Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami


peningkatan terkait dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh
bangsa Indonesia, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi
keluarga atau latar belakang atau pola asuh anak yang tidak baik sampai
bencana alam yang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, maka ada kecenderungan
seseorang untuk mengalami skizofrenia. Orang yang mengalami skizofrenia
berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu
unsur kehidupan yang terpenting (Maramis, 2004).

Penyakit skizofrenia adalah penyakit yang jarang sekali dikenali oleh


keluarga pasien, sehingga seringkali pasien mendapatkan penanganan yang
lambat, bahkan tidak tepat. Penanganan pasien skizofrenia meliputi terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi adalah terapi
menggunakan obat antipsikotik. Saat ini, antipsikotik merupakan terapi primer
untuk pasien skizofrenia. Golongan antipsikotik terdiri dari dari dua jenis, yaitu
antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal. Umumnya antipsikotik tipikal potensi
rendah (klorpromazin dan tiondazin) lebih kecil kemungkinannya untuk
menyebabkan gejala ekstrapiramidal daripada antipsikotik tipikal potensi tinggi
(trifluoperazin, flufenazin, haloperidol, dan pimozid). Tiga Munculnya efek
samping tersebut menyebabkan beralihnya pengobatan menggunakan
antipsikotik atipikal yang memiliki efek samping lebih sedikit. Namun masyarakat
sangat jarang mengetahui hal tersebut.

Karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengobatan antipsikotik


terhadap pasien skizofrenia. Dengan harapan mengurangi efek samping dan
menambah wawasan masyarakat serta penulis. Maka penulis akan membahas

1
tentang trend dan issue keperawatan jiwa mengenai Pengobatan Antipsikotik
Terhadap Pasien Skizofrenia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana pemahaman tentang trend dan issue keperawatan jiwa ?
1.2.2 Bagaimana pemahaman tentang penyakit skizofrenia ?
1.2.3 Bagaimana pengobatan antipsikotik terhadap pasien skizofrenia ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Memahami tentang trend dan issue keperawatan jiwa.
1.3.2 Memahami tentang penyakit skizofrenia.
1.3.3 Mengetahui pengaruh pengobatan antipsikotik terhadap pasien
skizofrenia.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Trend dan Issu keperawatan jiwa

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan


analisa, trend juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun
informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular
dikalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan


terjadi atau tidak terjadi pada masa yang akan dating, yang menyangkut
ekonomi, monoter, sosial, politik, hukum,pembangunan nasional, bencana
alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu juga biasanya
disebut dengan sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang
namun belum jelas faktanya atau buktinya.

Trend dan issu keperawatan jiwa adalah sesuatu yang sedang


dibicarakan banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan jiwa baik
itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan jiwa
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

2.2 Skizofrenia

Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang


disebut psikosis. Pasien psikotik tidak dapat mengenali atau tidak memiliki
kontak dengan realitas.

A. Adapun tipe-tipe skizofrenia yaitu :


 Skizofrenia paranoid : adanya waham yang mencolok atau
halusinasi auditorik dalam kontek terdapatnya fungsi kognitif
dan afek yang relative masih terjaga.
 Skizofrenia disorganized : Ciri utama skizofrenia disorganized
adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek yang

3
datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat
disertai dengan kekonyolan dan tertawa yang tidak erat
berkaitan dengan isi pembicaraan.
 Skizofrenia Katatonik : Ciri utama pada skizofrenia tipe katatonik
adalah gangguan pada psikomotor yang dapat meliputi
ketidakbergerakan motoric. Aktifitas motor yang berlebihan ,
negativism yang ekstrim, mutism ( sama sekali tidak mau bicara
dan komunikasi ),gerakan-gerakan yang tidak terkendali,
echolalia ( mengulang ucapan orang lain ) atau echoprasia (
mengikuti tingkah laku orang lain )
 Skizofrenia Undifferentiated : sejenis skizofrenia dimana gejala-
gelaja yang muncul sulit untuk di golongkan pada tipe
skizofrenia tertentu.
 Skozofrenia Residual : Skizofrenia tipe ini diberikan bilamana
pernah ada paling tidak satu kali episode skizofrenia , tetapi
gambaran klinis saat ini tanpa simtom positif yang menonjol .
terdapat bukti bahwa gangguan masih ada sebagaimana
ditandai oleh adanya negative simtom atu simtom potif yang
lebih halus.

B. Etiologi
Tampaknya skizofrenia tidak disebabkan oleh penyebab yang
tunggal, tetapi dari berbagai faktor. Sebagian besar ilmuwan
menyakini bahwa skizofrenia adalah penyakit biologis yang
disebabkan oleh :
1. Faktor-Faktor genetic
Berbagai penelitian menujukan bahwa gen yang diwarisi
seseorang , sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang
mengalami skizofrenia. Studi pada keluarga telah menunjukan
bahwa semakin dekat relasi seseorang dengan pasien
skizofrenia , makin besar resikonya untuk mengalami penyakit
tersebut.

