Proposal Penelitian Asam Urat
Proposal Penelitian Asam Urat
PENDAHULUAN
para ilmuan tidak terlalu popular dimata masyarakat pada umumnya. Hal ini
informasi serta pemahaman terhadap suatu penyakit. Pemahaman yang keliru tersebut
akan mudah tersebar dari satu ke satu orang lainnya dan diturunkan dari generasi ke
generasi.
Kosakata asam urat di masyarakat kita sering disamakan dengan rasa tidak enak
yang disebabkan gangguan saraf dan otot. Asam urat adalah terjemahan dari kata uric
acid. Adapun uric acid ini berarti zat yang berasal dari urin atau air seni. Asam urat
anggapan pada masyarakat pada umumnya yang menganggap bahwa nyeri sendi lutut
dan nyeri punggung belakang atau low back pain, dikaitkan dengan peningkatan
Sedangkan peningkatan kadar asam urat dalam darah atau dikenal dengan istilah
hiperurisemia yang terjadi karena kadar asam urat yang berlebih. Asam urat ini
1
berasal dari sisa produk dari metabolisme zat makanan yang disebut purin. Pada
umumnya, normalnya asam urat akan disalurkan ke ginjal untuk dibuang melalui urin
bersama zat-zat sisa lainnya serta zat-zat yang berlebihan dalam tubuh.
Berdasarkan data The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 2002,
jumlah penderita asam urat di Amerika Serikat mencapai 2,1 juta. Sebagian besar
penderita adalah pria berusia 40-50 tahun (90%) dan wanita (10%) pada masa
terbesar ke-4 di dunia yang penduduknya menderita asam urat dan berdasarkan
Buletin Natural, di Indonesia 35% terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun.
Pada penelitian ini gejala klinis yang dicondongkan adalah yang diakibatkan oleh
peningkatan kadar asam urat dalam darah yaitu nyeri sendi lutut dan nyeri sendi
Dari berbagai hal tersebutlah yang mendasari penulis untuk mentehaui “apakah
betul, ada hubungan antara nyeri sendi lutut dan nyeri sendi tulang belakang dengan
peningkatan kadar asam urat dalam darah?”. Dengan penelitian ini kami akan
membuktikan secara ilmiah apakah diantaranya memiliki hubungan erat yang saling
menyangkut hubungan antara keluhan nyeri sendi lutut dan low back pain dengan
2
peningkatan kadar asam urat dalam darah. Maka rumusan masalah untuk penelitian
ini adalah bagaimana hubungan antara keluhan nyeri sendi lutut dan nyeri pinggang
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan langsung setiap keluhan nyeri sendi
lutut dan low back pain terhadap peningkatan kadar asam urat dalam darah
2. Untuk mengetahui juga faktor lain apa saja yang dapat mempengaruhi nyeri
kadar asam urat dalam darah terhadap nyeri sendi lutut dan low back pain atau
3
untuk mencegah faktor-faktor yang bisa menyebabkan nyeri sendi lutut dan
hasil penelitian ini dapat member masukan dalam rangka untuk mencegah dan
mengurangi angka kejadian nyeri sendi lutut dan low back pain
3. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan, acuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan dari
metbolisme atau pemecahan purin. Asam urat merupakan antioksidan dari manusia
dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan mengalami
pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran sebagai
antioksidan bila kadarnya yang tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya
4
yang berlebihan asam urat akan berperan sebagai proooksidan (McCrudden Francis
H. 2000).
Secara alamiah, purin ini sudah terdapat dalam tubuh kita sendiri dan dijumpai
pada semua makanan dari sel yang hidup, yakini makanan dari tanaman (sayur, buah,
dan kacang-kacangan) aaupun hewan (daging,jeroan, dan ikan sarden). Jadi asam urat
merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh kita, karena pada setiap metabolisme
normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan, dan senyawa
lain yang banyak mengandung purin. Tubuh telah menyediakan 85% senyawa purin
untuk kebutuhan setiap harinya. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan
Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah sera urin.
Nilai rujukan kadar asam urat dalam darahh pada laki-laki yaitu 2,3 – 6,1 mg/dl (E.
darah di atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan metabolism asam
keduanya.
