Anda di halaman 1dari 3

Nama : Widia Puspitasari

NIM : 1804101005
Prodi : Farmasi

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

1. Pengertian Pancasila
Secara etimologi kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (kasta
Brahmana)yaitu penggalan kata Panca yang berarti “Lima” dan Sila yang berarti “Dasar“.
Berarti secara harfiah kata Pancasila bisa diartikan sebagai “Lima Dasar”.
Menurut Ir. Soekarno, pancasila adalah isi jiwa Bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, pancasila bukan
hanya sebgai falsafah negara, melainkan sebagai falsafah Bangsa Indonesia.
2. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
 Nilai adalah suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia
sebagai penentu dan acuan dalam menilai dan melakukan suatu tindakan.
 Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu.
 Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku
dan perbuatan manusia.
3. Pengertian Etika dan Politik
 Etika adalah suatu pemikiran kritis dan mendasar mengenai ajaran dan pandangan
moral, membahas tentang bagaimana dan mengapa manusia mengikuti suatu ajaran
tertentu, atau bagaimana manusia harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
Etika dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Etika Umum, adalah etika yang berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak dan mengambil keputusan secara etis.
2. Etika Khusus, adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus dan didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral
dasar. Etika khusus dibagi menjadi 2, yaitu:
 Etika individual, etika yang menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
 Etika sosial, etika yang berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat.
 Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
dimana wujudnya adalah proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
4. Pengertian Etika Politik
Etika politik merupakan cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau
perbuatan-perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik maupun buruknya. Etika politik
bertujuan untuk mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama dan untuk orang
lain, dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang adil.
5. Pancasila Sebagai Etika Politik
Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai yang tidak
dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing sila-silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-
masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Pancasila tidak hanya
merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas
terutama dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta kebijakan dalam penyelenggaraan
negara. Nilai-nilai Pancasila dalam etika berpolitik terkandung dalam kelima sila Pancasila.
 Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” . Berdasarkan sila pertama, negara Indonesia bukanlah
negara teokrasi yang mendasarkan kekuasaan negara pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala
negara tidak bersifat mutlak berdasarkan legitimasi religius melainkan berdasarkan legitimasi
hukum dan demokrasi. Walaupun Negara Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi religius,
namun secara moralitas kehidupan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan
terutama hukum serta moral dalam kehidupan negara.
 Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat
manusia di dunia yang hidup secara bersama dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita
serta prinsip hidup demi kesejahteraan bersama. Manusia merupakan dasar kehidupan dan
penyelenggaran negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan bersifat mutlak dalam kehidupan
negara dan hukum. Dalam kehidupan negara kemanusiaan harus mendapatkan jaminan hukum,
maka hal inilah yang diistilahkan dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) manusia.
 Sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Persatuan berati utuh dan tidak terpecah-pecah. Persatuan
mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kesatuan dan mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi dan sosial budaya..
Indonesia sebagai negara plural (beragam) merupakan negara yang rawan konflik. Oleh karenanya
diperlukan semangat persatuan dan sikap saling menghargai sehingga tidak muncul jurang pemisah
antara satu golongan dengan golongan yang lain.
 Sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan” Negara berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan
senantiasa untuk rakyat. Oleh karena itu rakyat merupakan asal muasal kekuasaan negara. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan harus
dikembalikan kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik
praktis, hal-hal yang menyangkut kekuasaan legislatif, eksekutif serta yudikatif, konsep
pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau
harus memiliki “legitimasi demokratis”.
 Sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Dalam penyelenggaraan negara
harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip “legalitas”. Negara Indonesia adalah negara
hukum, oleh karena itu keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial) merupakan tujuan dalam
kehidupan negara. Dalam penyelenggaraan negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan serta
pembagian senatiasa harus berdasarkan hukum yang berlaku. Pelanggaran atas prinsip-prinsip
keadilan dalam kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan
negara.
5. Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, Pancasila adalah dasar Negara yang menjadi tolok ukur pemikiran bangsa
Indonesia yang mengandung nilai-nilai yang universal dan terkristalilasi dalam sila-silanya. yang
dikembangkan dan berkembang dalam diri pribadi manusia sesuai dengan kodratnya, sebagai makhluk
pribadi dan sosial. Didalam tubuh pancasila telah terukir berbagai aspek pemikiran bangsa yang
mengandung asas moralitas, politik, sosial, agama, kemusyawaratan, persatuan dan kesatuan dimana seluruh
aspek tersebut senafas atau sejiwa yang merupakan suatu totalitas saling hidup menjiwai, diliputi dan dijiwai
satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai