Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat
ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut
disebabkan oleh kuman bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama
pesteurellosis atau yersiniosis / plague. Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang
disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada
tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia.
Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian
bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi
septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat
disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan
antibiotika.Penyakit pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui
Tanjung Perak, Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas,
Semarang, tahun 1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui
pelabuhan Tegal. Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat
245.375 orang, kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.
Plague merupakan penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia
pestis(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh
hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah,
dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di
beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas.
Di Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta
penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis
wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system
limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah
dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir
berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah
lembayung.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU
nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan
RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat
menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya
tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar
Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah
diupayakan penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang
mendukung, seperti surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan
pengiriman spesies, pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan
metal life trap.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa definisi dari pes?
1.2.2 Apa penyebab dari pes?
1.2.3 Apa vektor dari penyakit pes?
1.2.4 Bagaimana cara penularan penyakit pes?
1.2.5 Bagaimana gejala klinis dari penyakit pes?
1.2.6 Bagaimana diagnosis dari penyakit pes?
1.2.7 Bagaimana cara pencegahan penyakit pes?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit pes?
1.2.9 Bagaiamana pencatatan dan pelaporan terkait dengan penyakit pes?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari pes?
1.3.2 Mengetahui penyebab dari pes?
1.3.3 Mengetahui vektor dari penyakit pes?
1.3.4 Mengetahui bagaimana cara penularan penyakit pes?
1.3.5 Mengetahui bagaimana gejala klinis dari penyakit pes?
1.3.6 Mengetahui bagaimana diagnosis dari penyakit pes?
1.3.7 Mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit pes?
1.3.8 Mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit pes?
1.3.9 Mengetahui bagaiamana pencatatan dan pelaporan terkait dengan penyakit pes?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat
ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut
disebabkan oleh kuman bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama
pesteurellosis atau yersiniosis / plague.
2.2 Penyebab
Pes disebabkan oleh Kuman / bakteri yersinia pestis (pasteurella pestis). Kuman
berbentuk batang, ukuran 1,5 x 5,07 mikron. Bersifat bipolar, non sporing. Gram
negatif. Pada suhu 280 C merupakan suhu optimum tetapi kapsul terbentuk tidak
sempurna, pada suhu 370 C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri
tersebut.
2.3 Vektor Pes
Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu :
Xenopsylla cheopis, culex iritans, neopsylla sondaica dan stivalus cognatus.
Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci).
Kucing di Amerika juga pada anjing.
2.4 Cara Penularan
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.
Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit, dapat ditularkan ke
hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang
mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan
tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
1) Silvatic --- Flea --- Human
Penularan pes secara eksidental dapat terjadi pada orang-orang yang bila digigit oleh
pinjal tikus hutan yang infektif. Ini dapat terjadi pada pekerja-pekerja di hutan,
ataupun pada orang-orang yang mengadakan rekreasi / camping di hutan.
2) Silvatic --- Direct Contact --- Human
Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus hutan,
misalnya para biologi yang sedang mengadakan peneliian di hutan, dimana ianya
terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes.
3) Comersal --- Flea --- Human
Kasus yang umum terjadi dimana penularan pes pada karena digigit oleh pinjal
infeksi setelah menggigit tikus dosmetik / komersial yang mengandung kuman pes.
4) Silvatic --- Flea --- Domestic --- Human --- Flea
Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia
culex iritans kuman manusia.
5) Human --- Human Flea --- Human
Penularan pes dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia
culex iritans (human flea).
6) Human --- Droplet --- Human
Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain melalui
percikan ludah atau pernapasan.
2.5 Gejala Klinis
Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2 – 6 hari, sedang masa inkubasi
untuk pes paru-paru adalah 2 – 4 hari.
1) Pes bubo
a. Demam tinggi
b. Tubuh menggigil
c. Perasaan tidak enak, malas
d. Nyeri otot
e. Sakit kepala hebat
f. Pembengkakan kelenjar lipat paha, ketiak dan leher (bubo sebesar buah duku,
bentuk oval dan lunak, serta nyeri)
g. Pembengkakan kelenjar limpa.
h. Serangan tiba-tiba
2) Pes pneumonic
a. Batuk hebat
b. Berbuih air liur berdarah
c. Susah bernafas
d. Sesak nafas
2.6 DIAGNOSIS
1) Diagnosis lapangan
Diagnosis di lapangan ditemukan adanya tikus mati tanpa sebab-sebab yang jelas
(rat fall) di daerah fokus pes atau belas fokus pes.
