Anda di halaman 1dari 6

1

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN 88-


AVENUE SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA
BETON CONCRETE STEEL TUBE (CFT) DENGAN SISTEM RANGKA
BRESING EKSENTRIS
Ricardi Aryo Bimo, Budi Suswanto S.T.,M.T.,Ph.D., Ir. Isdarmanu, MSc
Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: budi_suswanto@ce.its.ac.id

Gedung Apartemen 88-Avenue merupakan 41,89 % setiap tahunnya (TRIBUN JOGJA, 2016), maka
gedung 23 lantai yang telah dibangun di Surabaya. Dalam Apartemen 88-Avenue yang difungsikan sebagai hotel dirasa
rangka memenuhi kebutuhan tempat tinggal sementara perlu didirikan di Yogyakarta sebagai salah satu peluang
yang semakin meningkat, khususnya di Yogyakarta bisnis yang menjanjikan. Gedung Apartemen 88-Avenue
sebagai salah satu kota wisata di pulau Jawa yang jumlah yang akan didirikan harus tahan terhadap gempa dikarenakan
turisnya bertambah rata-rata 41,89 % setiap tahunnya akan di bangun di Yogyakarta dan Indonesia sendiri terletak
(TRIBUN JOGJA, 2016), maka Apartemen 88-Avenue di antara tiga lempeng tektonik yang aktif, sehingga Indonesia
yang difungsikan sebagai hotel dirasa perlu didirikan di memiliki tingkat aktivitas gempa bumi tinggi (BMKG, 2010).
Yogyakarta sebagai salah satu peluang bisnis yang Oleh karena itu, diperlukan struktur tahan gempa. Bangunan
menjanjikan. Gedung Apartemen 88-Avenue yang akan tahan gempa yaitu bahwa akibat gempa yang kuat, struktur
didirikan harus tahan terhadap gempa dikarenakan akan dapat mengalami kerusakan struktural yang berat, tetapi
di bangun di Yogyakarta dan Indonesia sendiri terletak di bangunan dirancang untuk tidak runtuh (SNI 03-1726-2012).
antara tiga lempeng tektonik yang aktif, sehingga Dalam pembangunan gedung bertingkat ini digunakan sistem
Indonesia memiliki tingkat aktivitas gempa bumi tinggi konstruksi baja komposit dengan sistem rangka bresing
(BMKG, 2010). Oleh karena itu, diperlukan struktur eksentris sebagai salah satu alternatif penahan gempa.
tahan gempa. Bangunan disebut tahan gempa jika terjadi Konstruksi baja merupakan salah satu alternatif yang
gempa yang kuat, struktur dapat mengalami kerusakan dapat digunakan sebagai struktur tahan gempa, karena
struktural yang berat, tetapi bangunan tersebut tidak memiliki banyak keunggulan yang dapat dimanfaatkan pada
runtuh. konstruksi bangunan (Eka Y. Sri, 2012). Pada struktur
Gedung Apartemen 88-Avenue merupakan bangunan gedung Apartemen 88-Avenue ini uga digunakan
sebuah bangunan apartemen yang terdiri dari 23 lantai bracing Tipe EBF yang memiliki keunggulan kinerja Special
yang didesain menggunakan struktur beton bertulang Momen Frame (SMF) dalam hal daktilitas dan disipasi energi
biasa dengan sistem struktur Moment Resisting Frame namun juga dalam hal kekakuan dan efektifitas transformasi
(MRF) dan gedung didesain dengan menggunakan gaya geser dasar (base shear) secara struktural mempunyai
ukuran kolom dan balok yang relative besar, sehingga keunggulan kinerja Special Concentric Braced Frame
menambah berat sendiri dan akan membebani pondasi. (SCBF).
Dalam tugas akhir ini dilakukan perencanaan ulang Struktur komposit dipilih karena struktur komposit
dengan memodifikasi struktur gedungnya menjadi semakin banyak dipakai dalam rekayasa struktur. Dari
struktur komposit baja beton dengan sistem rangka beberapa penelitian, struktur komposit mampu memberikan
bresing eksentris. Sistem rangka bresing eksentris kinerja struktur yang baik dan lebih efektif dalam
berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang memiliki meningkatkan kapasitas pembebanan dan kekakuan. Struktur
tingkat kekakuan yang cukup baik dibanding sistem komposit merupakan campuran beton dengan baja profil,
Moment Resisting Frame (MRF) dan proses pelaksanaan dimana pada beton bertulang gaya-gaya tarik yang dialami
dan perawatan yang mudah. Dalam penyelesaiannya, suatu elemen struktur dipikul oleh besi tulangan tetapi pada
akan dilakukan analisa struktur utama yang terdiri dari struktur komposit gaya-gaya tarik yang terjadi pada suatu
balok, kolom, dan bresing yang akan dimodelkan dengan elemen struktur dipikul oleh profil baja. Komposit balok baja
program bantu. Tujuan dari tugas akhir ini adalah dan pelat beton adalah satu usaha dalam mendapatkan suatu
menghasilkan perancanaan struktur gedung yang konstruksi yang baik dan efisien. Keistimewaan yang nyata
menggunakan baja komposit dan sistem rangka bresing dalam sistem komposit adalah penghematan berat baja,
eksentris dengan memenuhi persyaratan keamanan penampang balok baja yang digunakan lebih kecil, kekakuan
struktur berdasarkan SNI 1729:2015, SNI 1726:2012, SNI lantai meningkat, kapasitas menahan beban lebih besar,
1727:2013 dan PPIUG 1983. panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar
(Wiseso Insan, 2010).
Kata Kunci: Baja-Beton Komposit, Bresing Pada tugas akhir ini, Gedung Apartemen 88-Avenue
Eksentris, Apartemen direncanakan ulang dengan menggunakan kolom komposit
I.   PENDAHULUAN tipe EBF dengan system penahan lateral bresing eksentris
Gedung Apartemen 88-Avenue merupakan gedung 16 lantai dikarenakan keunggulan yang ditawarkan mampu menunjang
yang telah dibangun di Surabaya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan gedung kokoh yang akan dibangun di daerah
kebutuhan tempat tinggal sementara yang semakin rawan gempa. Pada Gedung ini direncanakan dengan 23 lantai
meningkat, khususnya di Yogyakarta sebagai salah satu kota dan 1 basement. Maka, diusulkan judul “Modifikasi
wisata di pulau Jawa yang jumlah turisnya bertambah rata-rata Perencanaan Struktur Gedung Apartemen 88-Avenue
  2

 
Surabaya Menggunakan Struktur Komposit Baja-Beton baja semata-mata dimana beton hanya berfungsi sebagai
Concrete Filled Tube (CFT) dengan Sistem Rangka Bresing selubung pelindung terhadap bahaya kebakaran dan karat. Hal
Eksentris. ini merupakan suatu kemunduran terhadap perencanaan yang
II.   TINJAUAN PUSTAKA ekonomis, dimana bangunan semakin berat dan akibatnya
 Sistem rangka bresing eksentris yang memiliki bentuk biaya pondasi semakin mahal. Pada akhirya, dengan adanya
seperti pada gambar 1 merupakan sistem pengaku yang selubung beton akan memberikan sumbangan yang positif,
terpasang tepat pada perpotongan antara balok dengan kolom dimana efek kelangsingan dari kolom menjadi berkurang,
tetapi terhubung pada balok dengan jarak tertentu. Sistem sehingga bahaya tekuk dapat dikurangi juga.
rangka ini memiliki kekakuan elastic yang cukup tinggi,
respon yang stabil saat terjadi beban siklis, dan daktilitas serta
kapasitas disipasi energy yang sangat baik. Pada rangka
bresing konsentris memiliki sifat kekakuan elastic sedangkan
pada rangka pemikul momen memiliki sifat kemampuan
disipasi energy yang baik. Dengan begitu system rangka
bresing eksentris merupakan hibridasi dari kedua system
tersebut. (Berman & Bruneau, 2007)

Menurut Guo dan Jin dalam jurnal oleh Meizuar,


Burhanudin dan Burhanudin (2012), link pada system bresing
eksentris hanya akan bekerja pada gempa berintensitas besar.
Sedangkan untuk gempa berintensitas kecil sampai sedang,
elemen pengaku eksentrik akan berperilaku layaknya rangka
perpengaku konsentrik.

Gambar 3. Kolom Komposit

III.   METODOLOGI
Urutan penyelesaian Tugas Akhir ini dapat dilihat pada
Gambar 1. Jenis Jenis Konfigurasi SRBE.
bagan alir dibawah ini:
Balok komposit adalah sebuah balok yang kekuatannya
bergantung pada interaksi mekanis diantara dua atau lebih
bahan. Pada dasarnya aksi komposit pada balok komposit
dapat tercapai atau tidaknya tergantung pada penghubung
gesernya. Biasanya penghubung geser diletakkan disayap atas
profil baja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya slip
pada pelat beton dengan balok baja.

Gambar 2. Balok Komposit

Kolom komposit baja-beton adalah kolom yang terbentuk dari


material baja dan beton yang bekerja bersama-sama dalam
menahan beban tekan aksial maupun beban lateral. Pada
awalnya, kolom komposit ini direncanakan sebagai konstruksi
  3

 
2. Perencanaan Balok Sekunder
Balok sekunder direncanakan menggunakan Wide Flange
(WF) BJ-41 dengan profil yang tersaji dalam tabel 2.
Tabel 2. Dimensi Balok Anak
Bentan
No Fungsi Profil
g
1 Parkir 6,25 WF 300x200x8x12
2 Ruang Publik 6,25 WF 300x200x8x12
3 Lantai 6,25 WF 300x150x6,5x9
4 Atap 6,25 WF 250x175x7x11

3. Perencanaan Tangga dan Bordes


Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk
menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu
sama lain.
Data Teknis Perencanaan Tangga
- Mutu Baja = BJ41
- Tinggi antar lantai = 400 cm
- Tinggi bordes = 200 cm
- Panjang tangga bersih = 250 cm
- Lebar tangga = 130 cm
- Panjang bordes = 175 cm
- Lebar bordes = 275 cm
- Lebar antrede (i) = 25 cm
- Lebar penyangga tangga = 15 cm
Tabel 3. Dimensi Tangga
No Jenis Struktur Ket. Profil
Gambar 4. Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir 1 Balok Utama Tangga WF250x175x7x11
2 Balok Penumpu Tangga WF300x150x6,5x9
Adapun tugas akhir ini akan dimodifikasi 3 Tebal Pelat Tangga 9 cm
perencanaannya menggunakan material baja dengan data- 4 Tebal Pelat Bordes 9 cm
data sebagai berikut :
1. Nama Gedung : Hotel 88-Avenue Jogjakarta 4. Perencanaan Lift
2. Lokasi : Jogjakarta Pada bangunan ini menggunakan lift penumpang dengan
3. Fungsi : Hotel data-data sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat lampiran
4. Jumlah lantai : 23 Lantai brosur lift) :
5. Tinggi gedung : 92 m -   Tipe lift : Passenger Elevators
-   Merek : HYUNDAI
6. Material struktur : Baja – beton Komposit
-   Kapasitas : 11 Orang / 750 kg
7. Sistem struktur : Bresing Eksentris
-   Lebar pintu (opening width) : 800 mm
-   Jumlah Terpasang :2
IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN Dimensi Balok Penggantung Lift yaitu WF
A.   Perencanaan Struktur Sekunder 300x200x8x12
1. Pelat atap dan lantai
Pelat lantai atap dan lantai apartemen direncanakan 5. Perencanaan Ramp
menggunakan bondek dari Super Floor Deck dengan tebal Ramp merupakan sebuah konstruksi berupa jalur
0,75 mm. Hasil perhitungan struktur pelat ini tersaji pada tabel kendaraan yang dirancang untuk menghubungkan lantai yang
1 memiliki perbedaan ketinggian.
Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Pelat Data Teknis Perencanaan Ramp
Bentan Tebal Pelat - Mutu Baja = BJ41
Fungsi Tulangan
g (cm) - Tinggi antar lantai = 400 cm
Parkir 2 10 M10-250 - Panjang ramp = 2877 cm
- Lebar ramp = 620 cm
Ruang Publik 2 10 M10-250 - Lebar bordes = 550 cm
Lantai 2 10 M8-250 - Tinggi bordes = 400 cm
Atap 2 10 M6-200 - Kemiringan ramp = 7,8O
  4

 
Tabel 4. Dimensi Ramp atau (Vdinamik ≥ 0,85 Vstatik).
No Jenis Struktur Ket. Profil Tabel 7. Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum
1 Pelat Bordes Ramp 10 cm ; M10-250 Ket Vdinamik (kg) Vstatik (kg) Vdinamik ≥ Vstatik
2 Pelat Ramp 10 cm ; M10-250
RSX 764475,28 763793,29 OK
3 Balok Anak Ramp WF 300x200x8x12
4 Balok Anak Bordes WF 300x200x8x12 RSY 1577611,37 763793,29 OK
5 Balok Ramp WF 300x200x8x12
6 Balok Penumpu Ramp WF 700x300x13x 20 5. Kontrol Batas Simpangan (Drift)
Gempa menyebabkan struktur bertingkat rawan terhadap
terjadinya simpangan horizontal (Drift). Dan apabila
B.   Permodelan Struktur simpangan horizontal ini melebihi syarat aman yang telah
Karena besarnya beban gempa sangat dipengaruhi oleh ditentukan maka gedung akan mengalami keruntuhan
berat dari struktur bangunan, maka perlu diketahui berat total dengan simpangan maksimum 80 mm.
bangunan untuk menentukan gaya geser statik. Berat dari Tabel 8. Kontrol Simpangan Arah-Y Gempa Arah Y
bangunan berasal dari beban mati yang terdiri dari berat Gempa Y
sendiri material-material bangunan dan elemen-elemen c Tinggi (m) displaceme
struktur, serta beban hidup yang diakibatkan oleh hunian atau ð Xe ðX Δ
nt y
penggunaan bangunan. LT.23(Atap) 0 2,726 5,843 23,372 80
1.   Kontrol Berat Bangunan LT.22 4 10,597 6,83 27,32 80
Berat total struktur perhitungan manual = 25251674 kg LT.21 8 20,564 8,025 32,1 80
Berat total struktur ETABS = 22821732 kg LT.20 12 31,207 9,277 37,108 80
Sehingga diperoleh persentase: LT.19 16 42,274 10,027 40,108 80
LT.18 20 53,36 11,088 44,352 80
25251674
× 100% = 2%   < 5%  (𝑂𝐾) LT.17 24 64,364 12,061 48,244 80
22821732 LT.16 28 75,269 13,024 52,096 80

2.   Kontrol Partisipasi Massa LT.15 32 89,151 13,329 53,316 80


LT.14 36 94,43 11,053 44,212 80
Partisipasi massa harus menyertakan jumlah ragam
LT.13 40 104,828 12,654 50,616 80
terkombinasi minimal 90% dari massa aktual yang berasal
LT.12 44 115,032 10,199 40,796 80
dari masing-masing arah horizontal dan orthogonal yang
LT.11 48 125,231 10,204 40,816 80
ditinjau. LT.10 52 137,885 10,398 41,592 80
Tabel 5. Kontrol Nilai Partisipasi Massa LT.9 56 148,938 5,279 21,116 80
LT.8 60 162,267 13,882 55,528 80
Case Mode Sum UX Sum UY
LT.7 64 175,291 10,905 43,62 80
LT.6 68 187,352 11,004 44,016 80
Modal 16 0,8957 0,9025
LT.5 72 198,44 11,086 44,344 80
Modal 18 0,9057 0,9158 LT.4 76 208,467 11,067 44,268 80
LT.3 80 217,744 10,643 42,572 80
3. Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental LT.2 84 225,769 9,967 39,868 80
Perkiraan periode alami fundamental (Ta) dalam detik, LT.1 88 232,599 7,871 31,484 80
harus ditentukan dengan persamaan berikut: LT. DASAR 92 238,442 2,726 10,904 80

Ta = Ct. hnx ; Ct = 0,0731 ; x= 0,75 ; hn=96 m


Ta = 0,0731 . 960,75 = 2,242 detik 6. Kontrol Dual Sistem
Dengan nilai SD1 = 0,496, maka Cu = 1,4 Berdasarkan SNI 1727:2012 Pasal 7.2.5.1, Sistem
Sehingga periode sruktur yang diijinkan adalah : Rangka Pemikul Momen (SRPM) harus memikul
T = Ta. Cu = 2,242. 1,4 = 3,13 detik minimum 25% dari beban geser nominal total yang
Tabel 6. Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental bekerja dalam arah kerja beban gempa tersebut. Berikut
total reaksi perletakan SRPM dan SRBE.
Period Tabel 9. Perbandingan SRPM dan SRBE
Case Mode
sec Pemikul Gempa X Gempa Y
Modal 1 2.99 Gaya Geser kgf % kgf %
Modal 2 2.42 SRBE 159673,5 48,2 397262,9 46,5

Modal 3 1.96 SPRM 171621,5 51,8 456390,18 53,5


Total 331295 100 853653,1 100
Dari tabel diatas Tc = 2,99 s, maka berdasarkan kontrol
waktu getar alami fundamental, nilai T masih lebih kecil dari
Cu.T. Jadi analisis struktur memenuhi syarat.
4. Kontrol Nilai Akhir Respon Spektrum
Kombinasi respons untuk gaya geser dasar ragam dinamik
(Vt) harus lebih besar 85% dari gaya geser dasar statik (V)
  5

 
C.   Perencanaan Struktur Primer 9. Kolom Beton
1. Perencanaan Link Memanjang Kolom beton direncanakan dengan dimensi 90/90 cm,
Balok direncanakan menggunakan profil WF menggunakan tulangan longitudinal 12D32 dan
500x300x11x15. Dari output ETABS 2016 diperoleh tulangan transversal 4D13-100 mm
gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah: D.   Perencanaan Sambungan
Vu = 68840,82 kg < ØVn= 74580 kg
1. Perencanaan Sambungan Sekunder
α = 0.0304 < α maks = 0,08 rad
Pada perencanaan sambungan, direncanakan baut dengan
2. Perencanaan Link Melintang
mutu A325 dan pelat penyambung profil siku dengan mutu
Balok direncanakan menggunakan profil WF BJ41. Hasil perhitungan sambungan struktur sekunder
500x300x11x15. Dari output ETABS 2016 diperoleh terlampir pada Tabel 11.
gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah: Tabel 11. Sambungan Struktur Sekunder
Vu = 101368kg < ØVn= 132030 kg
α = 0.0798 < α maks = 0,08 rad Elemen Profil Siku D (mm) n (jb)
3. Perencanaan Bresing arah Memanjang Balok anak
Badan B.Anak L60.60.6 12 2
lantai -balok
Balok direncanakan menggunakan profil WF WF Induk Badan B.Induk L60.60.6 12 2
400x300x10x16. Dari output ETABS 2016 diperoleh Badan B.Utama
gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah: Balok utama
Tangga L60.60.6 12 2
tangga -
𝜙4 𝑃6 = 459000 > 𝑃𝑢 = 220202  𝑘𝑔 penumpu
Badan
B.Penumpu
4. Perencanaan Bresing arah Melintang tangga
Tangga L60.60.6 12 2
Balok direncanakan menggunakan profil WF Badan
Balok
400x300x16x10. Dari output ETABS 2016 diperoleh penumpu B.Penumpu
gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah: tangga - Tangga L60.60.6 12 2
𝜙4 𝑃6 = 403813,2 > 𝑃𝑢 = 315723,3    𝑘𝑔 kolom Sisi kolom Las Sudut Las3 mm
5. Balok Induk Memanjang 2. Sambungan Struktur Primer
Balok direncanakan menggunakan profil WF Pada perencanaan sambungan, direncanakan baut dengan
500x200x11x19. Dari output ETABS 2016 diperoleh mutu A490, Mutu las FE90xx dan FE100XX, dan pelat
gaya dalam yang dipakai dalam desain adalah: penyambung mutu BJ-41. Hasil perhitungan sambungan
Sebelum Komposit struktur primer tersaji pada Tabel 12.
Mu = 3138,21 kg.m < ØMn = 55395 kg.m Tabel 12. Sambungan Struktur Primer
Vu = 3532,95 kg < ØVn= 75141 kg D n D n
f0 = 0,042 cm ≤ f ijin = 1,74 cm Elemen badan badan sayap sayap
Setelah Komposit (mm) (buah) (mm) (buah)
Mu=13683,4 kg.m < ØMn = 105171,3 kg.m Bresing – buhul di link 16 8 16 5
Vu = 5254,33 kg < ØVn= 75141 kg Bresing – buhul di balok
16 8 16 5
f0 = 0,043 cm ≤ f ijin = 1,74 cm induk
Shear Connector Balok Induk dan Kolom 20 6 20 10
>? 1,99  x  106     Antar Kolom Las Sudut 1,2 cm
                           𝑁   = @A6 = 2x1,47  x  105 = 27,1 = 28  𝑏𝑢𝑎ℎ   Kolom - Base Plate T Plat = 40 mm N angkur 8M20
G I@J
                         𝑆 = H = KL
= 45  cm   E.   Perhitungan Struktur Bawah
7. Kolom CFT 1.   Pelat Basement
Kolom direncanakan menggunakan profil CFT 700 x
Berikut merupakan rekapitulasi penulangan pada
700 x 28 x 28 dengan kontrol kuat nominal penampang
sebagai berikut: Basement
Rumus Interaksi: Tabel 13. Penulangan Pelat Basement
𝑃𝑢 Bentang Penulangan Lapangan
= 0,21 > 0,2 → 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖  1
𝜑𝑃𝑛 Lx Ly X Y
Kontrol Interaksi “Balok – Kolom” 6,25 4,25 D13-100 D10-250
VW VW \ _W` _Wb 6,25 8,5 D13-100 D16-100
≥ 0,2 → + ^ + c ≤ 1,0
∅VY ∅VY ] ∅a _Y` ∅a _Yb
6,2 6,25 D13-100 D13-100
0,526 ≤ 1,0 (OK)
6,9 6,25 D13-100 D13-100
8. Balok Induk Beton
Balok induk beton direncanakan dengan dimensi 2.   Pondasi Tiang Pancang
40x70 cm Pondasi yang digunakan pada perencanaan gedung
Tabel 10. Penulangan Balok Induk Beton apartemen berasal dari spun pile produk dari PT. Waskita
Bentang Tulangan Lentur Tulangan Beton Precast dengan tipe A1 diameter 600 mm dengan
Keterangan Posisi
(m) Negatif Positif Geser kedalaman -26 m dan panjang bersih 21 m
Balok Induk Tumpuan 4D22 2D22 2D10-130 3. Perencanaan dinding geser basement
8,5 Perencanaan dinding geser basement menggunakan
40/70 Lapangan 2D22 3D22 2D10-250
Balok Induk Tumpuan 4D22 2D22 2D10-130 ketebalan 30 cm dengan penulangan arah X dan Y adalah
6,25;6,9;5,5 D13-250 mm
40/60 Lapangan 2D22 3D22 2D10-250
  6

 
4. Dinding Penahan Tanah lapangan sehingga struktur dapat benar-benar bekerja sebagai
Dinding penahan tanah pada proyek Hotel 88-Avenue struktur rangka baja dan beton komposit dengan bresing
direncanakan menggunakan U-Shaped steel sheet pile eksentris.
produksi JFE steel corporation dengan kedalaman 8m. DAFTAR PUSTAKA
[1] American Institute of Steel Construction, Inc. 2005.
5. Perencanaan Poer Seismic Provisions for Structural Steel Building (AISC
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok 341- 05). Chicago : 2005.
kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Dan beban [3] Badan Standardisasi Nasional . 2015 . SNI 1729-2015
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang : Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer. [10]. . Jakarta . Badan Standardisasi Nasional
Berikut adalah hasil perhitungan untuk dimensi poer : [4] Badan Standarisasi Nasional. 2013. Beban Minimum
Tabel 14. Jumlah Tulangan pada Pile Cap Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727-2013). Bandung
: BSN
Tipe Poer Tulangan [5] Badan Standardisasi Nasional . 2012 . SNI 1726-2012
Bagian
Dimensi sumbu X sumbu Y : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Tipe 1 Atas D22-100 D22-100 Bangunan Gedung . Jakarta . Badan Standardisasi
3,6 x 3,6 x 1,2 Bawah D25-75 D25-75 Nasional
Tipe 2 Atas D22-100 D22-100 [6] BMKG. 2010. Indonesia Rawan Gempa dan Tsunami.
(URL:http://inatews.bmkg.go.id )
3,6 x 9 x 1,2 Bawah D25-75 D25-75
[7] Tribun Jogja (Yogyakarta). 2016. 9 September.
[8] Sri, E.Y., Wariyatno, N.G., Haryanto, Y. 2012.
6. Sloof
Perilaku Struktur Baja Moment Resisting Frame Dan
Sloof direncanakan menggunakan tulangan baja, hal
Diagonal Eccentrically Braced Frame Menggunakan
tersebut dilakukan karena Sloof menerima kombinasi beban Solidworks 2012. Thesis. Purbalingga: Universitas
aksial tekan dan lentur dimensi 450x650 mm. Jendral Soedirman.
qd = 0,45 × 0,65 × 2400 = 702 kg/m
qu = 1,2 × 702 = 842,4 kg/m
Mu tumpuan= 5071,95 kgm = 50,7 kNm
Pu Sloof = 1028,14 kN
Dari perhitungan didapat ρ = 0,0106
Dipasang tulangan = 8 D 22 (As = 3096 mm2) dan  
sengkang 2Æ10 – 300 mm

V.   KESIMPULAN DAN SARAN


A.   Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut
1.   Hasil perhitungan pada struktur sekunder telah
memenuhi syarat terhadap kontrol kuat penampang,
kontrol geser dan lendutan yang mengacu kepada SNI
1729:2015 untuk struktur baja dan SNI 2847:2013 untuk
struktur beton.
2.   Dari kontrol yang dilakukan, kontrol yang direncanakan
berada di kota Surabaya telah memenuhi syarat yang
terdapat pada SNI 1729:2015 (analisis struktur dapat
digunakan).
3.   Hasil analisa struktur primer yang dilakukan telah
memenuhi syarat terhadap kontrol kuat penampang,
kontrol geser, kontrol sudut rotasi link, kontrol interaksi
geser lentur dan lendutan yang mengacu kepada SNI
1729:2015 dan SNI 1729:2002 untuk struktur baja dan
SNI 2847:2013 untuk struktur beton.
4.   Perhitungan pada struktur bawah telah memenuhi
persyaratan dimensi dan kontrol akibat beban dari luar.
B.   Saran
Saran untuk Tugas Akhir ini adalah diperlukan
pengawasan yang baik dan benar dalam pelaksanaan di

Anda mungkin juga menyukai