Anda di halaman 1dari 12

RESPONSI

BAKTERIAL VAGINOSIS

Oleh :

Mega Hasenda

G99162079

Pembimbing :

dr. Suci Widhiati, M.Sc, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2018
STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : dr. Suci Widhiati, M.Sc, Sp.KK


Nama Mahasiswa : Mega Hasenda
NIM : G99162079

BAKTERIAL VAGINOSIS

A. Definisi

Bakterial Vaginosis (BV) adalah sindrom polimikroba yang muncul


ketika terjadi ketidakseimbangan bakteri flora normal dalam vagina.1

B. Epidemiologi
Bakterial Vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang
memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi
bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk. Penyelidikan
epidemiologi BV jarang dilakukan, sedangkan kriteria mikrobiologi dan klinis
yang tepat belum jelas. Pernah disebutkan bahwa 50% wanita aktif seksual
terkena infeksi G. Vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala.
Sekitar 50% ditemukan pada pemakai AKDR dan 86% bersama-sama dengan
infeksi Trichomonas.2
Hampir 90% laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi G.
vaginalis, mengandung G. vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra
tetapi tidak menyebabkan uretritis. Suatu penyelidikan menyebutkan terjadinya
rekurensi setelah pengobatan akibat kontak seksual. Ditemukannya G. vaginalis
sering diikuti dengan infeksi lain yang ditularkan melalui hubungan seksual.2

C. Etiopatogenesis
Secara umum telah diketahui bahwa Lactobacilli memiliki peran penting
dalam menjaga lingkungan yang dapat menghambat pertumbuhan organisme
patogen pada vagina. Lactobacilli menghasilkan asam laktat sehingga dapat

1
menjaga kondisi pH vagina senantiasa asam yaitu antara 4,0-4,5. Selain itu
Lactobacilli juga memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik pada
berbagai macam mikroorganisme. Sehingga apabila terjadi perubahan
lingkungan ekosistem pada vagina yaitu adanya pertumbuhan organisme
anaerob serta perubahan pH maka akan terjadi BV.3
Bakteri yang meningkat koloninya pada BV antara lain G. vaginalis,
Mobiluncus sp, M. hominis, batang gram negatif anaerob seperti Prevotella,
Porphyromonas, Bacteroides, dan Peptostreptococcus sp. Penyakit ini tidak
ditularkan melalui hubungan seksual dan etiologi yang pasti masih belum
ditemukan. 1

D. Manifestasi klinik
Sebanyak 50%-75% wanita dengan BV biasanya asimtomatis.1 Penderita
BV akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang berbau tidak enak (amis)
akibat adanya amin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob. Bau ini akan semakin
meningkat setelah senggama serta menyebabkan darah menstruasi berbau
abnormal. Nyeri abdomen maupun nyeri ketika kencing juga jarang dikeluhkan
karena keluhan ini berasal dari penyakit lain.2 Rasa gatal dan peradangan pada
vulvo-vaginal biasanya jarang.1
Gejala yang sangat khas adalah ditemukan duh tubuh vagina yang
bertambah, warna homogen putih atau abu-abu, berbau dan tidak berbusa. pH
sekret vagina lebih dari 4,5 dan tidak terdapat gejala peradangan.2

E. Diagnosis
Secara klinis, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial baik yang
simtomatis ataupun yang asimtomatis dapat menggunakan kriteria Amsel
dimana harus ada tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) pada
pemeriksaan mikroskopik sediaan basah terdapat sel clue yaitu sel epitel vagina
yang granular diliputi oleh kokobasil sehingga batas sel tidak jelas, (2) adanya
bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina (Whiff test), (3) duh
yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina

2
lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper. Tanpa adanya gejala duh
tubuh vagina, kriteria ini dapat digunakan untuk mendiagnosis BV yang
asimtomatis bila kriteria lainnya terpenuhi.4

F. Komplikasi
BV merupakan faktor risiko persalinan dan kelahiran prematur pada
kehamilan. BV juga dikaitkan sebagai faktor risiko penularan penyakit HIV.
Beberapa penelitian mengaitkan BV terhadap demam postpartum, endometritis
postpartum, komplikasi pasca operasi ginekologi, dan infeksi postabortus.
Namun, masih banyak penelitian yang diperlukan untuk menyelidiki hubungan
antara BV terhadap gejala sisa yang mungkin terjadi.1

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap BV terbaru tahun 2015 yang direkomendasikan
oleh CDC:
Tabel 1. Penatalaksanaan BV
Bakterial Vaginosis
Regimen Rekomendasi
Metronidazole (Flagyl) 500 mg per oral dua kali sehari selama tujuh hari
Metronidazole gel (Metrogel) one full applicator (5 g) intravagina sehari sekali selama
lima hari
Clindamycin 2% cream one full applicator (5 g) intravagina menjelang tidur selama tujuh
hari
Regimen Alternatif
Tinidazole (Tindamax) 2 g per oral selama dua hari atau 1 g selama lima hari
Clindamycin 300 mg per oral dua kali sehari selama tujuh hari
Clindamycin ovula 100 mg intravagina sehari sekali menjelang tidur selama tiga hari
Kehamilan
Metronidazole 500 mg per oral dua kali sehari selama tujuh hari
Metronidazole 250 mg per oral tiga kali sehari selama tujuh hari
Clindamycin 300 mg per oral dua kali sehari selama tujuh hari

3
Pada wanita yang tidak hamil dengan BV yang simtomatis perlu terapi
antibiotik untuk menghilangkan gejala. Selain itu juga berfungsi untuk
menurunkan risiko penyakit HIV atau penyakit IMS lainnya.5
Berdasarkan penelitian metronidazol dan klindamisin baik sediaan topikal
maupun oral sama efektifnya untuk mengobati BV. Klindamisin krim
intravaginal dapat dipilih untuk penderita yang alergi terhadap metronidazol.5
BV terjadi lebih dari 20% pada kehamilan. Penelitian terbaru menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara vaginosis bakterial dengan terjadinya
keguguran dan kelahiran pretermpada wanita hamil. Sehingga untuk mencegah
hal tersebut perlu dilakukan terapi pada wanita hamil yang menderita vaginosis
bakterial.5

H. Prognosis
BV memiliki prognosis baik dengan pengobatan yang tepat. Beberapa infeksi
dapat sembuh sendiri tanpa terapi. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan
gejala dan komplikasi jarang terjadi. Infeksi berulang telah dilaporkan dan
regimen pengobatan yang lebih lama mungkin dapat menjamin kesembuhan
dalam kasus tertentu.1

4
STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. TI
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Colomadu, Karanganyar
Pekerjaan : Karyawati Centro Solo Paragon
Status : Belum menikah
Tanggal Periksa : 8 Maret 2018
No. RM : 01411xxx

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluh keputihan yang berbau amis

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang untuk memeriksakan diri ke poli kulit & kelamin di
RSDM dengan keluhan kurang lebih 2 bulan ini pasien mengeluhkan
keputihan yang dirasakan terus-menerus, berwarna putih keabuan, tidak
pernah berwarna hijau dan keputihan tersebut agak kental disertai bau
yang amis. Pasien juga mengaku sering membersihkan area kewanitaan
dengan sabun pembersih kewanitaan.
Pasien belum menikah namun mengaku telah melakukan hubungan
seksual, pertama kali pada usia 22 tahun dan terakhir kali 1 bulan yang
lalu. Pasien mengaku melakukan hubungan seksual tersebut hanya dengan
1 orang saja (pacarnya) dan kadang-kadang memakai kondom. Pasien
juga merasa yakin bahwa pacarnya setia, tidak melakukan hubungan
seksual dengan perempuan lain. Saat ini pasien mengaku sedang tidak
hamil.

