Anda di halaman 1dari 34

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan (Archipelagic State) yang besar, Indonesia

memiliki wilayah teritorial perairan laut seluas 3,1 juta km2. Di samping itu

Indonesia memiliki pula hak dan tanggung jawab atas pemanfaatan dan

pengelolaan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,5 juta km2, sehingga luas

seluruh wilayah perairan laut di bawah yurisdiksi Indonesia menjadi 5,6 juta km2

(Birowo, 2001).

Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan yang diperkirakan

mencapai 2/3 dari seluruh wilayah Indonesia. Meskipun Indonesia termasuk ke

dalam wilayah tropis ternyata secara geografis perairannya tidak homogen tetapi

memiliki karakteristik yang berbeda. Indonesia memiliki wilayah perairan pantai,

teluk, selat, laut dan laut lepas (samudera).

Sumberdaya pesisir terdiri dari sumberdaya hayati (ikan, karang,

mangrove), non hayati (mineral) dan jasa kelautan. 18% terumbu karang dunia

ada di Indonesia, 30% hutan bakau dunia ada di Indonesia, 90% hasil tangkapan

ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil dari pantai di Indonesia.

Sumberdaya pesisir Indonesia mempunyai keunggulan komparatif karena tersedia

dalam jumlah yang besar, beraneka ragam dan merupakan laut tropis yang

terkaya. 140 juta penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir yaitu 50 km dari

garis pantai. Oleh sebab itu, 80% masyarakat bergantung kepada pemanfaatan

sumberdaya pesisir dan memberikan kontribusi ekonomi sebesar 24,5% pada 42

kota, serta 290 kabupaten yang berada di pesisir sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi (Harahap, 2011).


2

Walaupun dengan wilayah perairan yang luas, potensi dan sumber daya

hayati yang terkandung di perairan Inodonesia masih belum dimanfaatkan secara

optimal. Sumber daya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumber daya alam

yang memberikan andil sebagai penghasil devisa negara. Mengingat perikanan

Indonesia terdiri dari beberapa jenis dan beragam, maka pengembangan yang

mengacu pada peningkatan produksi (perikanan tangkap) mempunyai peluang

yang sangat besar untuk dikembangkan.

Provinsi Sumatera Utara terletak pada pesisir geografis antara 1°- 4° LU

dan 98°-100° BT, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam (NAD), sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi

Sumatera Barat dan Provinsi Riau. Luas areal Provinsi Sumatera Utara adalah

711.680 km² (3,72% dari luas areal Republik Indonesia). Wilayah pesisir pantai

Sumatera Utara terdiri dari dua yaitu Pantai Barat Sumatera Utara yang

berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sedangkan Pantai Timur

berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

Pantai Timur Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 545 km.

Potensi Lestari (MSY) beberapa jenis ikan di perairan Pantai Timur terdiri dari :

ikan pelagis 126.500 ton/tahun, ikan demersal 110.000 ton/tahun, ikan karang

6.800 ton/tahun dan udang 20.000 ton/tahun. Wilayah pesisir Timur Sumatera

Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu: Kabupaten Langkat, Kota Medan,

Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten

Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Luas wilayah kecamatan pesisir

dibagian Timur Sumatera Utara adalah 43.133,44 km² yang terdiri dari 35

kecamatan pesisir dengan jumlah desa sebanyak 436 desa. Di Pantai Timur

Sumatera Utara hanya terdapat 6 (enam) pulau-pulau kecil.


3

Pantai Barat Sumatera Utara memiliki garis pantai sepanjang 763,47 km

(termasuk Pulau Nias). Potensi lestari (MSY) beberapa jenis ikan di perairan

Pantai Barat terdiri dari: ikan pelagis 115.000 ton/tahun, ikan demersal 78.700

ton/tahun, ikan karang 5.144 ton/tahun dan udang 21.000 ton/tahun. Wilayah

Pantai Barat Sumatera Utara terdiri dari 6 (enam) Kabupaten/Kota yaitu:

Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Selatan,

Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan. Luas

administrasi kawasan pesisir Pantai Barat mencapai 25.328 km² (sekitar 39,93%

dari luas Provinsi Sumatera Utara). Jumlah pulau-pulau kecil yang terdapat di

Pantai Barat Sumatera Utara mencapai 156 pulau (Bappeda Sumatera Utara dan

PKSPL IPB, 2002).

