0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan10 halaman
The document discusses a study on the relationship between cognitive function and independence in activities of daily living (ADL) among elderly people at UPT Werdha 'Mojopahit' Mojokerto. 30 elderly participants aged 60-74 were assessed using MMSE and Barthel Index scales. Results found a high, strong correlation (r=0.855) between cognitive function and ADL independence, meaning lower cognitive function was linked to higher dependency. Most elderly (40%) had moderate dependency. The study concluded cognitive maintenance can help the elderly stay independent.
The document discusses a study on the relationship between cognitive function and independence in activities of daily living (ADL) among elderly people at UPT Werdha 'Mojopahit' Mojokerto. 30 elderly participants aged 60-74 were assessed using MMSE and Barthel Index scales. Results found a high, strong correlation (r=0.855) between cognitive function and ADL independence, meaning lower cognitive function was linked to higher dependency. Most elderly (40%) had moderate dependency. The study concluded cognitive maintenance can help the elderly stay independent.
The document discusses a study on the relationship between cognitive function and independence in activities of daily living (ADL) among elderly people at UPT Werdha 'Mojopahit' Mojokerto. 30 elderly participants aged 60-74 were assessed using MMSE and Barthel Index scales. Results found a high, strong correlation (r=0.855) between cognitive function and ADL independence, meaning lower cognitive function was linked to higher dependency. Most elderly (40%) had moderate dependency. The study concluded cognitive maintenance can help the elderly stay independent.
HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY
LIVING (ADL) LANJUT USIA DI PANTI WERDHA
Lilik Ma’rifatul A*, Sahril Novianto**
ABSTRACT
Ageing process is a process of gradual disappearance of the network's ability to self-repair
or replace and maintain normal function so it can not withstand the infection and repair the damage suffered. The process of aging can lead to many changes in one of them such as the decline in cognitive abilities like to forget, setbacks orientation to time, place, space, and not easily accept new things or ideas. The purpose of this study was to analyze the relationship of cognitive function with a degree of independence Activity Daily Living (ADL) in the elderly in UPT Werdha 'Mojopahit' Mojokerto. Analytical research design correlation with cross sectional approach. The entire elderly population in UPT Werdha ‘Mojopahit’ Mojokerto as many as 45 people to obtain a sample of 30 people were taken by purposive sampling. Data taken with observation and interviews, using instruments Status MMSE and Barthel Index. After the data collected is done followed by data processing and statistical test of Rank Spearman with SPSS version 16.0. The results showed (0,000) < (0,05), so that means there is H0 rejected Relations Cognitive Function with the Independence of Activity Daily Living (ADL) in the elderly in UPT Werdha ‘Mojopahit’ Mojokerto, with r=0.855, which means the correlation high, strong. However, the elderly are advised to have a mental and physical activity to maintain cognitive function and ADL their level of independence in order to stay under normal circumstances and not depend on others.
Keywords: Cognitive Function, Activity Daily Living (ADL), Elderly
A. PENDAHULUAN salah satunya menurunya kemampuan
Proses menua proses menua) adalah kognitif seperti suka lupa, kemunduran suatu proses menghilangnya secara orientasi waktu, tempat, ruang, serta tidak perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk mudah menerima hal/ide baru (Rosidawati, memperbaiki diri/mengganti dan 2008). Penurunan kognitif tersebut juga mempertahankan fungsi normalnya sehingga dapat mengakibatkan kemunduran gerak tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan fungsional baik kemampuan mobilitas atau memperbaiki kerusakan yang diderita perawatan diri yang dapat menyebabkan (Azizah, 2011). Proses menua dapat ketergantungan pada keluarga atau orang menimbulkan banyak perubahan-perubahan lain (Pudjiastuti, 2003). Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut orang, yang termasuk dalam usia lanjut (60- sumber BPS pada tahun 2004 sebesar 74 tahun) adalah 35 orang. Hasil studi 16.522.311 orang, tahun 2006 sebesar pendahuluan menunjukkan 3 lansia (30%) 17.478.282 orang, dan pada tahun 2008 mampu hidup mandiri dan 7 lansia (70%) sebesar 19.502.355 orang (8.55% dari mengalami ketergantungan, yaitu 4 lansia penduduk sebesar 228.018.900 orang). (57%) mengalami ketergantungan berat dan Angka ketergantungan lanjut usia sesuai 3 lansia (43%) mengalami ketergantungan Susenas BPS 2008 sebesar 13,72%, artinya sedang. Dari 3 lansia yang mampu mandiri , setiap 100 penduduk produktif menanggung seluruhnya mendapatkan nilai MMSE > 24. 14 penduduk tidak produktif usia 65 tahun Sedangkan 7 lansia mendapatkan nilai ke atas (Martono, 2011). Haryono Suyono MMSE < 24. Kemandirian lansia menyatakan ketergantungan penduduk berdasarkan indeks Barthel meliputi makan, lansia jumlahnya akan mencapai 30 juta minum, mandi, berpakaian, dan aktivitas pada tahun 2015 jika tidak ditangani dengan toilet. baik (Bonasir, 2010). Kemandirian Activity Daily Sekitar 10% orang tua yang berusia Living(ADL) adalah aktivitas sehari-hari lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang yang berhubungan dengan perawatan diri lebih dari 85 tahun akan mengalami termasuk makan, berpakaian, mandi, gangguan kognitif, dimana akan dijumpai berpindah dari tempat tidur ke kursi, gangguan yang ringan sampai terjadinya toileting, dan berjalan (Adam &Marano, demensia (Bandiyah, 2009). Penelitian pada 2005). Beberapa faktor yang mempengaruhi 5.925 wanita berusia di atas 65 tahun kemandirian lansia menurut Hardywinoto tentang manfaat berjalan terhadap gangguan (2003), diantaranya kondisi fisik, kapasitas kognitif. Kemudian dilakukan follow up mental, dan status mental. Fungsi kognitif selama 8 tahun. Hasilnya, kelompok wanita merupakan salah satu bagian dari status yang berjalan lebih jauh, akan mengalami mental. penurunan fungsi kognitif lebih lambat Penurunan fungsi kognitif pada lansia dibandingkan dengan kelompok wanita yang merupakan bagian dari proses menua. jarak jalannya lebih dekat (Turana, 2013). Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah Jumlah lansia di UPT Panti Werda antara lain memori panjang dan proses Mojopahit Kabupaten Mojokerto adalah 47 informasi, dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan Panti Werdha Mojopahit Mojokerto kembali cerita atau kejadian yang tidak sejumlah 45 lanjut usia. Penelitian ini begitu menarik perhatiannya dan informasi menggunakan purposive sampling pada baru atau informasi tentang orang. lanjut usia yang berusia antara 60-74 tahun Perubahan yang terjadi pada usia lanjut dan mampu berkomunikasi dengan baik dan tersebut akan mengakibatkan perubahan tidak mengalami gangguan pendengaran pada status fungsional dan status mental. (Tuli) pada bulan April 2015 sejumlah 30 Penuaan menyebabkan