PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui defenisi dari system perorganisasian.
b. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
c. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
fungsional.
d. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode tim.
e. Untuk mengetahi defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh pnerapan dari metode
kasus.
f. Untuk mengetahui defenisi, keuntungan, kerugian dan contoh penerapan dari metode
primer.
g. Untuk mengetahui defenisi, keuntunga, kerugian dan contoh penerapan dari metode
modifikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI
Perorganisasian merupakan proses penyusunan anggota dalam bentuk struktur
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan sumber daya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya baik intrn maupun ekstern. Dua aspek utama dalam
organisasi yaitu depertemensasi dan pembagian kerja yang merupakan dasar perorganisasian.
James D. mooney mengatakan “Organisasi yaitu bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama“ sedang Chester I. Bernard memberikan pangertian organisasi yaitu
suatu system aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Organisasi
merupakan proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta
membagi ugas diantara para anggota untuk mencapai tujuan.
1. Organisasi Dalam Arti Statis
Organisasi dalam arti statis berarti melihat organisasi sebagai sesuatu yang tidak
bergerak atau diam. Ada berbagai macam pandangan tentang organisasi dalam arti statis,
antara lain sebagai berikut :
A. Organisasi dipandang sebagai wadah atau sebagai alat yang berarti :
a) Organisasi sebagai alat pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya
b) Organisasi merupakan wadah daripada sekelompok orang (group Of people) yang
mengadakan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
c) Organisasi sebagai wadah atau tempat di mana administrasi dan manajemen
dijalankan yang memungkinkan administrasi dan menajemen itu bergerak sehingga
memberi bentuk pada administrasi dan manajemen.
d) Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal
seperti yang tergambar dalam suatu bagan dengan mempergunakan kotak-kotak yang
beraneka ragam. Disetiap kotak-kotak tersebut memberikan gambaran tentang
kedudukan atau jabatan yang 1 harus diisi oleh orang-orang yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan fungsi masing-masing.
B. Organisasi dipandang sebagai saluran hirarki kedudukan atau jabatan yang ada yang
menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang, garis komando dan garis
tanggungjawab. Secara singkat dapat dikatakan bahwa organisasi dalam arti statis merupakan
wadah atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen berlangsung dengan gambaran yang
jelas tentang saluran hirarki daripada kedudukan, jabatan wewenang, garis komando dan
tanggungjawab.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi sebagai proses pembagian
tugas mamandang organisasi dari segi sistem distribusi tugas sehingga masing-masing
pejabat atau masing-masing unit satuan kerja memegang tugas tertentu. Disamping itu masih
banyak definisi organisasi sebagai proses yang dikemukakan oleh para ahli, dengan cara dan
bahasa yang berbeda-beda. Dua diantaranya adalah
Organization as the process of dividing up work or arranging personal to handle the
work of the enterprise. Artinya Organisasi adalah sebagai proses pembagian tugas, mengatur
pegawai-pegawai untuk memikul tugas atau pekerjaan dari suatu badan usaha (Yoseph
Kingsbury & Robert Wilcox 1961).
Organization is the act or process of bringing together or arranging the related
groups of the agency into a working whole. Artinya Organisasi merupakan suatu kegiatan
atau suatu proses menghimpun atau mengatur kelomok-kelompok yang saling mengadakan
hubungan dari unit perwakilan ke dalam suatu pekerjaan yang menyeluruh (Muninjaya Gde,
2004).
Definisi organisasi menurut beberapa ahli diantaranya :
1. James D. Mooney : Organization is the form of every human association for the
attainment of common purposes. Artinya Organisasi merupakan bentuk dari setiap
perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.
2. John D. Millet : Organization is people working together, and so it takes on
characteristics of human relationships which are involved in group detivity. Artinya
Organisasi adalah orang-orang yang bekerjasama dengan mengandung cirri-ciri dari
hubungan kemanusiaan yang timbul di dalam kegiatan kelompok.
3. Dwight Waldo : Organization is the structure of authoritative and habitual
personal interrelations in an administrative systems. Artinya: Organisasi merupakan
struktur daripada hubungan-hubungan ata dasar wewenang dan bersifat tetap dalam
suatu sistem administrasi.
4. Chester I. Barnard : Organization is a system of cooperation activities of two or
more persons something intangible and impersonal, largely a matter of relationships.
Artinya Organisasi merupakan suatu system usaha bersama antara dua orang atau
lebih, sesuatu yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi, yang sebagia besar
mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan.
Terdapat beberpa hal yang mencirikan bahwa sekumpulan orang yang ada dalam
organisasi tersebut didasari :
a. adanya kerjasama di antara kelompok orang dalam ikatan formal
b. adanaya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai
c. adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab yang teratur
d. adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik
e. adanya pekerjaan yang akan dikerjakan, dan adanya hukum organization
C. Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia
kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan
berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan
interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya
keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
D. Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab.
Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau
mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional
cenderung akan memilikimotivasi kerja yang tinggi.
3. Kerugian
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b. Pelayanan keperawatan terpisah – pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
d. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
e. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan
f. Pelayanan terputus-putus
g. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
4. Contoh Penerapan
a. Kepala Ruangan :
Tugasnya adalah merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien,
membuat penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter.
b. Perawat Staf :
Melakukan askep langsung pada pasien, membantu revisi askep yang diberikan oleh
pembantu tenaga keperawatan.
c. Perawat Pelaksana :
Melaksanakan askep langsung pada pasien, melaksanakan askep pasien dalam masa
pemulihan kesehatan, melaksanakan askep pada pasien dengan penyakit kronik dan
membantu tidakan sederhana (ADL).
d. Perawat Pembantu :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membanatu
perawat untuk membenahi tempat tidur, membantu membagikan alat tenun pasien.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim / grup yang terdiri dari tenaga profesional, tehnikal dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu.
3. Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.
Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat. Pasien merasa di perlakukan
lebih manusiawi karena pasien memiliki sekelompok perawat yang lebih mengenal dan
memahami kebutuhannya.
Perawat dapat mengenali pasien secara individual karena perawatannya menangani
pasien dalam jumlah yang sedikit. Hal ini, sangat memungkinkan merawat pasien secara
komprehensif dan melihat pasien secara holistic. Perawat akan memperlihatkan kerja lebih
produktif melalui kemampuan dalam bekerja sama dan berkomunikasi dalam tim. Hal ini
akan mempermudah dalam mengenal kemampuan anggota tim yang dapat dimanfaatkan
secara optimal.
4. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk (memerlukan waktu ).
2. Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
Sebagaimana metode fungsional, metode tim juga tidak mengandung beberapa kerugian.
Selain itu, metode ini di anggap memerlukan biaya yang lebih tinggi karena kotaknya
distribusi tenaga, metode ini juga tidak efektif bila pengaturannya tidak baik. Pelaksanaan
asuhan keperawatan menggunakan metode tim memerlukan banyak kerja sama dan
komunikasi serta kecenderungan banyak kegiatan keperawatan di lakukan oleh perawat non
profesional. Ketua tim perlu waktu yang lebih banyak untik melaksanakan tugas manajeria,
seperti mengkaji, mendelegasikan, dan mengontrol kerja kelompok. Ketua tim dapat
mengalami kebinguangan karena tugas disampaikan melalui beberapa orang anggota, terlebih
apabila komposisi anggota tim sering diubah.
b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2. Merumuskan tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas, mengatur
tenaga yang ada setiap hari dll.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
8. Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
9. Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11. Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota yang melaksanakan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan
keperawatan pasien
5. Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
6. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1. Melalui komunikas : Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksanan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui superfisi : Pengawasan langsung dan tidak langsung.
3. Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim serta melakukan Audit
keperawatan.
Tanggung jawab ketua tim :
1. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.
2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan
oleh kepala ruangan.
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan
bersama-sama anggota timnya,.
4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens.
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan
serta mendokumentasikannya.
7. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan.
8. Menyelenggarakan konferensi .
9. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
10. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.
11. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
Gambar 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan “ Team Nursing “ (Marquis dan Huston,
1998 ; 138)
Model Kasus ini diharapkan yaitu, dimana perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Model ini
perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh,
sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga pasien
merasa puas dan merasakan lebih aman karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab
atas dirinya. Dengan model ini menuntut seluruh tenaga keperawatan mempunyai kualitas
profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak. Model ini sangat
sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang perawatan intensif, misalnya ruang
ICCU, ICU, HCU, Haemodialisa dan sebagainya ( Zaidin Ali, 2001 ).
2. Keuntungan
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda
3. Kerugian
a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yanga sama
c) Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
d) Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
e) Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab pasien bertugas.
2.6 DEFENISI METODE PRIMER, KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN CONTOH
PENERAPAN
1. Defenisi
Menurut Gillies (1986), perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Metode
keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan
asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Saat
perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat
lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi
keperawatan selama pasien dirawat.
2. Keuntungan
a) Bersifat kontunuitas dan komprehensif
b) Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri
c) Mendorong kemandirian perawat
d) Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
e) Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
f) Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi
dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi.
3. Kerugian
a) Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu
b) Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
c) Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
d) Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
4. Contoh Penerapan
2. Keuntungan
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b.Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasaan pada anggota tim
d.Saling memberi pengalaman antar sesama tim
e. Bersifat kontunuitas dan komprehensif
f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan
pengembangan diri Mendorong kemandirian perawat
g.Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
3. Kerugian
a. Kelemahan metode primer modifikasi
b.Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
c. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar anggota
tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
d.Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
e. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat
f. Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
g.Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
4. Contoh Penerapan
BAB III
3.1 SARAN
Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami mengenai system
perorganisasian dalam manajemen keperawatan dan juga mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya system organisasi dan juga mengetahui beberapa metode- metode
yang ada dalam manajemen keperawatan. Perbedaan kelima metode praktik keperawatan
harus dipahami oleh pembaca dan mampu mengaplikasikannya dengan sebaik mungkin serta
tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk memberikan pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
DISUSUN OLEH :
INEAL VERASKIA
201501266
S1 KEPERAWATAN
2019