Kota Sibolga terdiri dari daratan Sumatera, daratan kepulauan (4 buah

pulau) dan laut wilayah sejauh 4 mil dari garis pantai dan luas wilayah daratan

sekitar 1.077 Ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16 Ha. Berdasarkan

keadaan dan letak geografisnya, posisi kota Sibolga memiliki nilai strategis

sebagai salah satu akses utama dalam pemanfaatan potensi sumber daya perairan

pantai Barat Sumatera memiliki 4 kecamatan dengan jumlah seluruh rumah

tangga sebanyak 18.252 keluarga dan sekitar 10.17 % dari jumlah penduduk

tersebut bekerja dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Sibolga dalam

melakukan penangkapan ikan dengan memakai metode, teknik dan cara dalam

menentukan daerah penangkapan, penggunaan alat tangkap, dan proses

penangkapan agar mendapatkan hasil yang optimal dan tidak mengalami kerugian

dalam melakukan penangkapan, salah satu alat tangkap yang digunakan nelayan

Sibolga adalah Bagan Tancap.


4

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui bentuk

konstruksi dari alat tangkap Bagan Tancap di perairan laut Sibolga, Kabupaten

Tapanuli Tengah, provinsi Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktek magang ini adalah dapat menambah wawasan, dan

ilmu pengetahuan tentang bentuk konstruksi dari alat tangkap Bagan Tancap di

perairan laut Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, provinsi Sumatera Utara.

Menambah pengetahuan dalam membuat gambar konstruksi dari hasil

pengamatan melalui Ms. Word Document, Ms. Power Point, Autocad, Corel draw,

dan aplikasi lain sesuai dengan keahlian yang dikuasai. Manfaat lain yang di dapat

dari praktek praktik magang ini memberikan pengetahuan tentang cara bagaimana

dalam mendesain konstruksi alat tangkap Bagan Tancang tersebut.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perikanan di Perairan Laut Sibolga

Secara astronomi, Sibolga terletak pada 10 44’-10 46’ LU dan 980 44’-980

48’ BT. Batas Kota Madya Sibolga disebelah Utara dan Timur adalah kecamatan

Sibolga, di sebelah Selatan adalah kecamatan Pandan dan di sebelah Barat adalah

Teluk Tapian Nauli (Budhisantoso, 1995). Kotamadya Sibolga merupakan salah

satu Daerah Tingkat II yang berada dalam wilayah daerah Tingkat I Provinsi

Sumatera Utara. Jaraknya lebih kurang 344 km dari Kota Medan, ibukota Provinsi

Sumatera Utara. Bentuk Kota memanjang dari Utara ke Selatan mengikuti garis

pantai. Sebelah Timur terdiri dari gunung dan sebelah Barat adalah lautan. Lebar

kota yaitu jarak dari garis pantai ke pegunungan sangat sempit hanya lebih kurang

500 meter, sedangkan panjangnya adalah 8. 520 km. Karena sempitnya daratan

yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akhirnya banyak tepian pantai

yang ditimbun menjadi daratan untuk dijadikan lahan pemukiman. Bahkan

sebagian pemukiman didirikan diatas laut (Malau, 2011).

Secara umum potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Tapanuli

Tengah meliputi produksi perikanan tangkap dan budidaya, potensi perikanan

Samudera Hindia, nelayan dan kapal penangkapan ikan, fasilitas pendukung

perikanan dan industri berbasis komoditi perikanan.

Produksi perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2009 adalah

22.329,40 ton, meliputi produksi perikanan tangkap di Laut 20.731,60 ton,

produksi perairan umum di Darat 463,50 ton, produksi budidaya di Laut 714,20

ton, dan produksi budidaya di Darat 420,10 ton ( Dinas KKP Tapanuli Tengah).
6

Berdasarkan keadaan dan letak geografisnya, posisi kota Sibolga memiliki

nilai strategis sebagai salah satu akses utama dalam pemanfaatan potensi sumber

daya perairan pantai barat Sumatera memiliki 4 kecamatan dengan jumlah seluruh

rumah tangga sebanyak 18.252 keluarga dan sekitar 10.17 % dari jumlah

penduduk tersebut bekerja dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan

tangkap termasuk Bagan Tancap ( Dinas KKP Tapanuli Tengah).

2.2. Pengertian Konstruksi

Konstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai

susunan (model, tata letak) suatu bangunan atau susunan dan hubungan kata

dalam kelompok kata. Sedangkan menurut kamus komunikasi, definisi konstruksi

adalah suatu konsep, yakni abstraksi sebagai generalisasi dari hal-hal yang

khusus, yang dapat diamati dan diukur.

2.3. Perikanan Tangkap Bagan Tancap

Usaha penangkapan ikan adalah usaha manusia untuk menghasilkan ikan

dan organisme lainnya pada suatu perairan. Penangkapan ikan dapat dilakukan di

perairan laut maupun perairan umum seperti danau, rawa-rawa, sungai dan lain-

lain (Ayodhyoa, 1981).

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi pekerjaan yang telah lama

dilakukan oleh manusia. Ditinjau dari segi prinsip penangkapan yang digunakan

oleh nelayan tanah air, akan terlihat telah banyak memanfaatkan tingkah laku

ikan (behaviour) untuk tujuan penangkapan ikan.

Bagan pertama kali diperkenalkan tahun 1950-an oleh orang-orang

Makassar dan Bugis di daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara. Kemudian dalam

tempo relatif singkat alat tangkap ini sudah dikenal di seluruh Indonesia. Salah

satu variasi alat tangkap bagan yaitu bagan tancap (stationary lift net). Bagan
7

tancap dikelompokan sebagai jaring angkat (lift net). Komponen operasi bagan

tancap terdiri dari alat tangkap, nelayan sebagai pelaku operasi dan bangunan

bagan sebagai pengganti kapal pengoperasian alat tangkap. Pengoperasiannya

dilakukan dengan menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal. Waktu

pengoperasiannya hanya pada malam hari (light fishing) terutama pada hari gelap

bulan dengan menggunakan lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani &

Barus, 1989).

Alat ini terdiri atas bangunan bagan dan jaring bagan. Bangunan bagan

merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi empat yang

ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan. Alat tangkap ini

bersifat immobile (tetap). Bangunan bagan umumnya berukuran 9×9 m,

sedangkan untuk ukuran jaring satu meter lebih kecil dari ukuran bangunan

tersebut. Bangunan bagan ditancapkan ke dasar perairan selama proses

penangkapan sehingga tempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas, yaitu

pada perairan dangkal. Adapun ketinggian alat tangkap ini dari dasar perairan

rata-rata 12 m. Kedalaman perairan untuk tempat pemasangan alat tangkap ini

rata-rata adalah 8 m. Pada daerah tertentu ada yang memasang pada kedalaman

15m. Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini terbuat dari waring

dengan mesh size 0,5 cm. Posisi jaring pada bagan terletak di bagian bawah

bangunan bagan. Jaring diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat.

Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya yang

berfungsi untuk menaik-turunkan jaring. Adapun alat bantu yang biasa digunakan

untuk menaikan atau menurunkan jaring adalah roller. Pada keempat sisi jaring

diberi pemberat agar posisi jaring tetap stabil selama dilakukan perendaman

(Nurdiana, 2005).
8

2.4. Alat Bantu Bagan Tancap

2.4.1. Cahaya (Lampu)

Fungsi lampu untuk penangkapan bagan tancap adalah untuk

mengumpulkan kawanan ikan, kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan

menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine. Jenis lampu yang

digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik

(penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian

dari perikanan industri).

Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu

dipermasalahkan, sebab sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme

hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar

cahaya (fototaksis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal

sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya (Fiqrin, 2012).

Cahaya merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk

mengumpulkan ikan dalam suatu area penangkapan (catchable area) kemudian

ditangkap dengan berbagai jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai

alat bantu dalam penangkapannya. Cahaya berguna menyalurkan keinginan ikan

sesuai dengan nalurinya. Dengan demikian, ikan yang datang disekitar lampu

tersebut merupakan pemanfaatan dari tingkah laku ikan tersebut.

Menurut Ayodhyoa dalam Sudirman dan Mallawa (2000), mengatakan

bahwa peristiwa tertariknya ikan dengan cahaya dapat dibagi atas dua macam,

yaitu sebagai berikut:

 peristiwa langsung, yaitu ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul, hal ini

tentu berhubungan langsung dengan peristiwa fototaksis. seperti jenis-jenis

sardinella, kembung dan layang.


9

 peristiwa tidak langsung, yaitu karena adanya cahaya maka plankton, ikan-

ikan kecil dan sebagainya berkumpul dengan tujuan “feeding”. beberapa

jenis ikan yang termasuk kategori ini seperti ikan tenggiri, cendro dan lain-

lain.

2.4.2. Rumpon

Ada kelemahan dari operasi penangkapan alat tangkap Bagan yang

menggunakan lampu, yaitu apabila ikan yang berada disekitar alat tangkap bagan

tidak terlalu banyak, maka ikan-ikan yang akan berkumpul setelah lampu

dinyalakan juga tidak akan banyak. Oleh karena itu di sekitar alat tangkap bagan

perlu diberi tambahan alat pengumpul ikan (Fish Aggregating Device) yang lain

pada siang hari, supaya jumlah ikan yang berada di sekitar alat tangkap bagan bisa

bertambah banyak, alat bantu pengumpul ikan itu adalah rumpon. Menurut

Peraturan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor

2 pasal 19 tahun 2011 rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan

dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat

yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

Menurut Ardidja (2010), Rumpon juga disebut alat bantu penangkapan

yang diciptakan oleh manusia (nelayan), rumpon berfungsi untuk mengumpulkan

ikan dan juga untuk menarik perhatian ikan agar ikan berkumpul di rumpon.