5
Banyak batasan untuk menyatakan hiperuricemia, secara umum kadar asam urat
di atas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal dikatakan sebagai
hiperuricemia adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat yang
bisa mencerminkan ada patologi. Dari data didapatkan hanya 5-10% pada laki-laki
normal mempunyai asam urat di atas 7 mg%, dan sedikit dari gout mempunyai kadar
asam urat di bawah kadar tersebut. Jadi kadar asam urat di atas 7 mg% pada laki-laki
(Emmerson, 1983; WHO, 1992 ; Cohen et al,1994; Kelley & Wortmann, 1997 :
Kejadian yang pasti dari hiperurisemia dan gout di masyarakat pada saat ini
sampai 17,6%. Sedangkan pravalensi gout bervariasi antara 1,6 sampai 13,6 per
seribu penduduk (Kelleyy & Wortmann, 1997). Pravalensi hiperurisemia dan gout
pada penduduk Maori di Selandia Baru cukup tinggi dibandingkan dengan bangsa
namun tidak semua hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout.
Gout atau pirai adalah penyakit akibat dari penumpukan kristal monosodium urat
pada jaringan akibat peningkatan kadar asam urat (Terkeltaub, 2001 ; Becker &
6
Meenaskshi, 2005). Penyakit gout terdiri dari kelainan arthritis pirai atau arthritis
gout, pembentukan tophus, kelainan ginjal berupa nefropati urat dan pembentukan
batu urat pada saluran kencing (Terkeltaub, 2001: Kelley & Wortmann, 1997; Becker
primer, sekunder dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout primer adalah hiperurisemia
dan gout tanpa disebabkan penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout
sekunder adalah hiperurisemia dan gout yang diakibatkan karena penyakit atau
penyebab lain. Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas
penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang
molecular yang masih belum jelas dan hiperurisemia karena adanya kelainan enzim
spesifik.
didapatkan yaitu mencapai 99%, terdiri dari hiperurisemia karena underexcretion (80-
7
90%) dan karena overproduction (10-20%). Hiperurisemia primer karena kelainan
enzim spesifik diperkirakan hanya 1%, yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari
karena faktor genetic dan menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat sehingga
menyebabkan hiperurisemia. Keadaan ini telah lama dikenal, peneliti Garrod telah
lama mengetahui, terjadi gangguan pengeluaran asam urat ginjal yang menyebabkan
hiperurisemia primer (dikutip: Kelley & Wortmsnn, 1997). Kelainan patologi ginjal
glomerulus yang global fokal dan segmental dengan fokus atropi tubulus, peradangan
gambaran lesi interstitial tubulus ginjal, dan Simmond mendapatkan kelainan nefritis
interstitiil non spesifik (Massari et al, 1980; Leuman; 1098; Puig et al; 1993;
karena gangguan sekresi asam urat dari tubulus ginjal (Cohen et al, 1994; Reiter et al,
1995; Kelley & Wortmann, 1997). Kadar fractional uric acid clearance pada
8
hiperurisemia primer tipe underexcretion didapatkan lebih rendah dari orang normal
(Gibson et al, 1984; Kelley & Wortmann, 1997; Becker & Meenaskshi, 2005).
yaitu hiperurisemia akibat adanya penurunan pengeluaran asam urat pada ginjal
dalam suatu keluarga ynag diturunkan secara genetic (Moro, 1991; Puig et al, 1993;
Simmonds, 1994; Saeki, 1995; Reiter et al, 1995). Kelainan ini sering ditemukan
secara autosomal dominant. Secara klinis sering terjadi pada usia muda, mengenai
laki dan perempuan, terjadi penurunan fractional uric acid clearance (FUAC) dan
sering menyebbkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (Simmonds, 1994). Kelainan
molekular dari FJHN belum diketahui, kemingkinan karena kelainan gen yang
kelainan transporter asam urat pada basal membran atau pada brush border dari
hiperurisemia tipe overproduction. Telah diketahui enzim ini disandi oleh DNA pada
kromosom X dan diturunkan secara dominan (Kamatami, 1994; Kelley & Wortmann,
9
Hiperurisemia primer karena kelainan enzim spesifik yang disebabkan
HPRT berperan dalam mengubah purine bases menjadi purine nucleotide dengan
bantuan PRPP dalam proses pemakaian ulang dari metabolism purin. Kekurangan
inosine monophosphate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek feedback
menyebabkan hypoxanthine tidak bisa diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi
1997). Kekurangan enzim HPRT diturunkan secara X-linked dan bersifat resesif
sehingga didapatkan terutama pada laki-laki. Telah diketahui terjadi berbagai jenis
mutasi genetik dari kelainan enzim ini (Kamatami, 1994; Kelley & Wortmann, 1997;
10
menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan
dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada sindrom Lesh-
dan gout yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan
gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan yang menyebabkan
peningkatan ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan
underexcretion.
