Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Kepaniteraan
Senior BagianIlmu Kedokteran Forensik
Disusun oleh :
Sesria Nasution 1611901050
Samiratul Qulbi 1711901024
Artria Pradya Sepni 1711901005
Toto Marzuki 1711901030
M. Ibnu Rahman Syah 1711901020
Residen Pembimbing
dr. Liya Suwarni
Dosen Penguji
dr. Abraham, Sp. F
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 16 JULI – 11 AGUSTUS 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas journal reading yang berjudul “Stature And Sex
Estimation Using Foot Measurements.” Journal reading ini diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) pada Ilmu Kedokteran Forensik di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Kariadi. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang berilmu pengetahuan seperti
yang kita rasakan saat ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan journal reading ini, khususnya kepada dr. Abraham, Sp. F selaku
penguji presentasi dan dr. Liya Suwarni yang telah berkenan membimbing dalam penulisan
journal reading ini, serta seluruh rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi atas kebersamaan dan kerja sama yang telah terjalin
selama ini.
Penulis menyadari bahwa journal reading ini masih banyak kekurangan, oleh karena
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan untuk menjadikan journal reading ini lebih baik lagi. Besar harapan semoga
journal reading ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
BAB II
Perkiraan Tinggi Badan Dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pengukuran Panjang Kaki
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan formula untuk perkiraan dan estimasi
jenis kelamin berdasarkan panjang kaki dan lebar kaki pada ras utama Malaysia. Sebanyak 150
subjek (75 pria dan 75 wanita) mulai usia 20 tahun hingga 30 tahun diambil dari Universitas
Kebangsaan Malaysia Kampus Kuala Lumpur (UKMKKL). Analisis statistik menunjukkan
bahwa variasi bilateral tidak signifikan untuk semua pengukuran kaki. Perbedaan jenis kelamin
ditemukan sangat signifikan untuk semua pengukuran. Untuk perkiraan ras lebih tinggi secara
signifikan di Cina daripada Melayu tetapi tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan di
semua pengukuran kaki. Korelasi tertinggi ditemukan antara tinggi badan dan panjang kaki di
semua kelompok. Analisis regresi linier dan berganda digunakan untuk estimasi tinggi badan.
Koefisien korelasi antara perkiraannya dan semua pengukuran kaki ditemukan positif dan
signifikan secara statistik. Estimasi tinggi badan ditemukan paling banyak akurat dengan analisis
regresi berganda. Rumus untuk estimasi jenis kelamin diperoleh dengan menggunakan Pohon
Klasifikasi. Rumus estimasi jenis kelamin dapat membantu menentukan jenis kelamin dengan
86,3% - 87,5% pada perempuan dan 85,2% - 85,7% pada laki-laki dengan menggunakan panjang
kaki sementara 68,4% - 76,8% pada perempuan dan 77,8% - 81,0% pada laki-laki dengan
menggunakan lebar kaki.
4
Pendahuluan
Perkiraan tinggi badan dan jenis kelamin adalah parameter fundamental dalam menentukan
identitas yang tidak diketahui (Jasuja dan Singh 2004; Celbis dan Agritmis 2006).1,2 Banyak
kasus bencana masal seperti kecelakaan pesawat dan kecelakaan kereta api terjadi saat ini.
Dalam kejadian-kejadian ini banyak tubuh manusia ditemukan terpotong-potong dan terpecah-
pecah. Kondisi ini menyembunyikan identitas korban dan membuat proses identifikasi menjadi
sulit karena manusia terpotong tetap tidak dapat dikenali (Zeybek., et al. 2008).3 Sebagai
tambahan, potongan-potongan bagian tubuh ditemukan dibuang di selokan atau tempat
pembuangan sampah di kasus-kasus pembunuhan. Identitas harus ditentukan melalui bagian-
bagian tubuh ini (Agnihotri., et al. 2007).4 Pengukuran berbagai bagian tubuh akan memberikan
perkiraan yang baik tentang tinggi badan dan jenis kelamin seseorang untuk membantu dalam
identifikasi pribadi (Krishan dan Sharma, 2007).5 Tulang panggul, gigi dan vertebra adalah
daerah anatomi yang paling berguna untuk tujuan identifikasi. Namun ini tidak dapat digunakan
ketika mereka telah hancur atau tidak lengkap. Kaki dapat berguna dalam situasi ini seperti kaki
yang dilindungi oleh sepatu (Jeremy Rich., et al. 2003; Rich, et al. 2003; Agnihotri., et al.
2007).4,6,7 Kaki telah dipelajari secara luas memberikan informasi tentang seorang individu
ketika hanya kaki individu yang ditemukan. Upaya telah dilakukan untuk memperkirakan
perawakan dan seks dari panjang kaki dan lebar kaki berdasarkan persamaan statistik dan rumus
(Kanchan., et al. 2008).8
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan formula dalam memperkirakan tinggi
badan dan jenis kelamin dari individu yang tidak diketahui dengan menggunakan panjang dan
lebar kaki. Tidak ada penelitian yang tersedia mengenai perkiraan tinggi badan dan jenis kelamin
dari pengukuran kaki di populasi Malaysia. Malaysia terdiri dari berbagai ras Melayu, India,
Cina dan minoritas lainnya seperti Iban dan Kadazan. Populasi dalam Malaysia sekarang terdiri
dari 65,1% Melayu, 26% Cina, 7,7% India dan sisanya 1,2% merupakan kelompok minoritas
lainnya (Pandian 2008).9 Setiap kelompok ras membutuhkan formula yang berbeda karena
variasi ras dan etnis muncul di berbagai wilayah (Moudgil., Dkk. 2008).10 Rumus hanya dapat
digunakan dalam populasi yang sama di mana formula dikembangkan (Steyn 1997; Hauser., et
5
al. 2005).11,12 Oleh karena itu formula yang dikembangkan hanya dapat digunakan di populasi
Malaysia.
Semua pengukuran diambil dalam satuan milimeter (mm). Perawakan diambil dari titik vertek ke
lantai dimana subjek dalam posisi berdiri menggunakan meteran tubuh. Subjek harus berdiri di
dinding, kedua kaki harus bersentuhan dengan satu sama lain dan dadanya menempel di
sepanjang dinding. Kepala diadakan di Frankfurt plane (telinga-mata sejajar) dengan menjaga
kommisura palpebral lateral dan ujung daun telinga dari pinna dalam bidang horizontal sejajar
dengan kaki dengan mematuhi posisi anatomis (Gambar 1A). Panjang kaki kanan (RFL) dan
panjang kaki kiri (LFL) diukur dari titik paling anterior dan posterior dari kaki (Gambar 1B).
Lebar kaki kanan (RFW) dan lebar kaki kiri (LFL) diukur dari permukaan tulang metatarsal
pertama ke tulang metatarsal kelima (Gambar 1C) (Krishan dan Sharma 2007; Zeybek., dkk.
2008).3,5
6
Semua data numerik dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS 15.0. Semua pengukuran
disajikan secara deskriptif statistik. T-test independen digunakan untuk membandingkan
pengukuran kaki kanan dan kiri dan pengukuran kaki antara jenis kelamin dan ras. Hubungan
antara perawakan dan pengukuran kaki ditentukan oleh korelasi pearson. Analisis linear dan
analisis regresi berganda digunakan untuk mengembangkan formula untuk perawakan sementara
klasifikasi pohon digunakan untuk memperkirakan jenis kelamin seseorang.
Tabel 1 menunjukkan perbedaan bilateral dalam semua subjek. Umumnya nilai rata-rata panjang
kaki lebih tinggi di kaki kanan sedangkan rata-rata nilai lebar kaki lebih tinggi pada kaki kiri.
Namun tidak ada perbedaan bilateral yang signifikan secara statistik dalam pengukuran panjang
kaki dan lebar kaki. Temuan ini sesuai dengan Krishan dan Sharma (2007) dan Ozden., Dkk.
(2005).5 Namun sejumlah penelitian melaporkan bahwa ada perbedaan bilateral yang signifikan
pada panjang kaki dan lebar kaki (Tyagi., dkk. 2004; Krishandan Sharma 2007; Sen dan Ghosh
2008; Kanchan., Dkk. 2008a).5,8,14,15
Statistik komparatif dengan standar deviasi standar nilai mean deviasi dan p-value untuk setiap
pengukuran dalam jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) pada ras (Melayu dan Cina) dan
kombinasi seks dan ras dapat dilihat masing-masing pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Semua
pengukuran lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini secara
statistik signifikan (p<0,05). Laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena periode pubertas.
Usia pubertas pada laki-laki adalah 2 tahun lebih lambat dari perempuan di mana memungkinkan
mereka memiliki tambahan waktu untuk pertumbuhan tubuh (Krishan dan Sharma 2007).5
Kromosom Y juga terkait erat dengan perawakannya. Laki-laki lebih tinggi dengan peningkatan
panjang pita heterokromatik Yq12 di kromosom Y (Kanchan., dkk. 2008a).8 Selain laki-laki
yang punya ukuran tubuh yang lebih besar akan memiliki ukuran kaki yang lebih besar dalam
7
membantu mereka untuk berdiri tegap (McGinnis 2005).16 Sepatu hak tinggi adalah faktor lain
berkontribusi bahwa perempuan lebih pendek dari laki-laki. Otot betis akan berkontraksi dan
cenderung memendek dari waktu ke waktu dengan pemakaian sepatu biasa.Ketika kaki diremas
ke dalam ruang kecil jari-jari kaki menekuk dan meringkuk agar pas dengan sepatu hak tinggi.
Jari-jari kaki dapat menjadi tetap dalam posisi inidan menjadi hammertoe. Seiring waktu, ukuran
kaki menjadi lebih kecil (Silvers dan Williams 2010).17
Dalam perawakan Melayu lebih tinggi secara signifikan daripada di Cina tetapi tidak signifikan
dalam semua pengukuran kaki. Laki-laki Melayu lebih rendah dalam perawakan tetapi lebih
tinggi dalam panjang kaki dan lebar kaki daripada laki-laki Cina. Perempuan Melayu memiliki
tubuh yang lebih rendah dan panjang kaki tetapi lebih tinggi dengan lebar kaki daripada
8
perempuan Cina. Perawakan dan ukuran kaki berbeda dalam ras mungkin karena faktor gaya
hidup, gizi, genetik dan jenis sepatu (Lai 2006; Savige., dkk. 2007; Zeybek., dkk. 2008).18,19
Korelasi antara perawakan dan pengukuran kaki dalam ras, jenis kelamin dan kombinasi seks
dan ras dievaluasi dan masing-masing ditunjukkan dalam Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7. Di
semua kelompok korelasi tertinggi antara perawakan dan pengukuran kaki ditemukan dengan
panjang kaki. Hasilnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeybek, dkk. (2008) dan
Kanchan., Dkk. (2008). Ini dapat mengindikasikan bahwa panjang kaki secara anatomis terlibat
dalam perawakan seseorang (Krishan dan Sharma 2007).3,5,8
Panjang kaki dan lebar kaki dievaluasi untuk mengembangkan rumus dalam estimasi tinggi
badan menggunakan analisis regresi linier. Banyak analisis regresi digunakan untuk
mengembangkan formula dari kombinasi panjang kaki dan lebar kaki. Tabel 8, Tabel 9 dan
Tabel 10 mengilustrasikan persamaan regresi untuk estimasi tinggi badan dari pengukuran kaki
untuk penggunaan umum setiap jenis kelamin dan kombinasi seks dan ras masing-masing.
Panjang kaki dalam semua kelompok menunjukkan koefisien korelasi yang lebih tinggi (R)
dengan perawakan selain dari lebar kaki. Dengan demikian persamaan regresi linier
menggunakan panjang kaki adalah parameter terbaik untuk estimasi tinggi badan (Krishan dan
9
Sharma 2007;Agnihotri., Dkk. 2007a).4,5 Beberapa persamaan regresi memberikan hasil yang
lebih baik daripada persamaan regresi linear (Rastogi., Et al.2008) sebagai nilai R tertinggi
dalam kombinasi panjang kaki dan lebar kaki di semua formula.20
Titik penyimpangan perkiraan jenis kelamin untuk panjang kaki adalah 241,50 mm sementara
lebar kaki adalah 93,81 mm. Dengan nilai panjang kaki yang sama dengan atau kurang dari
241,50 mm dievaluasi sebagai perempuan sementara lebih dari 241,50 mm dievaluasi sebagai
laki-laki. Pada lebar kaki nilai yang sama dengan atau kurang dari 93,81 mm dievaluasi sebagai
perempuan sementara lebih dari 93,81 mm dievaluasi sebagai laki-laki. Ketika studi sebelumnya
diperhitungkan, Pohon Klasifikasi digunakan untuk pertama kalinya dalam estimasi jenis
kelamin. Ini memberikan akurasi 85,7% hingga 86,7% dalam estimasi jenis kelamin melalui
10
panjang kaki dan 77,8% hingga 81% melalui lebar kaki. Hasilnya menunjukkan bahwa panjang
kaki memberikan prediksi yang lebih baik dari jenis kelamin yang tidak diketahui (Tabel 11).
Hasil dari penelitian ini telah memberikan kontribusi antropologi forensik dalam estimasi tinggi
menggunakan panjang kaki dan/ atau lebar kaki. Ini bisa diterapkan dalam penyelidikan TKP
oleh petugas polisi untuk mempersempit pencarian dalam istilah perawakan dan / atau jenis
kelamin untuk dicurigai jika bukti cetak kaki ditemukan di TKP serta untuk identifikasi korban
jika hanya kaki atau kaki ditemukan dari tempat kematian.
Kesimpulan
Disimpulkan bahwa pengukuran kaki dapat memberikan akurasi yang baik dalam
memperkirakan tinggi badan dan jenis kelamin dalam penyelidikan forensik. Panjang kaki
memberikan estimasi tinggi badan dan jenis kelamin yang lebih baik daripada lebar kaki.
Beberapa persamaan regresi memberikan hasil yang lebih baik daripada persamaan regresi linier.
Pohon klasifikasi adalah metode paling sederhana untuk menentukan jenis kelamin seseorang
tanpa memperhitungkan kalkulasi. Ini memberikan dampak yang signifikan untuk studi
antropologi forensik dalam perawakan dan estimasi jenis kelamin menggunakan panjang kaki
dan/ atau lebar kaki.Namun pembatasan pada formula yang dihasilkan adalah bahwa itu dapat
diterapkan untuk orang Malaysia termasuk Melayu dan orang Cina berusia 20-30 tahun. Studi
lebih lanjut harus dilakukan pada populasi yang lebih beragam untuk implikasi di masa depan.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan antropometri sebagai salah satu metode untuk mengukur status gizi
masyarakat sangat luas. Antropometri berasal dari kata antrophos dan metros. Antrophos
memiliki arti tubuh, sedangkan metros adalah ukuran. Antropometri yaitu ukuran dari tubuh.
Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan di
masyarakat. Antropometri dalam pengertian adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan
susunan tubuh dan bagian khusus tubuh (Potter & Perry, 2006). Contoh penggunaan:
Program gizi masyarakat dalam pengukuranstatus gizi balita, kegiatan penentuan status gizi
masyarakat.
Pengertian pertumbuhan (growth) dan perkembangan mencakup peristiwa yang
statusnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan merupakan
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai
remaja. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan perkembangan lebih
menekankan pada mental dan kejiwaan seseorang. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Kecepatan pertumbuhan
berbeda pada setiap tahapan kehidupan, hal ini dipengaruhi oleh:
1. Kompleksitas dan ukuran dari organ
2. Rasio otot dengan lemak tubuh
Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi badan,
ditandai dengan perubahan otot, lemak dan perkembangan organ yang diikuti oleh
kematangan hormon seks. Pertumbuhan yang optimal sangat dipengaruhi oleh potensi
biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang saling berkaitan: genetik, lingkungan biopsikososial, dan perilaku.
Perkembangan (development) menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan emosi,
12
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan
merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan
atau penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat,
khususnya diotak. Perkembangan anak yang sehat searah dengan pertumbuhannya.
Pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik sedangkan perkembangan lebih
menekankan pada aspek pematangan fungsi organ, terutama kematangan sistem saraf pusat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
a. Faktor Internal (Genetik)
1) Modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan
2) Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, yang ditandai
dengan:
(a) Intensitas dan kecepatan pembelahan,
(b) Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,
(c) Umur pubertas,
(d) Berhentinya pertumbuhan tulang.
Gangguan pertumbuhan:
a. Di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetik.
b. Di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga oleh lingkungan
yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal.
Menurut Jellife D.B. (1989), yang termasuk faktor internal adalah genetik, obstetrik, dan
seks.
b. Faktor Eksternal (Lingkungan)
1) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal. Yang
termasuk faktor lingkungan adalah biofisik psikososial.
Faktor lingkungan dibagi dua:
o Faktor pranatal
o Faktor pascanatal
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah:
(a) Lingkungan Pranatal
o Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir.
13
o Meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, stress, anoksia embrio.
(b) Lingkungan Pascanatal
o Dipengaruhi oleh lingkungan
o Meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial, keluarga
dan adat-istiadat. Contoh;
Internal
a. Genetik Individu (keluarga)
Ras/ lingkungan intrauterin (ketidakcukupan plasenta)
b. Obstetrik BBLR
Lahir kembar
c. Seks
Laki-laki lebih panjang dan berat
Eksternal
a. Gizi
- Gizi Fetus (diet maternal: protein, energi dan iodium)
- Gizi Bayi (ASI dan susu botol)
- Gizi Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D dan asam
folat
b. Obat-obatan Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-obat lainnya
c. Lingkungan Iklim
d. Penyakit
o Endokrin hormon pertumbuhan
o Infeksi bakteri akut dan kronis, virus dan cacing
o Kongenital anemia sel sabit, kelainan metabolisme sejak lahir
o Penyakit kronis kanker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal
dan hati
o Psikologis Kemunduran mental/ emosi.
Jenis-Jenis Pertumbuhan
1. Pertumbuhan linear
a. Menggambarkan status gizi pada masa lampau.
14
b. Bentuk dan ukuran pertumbuhan linear berhubungan dengan panjang.
c. Contoh ukuran panjang: panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala.
2. Pertumbuhan massa jaringan
a. Menggambarkan status gizi pada saat sekarang atau pada saat pengukuran.
b. Bentuk dan ukuran massa jaringan: massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan :
berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang paling sering
digunakan adalah berat badan.
15
- Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khususprofesional, dapat oleh tenaga lain
setelah mendapatpelatihan.
- Biaya relatif murah.
- Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of point dan buku rujukan yang sudah pasti.
- Secara ilmiah diakui kebenarannya.
16
2. Lebar siku
3. Rasio lingkar pinggang panggul(waist-hip circumference ratio)
4. Tinggi lutut
5. Perubahan berat badan Suprailiac skinfold
6. Berat badan
7. Lingkar kepala Lingkar lengan atas (LILA) Triceps skinfold
17
g. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot,khususnya terjadi pada
orang kekurangan gizi.
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:
a. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
b. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan.
c. Umum dan luas dipakai di Indonesia.
d. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
e. Digunakan dalam KMS.
f. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
g. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi: dacin.
3) Tinggi Badan(TB)
Tinggi Badan merupakan antropometri yangmenggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaa normal, TB tumbuh seiring denganpertambahan
umur. Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurangsensitif pada masalah kekurangan
gizi dalam waktusingkat. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap TB akannampak dalam
waktu yang relatif lama.
Tinggi Badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yangtelah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidakdiketahui dengan tepat, serta dapat digunakan
sebagai ukuran kedua yang penting, karena denganmenghubungkan BB terhadap TB
(quac stick) faktor umur dapat dikesampingkan.
Alat ukur Tinggi Badan meliputi:
a. Alat pengukur panjang badan bayi: untuk bayi atauanak yang belum dapat berdiri.
b. Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri.
4) Lingkar Lengan Atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuanstatus gizi, karena mudah, murah
dan cepat. tidak memerlukan data umur yang terkadang susahdiperoleh, dapat
memberikan gambaran tentang keadaan jaringanotot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga dapatmencerminkan:
a. Status KEP pada balita
18
b. KEK pada ibu hamil: risiko bayi BBLR
Lingkar lengan atas menggunakan alat: pita pengukur dari fiber glass atau
sejeniskertas tertentu berlapis plastik.
Ambang batas (Cut of Points):
a. LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia < 23.5 cm
b. Pada bayi 0-30 hari : ≥9.5 cm
c. Balita dengan KEP <12.5 cm
Kelemahan menggunakan LLA:
a. Baku LLA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai
untuk digunakan diIndonesia.
b. Kesalahan pengukuran relatif lebih besardibandingkan pada TB.
c. Sensitif untuk suatu golongan tertentu, misalnya pada anak prasekolahtetapi kurang
sensitif untuk golongan dewasa.
5) Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak.
Secarapraktis, biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepalaatau
peningkatan ukuran kepala. Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar kepala
dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara
cepatselama tahun pertama, tetapi besarlingkar kepala tidak menggambarkankeadaan
kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak dan lapisantulang kepala dan tengkorak
dapatbervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri gizi rasio Lingkar kepala
dan Lingkar dada cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala juga
digunakan sebagaiinformasi tambahan dalam pengukuranumur.
6) Lingkar Dada
Biasa digunakan pada anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada
pesat sampai anak berumur 3tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan
19
sebagaiindikator KEP pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala
sama.Setelah umur ini lingkar kepala tumbuh lebih lambatdaripada lingkar dada. Pada
anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dadayang lambat sehingga perbandingan
rasio lingkar dada dan kepala adalah kurang dari 1.
7) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengantinggi badan, sehingga data tinggibadan
didapatkan dari tinggi lututbagi orang tidak dapat berdiri ataulansia. Pada lansia
digunakan tinggi lututkarena pada lansia terjadi penurunan masa tulang, bungkuk,
sukaruntuk mendapatkan data tinggi badanakurat. Data tinggi badan lansia
dapatmenggunakan formula atau nomogrambagi orang yang berusia >59 tahun.
Formula (Gibson, RS; 1993)
Pria : (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19
Wanita : (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88
8) Jaringan Lunak
Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yangbervariasi. Antropometri dapat
dilakukan pada jaringan tersebutuntuk menilai status gizi di masyarakat. Lemak subkutan
(subcutaneous fat), Penilaian komposisi tubuh termasuk untukmendapatkan informasi
mengenai jumlah dandistribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapametode, dari yang
paling sulit hingga yang palingmudah. Metode yang digunakan untuk menilai komposisi
tubuh(jumlah dan distribusi lemak sub-kutan):
a. Ultrasonik
b. Densitometri (melalui penempatan air padadensitometer atau underwater weighting)
c. Teknik Isotop Dilution
d. Metoda Radiological
e. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
f. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemakmenggunakan kaliper: skin-fold
calipers)
Metode yang paling sering dan praktis digunakan dilapangan: Antropometri
fisikStandar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1mm, tekanan konstan 10 g/
mm2. Jenis alat yang sering digunakan Harpenden Calipers, alatini memungkinkan
20
jarum diputar ke titik nol apabilaterlihat penyimpangan. Beberapa pengukuran tebal
lemak denganmenggunakan kaliper:
a. Pengukuran triceps
b. Pengukuran bisep
c. Pengukuran suprailiak
d. Pengukuran subscapular
21
2) TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi
masa lampau dan status sosial ekonomi.
Kelebihan
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
Kekurangan
a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif
sulit berdiri tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
3) BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
BB memiliki hubungan linear dengan TB. Dalam keadaan normal perkembangan
BB searah dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan tertentu.
Kelebihan
a. Tidak memerlukan data umur
b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
c. Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Kekurangan
a. Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat memberikan
gambaran apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur
b. Operasional: sulit melakukan pengukuran TB pada balita
c. Pengukuran relatif lebih lama
d. Memerlukan 2 orang untuk melakukannya
e. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok nonprofessional.
4) LILA/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)
LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB, LLA
merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik untuk
menilai status gizi masa kini. Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi,
22
disampingdigunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasidengan parameter
lainnya seperti LLA/U dan LLA/TB(Quack Stick).
Perkembangan LLA (Jellife`1996)
- Pada tahun pertama kehidupan : 5.4 cm
- Pada umur 2-5 tahun : <1.5 cm
- Kurang sensitif untuk tahun berikutnya
Kelebihan
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu
dapat melakukannya
c. Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode
warna untuk menentukan tingkat keadaan gizi
Kekurangan
a. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b. Sulit menemukan ambang batas
c. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985: batasan
BB normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index(BMI/IMT). IMT
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (usia 18 tahun
ke atas),khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat
diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asitesdan hepatomegali.
6) Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misal : lengan atas (tricep dan bicep),
lengan bawah (forearm),tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary),
sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut
(suprapatellar),pertengahan tungkai bawah (medial calv). Lemak dapat diukur secara
absolut (dalam kg) dan secararelatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh
23
sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg,
wanita 5.1 kg.
7) Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,
disbanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan
metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan
dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Ukuran yang umur digunakan adalah rasio
lingkar pinggang-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan
oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi
pengukuran memberikan hasil yang berbeda.
24
e. Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal tidak diketahui, maka
ditentukan tanggal 15 bulan.
2. BB (Berat Badan)
Pengukuran BB dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu timbangan Berat
Badan, namun ada kekhususan dalam mengukur BB bayi, yaitu dapat dilakukan seperti
pada gambar dibawah ini;
3. TB (Tinggi Badan)
Dalam mengukur tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan Alat ukur,
seperti;
a. Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri
25
4. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala dapat dilakukan seperti pada gambar dibawah ini;
Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:
a. Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan
b. Wanita hamil
c. Orang yang sangat berotot, contohnya atlet
BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena
resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.
26
Klasifikasi BMI menurut WHO 1995, WHO 2000, dan WHO 2004
Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi BMI tersendiri untuk
penduduk Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang Singapura dengan
BMI 27 – 28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan
BMI 30. Pada orang India, peningkatan BMI dari 22 menjadi 24 dapat meningkatkan
27
prevalensi DM menjadi 2 kali lipat, dan prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada
orang dengan BMI 28 (Division Xenical. 2007).
Grafik di bawah ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai ambang batas ini berbeda
dengan Usia dan Jenis Kelamin (Halls, B.Steven. 2008 )
28
7. Rasio Pinggang Panggul
Rasio pi-pa diukur mula-mula mengukur lingkaran pinggang (perut) pada
lingkaran terkecil diatas umbilikus. Kemudian, lingkaran panggul diukur lewat tonjolan
gluteus yang paling maksimal. Hasil kedua pengukuran kemudian digambar pada
nomogram dan dengan meletakkan hasil pengukuran lingkaran pinggang pada sklala di
sebelah kiri, sementara hasil pengukuran lingkaran panggul pada skala di sebelah
kanan.Hubungkan kedua hasil pada skala tersebut dengan garis lurus yg akan memotong
garis AGR/WHR (abdominal-gluteal ratio atau waist hip-ratio) yg terletak antara kedua
skala. Rasio pi-pa (WHR) sebesar 1,0 atau kurang bagi laki-laki dan 0,8 atau kurang bagi
wanita merupakan nilai yang normal. (Hartono, Andry. 2006)
Perlu ditekankan bahwa resiko penyakit yang berhubungan dengan lingkar
pinggang adalah bervariasi pada populasi dan kelompok etnik yang berbeda. Sebagai
contoh, lemak di sekitar perut pada wanita kulit hitam kurang menunjukan hubungan
yang kuat dengan resiko penyakit jantung dan diabetes dibandingkan dengan wanita kulit
putih. Oleh karena itu, diperlukan nilai maksimum (cut-off points) yang lebih spesifik
berdasarkan seks dan populasi.
PRIA WANITA
Resiko
Pengukuran Resiko Resiko sangat Resiko
sangat
Meningkat meningkat Meningkat
meningkat
Lingkar pinggang > 94cm > 102cm > 80cm > 88cm
Perbandingan lingkar
0.9 1.0 0.8 0.9
pinggang/lingkar pinggul
29
Normogram AGR/WHR
8. Lingkaran Perut
Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode paling
populer kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkaran
perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis perifer (obesitas tipe gynoid),
abdominal (obesitas tipe android), dan obesitas tipe ovid (Division Xenical, 2007).
