Cerebral Palsy
Cerebral Palsy
SEPSIS NEONATORUM
Nama : Khairunnisa
No. Stambuk : N 111 17 020
Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A
1
BAB I
PENDAHULUAN
mikroorganisme dalam aliran darah yang timbul pada 1 bulan pertama kehidupan.
Sepsis pada bayi baru lahir (BBL) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis merupakan suatu infeksi yang
dan takipnea.1
definisi di bidang infeksi yang banyak pula di bahas pada kelompok BBL dan
penyakit anak.
Respon Syndrome) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur
ataupun parasit.
kardiovaskular dan gangguan napas akut terdapat gangguan dua organ lain (
Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun
2
Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi
Keadaan ini sering terjadi pada bayi berisiko misalnya pada bayi kurang
bulan (BKB), bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi dengan sindrom gangguan
napas atau bayi lahir dari ibu berisiko.
Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang berkembang masih
cukup tinggi (1,8 – 18 pasien / 1000 kelahiran) dibanding dengan negara maju (1
– 5 pasien / 1000 kelahiran). Pada bayi laki-laki risiko sepsis 2 kali lebih besar
dari bayi perempuan. Kejadian sepsis juga meningkat pada BKB (Bayi Kurang
Bulan) dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). 4,5
Diagnosis klinis sepsis neonatal mempunyai masalah tersendiri. Gambaran
klinis pasien sepsis neonatal tidak spesifik. Tand dan gejala sepsis neonatal tidak
berbeda dengan penyakit non-infeksi BBL lain seperti sindrom gangguan napas,
perdarahan intrakranial dan lain-lain. Sampai saat ini, biakan darah masih
merupakan baku emas (Gold Standar) dalam diagnosis sepsi BBL.2
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama manajemen sepsis neonatal.
Pada kenyataannya menentukan kuman secara pasti tidak dan membutuhkan
waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat
dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotik secara
empiris harus segera diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan
penyakit.4
3
BAB II
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. N
ANAMNESIS
dengan keluhan demam. Demam dialami sejak 2 hari SMRS, demam naik
turun. Kejang (+) 2x, menggigil (-), keget-kaget (+), muntah (+) 2 hari
SMRS bercampur lendir setiap selesai minum susu. BAB (+) biasa, BAK
(+) lancar. Bayi lahir di rumah ditolong oleh dukun. Air ketuban berwarna
4
riwayat penyakit diabetes melitus (-), hipertensi (-), riwayat konsumsi obat-
obatan saat hamil (-), ibu tidak mengkonsumsi alkohol ataupun merokok
selama hamil. Saat hamil aktivitas berkurang, nafsu makan ibu selama hamil
menurun.
- Respirasi : 56 x/menit
- Suhu : 37,0 °C
PEMERIKSAAN FISIK :
Lingkar Dada : 32 cm
Lingkar Perut : 30 cm
Lingkar Lengan : 9 cm
- Retraksi (-)
- Merintih (-)
- Apneu (-)
5
Down’s Score : - Frekuensi nafas : 0
- Retraksi : 0
- Sianosis : 0
- Udara Masuk : 0
- Merintih : 0
Total : 0
- Ikterus (-)
- Diare (-)
- Kesadaran : komposmentis
- Fontanella : cembung
- Kejang : (+) 2x
- Keluaran (-)
6
- Turgor : Baik
- Trauma Lahir :-
Kelainan Kongenital :-
RESUME :
Bayi perempuan usia 8 hari masuk rumah sakit dengan keluhan demam.
Demam dialami sejak 2 hari SMRS, demam naik turun, kejang (+) 2x, kaget-kaget
(+) dan muntah sejak 2 SMRS setiap selesai minum susu bercampur lendir.
Riwayat persalinan normal dibantu dukun, warna ketuban hijau kental, lahir tidak
langsung menangis.
suhu 37,0°C, Capillary Refill Time : < 2 detik. Berat badan lahir 2600 gram.
TERAPI :
7
FOLLOW UP
Tanggal 27-10-2017
Subject Demam (+), Kejang (-), Menggigil (-), Muntah (-), sianosis (-)
- Hasil Laboratorium :
- WBC : 16,79
- RBC : 2,81
- HGB : 9,8
- HCT : 27,3
PLT : 166
GDS : 88mg/dl
8
Inj. Dexamethason 3x0,3 mg/iv
Sanmol drops 4x0,3 ml
Tanggal 28-10-2017
Subject Demam (-), kejang (+), menggigil (-), muntah (-), sianosis (-),
Tanggal 29-10-2017
Subject Demam (-), kejang (-), meggigil (-), muntah (+), sianosis (-),
9
- Sistem neurologis: aktivitas kurang aktif, refleks (+) kurang,
tonus otot normal, kejang (-).
- Status hematologis: anemia (-), ikterik (-).
- Status gastrointestinal: permukaan datar lemas, peristaltik usus
Tanggal 30-10-2017
Subject Demam (-), kejang (+) 1 kali, meggigil (-), muntah (-), sianosis (-),
10
Phenobarbital 2x6 mg
ASI/PASI 8x20cc
Tanggal 31-10-2017
Subject Demam (+), kejang (-), meggigil (-), muntah (-), sianosis (-),
11
DISKUSI
Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah,
cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis merupakan suatu infeksi yang
mengindikasikan sekumpulan gejala dan gambaran inflamasi sistemik berupa
suhu tubuh abnormal (hipotermi/hipertermi), leukositosis/leukopenia, takikardi
6
dan takipnea. Pada kasus pasien mengalami leukositosis dengan wbc 16,79 x
103.