4
2. Ketidakseimbangan kimiawi otak ( Blochemistry )
Beberapa bukti menunjukan bahwa skizofrenia mungkin
berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter yaitu kimiawi otak yang memungkinkan
neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli
mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktifitas
neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagia- bagian
tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal
terhadap dopamine.
3. Abnormalitas struktur otak ( Neuroanatomy )
Berbagai teknik imaging,seperti MRI dan PET telah membantu
para ilmuwan untuk menemukan abnormalitas structural
spesifik pada otak pasien skizofrenia. Misalnya pasien
skizofrenia yang kronis cenderung memliliki ventrikel otak
yang lebih besar. Mereka jug memiliki volume jaringan otak
yang lebih sedikit dari pada orang normal. Pasien skizofrenia
menunjukkan aktifitas yang sangat rendah pada lobus frontalis
otak.

2.3 Pengobatan Pasien Skizofrenia

Pengobatan skizofrenia paranoid memerlukan kombinasi dari


berbagai bidang, seperti dokter, terutama psikiater ,perawat ,pekerja sosial,
dan konselor atau terapis . integrase pengobatan pasien skizofrenia paranoid
ini bertujuan agar pengobatan jangka panjang pasien dapat berjaln dengan
baik dan sukses. Pengobatan dan perawatan pasien skizofrenia dapat
dilakukan dirumah. Akan tetapi, jika gejala skizofrenia yang muncul tidak
terkontrol dengan obat-obatan yang rutin dikonsumsi dan dianggap
membahayakan, pasien dapat dirawat di rumah sakit.

Gangguan Jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang


cenderung berlanjut (kronis menahun) oleh karenanya terapi pada
skizofrenia memerlukan waktu relative lama berbulan bahkan bertahun, hal

5
ini dimaksudkkan Untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan (relaps).
Terapi pada skizofrenia bersifat koprehensif yaitu meliputi terapi
psikofarmaka, psikoterapi, psikososial, dan terapi psikoreligius.

6
BAB III

PEMBAHASAN

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang


mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses
informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah.1 Prevalensi
skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1,7 per 1000 penduduk dan
diperkirakan sekitar 1 juta penduduk Indonesia mengalami skizofrenia. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi
skizofrenia di Kalimantan Barat adalah 0,7 per 1000 penduduk.
Salah satu penanganan skizofrenia dengan menggunakan pengobatan
antipsikotik. . Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif
mengobati skizofrenia (Irwan dkk, 2008). Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
merupakan rumah sakit unggulan dalam pelayanan kesehatan dan menjadi pusat
rujukan di bidang pelayanan kesehatan jiwa di Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis penggunaan antipsikotik pada penderita skizofrenia di
Rumah Sakit Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado periode Januari 2013-
Maret2013.
Obat – obatan memegang peranan penting untuk membantu mengendalikan
gejala skizofrenia. Obat antipsikopatik bekerja dengan memengaruhi
neurotransmitter dopamine dan serotonin di dalam otak, sehingga obat ini dapat
membantu meringankan gejala skizofrenia. Obat skizofrenia ini dapat digunakan
lewat oral dan suntikan. Jika pasien mengembangkan gejala yang tergolong ringan
sehingga masih mudah diatur, dokter akan memberikan obat skizofrenia oral.
Sementara jika pasien mengembangkan gejala yang tergolong berat shingga sulit
untuk diatur, dokter terpaksa akan memberikan obat skizofrenia suntik.

Antipsikotik terdiri dari antipsikotik yang tipikal dan antipikal. Obat yang
golongan tipikal meliputii : klorpromazin, flufenazin, tioridazin, haloperidol, dll,
sedangkan obat golongan atipikal meliputi : klozapin, olanzapine, risperidone,
quetapin, aripiprazole , dll. Pemakain antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia
telah mengalami pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini

7
pilihan beralih ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih superior dalam
menanggulangi gejala negative dan kemunduran kognitif.

Adanya perbedaan efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan
antipsikotik tipikal antara lain :

 Antipsikotik atipikal menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis.


 Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolic,
misalnya pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma
metabolic.

Pengobatan skizofrenia selain menggunakan pengobatan antipsikotik tentunya


diiringi dengan terapi lain seperti psikoterapi, terapi psikososial, dan terapi
psikoreligius.

8
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gangguan jiwa skizofrenia adalah salah satu penyakit yang


cenderung berlanjut (kronis, menahun). Oleh karena itu penyakit ini
memerlukan perhatian khusus serta pengobatan intensif seperti terapi
farmakologi, psikoterapi, terapi psikososial, dan terapi psikoreligius.

4.2 Saran

Penderita gangguan jiwa di masyarakat semakin meningkat sehingga


perlu penyuluhan tentang kesehatan jiwa kepada masyarakat secara
keseluruhan sehingga masyarakat mempunyai pengetahuan untuk
mengenali lebih dini gejala – gejala gangguan jiwa yang bisa mengarah pada
skizofrenia dan segera dibawa untuk berobat sedini mugkin agar
prognosisnya lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai