Cover Makalah
Cover Makalah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dimaksud beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara
digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (huller) serta
penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luarnya (sekam),
disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh
atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut
beras giling (milled rice). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah
Beras merupakan komoditas strategis ditinjau dari aspek sosial politik. Hal ini
antara lain karena beras merupakan makanan pokok hampir semua penduduk
total produksi 75,56 juta ton GKG dengan surplus sebesar 10,57 juta ton beras
Disamping itu penggilingan padi atau Rice Milling Unit (RMU) memegang
peranan penting dalam rantai pasok beras sampai ke konsumen dan memperkirakan
jumlah produksi dan ketersediaan beras yang siap konsumsi dalam suatu wilayah.
Melalui pendataan jumlah RMU dan jumlah gabah yang diproses menjadi beras
secara cermat dapat dijadikan indikator jumlah produksi beras dan ketersediaan
B. Tujuan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari biji
padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi. Penggilingan beras berfungsi
untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron, sebagian mapun
seluruhnya agar menghasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil mungkin.
Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian
terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari
butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati,
1988). Skala usaha industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya
kapasitas penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam (Departemen
Pertanian, 2001).
Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun, maka beras yang
harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa ekologi dapat diperhitungkan
desa karenan harus membeli beras dari luar desa.( Sovan, M., 2002.) Skala usaha
industri jasa penggilingan padi ditentukan oleh besar kecilnya kapasitas giling
terpasang yang dimiliki suatu penggilingan padi. Suatu penggilingan padi
penggilingannya tidak lebih dari 1500 kg beras per jam (Departemen Pertanian,
2001). Menurut data tahun 1990-1997, yang dirilis oleh Departemen Pertanian RI
(1998), lebih dari 50% penggilingan padi yang ada di Indonesia tergolong dalam
penggilingan padi dengan skala kecil dan lebih dari 36% adalah rice milling unit,
yang dari segi kapasitas juga termasuk penggilingan padi kecil. Dari sekitar 82 ribu
unit industri jasa penggilingan padi berskala kecil ini, setiap tahunnya dihasilkan
lebih dari 24 juta ton beras atau sekitar 95% dari kapasitas giling seluruh
Adiningsih.2001)
beberapa ukuran, yaitu beras kepala, beras patah, dan menir. Mutu beras giling
dikatakan baik apabila hasil dari proses penggilingan diperoleh beras kepala yang
Namun, beras patah dan menir yang dihasilkan memang tidak dikehendaki.
Yang dikehendaki adalah sebanyak mungkin beras kepala. Namun timbulnya beras
patah dan menir tidak dapat dihindari terutama terjadi pada proses penyosohan,
yaitu pada saat menggosok permukaan beras untuk melepaskan bagian bekatul.
(Ritonga, 2008).
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU
rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam,
walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya
terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan
memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan
BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi
bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian
mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras
utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas
dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan.
penggilingan padi bila ditinjau dari kapasitasnya dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu rice milling unit (RMU) dan rice milling plant (RMP). Perbedaan yang
mendasar antara keduanya adalah pada ukuran, kapasitas dan aliran bahan dalam
proses penggilingan yang dilakukan. RMP biasanya memiliki kapasitas giling yang
lebih besar daripada RMU yaitu antara 1.0 hingga 5.0 ton/jam.
Pada prinsipnya, RMU dan RMP (Rice Milling Plant) adalah dua nama yang
sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin penggilingan padi yang
berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi beras putih yang siap untuk
dikonsumsi. Bila RMU merupakan satu mesin yang kompak dengan banyak fungsi,
maka, RMP merupakan jenis mesin penggilingan padi yang terdiri dari beberapa
unit mesin yang terpisah satu sama lain untuk masing-masing fungsinya dalam
proses penggilingan beras. Karena terpisah, unit-unit pada RMP dapat memiliki
kapasitas yang berbeda, sehingga waktu operasional tiap unit tidak sama untuk
2. Gabah
3. Timbangan
4. Kantong plastik
5. Stopwatch
B. Prosedur Kerja
1. Amati dan gambar bagian-bagian rice mill unit dan penegring tipe rak dan
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
tinggal di desa dan bekerja sebagai petani. Masyarakat Indonesia juga sebagian
besar masih mengkonsumsi beras sebagai makanan utama, maka padi masih
menjadi prioritas utama para petani untuk ditanam. beras merupakan salah satu
kebutuhan pokok Indonesia dengan jumlah yang cukup melimpah dan mudah
didapat.
Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan akan makanan pokok yang baik,
beras harus melalui beberapa proses. Mula-mula setelah padi dipanen, bulir padi
seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dikeringkan. Dalam hal ini proses
Kondisi cuaca yang tidak menentu terutama saat musim hujan akan
hasil pertanian berjamur dan rusak karena lembabnya udara. Umumnya kadar air
yang tinggi memicu berkembangnya jamur dan mikroba. Tingkat kekeringan yang
rendah berdampak pada kualitas dan harga produk. Akibatnya, harga jual produk
menjadi rendah dan petani pun mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Untuk mencegah kerugian yang dialami para petani, maka pengeringan padi
mempertahankan kualitas bijian, dan untuk mencapai level kadar air dimana tidak
Selama proses pengeringan berlangsung, maka terjadi dua proses yang utama,
yaitu perpindahan panas dari udara pengering ke butiran gabah untuk menguapkan
air di permukaan butiran gabah yang selanjutnya terjadi konduksi panas ke dalam
butiran, dan perpindahan air dari dalam ke permukaan butiran (difusi) yang
bahan ke udara dalam bentuk uap air terjadi pengeringan permukaan bahan. Setelah
kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan maka terjadi pergerakan air secara
difusi sampai kadar air dalam bahan menurun sesuai yang diinginkan.
untuk mengatasi hal tersebut. Berbagai macam bentuk mesin pengering beredar di
masyarakat. Mesin pengering tipe bak (Batch dryer) adalah salah satu tipe
faktor. Faktor A adalah tebal tumpukan dengan 3 taraf yaitu (5 cm, 10 cm, dan 15
cm) dan Faktor B adalah suhu pengeringan yaitu ( 40 °C, 45 °C dan 50 °C), dengan
demikian banyaknya perlakuan yang dicobakan ada sebanyak 9 kombinasi
sampai bulan Mei 2017 di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku,
Kabupaten Gowa.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mesin pengering bak
digunakan dalam penelitian ini yaitu; gabah basah varietas Ciherang. Bahan
pengering tipe bak (Batch dryer) dengan unit pemanas mengunakan bahan bakar
penelitian ini merupakan gabah basah yang baru selesai panen. Pengeringan gabah
dimana untuk variasi suhu terdiri dari 40 °C, 50 °C dan 60 °C, sedangkan untuk
alat termometer batang dan dilakukan pengukuran udara dalam alat pengering.
Sebelum dan setelah pengeringan gabah dilakukan pengukuran kadar air basis
menggunakan digital moisure tester, Gwon hitech KD 0691 dalam metode ini hasil
pengukuran kadar air dapat langsung diketahui. Penelitian ini juga akan dilakukan
panas konduksi dan konveksi, serta perhitungan perpindahan massa dimana pada
proses pengeringan dengan tipe bak (Batch dryer) memenuhi syarat utama
hasil dan ter-capainya mutu gabah/ beras sesuai persyaratan mutu. Setyono (2010)
kehilangan hasil serta gabah dan beras yang dihasilkan bermutu rendah. Hal
kadar airnya tinggi mempunyai sifat mudah rusak dan akan mengalami susut pada
rangkaian kegiatan pascapanen tersebut, ada tiga kegiatan utama yang saling terkait
satu sama lain dalam mencapai tujuan akhir yaitu mendapatkan beras giling yang
mutu serta rendemennya tinggi, yaitu; (1) panen, (2) pengeringan dan (3)
mencegah perusakan gabah atau turunnya mutu gabah/beras. Di lahan rawa pasang
surut mengalami kesulitan bila panen terjadi pada musim hujan, dan dibarengi
kondisi air tanah yang tinggi (lembab). Penjemuran pada lantai tanah menggunakan
alas dari terpal plastik terkendala oleh kondisi tanah yang selalu lembab akibat air
Sehingga gabah yang dihasilkan akan mempunyai kualitas gabah yang rendah, dan
apabila digiing akan banyak yang pecah, kandungan menirnya tinggi dan warna
modifikasi tipe flat bed yang terbuat dari bahan tembok dengan bahan bakar sekam
padi menjadi pilihan terbaik untuk mengatasi kendala alam tersebut. Penggunaan
bahan bakar sekam padi dapat menghemat penggunaan bahan bakar minyak
kandungan air di dalam gabah dengan menggunakan dorongan udara panas yang
dilewatkan pada tumpukan gabah. Gabah yang dikeringkan diletakkan di dalam
kotak atau box dengan ketebalan sekitar 50 cm dan selama proses pengeringan tidak
perlu dilakukan pembalikan. Selain disebut dengan istilah Box Dryer, kita sering
menyebutnya juga dengan flat-bed dryer karena gabah diletakkan secara berlapis
mendapatkan beras putih. Proses dalam pengilingan padi ada beberapa jenis, yaitu:
1. Proses giling satu langkah; pada proses ini sekam dan dedak dihilangkan
2. Proses dua langkah; pada proses ini sekam dan dedak dihilangkan secara
3. Proses multi langkah; pada proses ini gabah melalui beberapa proses
Dari permasalahan yang ada dan kondisi eksisting dari proses penanganan
pasca panen pada tahapan pengeringan dan penggilingan padi di lahan pasang surut
kehilangan hasil pada kedua tahapan penanganan pasca panen tersebut. Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui tingkat kehilangan hasil pada
tahap pengeringan dan penggilingan dan (2) mengetahui rendemen beras giling di
dan jarak bak pengering terhadap tungku atau burner yaitu pangkal, tengah dan
ujung.
kadar air awal (GKP), kadar air akhir (GKG), berat gabah awal, berat gabah akhir,
suhu pengeringan pada box dryer, kecepatan udara pengering, penurunan kadar air
setiap jamnya, konsumsi sekam, konsumsi bahan bakar penggerak blower, jumlah
Selanjutnya gabah (GKG) yang telah dikeringkan dengan dua macam cara
yang dihasilkan selain tergantung pada alat pengupas kulit (huller) dan alat pemoles
diperoleh dari hasil bagi antara hasil keluaran penggilingan berupa beras dengan
didapat dengan cara mengurangi rendemen giling teliti hasil laboratorium (Rlb)
dengan rendemen giling lapangan (Rlp) sesuai metode Suismono et al. (2008).
Berat gabah total yang dikeringkan dengan box dryer sebanyak 2121 kg,
Pengeringan dengan box dryer dilakukan segera setelah panen dan perontokan
yakni pada malam hari dihari yang sama dengan pemanenan. Operator berjumlah 4
orang, konsumsi bahan bakar solar 4,6 liter, dengan suhu dan kelembaban ruang
masing–masing sebesar 30ºC dan 82%. Pengeringan dihentikan sampai kadar air
rata-rata 14-15%.
Gabah yang baru dipanen harus segera dikeringkan karena masih memiliki
kadar air yang tinggi. Tingginya kadar air mengakibatkan respirasi berjalan cepat,
dengan cara penjemuran sinar matahari lebih rendah (2,81%) dibandingkan dengan
Pada kajian ini pengeringan gabah dengan sinar matahari dilakukan keesokan
hari setelah panen, 6 jam perhari selama 2 hari, dengan kondisi cuaca cerah terik
dan 64-71%. Alas yang digunakan adalah alas terpal dan ketebalan gabah berkisar
4-5 cm dan dilakukan pembalikan setiap satu jam. Suhu gabah saat penjemuran
berkisar 32-35ºC pada bagian bawah, dan 37-46ºC pada bagian atas. Susut
menggunakan mesin pengering (7,11%. Kondisi ini berbeda dari hasil penelitian
Sutrisno et al. (2006) yang melaporkan kehilangan hasil pada proses pengeringan
gabah dengan mesin box dryer adalah kurang dari 1%. Susut pengeringan dengan
box dryer dapat terjadi karena ada gabah yang tercecer selama muat (loading) dan
lahan sawah irigasi dan tadah hujan yaitu berturut-turut 0,98 dan 1,05% (Nugraha
penjemuran di lahan pasang surut sebesar 1,52% dan menurut Sutrisno et al. (2006)
dengan cara penjemuran pada sinar matahari (61,6%). Berbeda pada RMU 2
rendemen giling pada gabah yang dikeringkan dengan menggunakan box dryer
(61,3%) rata-rata tinggi dibandingkan dengan cara penjemuran pada sinar matahari
(63,7%).Kondisi ini serupa untuk susut penggilingan pada 2 (dua) Rice Milling Unit
(RMU) menunjukkan bahwa susut giling pada gabah yang dikeringkan dengan
menggunakan box dryer (4,99%) rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan cara
A. Kesimpulan
1. Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process).
2. Pada prinsipnya, RMU dan RMP (Rice Milling Plant) adalah dua nama yang
sama bila ditinjau dari segi fungsi, yaitu mesin-mesin penggilingan padi yang
berfungsi mengkonversi gabah kering menjadi beras putih yang siap untuk
dikonsumsi.
B. Saran
Lebih diperbanyak lagi untuk alat Rice milling unit dan alat pengering.