Berikut adalah penjelasannya:
a. Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong Tipe ini cenderung dimiliki
wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko
terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins).
30
b. Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko
kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel
lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah
dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes,
penyakit gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium).
Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus
dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk
dengan perut lebih kecil. Untuk diagnosis obesitas abdominal (tipe Android),
lingkaran perut bagi wanita Asia adalah ≥ 80 cm dan bagi pria Asia adalah ≥ 90 cm
(bagi wanita Kaukasian ≥ 35 inci dan pria Kaukasian ≥ 40 inci).
31
separuh jaringan adipose tubuh terdapat dalam jaringan bawah kulit (subkutan)
sehingga pengukuran status lemak tubuh dapat dilakukan pada lipatan kulit triseps,
subskapuler, abdominal, panggul, serta paha. Namun, untuk kemudahannya,
pengukuran ini biasanya dilakukan pada bagian triseps. Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa penilaian lemak subkutan lewat pengukuran lipatan kulit
merupakan cara yang cukup akurat. Pengukuran lipatan triseps dilakukan dengna
menggunakan caliper.
Cara pengukurannya adalah lengan yang lipatan triseps akan diukur dibiarkan
digantung bebas disisi tubuh. Peganglah lipatan kulit tersebut seperti menjepitnya
dengan ibu jari dan telunjuk tangan sedikit di atas titik tengah lengan atas yang sudah
ditandai. Gunakan kaliper untuk mengukur tebalnya, tunggu 2 hingga 3 detik,
kemudian bacalah hasil pengukuran tersebut pada 1,0 mm yang terdekat. Ulangi
prosedur pengukuran hingga 3 kali hitung rata-rata dari hasil pengukuran.
Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum ada sampai saat ini. Bagi orang
Kaukasian (kulit putih), nilai normalnya: 90% standar = 11,3 mm untuk laki-laki,
14,9 mm untuk wanita.
Cara mengukur tebal lipatan kulit trisep
dengan kapiler
32
atas yang non-dominan (lengan kiri) di antara puncak prosesus akromialis scapula
dan prosesus olekranon os ulna, sementara lengan bawah difleksikan 90o. dengan
lengan dalam posisi bergantung bebas, kencangkan pita pengukur yang telah
dipasang melingkari titik tengah lengan atas tanpa menimbulkan penekanan pada
jaringan lunak. Lakukan pembacaan pada sentimeter terdekat. (Hartono, Andry.
2006)
Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum ada sampai saat ini. Bagi orang
Kaukasian (kulit putih), nilai normalnya: 90% standar = 26,3 cm untuk laki-laki, 25,7
cm untuk wanita.
Cara mengukur Lingkaran Lengan Atas (LLA) dengan menggunakan pita
pengukur
33
LOLA (cm) = LLA (cm) – [0,314 x tebal kulit triseps (mm)]
Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum ada sampai saat ini. Bagi orang
Kaukasian (kulit putih), nilai normalnya: 90% standar = 22,8 cm untuk laki-laki, 20,9
cm untuk wanita. (Hartono, Andry. 2006)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kata Antropometri berasal dari Yunani, dimana Anthropo yang berarti manusia, dan
metric yang berarti mengukur. Secara literal Antropometri berarti pengukuran manusia.
Sedangkan secara umum Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Untuk mengkaji
status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik juga diperlukan dan
pengukuran ini mencakup Umur, BB(Berat Badan), TB (Tinggi Badan), Lingkar Kepala,
BMI atau IMT (index masa tubuh), Berat Badan Relatif (BBR), dan Rasio Pinggang
Panggul (LPP), Lingkaran Perut, Lipatan Trisep, LLA dan LOLA. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status nutrisi seseorang diantaranya adalah pengetahuan, persepsi atau
prasangka, kebiasaan,kesukaan, ekonomi, status kesehatan, faktor psikologis, alkohol dan
obat.
4.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini diharapkan menggunakan literatur yang lebih banyak
sehingga pembahasan bisa lebih baik dan mudah dimengerti bagi pembaca. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi pembaca, baik bagi
tenaga kesehatan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35