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining
dan pengelolaan terhadap faktor resiko perlu dilakukan. Terapi awal pada
neonatus yang mengalami sepsis harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil
Early Onset Sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan
mortalitas tinggi.
Late Onset Sepsis (LOS), timbul setelah umur 3 hari, lebih sering di atas 1
minggu. Pada sepsis awitan lambat, biasanya ditemukan fokus infeksi dan
12
sering disertai meningitis. Pada bayi, bayi mengalami demam, batuk, dan
Sepsis neonatorum awitan lambat terjadi akibat bakteri yang berasal dari
lingkungan sekitar bayi setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi terjadi secara
lambat, atau infeksi yang terjadi pada usia 72 jam – 28 hari, infeksi terjadi akibat
perawatan pasca lahir yang kurang higienis. Organisme yang terlibat diantaranya
dan Candida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir antara lain :9
1) Faktor ibu/maternal
Usia kehamilan kurang bulan.
Persalinan yang lama.
Ketuban pecah lebih dari 18-24 jam.
Chorioamnionitis.
Persalinan dengan tindakan.
Demam pada ibu (> 38,4 ºC).
Infeksi saluran kencing pada ibu.
Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.
2) Faktor bayi
Asfiksia perinatal.
Berat lahir rendah.
Bayi kurang bulan.
13
Prosedur invasif.
Kelainan bawaan.
3) Faktor lingkungan
terkena sepsis antara lain yaitu buruknya praktek cuci tangan dan teknik
persalinan serta perawatan umbilikus dan pemberian susu formula yang tidak
higienis.
Pada kasus, bayi lahir secara normal di rumah di bantu dukun, ketuban
Kategori A Kategori B
Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir & Tanda-tanda muncul setelah hari ke
tidak merespon terhadap terapi) atau empat
suhu tidak stabil sesudah pengukuran
suhu normal selama tiga kali atau lebih.
Persalinan di lingkungan yang kurang Iritabel atau rewel, muntah, perut
higienis kembung
Malas minum
14
Kecurigaan sepsis : 2 atau lebih A ; 3 atau lebih B
Dugaan sepsis : 1 A dan 1/2 B
Pada neonatus tanda primer yang didapatkan adalah distress respirasi, apneu,
distensi abdomen, muntah dan diare, jaundice, hilangnya tonus otot, penurunan
aktivitas spontan, kurangnya respon menyedot letargi, kejang dan suhu tubuh
yang abnormal (dapat hipertermi atau hipotermi). Pada kulit bayi sering
didapatkan mottling, sebagai akibat dari penurunan perfusi, perubahan curah
15
jantung, dan resistensi vaskuler. Kadang-kadang dapat juga ditemukan lesi kulit
spesifik, seperti ptekie atau pustule, terutama yang disebabkan oleh kuman
meningococcus dan Pseudomonas aeuruginosa.10
Pada kasus ini, pasien di diagnosa sebagai curiga sepsis , dimana ditemukan 3
kategori A (Kejang, persalinan di lingkungan yang kurang higienis, suhu tubuh
tidak normal) dan 4 kategori B (Aktivitas berkurang, muntah, air ketuban
bercampur mekonium, tanda muncul sesudah hari ke-4)
16
Pada kasus pasien mendapatkan terapi berupa injeksi cefotaxime 2x150mg
dan juga gentamicin 2x8 mg. Dimana terapi menggunakan antibiotik spektrum
luas untuk bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya sepsis.
Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik;
tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor risiko sepsis neonatorum
terlewat, akan meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat sekuele
pada 15-30% kasus neonatus. Rasio kematian pada sepsis neonatorum 2–4 kali
lebih tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio
kematian pada sepsis awitan dini adalah 15 – 40 % (pada infeksi SBG pada SAD
adalah 2 – 30 %) dan pada sepsis awitan lambat adalah 10 – 20 % (pada infeksi
SGB pada SAL kira – kira 2 %).
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Levy MM, Fink MP, Marshal JC, Abraham E, Angus D, Cook D, et all.
International Sepsis Definitions Confrence. Crit Care Med. 2009.
4. John Mersch FAAP, MD, 2014. Neonatal Sepsis ( Sepsis Neonatorum ).Page
available ahttp://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=98247
5. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Rudolph ’s Pediatrics, Buku Ajar
Pediatri Rudolph, edisi ke 20. Sepsis dan Meningitis Pada Neonatus. Jakarta :
EGC; 2009
6. IDAI. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : IDAI ; 2014
9. Paterson, R. L., and Webster N. R., Sepsis and Inflamatory Respon Syndrome.
Journal of The Royal College of Surgeoons of Edinburgh. 2008.
10. Mary T. Caserta, MD. 2013. Neonatal Sepsis. Page available at
http://www.merckmanuals.com/professional/sec19/ch279/ch279m.html
18