Hiperurisemia
dan kelainan atau penyakit lain sebagai penyebab sekunder hiperurisemia. Apakah
ada keluarga yang menderita hiperurisemia atau gout. Untuk mencari penyebab
11
obat-obatan tertentu secara teratur, adanya kelainan darah, kelainan ginjal atau
penyakit lainnya.
keadaan kardiovaskular dan tekanan darah, keadaan dan tand kelainan ginjal serta
perkiraan diagnosis setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (Kelley &
darah rutin untuk asam urat darah dan kreatinin darah, pemeriksaan urin rutin untuk
asam urat urin dan kratinin urin 24 jam dan pemeriksaan penunjang lain yang
Kadar asam urat dalam urin 24 jam di bawah 600 mg/hari adalah normal pada orang
dewasa yang makan pantang purin selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan. Namun
anjuran untuk makan pantang purin selama 3-5 hari sering tidak praktis. Maka pada
orang yang makan biasa tanpa pantang makan purin kadar asam urat urin 24 jam di
12
atas 1000 mg/hari adalah abnormal (hipersekresi asam urat), dan kadar 800-1000
mg/hari adalah borderline (Kelley & Wortmann, 1997; Becker & Meenaskshi, 2005).
Kadar asam urat urin 24 jam di atas 800 mg/hari dengan makan biasa tanpa pantang
Batasan overproduction asam urat adalah kadar asam urat urin 24 jam
di atas normal, kadar 1000 mg/hai pada orang yang makan biasa tanpa pantang purin
mengatakan apabila kadar asam urat urin 24 jam lebih dari 670 mg/hari pada diet
asam urat urin 24 jsm dan kreatinin urin 24 jm atau perbandingan kliren asam urat
dan kliren kreatinin fractional uric acid clearance (FUAC) yaitu perbandingan kliren
urat dibagi kliren kreatinin dikalikan 10o. Nilai perbandingan asam urat kreatininurin
penunjang terutama kadar asam urat dalam darah dan pemeriksaan asam urat dan
13
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah
kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa
menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel,
2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,
Salmond & Pellino, 2002).
2.3.2 Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2.2.2.2 Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
14
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Menurut
tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang di tulang
vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal
dengan Spina Bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-gejala berat
sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan pada kaki, dan sebagainya. namun jika
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan bertambah, bila
penderita itu berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2009). Soeharso (1978) menyebutkan
15
4. Pemeriksaan X-ray menunjukan adanya dislokasi, ukuran antara ujung spina
dan garis depan corpus pada vertebra yang mengalami kelainan lebih panjang
Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah low
back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan X-ray dengan
(Bimariotejo, 2009). Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang
otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun
pain yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
a. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
16
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
2.2.3.3 Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya
pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.
Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang
menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini
dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan, 2008).
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat
saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995 dalam Idyan,
2008).
c. Penyakit Infeksi
17
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi terbagi atas dua
jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan
oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi
pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch,
2006 dalam Shocker, 2008). Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang,
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial
(Bimariotejo, 2009). Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada penderita LBP
bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga terjadi
kelemahan pada tungkai (Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah lumbal bawah,
kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki (Bimariotejo, 2009)
2.4 NYERI
18
2.4.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Smeltzer & Bare,
2002). Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus
menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Clancy & Mc. Vicar,
nonverbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri. Dengan demikian, ada 4 atribut
pasti dalam pengalaman nyeri, yaitu : nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan,
Perry, 2005). Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel inhibitor, mencegah stimulus
19
nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
yang bebas, tidak bermielin atau sedikit bermieln dari neuron aferen. Nosiseptor
tersebar luas pada kulit dan mukosa dan terdapat pada struktur-struktur yang lebih
dalam seperti pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu
(Kozier, 2004).