5
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : (+) sejak usia 7 tahun, sudah
jarang kambuh
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat keganasan : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : (+) nenek dari ibu
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : (+) nenek dari ibu
Riwayat keganasan : disangkal

E. Riwayat Hubungan Seksual (Coitus Suspectus)


Jumlah partner seks : 1 (pacarnya)
Gender partner seks : Laki-laki
Umur pertama kali berhubungan seks : 22 tahun
Hubungan seks terakhir : 1 bulan yang lalu

F. Riwayat Sosial dan Ekonomi


Pasien merupakan seorang karyawati di bagian kosmetik Centro Solo
Paragon, tinggal di rumah bersama orang tua dan saudara kembarnya.
Pasien berobat ke RSDM dengan menggunakan biaya umum.

6
G. Riwayat Gizi dan Kebiasaan
Pasien makan 3 kali sehari, dengan nasi, lauk-pauk, serta sayur. Lauk pauk
berupa tahu, tempe, daging ayam dan terkadang ikan. Nafsu makan pasien
baik. Pasien rutin menjaga kebersihan kemaluannya.
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Riwayat olahraga : jarang

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sehat, compos mentis GCS E4V5M6,
tampak sakit ringan
Vital Sign : TD : 110/70 mmhg
Frekuensi nadi : 68 x/menit
Frekuensi napas : 18 x / menit
Suhu : 36,6oC
Antropometri : Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 158 cm
Kepala : mesocephal
Wajah : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas Atas : dalam batas normal
Ekstremitas Bawah : dalam batas normal
Genital : lihat status dermatovenerologi

B. Status Dermatovenerologi

7
Regio Genital : Tampak duh keputihan, lengket pada dinding vagina,
tidak tampak mukosa cervix oedem dan hiperemis
(Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Status dermatovenerologi regio genitalia feminina

Gambar 2. Status dermatovenerologi pemeriksaan inspekulo regio genitalia feminina

8
IV. DIAGNOSIS BANDING
1. Bacterial Vaginosis
2. Trikomoniasis
3. Kandidiasis Vulvovaginalis
4. Urethritis Non Spesifik

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
pH :6
Tes Amin : (+)
Vagina KOH : (-)
Fornix NaCl : (-)
Cervix Gram : PMN 0-1/LPB, batang gram negatif >100/LPB, coccus
gram positif >100/LPB (Gambar 3)
Vagina Gram : PMN 0-1/LPB, batang gram negatif > 100/LPB, coccus
gram positif >100/LPB, Clue Cell (+) (Gambar 4)
OUE Gram : PMN 0-1/LPB, batang gram negatif >100/LPB, coccus
gram positif >30-50/LPB (Gambar 5)

Gambar 3. Cervix Gram Gambar 4. Vagina Gram Gambar 5. OUE Gram

VI. DIAGNOSIS KERJA


1. Bakterial Vaginosis

9
VII. TERAPI
1. Non Medikamentosa
a. Menghentikan aktivitas hubungan seksual untuk sementara waktu
hingga sembuh.
b. Memakai kondom saat melakukan hubungan seksual bila telah sembuh.
c. Menghentikan penggunaan sabun pembersih area kewanitaan.
d. Edukasi mengenai penyakit, terapi dan komplikasinya.
2. Medikamentosa
a. Metronidazole 2 gram SD

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad comestica : bonam

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A et al (2012).


Fitpatrick’s Dermatology in general medicine 8th ed. Mc GrawHill.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (ed) (2011). Vaginosis Bakterial dalam


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UI.

3. Truter I, Graz M (2013). Bacterial Vaginosis: Literature Review of


Treatment Options with Secific Emphasis on Non-Antibiotic Treatment.
African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 7:48

4. Filho D, Diniz C, Silva V (2011). Bacterial Vaginosis: Clinical,


Epidemiologic And Microbiological Features. Revista HU, Fora JD, 36:3

5. Hainer BL, Gibson MV, (2011). Vaginitis; Diagnosis and Treatment.


American Family Physician, 83:7 pg: 80-812.

11

Anda mungkin juga menyukai