Dengan kata lain rumpon disebut juga dengan Fish Aggregate Device (FAD).

ditinjau dari jenis bahan yang digunakan untuk membuat rumpon terbagi menjadi

tiga kelompok yaitu sebagai berikut:

 Rumpon yang terbuat dari bagian tumbuhan

 Rumpon yang terbuat bukan dari bagian tumbuhan

 Rumpon yang terbuat dari bahan gabungan antara bagian tumbuhan dan

bukan bagian tumbuhan


10

Sedangkan dalam Fiqrin (2012), Rumpon merupakan suatu bangunan

(benda) yang menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) disuatu tempat

ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu :

pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat

(sinkers/anchor). Rumpon yang digunakan umumnya dipasang (ditanam) pada

kedalaman 30-75 m.

Proses penangkapan ikan menggunakan alat bantu rumpon tidak perlu

mencari gerombolan ikan, karena gerombolan ikan diharapkan dapat datang dan

berkumpul disekitar rumpon (Sudirman dan Mallawa, 2000).


11

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016 di

perairan laut Sibolga kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara

(Lampiran 1).

3.2. Bahan dan Alat

Peralatan yang akan digunakan pada saat praktek magang adalah alat tulis,

log book, meteran, mistar, jangka sorong, kuisioner dan camera. Sedangkan objek

yang akan diamati adalah bentuk desain dan konstruksi alat tangkap Bagan

Tancap di Perairan laut Sibolga kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera

Utara.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan pada praktek magang ini adalah metode survey,

dimana mahasiswa langsung turun kelapangan dan langsung melakukan

pengambilan data melalui kuisioner dan juga melalui pengukuran setiap

komponen dari alat tangkap Bagan Tancap tersebut.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, dimana

data primer diperoleh dengan cara pengambilan data melalui kuisioner dan juga

melalui pengukuran setiap komponen dari alat tangkap Bagan Tancap tersebut

untuk memperoleh informasi yang diperlukan dan data yang diperoleh dari hasil

responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur

yang mendukung.
12

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari praktek magang ini dikelompokan, tabulasi dan

dianalisis dengan metode deskriptif dengan menjelaskan bagaimana bentuk desain

dan konstruksi alat tangkap Bagan Tancap di Perairan laut Sibolga kabupaten

Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.


13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Ikan Target Tangkapan Bagan Tancap

Pengoperasian bagan tancap umumnya dimulai pada saat matahari mulai

tenggelam. Penangkapan diawali dengan penurunan jaring sampai kedalaman

yang diinginkan. Selanjutnya lampu mulai dinyalakan untuk menarik perhatian

ikan agar berkumpul di bawah sinar lampu atau di sekitar bagan. Pengangkatan

jaring dilakukan apabila ikan yang terkumpul sudah cukup banyak dan keadaan

ikan-ikan tersebut cukup tenang. Jaring diangkat sampai berada di atas permukaan

air dan hasil tangkapan diambil dengan menggunakan serok. Biasanya bagan

tancap hanya memiliki kedalaman hingga 15 m, sehingga kebanyakan ikan yang

tertangkap adalah jenis ikan pelagis yang memiliki sifat fototaksis positif. Karena

pada dasarnya ikan pelagis adalah ikan yang umumnya berenang secara

berkelompok mendekati permukaan perairan hingga kedalaman 200 m (Subani

dan Barus, 1989). Ikan yang tertangkap pada saat magang adalah ikan kembung

(Rastrelliger sp), ikan teri (Engraulidaei sp).

4.2. Konstruksi Alat Tangkap Bagan Tancap

Bentuk konstruksi alat tangkap Bagan Tancap yang didapat dari hasil

praktik magang adalah sebagai berikut:

 Jaring (webbing)

Jaring (webbing), merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata

jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan

ikan. Menurut Supardi Ardidja (2007) Webbing adalah gabungan sejumlah mata

jaring yang dijurai baik dengan cara disimpul atau tanpa simpul, dibuat dengan
14

menggunakan mesin atau tangan, baik yang terbuat dari serat alami maupun serat

buatan, juga merupakan komponen utama alat penangkap ikan.