Nosiseptor memberi respon terhadap stimuli yang membahayakan
seperti stimuli kimiawi, thermal, listrik atau mekanis. Spasme otot menimbulkan
jaringan menjadi nyeri akibat tekanan (stimulus mekanis) kepada nosiseptor yang
bermielin dan cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil
serta lambat. Serabut A mengirim sensasi yang tajam, terlokalisasi dan jelas yang
melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri (Jones & Cory,1990 dalam
Potter & Perry, 2005). Serabut C menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk,
viseral dan terus menerus (Puntillo, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).
20
Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen
dan berakhir di bagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
transmisi sinapsis dari saraf perifer (sensori) ke saraf traktus spinotalamus (Paice,
1991 dalam Potter & Perry, 2005), yang memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan
lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat. Di traktus ini juga terdapat serabut-serabut
saraf yang berakhir di otak tengah, yang menstimulasi daerah tersebut untuk
mengirim stimulus kembali ke bawah kornu dorsalis di medulla spinalis (Paice, 1991
dengan cepat ke otak, termasuk pembentukan retikular, system limbik, talamus, dan
korteks sensori dan korteks asosiasi. Seiring dengan transmisi stimulus nyeri, tubuh
mampu menyesuaikan diri atau memvariasikan resepsi nyeri. Terdapat serabut saraf
Serabut ini disebut sistem nyeri desenden, yang bekerja dengan melepaskan
neuroregulator yang menghambat transmisi stimulus nyeri (Paice, 1991 dalam Potter
lebih tinggi di otak, talamus dan otak tengah. Dari talamus, serabut mentransmisikan
pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi (di
kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan sistem limbik (Paice, 1991 dalam Potter &
Perry, 2005). Di dalam sistem limbik diyakini terdapat sel-sel yang mengontrol
21
emosi, khususnya untuk ansietas. Dengan demikian, sistem limbik berperan aktif
mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak (Paice, 1991 dalam Potter & Pery
2005). Setelah transmisi saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi, maka
individu akan mempersepsikan sensasi nyeri dan terjadilah reaksi yang kompleks.
afektif dan kognitif-evaluatif (Potter & Perry, 2005). Persepsi menyadarkan individu
dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi. Penjelasannya
nyeri
c. Faktor-faktor yang menurunkan tingkat kesadaran (mis. Analgesik,
22
menghasilkan persepsi nyeri.
b. Pembentukan retikular menghasilkan respons pertahanan,
nyeri.
c. Sistem limbik mengontrol respon emosi dan kemampuan yaitu
koping nyeri.
3. Kognitif-Evaluatif
a. Pusat kortikal yang lebih tinggi di otak mempengaruhi persepsi.
b. Kebudayaan, pengalaman dengan nyeri, dan emosi, mempengaruhi
2.4.2.3 Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respons fisiologis dan perilaku
yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Reaksi terhadap nyeri meliputi beberapa
ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial akan menimbulkan reaksi “flightor
fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis
pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis dan system saraf
23
b. Respon Perilaku
Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah atau sering memanggil
perawat. Namun kurangnya ekspresi tidak selalu berarti bahwa klien tidak mengalami
akibat terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti. Klien mungkin masih memerlukan
perhatian perawat. Jika klien mengalami serangkaian episode nyeri yang berulang,
maka respon akibat dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat membantu
klien memperoleh kontrol dan harga diri untuk meminimalkan rasa takut akan
24
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung tidak lebih dari 6 bulan dan serangan
nyeri bersifat mendadak. Penyebab nyeri diketahui dan daerah nyeri juga dapat
diidentifikasi (Long, 1996). Nyeri akut yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai
imunologik (Benedetti et al, 1984; Yeager et al, 1987, dalam Potter & Perry, 2005).
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri
nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Jadi, nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton
& Hall, 1997). Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun yang
ekstensi
Sumber Eksternal atau dari dalam Tidak diketahu, tidak
terselubung
Waktu Transient Lama (Berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun)
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri dapat
25
diketahui dengan pasti dibedakan. Intensitas nyeri
sukar dievaluasi
Gejala klinis Respon khas, gejala lebih Pola respon bervariasi
jelas
Pola Membatasi diri Berlangsung terus,
intensitas bervariasi
Kegiatan Berusaha membebaskan Memodifikasi pengalaman
diri dari nyeri nyeri
Sumber: Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang (Long, 1996). Contoh, nyeri yang
menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cedera organ visceral (Hidayat, 2006).
Contoh, orang yang mendapat serangan jantung mengeluh nyeri pada bagian lengan
dalam abdomen dan dada (Guyton & Hall, 1997). Contoh, nyeri pada ulkus peptikum.
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Beberapa faktor mempengaruhi nyeri yang dialami oleh pasien, termasuk:
2.4.4.1 Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan mudah di masa yang akan datang. Apabila individu
26
sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat, maka ansietas akan muncul. Sebaliknya, apabila individu
mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi nyeri tersebut
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional,
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri dari pada individu yang memiliki status
berespon terhadap nyeri dan mengekpresikan nyeri. Terdapat variasi yang signifikan
dalam ekspresi nyeri pada budaya yang berbeda. Individu mempelajari apa yang
diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka (Kozier, 2004).
2.4.4.4 Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri khususnya
pada lansia dan anak-anak. Pada lansia, cara berespons terhadap nyeri mungkin
berbeda, persepsi nyeri mungkin berkurang, kecuali pada lansia yang sehat mungkin
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut member kesan ancaman, suatu
27
Nyeri dapat menyebabkan seseorang merasa kehilangan control
terhadap lingkungan atau hasil akhir dari peristiwa-peristiwa yang terjadi, jadi gaya
menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan
mengabaikannya. Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan
kornu dorsalis pada medula spinalis, talamus dan system limbik (Clancy & Mc Vicar,
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup
28
Serabut saraf A beta adalah serat saraf bermielin yang besar sehingga mengantarkan
impuls ke sistem saraf pusat jauh lebih cepat daripada serabut A delta atau serabut C.
Serabut ini berespon terhadap masase ringan pada kulit, pergerakan dan stimulasi
mencegahnya untuk terlalu terganggu dengan impuls yang datang dari sumber nyeri.
Serabut ini banyak terdapat di kulit sehingga stimulasi kulit dapat menurunkan
persepsi nyeri (Guyton & Hall, 1997). Apabila masukan yang dominan berasal dari
serabut A beta, maka gerbang akan menutup. Diyakini mekanisme penutupan ini
dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung pasien dengan lembut
memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi ini
ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf dalam kornu dorsalis pada medula
impuls listrik melewati celah sinaps di antara 2 serabut saraf. Serabut saraf tersebut
mentransfer tanda saraf melalui sebuah sinap (Potter & Perry, 2005).
Endorphin (berasal dari kata endogenous morphin) dan juga enkefalin, serotonin,
Enkefalin dan endorphin diduga dapat menghambat impuls nyeri dengan memblok
29
transmisi impuls ini di dalam otak dan medulla spinalis. Kadarnya yang berbeda
diantara individu menjelaskan mengapa stimuli nyeri yang sama dirasakan berbeda
oleh orang yang berbeda. Kadar ini dikendalikan oleh gen (Guyton & Hall, 1997;
Potter & Perry, 2005). Tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.
Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada
bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh
tulang rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan pada
tubuh
Sendi lutut merupakan bagian dari extremitas inferior yang menghubungkan
tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Fungsi dari sendi lutut ini adalah untuk
mengatur pergerakan dari kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini juga diperlukan
antara lain :
a. Otot- otot yang membantu menggerakkan sendi
30
b. Kapsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang yang bersendi
luasnya gerakan.
d. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk mengurangi gesekan
penghubung kedua buah tulang yang bersendi sehingga tulang menjadi kuat
condylus femoris diatas condylus tibiae. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi ini
yaitu gerakan fleksi , ekstensi dan sedikit rotatio. Jika terjadi gerakan yang melebihi
kapasitas sendi maka akan dapat menimbulkan cedera yang antara lain terjadi
joint), yaitu sendi yang mempunyai cairan sinovial yang berfungsi untuk membantu
pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih leluasa. Secara anatomis
persendian ini lebih kompleks daripada jenis sendi fibrous dan sendi cartilaginosa.
Permukaan tulang yang bersendi pada synovial joint ini ditutupi oleh lapisan
hyaline cartilage yang tipis yang disebut articular cartilage , yang merupakan
bantalan pada persambungan tulang. Pada daerah ini terdapat rongga yang
dikelilingi oleh kapsul sendi. Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat
kedua tulang yang bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada
31
1. Lapisan luar
Disebut juga fibrous capsul , terdiri dari jaringan connective yang kuat
yang tidak teratur Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari
periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal
cavum sendi dan bagian luar merupakan bagian dari articular cartilage..
Membran ini tipis dan terdiri dari kumpulan jaringan connective. Membran
ini menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan
sekresi dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang
kompleks dari polisakarida protein , lemak dan sel sel lainnya. Polisakarida
Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen inferior dari
tendon quadriceps femoris, bersendi dengan femur, dimana patella ini terletak
axial joints )yaitu sendi yang mempunyai arah gerakan pada satu sumbu. Sendi lutut
ini terdiri dari bentuk conveks silinder pada tulang yang satu yang digunakan untuk
32
Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi
ini terletak pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya
sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris
medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana ,
dan femur.
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk bulat,
pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan cartilago semilunaris. Pada bagian
bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella. Fascies
articularis femoris . tibiae dan patella diliputi oleh cartilago hyaline. Fascies
articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut sebagai
pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum patellae ini
femoris. Dipisahkan dari membran synovial sendi oleh bantalan lemak intra patella
dan dipisahkan dari tibia oleh sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris
33
2. Ligamentum Collaterale Fibulare Ligamentum ini menyerupai tali
dan melekat di bagian atas pada condylus lateralis dan dibagian bawah melekat pada
capitulum fibulae. Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan
lemak dan tendon m. popliteus. Dan juga dipisahkan dari meniscus lateralis melalui
bursa m. poplitei.
3. Ligamentum Collaterale Tibiae Ligamentum ini berbentuk seperti
pita pipih yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis femoris
dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini
menembus dinding capsul sendi dan sebagian melekat pada meniscus medialis. Di
kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut, letaknya membentang secara
oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada
dinding capsul dan fascia m. popliteus dan sebagian lagi membelok ke atas menutupi
tendon m. semimembranosus.
5. Ligamentum Transversum Genu Ligamentum ini terletak membentang
paling depan pada dua meniscus , terdiri dari jaringan connective, kadang- kadang
sangat kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua
34
bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae.
Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae.
1. Ligamentum Cruciata Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan
kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan
medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk
dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ligamentum cruciatum anterior
berfungsi untuk mencegah femur bergeser ke posterior terhadap tibiae. Bila sendi
lutut berada dalam keadaan fleksi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah
berjalan kearah atas , depan dan medial, untuk dilekatkan pada bagian anterior
permukaan lateral condylus medialis femoris. Serat- serat anterior akan mengendur
bila lutut sedang ekstensi, namun akan menjadi tegang bila sendi lutut dalam keadaan
terhadap tibiae. Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi , ligamentum cruciatum
potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat
pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas . Permukaan
35
meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum
collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan
popliteus, sebagian kecil dari tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang
demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila di
quadriceps femoris dan didepan menutupi patella menuju permukan anterior dari
femur diatas tubrositas sendi. Kemudian capsula ini berlanjut sebagai loose membran
yang dipisahkan oleh jaringan lemak yang tebal dari ligamentum patellae dan dari
bagian tengah dari retinacula patellae menuju bagian atas tepi dari dua meniscus dan
36
ke bawah melekat pada ligamentum cruciatum anterior . Selanjutnya capsula
articularis ini menutupi kedua ligamentun cruciatum pada sendi lutut sebagai suatu
lembaran dan melintasi tepi posterior ligamentum cruciatum posterior. Dari tepi
medial dan lateral dari fascies articularis membentuk dua tonjolan , lipatan synovial,
plica alares yang terkumpul pada bagian bawah. Kesemuanya hal ini membentuk
pada bidang sagital menuju cavum sendi dan melekat pada bagian paling bawah dari
tepi fossa intercondyloidea femoris. Plica ini merupakan lipatan sagital yang lebar
pada synovial membran. Lipatan ini membagi cavum sendi menjadi dua bagian ,
Sehingga regio epicondylus tetap bebas. Kapsul sendi kemudian menutupi permukaan
cartilago , dan bagian permukaan anterior dari femur tidak ditutupi oleh cartilago.
Pada tibia capsul sendi ini melekat mengelilingi margo infraglenoidalis, sedikit
bagian bawah dari permukaan cartilago, selanjutnya berjalan kebawah tepi dari
bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m. popliteus.
Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis
dan tendon m. popliteus. Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di
depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya
37
2.5.7.1 Bursa Anterior
1. Bursa Supra Patellaris
Terletak di bawah m. quadriceps femoris dan berhubungan erat
permukaan anterior tibiae. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui jaringan lemak
yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur pergerakan
38
1. N. Femoralis
2. N. Obturatorius
3. N. Peroneus communis
4. N. Tibialis
2.5.9 Suplai Darah
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar
sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari descending genicular arteri
circumflexia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Aliran vena pada
sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan memasuki vena
femoralis.
inguinal superficialis. Sebagian lagi aliran lymph ini akan memasuki lymph node
popliteal, dimana aliran lymph berjalan sepanjang vena femoralis menuju deep
sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah bagian belakang dengan paha.
Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan dibatasi mula-mula
oleh ligamentum cruciatum anterior yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih
lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale mediale
39
posterior ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan. Sehingga sewaktu sendi
lutut mengalami ekstensi penuh ataupun sedikit hiper- ekstensi , rotasi medial dari
femur mengakibatkan pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi,
dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kaku. Rotasio femur
mirip bantal karet diantara condylus femoris dan condylus tibialis. Lutut berada
mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan condylus lateralis.
Bila sendi lutut di gerakkan ke depan , femur ditahan oleh ligamentum cruciatum
Sewaktu ekstensi berlanjut , bagian yang lebih rata pada condylus femoris bergerak
kebawah dan cartilago semilunaris harus menyesuaikan bentuknya pada garis bentuk
condylus femoris yang berubah. Selama tahap akhir ekstensi , bila femur mengalami
diantara permukaan sendi. Peristiwa mengurai dan terlepas dari keadaan terkunci ini
dilaksanakan oleh m. popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu
40
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90 derajat , maka kemungkinan rotasio
depan dan belakang terhadap femur , hal ini dimungkinkan karena ligamentum utama,
yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan kigamentum. Dari faktor-faktor
ini , tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas ahli fisioterapi untuk
BAB III
KERANGKA KONSEP
41
Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian
adalah seluruh pasien yang dirawat dengan keluhan nyeri sendi punggung dan lutut di
RS Ibnu Sina Makassar. Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
peningkatan kadar asam urat dalam darah denga nkeluhan nyeri sendi pinggung dan
lutut pada subjek penelitian dimana pengumpulan datanya ditinjau dari penderita
nyeri sendi dengan melihat kadar asam urat dalam darahnya serta memberikan
pertanyaan melalui kuesioner. Desain ini sesuai dengan tujuan dari studi ini, yaitu
untuk mengetahui hubungan antara peningkatan kadar asam urat dalam darah dengan
Penilitian ini akan dilakukan di RS Ibnu Sina Makassar pada bulan April 2013
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien dengan keluhan nyeri pinggung dan lutut. Adapun sampel yang
digunakan ialah seluruh pasien dengan keluhan nyeri pinggung dan lutut di RS Ibnu
Sina Makassar.
3.3.2 Sampel
42
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.
a. Kuesioner
Data yang didapat diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik yaitu
Dan Analisis data kualitatif secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi.
43
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian), dan masyarakat yang memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut.
itu sendiri berisi pernyataan bahwa peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan
kepentingan penelitian.
Sarana yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kuesioner, data sekunder
pasien di RS Ibnu Sina Makasssar, alat tulis, kertas, komputer, dan alat hitung.
44