengajarkan pasien tentang kondisinya adalah salah satu aspek yang
paling penting dari perawatannya
4. Libatkan orang terdekat dalam program pengajaran, sediakan materi
pengajaran/instruksi tertulis
R/ : membantu meningkatkan pengetahuan dan memberikan sumber
tambahan untuk referensi perawatan di rumah.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang
telah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dinilai berdasarkan kriteria hasil yang telah
ditentukan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk
generasi dan tumbuh secara normal. Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat
membelah diri secara teratur untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh
kembali.
Kanker kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah
yang sering terjadi seranganya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan
sinar matahari, seperti wajah, tangan dan tungkai bawah.
3.2 Saran
Dalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan/saran yang baik sangat diharapkan
guna memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner& Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 8. EGC : Jakarta
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawartan. Jakarta :
EGC
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Tim Pokja DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
25