penurunan persepsi responden. sensori dan respon motorik pada susunan Variabel independen yang digunakan saraf pusat, hal ini terjadi karena susunan dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif saraf pusat pada lansia mengalami yang diukur menggunakan Status MMSE morfologis dan biokimia, perubahan tersebut (Mini Mental State Examination) dari mengakibatkan penurunan fungsi kognitif Folstein MF, 1975., dan Variabel dependen (Surini& Utomo, 2003). Hal tersebut dalam penelitian ini adalah tingkat tentunya juga akan berpengaruh pada kemandirian Activity Dily Living (ADL) Activity Daily Living(ADL) sehingga dapat pada lansia yang diukur dengan lembar berimplikasi pada kemandirian dalam Observasi Indeks Barthel (Pudjiastuti, melakukan aktivitas hidup sehari-hari 2003). (Nugroho, 2008). Analisa data melalui tahapan editing, Penelitian ini bertujuan untuk coding, scoring, tabulating dan Analisa mengetahui hubungan fungsi kognitif statistik hasil jawaban atas pertanyaan dengan tingkat kemandirian Activity Daily kuesioner diskoring menggunakan uji Rank Living (ADL) pada lansia di UPT Panti Spearman. Uji ini digunakan untuk Werdha Mojopahit Mojokerto. mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal B. METODE PENELITIAN (Hidayat, 2010). Derajat kemaknaan α = 0,05 artinya jika hasil < α maka H0 ditolak Desain penelitian yang digunakan dan H1 diterima yaitu Ada Hubungan Fungsi dalam penelitian ini adalah Analitik Kognitif dengan Tingkat Kemandirian Corelational dengan pendekatan Cross Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Sectional. Populasinya adalah semua lanjut UPT Panti Werdha ‘Mojopahit’ Mojokerto. usia yang tinggal di Unit Pelayanan Teknis C. HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel di atas 1. Fungsi kognitif diketahui yang paling banyak lansia di panti mengalami ketergantungan Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan fungsi kognitif pada lansia moderat sebanyak 12 (40%). di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto bulan April 2015 3. Hubungan fungsi kognitif dengan Fungsi Kognitif Frekuensi Presentase tingkat kemandirian Activity Daily (f) (%) Living (ADL) pada lansia Normal 7 23,3 Probable 15 50 Tabel 3 Tabulasi silang hubungan fungsi Gangguan kognitif dengan tingkat kemandirian Activity 8 26,7 Kognitif Daily Living (ADL) pada lansia di UPT Total 30 100 Panti Werdha Mojopahit Mojokerto bulan April 2015. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa setengah dari responden mengalami probabble gangguan kognitif sebanyak 15 (50%).
2. Tingkat kemandirin Activity Daily
Living (ADL) Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto bulan April 2015
Tingkat Frekuensi Presentase
Kemandirian (f) (%) Mandiri 6 20 Ketergantungan 4 13,3 ringan Berdasarkan data di atas hasil analisa Ketergantungan 12 40 Moderat melalui uji statistik Rank Spearman yang Ketergantungan Berat 5 16,7 dilakukan dengan menggunakan SPSS Ketergantungan (Statistical Package for the Social 3 10 Penuh Total 30 Sciences) versi 18.0, diperoleh hasil 100 (=0,000 < α=0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti “Ada hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian penyakit neurodegeneratif, jelas terdapat Activity Daily Living (ADL) pada lansia di perubahan struktur otak manusia seiring UPT Panti Werdha ‘Mojopahit’ Kabupaten bertambahnya usia. Serta, perubahan Mojokerto”. Dengan nilai koefisien korelasi patologis pada serebrovaskular juga r = 0,855 yang artinya korelasi yang tinggi, berhubungan dengan kemunduran fungsi kuat. kognitif (Kuczynski, 2009). Diperkirakan bahwa sepertiga orang dewasa akan D. PEMBAHASAN mengalami penurunan fungsi kognitif secara 1. Fungsi Kognitif pada Lansia bertahap yang dikenal sebagai gangguan Berdasarkan hasil diatas kognitif ringan seiring dengan bertambahnya menunjukkan bahwa lebih dari setengah usia mereka (Rendah 2004). Hal ini sesuai responden telah mengalami penurunan dengan hasil penelitian yang menunjukkan fungsi kognitif, ditunjukkan dengan skor sebagian besar lansia yang di Panti telah MMSE <24. Dengan rincian responden mengalami penurunan fungsi kognitif dari mengalami probabble gangguan kognitif ringan hingga berat. sebanyak 15 responden (50%), sedangkan MMSE mengukur fungsi kognitif responden yang normal sebanyak 7 dalam 6 domain, yaitu orientasi, registrasi, responden (23,3%) dan yang mengalami atensi, mengingat kembali (recall), bahasa definitif gangguan kognitif sebanyak 8 dan meniru. Skor untuk masing-masing responden (26,7%). domain tidak sama. Domain orientasi Menua senantiasa disertai dengan skornya 10, registrasi 3, atensi 5, mengingat perubahan di semua sistem didalam tubuh kembali (recall) 3, bahasa 8 dan meniru 1. manusia. Perubahan di semua sistem di Domain orientasi dimaksudkan untuk dalam tubuh manusia tersebut salah satu menilai kesadaran dan juga daya ingat. misalnya terdapat pada sistem saraf. Domain registrasi untuk menilai memori Perubahan tersebut dapat mengakibatkan kerja. Domain atensi untuk mengkaji terjadinya penurunan dari fungsi kerja otak. konsentrasi serta kemampuan seseorang Berat otak pada lansia umumnya menurun untuk menyandikan dan mengklasifikasikan 10-20%. Penurunan ini terjadi pada usia 30- informasi sensori yang masuk. Domain 70 tahun (Fatmah, 2010). Penelitian terkini mengingat kembali (recall) untuk menilai menyebutkan bahwa walaupun tanpa adanya memori mengenal kembali. Domain bahasa untuk menilai komprehensi, repetisi dan mendapat skor penuh, sedangkan di domain kemampuan menulis (Ginsberg, 2008) dan mengingat reponden juga mengalami yang terakhir domain meniru untuk menilai kesulitan, hanya pada responden yang fungsi eksekutif. Domain meniru, yaitu memiliki latar pendidikan yang baik bisa menyalin 2 gambar pentagon yang saling memperoleh hasil yang baikg. berpotongan. Seperti pada penjelasan di atas domain meniru dimaksudkan untuk menilai 2. Tingkat Kemandirian Activity Daily fungsi eksekutif yang terdapat pada zona Living (ADL) pada Lansia sekunder korteks otak posterior (Wiyoto, Berdasarkan penelitian diatas 2002), yaitu keterampilan visuospasial dan menunjukkan bahwa mayoritas responden konstruksional. Kegagalan dalam 24 orang mengalami tingkat ketergantungan memperoleh skor pada domain ini dan 6 orang sisanya bisa melakukan semua mengindikasikan bahwa responden aktifitas sehari-hari secara mandiri. Dengan mengalami agnosia atau apraksia rincian sebagai mandiri sebanyak 6 konstruksional. Agnosia adalah kegagalan responden (20%), dan yang paling banyak mengenali atau mengidentifikasi objek atau lansia di panti mengalami ketergantungan benda umum walaupun fungsi sensorik tidak moderat sebanyak 12 responden (40%). mengalami kerusakan (Isaacs, 2005). Memasuki masa tua berarti Responden mungkin mampu mengenali mengalami perubahan secar fisik maupun objek tetapi memiliki kerusakan visuospasial psikis. Perubahan fisik ditandai dengan kulit selektif. Agnosia merupakan jenis defisit yang mengendor, rambut memutih, visuospasial yang signifikan pada penyakit penurunan pendengaran, penglihatan neurodegeneratif (Sala, et al. 2002). Hal ini memburuk, gerakan lambat, kelainan sesuai dengan hasil penelitian yang berbagai fungsi organ vital, sensivitas menyatakan bahwa sebagian besar emosional meningkat dan kurang gairah. responden tidak dapat memperoleh skor Perubahan-perubahan tersebut pada penuh di domain meniru. Itu berarti umumnya mengarah pada kemunduran sebagian besar lansia yang menjadi kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya responden pada penelitian ini telah akan berpengaruh juga pada aktivitas sosial mengalami agnosia. Dan juga pada domain mereka, sehingga secara umum akan menghitung sebagian responden tidak berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan kemandirian telah dieksklusikan dalam sehari-sehari (Nugroho, 2008). Hal ini penelitian. sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan responden di panti telah 3. Analisa Hubungan Fungsi Kognitif mengalami ketergantungan pada orang lain. dengan Tingkat Kemandirian Activity Kemandirian responden diobservasi Daily Living (ADL) pada Lansia secara langsung dengan mengacu pada Dari hasil uji statistik dengan Indeks Bartel. Kemandirian ini didasarkan menggunakan Rank Spearman di peroleh pada status sekarang dan bukan pada nilai = 0,000 dengan α = 0,05 sehingga kemampuan yang sebelumnya. Seseorang < α , maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang menolak untuk melaksanakan suatu berarti ”Ada hubungan fungsi kognitif fungsi dicatat sebagai tidak melakukan dengan tingkat kemandirian Activity Daily fungsi tersebut walaupun ia dianggap Living (ADL) pada lansia di UPT Panti mampu. Ada seorang responden yang Werdha Majapahit Kabupaten Mojokerto”. sebenarnya masih memiliki kemampuan Dengan nilai koefisien korelasi r = 0,855 fisik untuk melakukan kesepuluh aktivitas yang artinya korelasi yang tinggi, kuat. fungsional sehari-hari. Namun ia tidak mau Penurunan fungsi kognitif akan melakukan salah satu fungsi. Berdasarkan menyebabkan gangguan pada sistem saraf hasil wawancara, responden tersebut telah pusat, yaitu pengurangan massa otak dan mengalami penurunan fungsi kognitif. pengurangan aliran darah otak. Selanjutnya Mungkin keadaan tersebut yang akan menyebabkan atrosit berploriferasi mempengaruhi motivasinya untuk sehingga neurotransmitter (dopamin dan melakukan keseluruhan aktivitas fungsional serotonin) akan berubah. Perubahan pada sehari-hari Lansia yang menjadi responden neurotransmitter ini akan meningkatkan dalam penelitian ini secara umum telah aktivitas enzim monoaminoksidase (MAO) dikendalikan faktor-faktor yang (Pranarka, 2006). Hal ini akan membawa mempengaruhi tingkat kemandiriannya. dampak pada melambatnya proses sentral Misalnya lansia yang mengalami gangguan dan waktu reaksi sehingga fungsi sosial dan sensori (penglihatan dan pendengaran) dan okupasional akan mengalami penurunan penyakit yang dapat mempengaruhi tingkat yang signifikan pada kemampuan sebelumnya (McGilton, 2007). Hal inilah yang membuat lansia menjadi kehilangan peneliti, aturan sosial ini mengatur cara minat pada aktivitas hidup sehari-hari hidup di panti secara umum dan di masing- mereka. Lansia menjadi memerlukan masing wisma secara khusus. Seperti beberapa bantuan untuk melakukan misalnya untuk pembagian kamar, beberapa aktivitas yang semula mereka pembagian makanan dan lain-lainnya. mampu untuk melakukannya sendiri. Ketentuan ini telah disepakati bersama Aktivitas lansia di Panti Werdha menjadi aturan sosial yang harus diikuti. antara lain adalah bimbingan sosial, Dari sini dapat dilihat bahwa betapa aturan bimbingan rohani, senam lansia, sosial ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan, dan bersih lingkungan. kemandirian dalam melakukan ADL. Jika Seorang responden bisa saja melakukan seorang penghuni tidak dapat mengikuti lebih dari satu aktivitas. Fungsi kognitif dan aturan sosial yang sudah ada kemungkinan kemandirian masing-masing memiliki besar penghuni tersebut akan kesulitan beberapa faktor yang mempengaruhi. dalam melakukan ADL sehingga akan Mungkin faktor genetik/riwayat keluarga berimplikasi terhadap kemandiriannya. pada fungsi kognitif tidak sesuai dengan tingkat kemandirian yang dimiliki oleh E. KESIMPULAN DAN SARAN seseorang. Begitu pula dengan faktor-faktor 1. Kesimpulan yang mempengaruhi tingkat kemandirian. a. Fungsi kognitif pada lansia di UPT Perubahan situasi dan aturan sosial yang Panti Werdha ‘Mojopahit’ Kabupaten dihadapi setiap orang tentu tidaklah sama. Mojokerto telah banyak mengalami Seseorang mungkin memiliki perubahan probabble gangguan kognitif sebanyak situasi yang membuatnya lebih mampu 15 (50%), ini menujukkan bahwa lansia untuk mempertahankan kemandiriannya. di Panti Werdha sebagian besar telah Namun hal ini tentunya berbeda-beda antara banyak mengalami penurunan fungsi kehidupan sosial antara orang yang satu kognitifnya tapi hanya sebagian kecil dengan yang lainnya. yang masih normal. Aturan sosial yang telah dimengerti b. Tingkat kemandirian Activity Daily bersama sesama penghuni panti walaupun Living (ADL) pada lansia di UPT Panti aturan sosial tersebut tidak tertulis. Werdha ‘Mojopahit’ Kabupaten Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh Mojokerto telah banyak mengalami ketergantungan dari ringan sampai b. Petugas tenaga kesehatan penuh sebanyak 24 responden (80%), Dapat membina kader agar lansia mau ini menunjukkn lansia di Panti sebagian mengikuti kegiatan yang ada secara rutin besar telah banyak mengalami dan membuat jadwal kegiatan bagi lansia. ketergantungan pada orang lain hanya c. Bagi peneliti selanjutnya sebagian saja yang masih mampu Hasil penelitian ini bisa dijadikan melakukan ADL secara mandiri. pertimbangan untuk dilakukan penelitian c. Terdapat hubungan fungsi kognitif lanjutan dengan mengkaji faktor-faktor dengan tingkat kemandirian Activity lain yang berhubungan dengan fungsi Daily Living (ADL) pada lansia di UPT kognitif dan faktor-faktor lain yang Panti Werdha ‘Mojopahit’ Kabupaten berhubungan dengan tingkat Mojokerto. Berdasarkan hasil uji kemandirian. statistik Rank Spearman dengan hasil ( = 0,000 < =0,05) menunjukkan F. DAFTAR PUSTAKA bahwa maka < berarti H0 ditolak Azizah, Lilik , 2011. Keperawatan Lanjut dan H1 diterima. Dengan nilai koefisien Usia. Graha Ilmu : Jakarta. korelasi r = 0,855 berarti korelasi yang Boedhi-Darmojo, 2004. Geriatri (Ilmu tinggi, kuat. Ini menunjukkan hubungan Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke-3. timbal balik antar variabel yang artinya FKUI : Jakarta. semakin baik fungsi kognitif lansia Depkes dan Kesejahteraan Sosial. 2001. maka semakin baik pula tingkat Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa kemandirian Activity Daily Living Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. (ADL), begitu juga sebaliknya. Jakarta: Direktorat Jenderal kesehatan masyarakat 2. Saran a. Bagi lansia Hardywinoto. 2003. Panduan Gerontologi, Sebaiknya lansia di UPT Panti Werdha Jakarta: Gramedia melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan kebugaran sehingga dapat Hardywinoto dan Toni Setiabudi. Menjaga pula mempertahankan kemandirian dalam Kesehatan Kualitas Hidup para melakukanADL. Lanjut Usia. Panduan Gerontologi, Tinjauan berbagai Aspek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka utama. 2005. Herawati S, Supardi E, Sandi L. 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan Untuk Pengasuh Orang usia Lanjut. Balai penerbit FK-UI. Jakarta
Kuczynski, B, Jagust, W, Chui, HC., Reed,
B 2009. “An Inverse Association of Cardiovascular Risk and Frontal Lobe Glucose Metabolism”, Neurology. vol. 72, hal. 738–743
Nugroho W, 2000. Keperawatan Gerontik.
EGC : Jakarta
Pujiastuti, S. S dkk. 2003. Fisioterapi Pada
Lansia. Jakarta : EGC.
Siti Maryam, 2004. Mengenal Usia Lanjut
Perawatannya. Salemba Medika : Jakarta.
Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut
dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Emotion Perception Mediates The Predictive Relationship Between Verbal Ability and Functional Outcome in High-Functioning Adults With Autism Spectrum Disorder