2) Diagnosis klinis
a. Adanya demam tanpa sebab-sebab yang jelas (FUO = Fever Uknwon Origin)
timbal bubo / mringkil / sekelan (pembengkakan kelenjar) sebesar buah duku
pada leher / ketiak / selangkangan.
b. Batuk darah mendadak tanpa gejala yang jelas sebelumnya.
c. Human Hulan Flea Human
d. Human Human
3) Diagosis laboratorium
Macam-macam pemeriksaan yang dilakukan laboratorium adalah :
a. Pemeriksaan serologi
Spesimen yang diperiksa adalah serum, yang berasal dari :
1. Roden (tikus)
2. Manusia
3. Spesices hewal lain seperti anjing, kucing
4. Spesimen hewan, manusia dinyatakan positif pada tikus 1 : 128
b. Pemeriksaan bakteriologi
Spesimen yang diperiksa :
1. Untuk manusia : darah, bubo, sputum
2. Organ tikus : limpa, paru, hati
3. Pinjal
2.7 Pencegahan
Pencegahan penyakit pes dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat dengan cara mengurangi atau mencegah terjadinya
kontak dengan tikus serta pinjalnya.
Cara mengurangi atau mencegah terjadinya kontak antara tikus beserta
pinjalnya dengan manusia seperti :
1) Penempatan kandang ternak di luar rumah.
2) Perbaikan konstruksi ruah dan gedung-gedung sehingga mengurangi kesempatan
bagi tikus untuk bersarang (raf proof).
3) Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca
sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya.
4) Lantai semen.
5) Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di tempat yang tidak dicapai atau
mengundang tikus.
6) Melaporkan kepada petugas puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati
tanpa sebab yang jelas (rat fall)
7) Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah.
2.8 Penatalaksanaan
1) Untuk tersangka pes:
a. Tetracycline 4 x 250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut atau
b. Cholamphenicol 4 x 250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut
2) Untuk penderita pes:
Streptomycine dengan dosis 3 gram / hari (IM) selama 2 hari berturut-turut,
kemudian dosis dikurangi menjadi 2 gram / hari selama 5 hari berturut-turut. Setelah
panas hilang dilanjutkan dengan pemberian :
a. Tetracycline 4 – 6 gram / hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram / hari selama 5 hari berturut atau
b. Cholamphenicol 6 – 8 gram / hari selama 5 hari berturut-turut, kemudian dosis
diturunkan menjadi 2 gram / hari selama 5 hari berturut-turut.
3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada
a. Penduduk yang kontak (serumah) dengan penderita pes bubo.
b. Seluruh penduduk desa / dusun / RW jika ada pes paru.
Tetapi yang dianjurkan adalah dengan pemberian tetracycline 500 mg / hari selama
10 hari berturut-turut.
2.9 PENCATATAN DAN PELAPORAN
Sistem pencatatan dan pelaporan menggunakan sistim yang berlaku dan
bilamana diperlukan dapat menggunakan formulir khusus. Data yang dipergunakan
untuk mengetahui situasi epidemiologi pes di suatu daerah antara lain :
1) Jumlah penderita / tersangka penderita pes (panas dan bubo, panas disertai batuk
darah yang akut).
2) Jumlah kematian penderita pes.
3) Data rat fall (tikus mati).
4) Jumlah spesimen dari hewan dan manusia yang dikumpulkan.
5) Jumlah spesimen dari hewan dan manusia yang positif.
6) Macam dan jumlah spesies pinjal.
7) Macam dan jumlah spesies pinjal.
8) Flea indeks
Dalam keadaan kejadian di luar biasa / wabah maka system pelaporan yang
digunakan :
1) Laporan bersifat segera (sistim pelaporan 24 jam).
2) Laporan khusus (mingguan) yang berisi :
- Jumlah kasus dan kematian.
- Penyebaran geografis.
- Tindakan-tindakan dan hasilnya.
- Bantuan yang dibutuhkan dari pusat dll.
3) Laporan penanggulangan KLB / wabah secara menyeluruh (dari permulaan wabah
sampai selesai)
DAFTAR PUSTAKA

Hamsafir, Evan. 2010. Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes.


http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-
penyakit-pes.html. Diakses pada tanggal 6 Desember 2018.
Mitcell, dkk. 2008. Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Solocats. 2008. Plague/Penyakit Pes.
http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakit-pes.html. Diakses pada
tanggal 6 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai