Uji Skoring 2 (Fiks)
Uji Skoring 2 (Fiks)
UJI SENSORIS
ACARA SKORING 2
KELOMPOK 2
Nama Kelompok:
Cara kerja
- Dihadapkan saudara sudah disediakan sampel untuk dinilai tingkat kekerasannya.
- Memberikan penilian tingkat kekerasan sampel dari 1 sampai 8 nilai 1 tekstur sampel
lunak nilai 8 sangat keras.
IV. Hasil Pengamatan
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could
/STATISTICS HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
Oneway
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
N of Rows in Working 72
Data File
/STATISTICS
HOMOGENEITY
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN LSD
ALPHA(0.05).
[DataSet0]
Test of Homogeneity of Variances
berbeda nyata
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.689 3 68 .562
ANOVA
berbeda nyata
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Total 250.875 71
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
berbeda nyata
N 1 2 3
692 18 4.39
dime
nsion 321 18 5.89
1
304 18 6.50
V. PEMBAHASAN
Uji scoring merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar-benar
tahu mengenai atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan
untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan,
kekerasan, danwarna. Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi pengukuran
subyektif dengan obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat)
(Kartika et al., 1988). Uji skoring merupakan uji dimana panelis diminta untuk
menilai penampilan sampel berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai.
Menurut Soekarto (1985), uji skoring merupakan pengujian dengan menggunakan
skala angka satu sebagai nilai terendah dan angka tujuh sebagai nilai tertinggi.
Skala angka dan spesifikasi ini dicantumkan dalam scoresheet. Panelis harus
paham benar akan sifat yang dinilai.
Uji skoring termasuk dalam jenis uji skalar dalam evaluasi sensori. Pada uji skalar
penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran ini dapat
dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik.
Besaran skalar digambarkan dalam: pertama, bentuk garis lurus berarah dengan
pembagian skala dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan
degradasi yang mengarah (seperti contoh degradasi warna dari sangat putih
sampai hitam). Sedangkan dalam skala numerik dinyatakan dengan angka yang
menunjukkan skor dari atribut mutu yang diuji. Dengan demikian uji skoring
merupakan jenis pengujian skalar yang dinyatakan dalam skala numerik (Susiwi,
2009). Menurut Stone dan Joel (2004), uji skoring juga dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya perbedaan kualitas diantara beberapa produk sejenis dengan
memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu dari suatu produk.
Dari hasil tabel diatas maka didapatkan hasil perhitungan uji skoring yang
menunjukan berbeda nyata hal ini terjadi karena angka yang ditunjukan berbeda
dengan angka yang lainnya.
VI. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh diatas maka dapat disimpulkan tingkat kekerasan
crekers ini berbeda nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan Gizi. UGM. Yogyakarta.
Raharjo, Julia T. M., 1988. Uji Indrawi. Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Rakhmah, Y. 2012. Studi Pembuatan Bolu dari Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Stone, Herbert dan Joel L Sidel. 2004. Sensory Evaluation Practices, edisi ketiga. California,
USA: Elsevier Academic Press.
Untoro, N.S., Kusrahayu dan B.E. Setyani. 2012. Kadar Air, Kekenyalan, Kadar Lemak Dan
Citarasa Bakso Daging Sapi Dengan Penambahan Ikan Bandeng Presto (Channos Channos
Forsk). Animal Agriculture Journal. 1(1) :567-583.
Winarno. 1993. Pangan Gizi, teknologi konsumen. gramedia pustaka utama. Jakarta