Table 1. komponen jaring (webbing)


Komponen Material Ukuran
 Badan jaring PA monofilament Mesh size 0,35 cm
 Tali penyambung PE multifilament  0,6 cm Z
lembar jaring

4.0 PE
PA 4.0 PE
ᴓ6 mono ᴓ6
0,35 cm

PA
mono
0,35
PA
cm
mono
0,35 cm PA
mono
0,35
cm

PA
4.0 PE mono 4.0 PE
ᴓ6 0,35 cm
ᴓ6

Gambar 1. Konstruksi Jaring Bagan Tancap

Satu lembar jaring (webbing) merupakan hasil rajutan benang (twine).

Bahan pembuat benang yang umum dipakai pada jaring bagan adalah bahan

sintetis " nylon”. Badan jaring (webbing ) pada jaring bagan tancap ini terbuat dari

bahan Polyamide monofilament dengan mesh size 0,35 cm dan tidak bersimpul.

Untuk menyambung lembar jaring digunakan tali sebagai penyambung lembar

jaring, tali tersebut terbuat dari bahan Polyethylene multifilament berdiameter 6

mm dengan bentuk pintalan Z. Bentuk jaring bagan seperti kubus dengan tinggi 4

m, panjang 10 m dan lebar 10 m. Posisi jaring pada bagan terletak di bagian

bawah bangunan bagan. Jaring diikatkan pada bingkai bambu yang berbentuk segi

empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada ke empat sisinya

yang berfungsi untuk menaik-turunkan jaring (Nurdiana 2005).

 Roller
15

Roller penarik jaring, merupakan komponen yang digunakan untuk

menaik-turunkan jaring. Roller penarik jaring masih tradisional terbuat dari

batang bamboo kuat atau batang kayu yang lurus.

Table 2. komponen Roller


Komponen Material Ukuran
 Batang roller Batang Kayu lurus  13 cm
 Tali penarik jaring PE multifilament  0,6 cm Z

5 2
1 3

Gambar 2. Konstruksi Roller Bagan Tancap Sibolga

Keterangan gambar:

1. Tuas pemutar
2. Tiang penyanggah batang roller
3. Batang roller
4. Tali penarik jaring
5. Pelataran bagan
6. Pijakan kaki
16

gambar 3. Roller Bagan Tancap

Batang kayu yang digunakan untuk roller berdiameter 13 cm, pada bagian

tengah-tengah roller terdapat tuas yang dapat di putar dan di kedua ujung

dililitkan tali penarik yang dihubungkan ke bingkai mulut jaring bagan, sehingga

apabila tuas diputar dapat menaik-turunkan jaring bagan. Aktifitas menaikkan

jaring atau saat hauling disebut oleh nelayan bagan Sibolga dengan “manderek”.

Tali yang digunakan untuk menaik-turunkan jaring terbuat dari bahan

Polyethylene multifilament diameter 6 mm dengan bentuk pintalan Z.

Pada saat menaikkan jaring dengan memutar tuas dilakukan perlahan dan

hati-hati agar ikan tidak merasa terganggu dan diusahakan tuas tidak terlepas dari

pegangan dan akan sangat berbahaya jika terlepas dari pegangan karena beban

dari pemberat di bagian bawah jaring sehingga tuas akan berbalik kearah

sebaliknya dengan cepat. Saat hauling yang tepat adalah pada waktu malam hari

terutama pada saat bulan gelap (Subani dan Barus, 1989).

 Pemberat

Pemberat, merupakan komponen yang digunakan untuk memberikan

kesetabilan jaring di bawah air, diletakkan di empat sudut bagian bawah jaring

(Nurdiana 2005). Pemberat yang digunakan oleh nelayan bagan tradisional

Sibolga biasanya adalah batu, lebih mudah didapat dan ekonomis.

Table 3. komponen pemberat


Komponen Material
 Pemberat Batu
17

 Tali pemberat PE multifilament  0,6 cm Z

Keterangan:
1
1. Jaring bagan tancap
2. Tali pemberat
2 3. Pemberat

Gambar 4. Letak Pemberat Pada Jaring Bagan Tancap

 Lampu

Lampu atau cahaya pengumpul ikan, adalah merupakan alat bantu

pengumpul ikan pada saat malam hari.

Table 4. komponen cahaya pengumpul ikan

Komponen Merk jumlah Kapasitas


 Lampu Hannochs 10 buah 35 watt dan 26 watt
 sumber energy Tiger 1 buah 2,5 KVA
(generator)

Keterangan:

1. Pelataran bagan 1
2. Kabel lampu
3. Tudung lampu
4. Lampu 2

4
Gambar 5. Susunan Lampu Pengumpul Ikan Bagan Tancap

Lampu ditempatkan di atas permukaan air maka arah perambatan cahaya

pada medium udara adalah lurus, jarak 0,5 m dari permukaan laut bila laut tenang

dan 1-1,5 m dari permukaan laut bila laut bergelombang (Subani & Barus 1989).

Adanya gelombang justru akan merubah sinar-sinar yang semula lurus

menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi redup dan akhirnya menimbulkan
18

sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar gelombang maka

makin besar pula flickering light-nya sehingga makin besar hilangnya efisiensi

sebagai daya penarik perhatian ikan-ikan yang menjadi target penangkapan.

Untuk mengatasi hal ini diperlukan penggunaan lampu yang konstruksinya

disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap

(tudung) yang baik (Nurdiana 2005). Lampu yang digunakan adalah lampu 4

lampu Hannochs 35 watt dan 6 Hannochs 26 watt dengan sumber energy listrik

dari generator Tiger dengan kapasitas 2,5 KVA menggunakan bahan bakar bensin.

Selain lampu atau cahaya sebagai alat bantu pengumpul ikanpada alat

tangkap Bagan Tancap, rumpon juga termasuk alat bantu pengumpul ikan tetapi

jarang digunakan pada alat atangkap ini, nelayan Bagan Tancap di Sibolga tidak

meggunakan rumpon sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sebab apabila rumpon

dipasang pada alat ini maka ikan pelagis besar juga akan berkumpul disekitar alat

ini dan memangsa ikan kecil target tangkapan sehingga hasil tangkapan ikan

target sedikit.

4.3. Konstruksi Bangunan Bagan Tancap

Konstruksi bangunan Bagan Tancap di daerah perairan laut Sibolga

adalah sebagai berikut :

1. Tiang pancang

2. Pelataran bagan

3. Tiang bugis

4. Rumah bagan

Tiang pancang pada bangunan Bagan Tancap di Sibolga menggunakan

batang pohon Pinang (Areca catechu), batang ini digunakan sebagai pengganti

kayu Nibung (Oncosperma tigillarium) yang sudah mulai susah di dapat di daerah
19

Sibolga dan harga yang mahal bagi nelayan Bagan Tancap di Sibolga. Kekuatan

kayu Nibung (Oncosperma tigillarium) ini terbilang bagus dan tahan lapuk

sehingga banyak dipakai sebagai tiang tiang penyanggah rumah dekat sungai,

banyak di pakai pada beberapa alat tangkap. Karena ketersediaannya yang mulai

berkurang, nelayan Bagan Tancap Sibolga beralih menggunakan batang pohon

Pinang (Areca catechu), sebab mudah didapat dan lebih ekonomis. Untuk

membangun alat tangkap ini diperlukan batang pohon Pinang (Areca catechu)

sebanyak ± 40 batang dengan ukuran rata-rata 13 m per batangnya dengan

diameter pangkal rata-rata 18 cm.

Kedalaman perairan lokasi praktik magang pada alat tangkap ini adalah

±15 m, dengan dasar pasir berlumpur. Untuk dapat mencapai dasar agar tiang

pancang menancap kokoh di dasar perairan, batang Pinang (Areca catechu) di

sambung pada bagian pangkal dengan menggunakan kawat dan pen besi

sepanjang 40 cm dengan diameter 1cm. Sambungan tiang sepanjang 1m dengan 3

lilitan kawat dan 2 pen besi.

25 m

13 m  18 cm

1m

1 40 cm  1 cm
3

Gambar 6. Pola Sambungan Tiang Pancang

Keterangan gambar:

1. Batang Pinang (Areca catechu)

2. Kawat

3. Sambungan tiang pancang

4. Pen besi
20

Pelataran bagan dibuat dengan menggunakan bambu dan beberapa lembar

papan, dengan lebar ±15 m2 . Papan di letakkan sebagai alas rumah bagan dan

pijakan kaki untuk memutar tuas roller dengan meggunakan paku agar papan

tidak bergeser. Untuk membangun pelataran bagan diperlukan 17 batang bambu

dengan ukuran rata-rata 16 m per batang.

Tiang bugis, adalah sebutan nelayan bagan Sibolga yang digunakan untuk

menahan beban tengah bangunan pelataran bagan. Berbentuk limas segi tiga

meggunakan batang kayu yang kuat untuk menahan beban dengan mengaitkan tali

penahan dari tengah ujung tiang ke tengah pelataran bagan.

Gambar 7. Tiang Bugis

Rumah Bagan Tancap di Sibolga dibuat dengan menggunakan atap

rumbia, dibuat untuk tempat beristirahat dan berlindung dari terik matahari dan

hujan. Sebagai tempat menyimpan barang seperti generator, lampu, kabel-kabel,

bekal logistic, dan lain-lain.

Gambar 8. Rumah Bagan


21
22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktik magang dapat disimpulkan bahwa alat tangkap bagan

tancap memiliki dua bagian konstruksi yaitu alat tangkap bagan dan bangunan

pelataran bagan. Alat tangkap Bagan Tancap di Sibolga terbuat dari bahan sintetis

Polyamide monofilament dengan mesh size 0,35 cm tidak bersimpul, bentuk jaring

seperti kantong dengan 4 sudut yang dilengkapi dengan tali penarik jaring dan

pemberat dari batu untuk menstabilkan jaring didalam air. Dan juga dilengkapi

lampu sebagai atraktor pengumpul ikan.

Sedangkan bangunan pelataran terdiri dari tiang pancang dari batang

Pinang, roller untuk menaik-turunkan jaring bagan, rumah bagan, dan tiang bugis

untuk menahan beban bagian tengah pelataran.

5.2. Saran

Sebaiknya instansi yang berwenang dibidang ini harus lebih

memperhatikan kehidupan ekonomi nelayan bagan terkhusus penyediaan kayu

Nibung dan pengaturan penempatan lokasi alat tangkap Bagan Tancap agar tidak

mengganggu alur pelayaran dan nelayan tidak harus terus disalahkan.


23

DAFTAR PUSTAKA

Ardidja, Supardi (compiler). 2007b. Metode penangkapan ikan. Jakarta: Sekolah


Tinggi Perikanan. Online. URL: http://www.scribd.com/doc /19748127
/Metode-Penangkapan-Ikan (diakses 14 juni 2016)
Ardidja, Supardi. 2010. Bahan Alat Penangkapan Ikan. STP Press .Jakarta.189
hal

Ayodhyoa, A. U. 1983. Metode Penagkapan Ikan. Cetakan Pertama.Faperik. IPB.


Bogor
Bappeda SU dan PKSPL IPB. 2002. Penyusunan Master Plan (Penyusunan Zonasi
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut di Kabupaten Asahan, Deli
Serdang dan Langkat). Bogor.
Birowo, S. 2001. Oseanografi Perikanan (Fishery Oceanography). Dalam:
Penuntun Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Perairan Indonesia. Badan
Riset kelautan dan Perikanan-DKP dengan Pusat Penelitian Oseanografi-
LIPI. Jakarta.

Budhisantoso, S. 1995. Studi Pertumbuhan dan Pemudaran Kota Pelabuhan:


Kasus Barus dan Sibolga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta hlm.11

Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumber daya Kelautan Untuk Kesejahteraan


Rakyat. LISPI dan DKP. Jakarta. 145 hal

Fiqrin.2012. Instrumentasi Alat Tangkap Purse Seine.Blogspot. http:// wordpress.


Com/artikel-tentang-ikan/purse-seine. (diakses 12 Desember 2012)

Harahap, Syawaludin Alisyahbana. 2011. Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir.


Bandung : Universitas Padjadjaran Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Program Studi Ilmu Kelautan.

Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Tahun 2013.


(http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/9861/Potensi-Laut-Dunia
Berubah-Signifikan/?category_id=. Diunduh 04 Januari 2014).

King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. Fishing News


Book. London. A Dvision of Blackwell Science Ltd. 376 p.

Nurdiana. 2005. Iluminasi cahaya lampu pijar 25 watt pada medium udara dan
aplikasinya pada perikanan bagan tancap. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Malau, Hernita. 2011. Adat Sumando Sibolga. Medan. hlm.23


24

Mardame Pangihutan Sinaga. 2009. Analisis Hasil Tangkapan Pukat Ikan


Kaitannya Dengan Kandungan Klorofil-a Dan Suhu Permukaan Laut Di
Perairan Tapanuli Tengah [disertasi]. Ipb bogor.118 hal

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor


Per.50/Men/2011 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
Khusus Bidang Kelautan Dan Perikanan Tahun 2012.pdf. 2012. (12
Desember 2012).151 hal

Sudirman dan Achmar Mallawa . 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Makasar.168 hal

Subani, W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Lembaga


Penelitian Perikanan Laut: Jakarta. (Jilid 1).

Subani W, Barus H. 1989. Alat penangkapan ikan dan udang laut di


Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut Edisi Khusus
25

LAMPIRAN
26

Lampiran 1. Peta Lokasi Magang


27

Lampiran 2. Peralatan yang digunakan pada saat magang

Logbook Alat tulis

jangka sorong (schatmat) Meteran

Camera digital
Proposal usulan praktek magang
28

Lampiran 3. Kegiatan selama praktik magang

Penyambungan tiang pancang Pengukuran langsung ke lokasi magang

Peralatan yang digunakan untuk Batang yang akan disambung


penyambungan

Batang yang telah disambung Kondisi pelataran bagan

Wawancara dengan pemilik Bagan Tancap

RINGKASAN
29

Wendi Nauli Frantika Pasaribu (1304112492) Bentuk Konstruksi Alat


Tangkap Bagan Tancap Di Daerah Perairan Laut Sibolga Kabupaten
Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara (Di Bawah Bimbingan Bapak
Ir. H. Syaifuddin, M.Si)

Praktek magang ini dilaksanakan pada 25 Januari – 19 Februari 2016 di

perairan laut Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan praktek magang ini dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk konstruksi

alat tangkap Bagan Tancap.

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey,

dengan cara langsung turun kelapangan dan langsung melakukan pengambilan

data dengan berpartisipasi serta melakukan pengukuran setiap komponen dari alat

tangkap Bagan Tancap tersebut.

Berdasarkan keadaan dan letak geografisnya, posisi kota Sibolga memiliki

nilai strategis sebagai salah satu akses utama dalam pemanfaatan potensi sumber

daya perairan pantai Barat Sumatera memiliki 4 kecamatan dengan jumlah seluruh

rumah tangga sebanyak 18.252 keluarga dan sekitar 10.17 % dari jumlah

penduduk tersebut bekerja dan menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan

tangkap termasuk Bagan Tancap .

Bagan tancap adalah alat tangkap pasif yang pengoperasian dan

konstruksinya menetap, terdiri dari dua bagian yaitu alat tangkap bagan dan

bangunan pelataran bagan. Alat tangkap Bagan Tancap di Sibolga terbuat dari

bahan sintetis Polyamide monofilament dengan mesh size 0,3 cm tidak bersimpul,

bentuk jaring seperti kantong dengan 4 sudut yang dilengkapi dengan tali penarik

jaring dan pemberat dari batu untuk menstabilkan jaring didalam air, dan juga

dilengkapi lampu sebagai atraktor pengumpul ikan.


30

Sedangkan bangunan pelataran terdiri dari tiang pancang dari batang

Pinang, roller untuk menaik-turunkan jaring bagan, rumah bagan, dan tiang bugis

untuk menahan beban bagian tengah pelataran.


31

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2.Tujuan ............................................................................................ 4
1.3.Manfaat .......................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1.Perikanan di Perairan Laut Sibolga ................................................ 5
2.2.Pengertian konstruksi .................................................................... 6
2.3.Perikanan Tangkap Bagan Tancap ................................................. 6
2.4.Alat Bantu Bagan Tancap ............................................................. 8
2.4.1.Cahaya (Lampu) .................................................................... 8
2.4.2.Rumpon ................................................................................ 9

III. METODE PRAKTEK ....................................................................... 11


3.1.Waktu dan Tempat ......................................................................... 11
3.2.Bahan dan Alat .............................................................................. 11
3.3.Metode Pengumpulan Data ........................................................... 11
3.4.Analisis Data ................................................................................. 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 13


4.1.Ikan Target Tangkapan Bagan Tancap ......................................... 13
4.2.Konstruksi Alat Tangkap Bagan Tancap ...................................... 13
4.3.Konstruksi Bangunan Bagan Tancap ............................................ 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 22


5.1.Kesimpulan ................................................................................... 22
5.2.Saran .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23


LAMPIRAN .............................................................................................. 25
32

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komponen Jaring (Webbing) ................................................................ 14

2. Komponen Roller ................................................................................. 15

3. Komponen Pemberat ............................................................................. 17

4. Komponen Cahaya Pengumpul Ikan ..................................................... 17


33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Magang ............................................................................. 26

2. Peralatan yang digunakan pada saat magang ....................................... 27

3. Kegiatan Selama Praktik Magang ........................................................ 28


34

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Konstruksi Jaring Bagan Tancap ......................................................... 14

2. Konstruksi Roller Bagan Tancap Sibolga ............................................ 15

3. Roller Bagan Tancap ............................................................................ 16

4. Letak Pemberat Pada Jaring Bagan Tancap ......................................... 17

5. Susunan lampu pengumpul ikan bagan tancap .................................... 17

6. Pola Sambungan Tiang Pancang ......................................................... 20

7. Tiang Bugis ......................................................................................... 21

8. Rumah Bagan ...................................................................................... 21

Anda mungkin juga menyukai