Anda di halaman 1dari 25

Faktor Dominan Pencetus Serangan Asma Pada Pasien Asma

Bronkiale di Instalasi Rawat Inap RSPAU HARJOLUKITO

Nama : Muhammad Sholeh Ramadhana

Nim : (04.15.4277)

NURSING DEPARTMENT

HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

JULY 2018
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan masalah seius yang ada pada masyarakat yang
serius di hamper semua negara di seluruh dunia termasuk di indoneisa
(Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma bronkial
merupakan gangguan inflamasi kronis pada saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemen selularnya. Inflamasi yag kronis pada penderita
asma bronkiale dapat menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa adanya suara
tambahan mengi atau wheezing pada paru, sesak napas, dada terasa berat,
dan batuk, terutama pada malam hari, dan juga merupakan suatu penyakit
yang masih menjadi masalah kesehatan pada masyarakat di hampir semua
bagian negara di dunia, diderita oleh anak -anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa
seseorang (Prima, A. 2012) .

Asma disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, secara


intrinsik asma bisa disebabkan oleh infeksi (virus influensa, pneumoni
mycoplasmal), fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), faktor
emosional (takut, cemas dan tegang) juga aktivitas yang berlebihan.
Secara ekstrinsik atau imunologik asma bisa disebabkan oleh reaksi
antigenantibodi dan inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu binatang)
(Danusantoso, 2011). Faktor-faktor pencetus asma adalah bahan atau suatu
keadaan tertentu yang dapat menimbulkan serangan asma walaupun orang
tersebut sebelumnya tidak menderita asma. Dengan diketahuinya faktor-
faktor pencetus dari asma bronkulae tersebut diharapkan angka
kekambuhan asma pada seseorang akan menurun (Danusantoso, 2012).

Kasus asma di dunia lumayan besar, berdasarkan World Health


Organization (WHO) memperkirakan 105-155 juta penduduk di dunia
menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sebesar
185.000 orang setiap tahun. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan
baik dan benar, maka diperkirakan dapat membahayakan masyarakat
sehingga akan terjadi peningkatan angka kejadian asma yang lebih tinggi
lagi dari sebelumnya pada masa yang akan datang serta dapat mengganggu
proses tumbuh kembang pada anak dan kualitas hidup pada pasien asma
bronkulae (WHO, 2011).

B. Rumusan Masalah
Dikarenakan pentingnya untuk mengetahui factor dominan dari
pencentus asma, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut “Faktor
Dominan Pencetus Serangan Asma Pada Pasien Asma Bronkiale di
Instalasi Rawat Inap RSPAU HARJOLUKITO”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor Dominan Pencetus Serangan Asma Pada

Pasien Asma Bronkiale di Instalasi Rawat Inap RSPAU

HARJOLUKITO

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apakah allergi saluran pernapasan seperti :

debu jalan raya, asap rokok, asap kendaran , debu dalam rumah

serta aroma yang berbau tajam merupakan faktor pencetus

kekambuhan asma pada pasien asma bronkiale

2. Untuk mengetahui apakah faktor alergi terhadap makanan

seperti: telur, ikan, udang, kacang-kacangan dan susu sapi

merupakan faktor pencetus kekambuhan asma pada pasien

asma bronkiale

3. Untuk mengetahui apakah faktor lingkungan seperti

lingkungan yang dingin merupakan faktor pencetus

kekambuhan asma pada pasien asma bronkiale


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Dapat memberikan konstribusi dalam mengevaluasi program

pengobatan penyakit asma dengan bentuk peningkatan pengetahuan dan

upaya pencegahan kekambuhan mengunakan tekhnik penyuluhan dan

promosi kesehatan.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien asma bronkiale

3. Bagi isntitusi Pendidikan

Skripsi ini sebagai acuan untuk dapat digunakan sebagai data untuk

melakukan penelitian selanjutnya

E. Keaslian Peneliltian

1. Wahyu, Pepin dan Hexawan, 2013 dalam penelitian yang berjudul

“Analisa Faktor-faktor Pencetus Derajat Serangan Asma Pada

Penderita Asma Di Puskesmas Perak Kabupaten Jombang Tahun

2013” . Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-

faktor pencetus derajat serangan asma di Puskesmas Perak

Kabupaten Jombang tahun 2013. Metode penelitian menggunakan

deskriptif analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam


penelitian ini adalah semua pengunjung penderita asma sebanyak

91 responden. Pemilihan sampel dilakukan secara Simple Random

Sampling sebanyak 74 responden. Pengumpulan data

menggunakan kuisioner dan data dianalisis dengan uji Mann-

Whitney dan uji Spearman Rho. Hasil uji Mann-Whitney

didapatkan nilai p value 0,002 yang menunjukkan hubungan faktor

alergen dengan derajat serangan asma, dan hasil uji Spearman Rho

didapatkan nilai p value 0,000 yang menunjukkan hubungan faktor

aktivitas fisik dengan derajat serangan asma, dimana nilai 0,000

lebih kecil dari 0,005. Faktor-faktor pencetus derajat serangan asma

menentukan tingkat serangan asma pada penderita asma itu sendiri.

Dengan seringnya penderita terpapar dengan pencetus-pencetus

tersebut maka serangan asma penderita akan sering terjadi

berulang. Oleh karena itu diharapkan penderita untuk selalu

menghindari faktor pencetus serangan asma dimana dari hasil

penelitian faktor yang lebih dominan adalah faktor aktivitas fisik.

2. Isnaniyah Usman, Eva Chundrayetti dan Oea Khairsyaf, 2105 dalam

penelitian yang berjudul “Faktor Risiko dan Faktor Pencetus yang

Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil

Padang” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko dan

faktor pencetus yang mempengaruhi kejadian asma pada anak di RSUP

Dr. M. Djamil Padang. Ini adalah penelitian deskriptif dengan desain

cross-sectional. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara


terhadap responden yang telah ditentukan sebagai subjek penelitian.

Subjek penelitian adalah semua pasien asma bronkiale baik rawat jalan

maupun rawat inap yang didiagnosis asma bronkiale oleh dokter di

RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah memenuhi kriteria. Berdasarkan

hasil penelitian, kejadian asma banyak terjadi ataulebih dominan pada

jenis kelamin pria, dan hsmpir sebagian besar dipengaruhi oleh

perubahan cuaca yang terjadi dan debu.

3. Aini Chusnawati, Gipta Galih Widodo dan Yunita Galih Yudanari, 2016

dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Faktor-Faktor Pencetus

Timbulnya Serangan Asma Pada Pasien Asma Bronkhial di RSUD

Ungaran”. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran faktor-faktor

pencetus timbulnya serangan asma pada pasien asma bronkhial di RSUD

Ungaran. Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi adalahpenderita asma

bronkhial yang pernah dirawat di RSUD Ungaran selama tahun 2015

yaitu 51 orang.Sam 34 orang yang diambil secara purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki riwayat

alergi yang bervariasi. Frekuensi serangan asma pada pasien rata-rata 2

kali pertahun dengan nilai minimal 1 dan nilai maksimal 8. Responden

yang memiliki riwayat pneumonia berat sejumlah 17 responden (50%).


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori

1. Pengertian

Asma yaitu kelainan yang dapat menyebabkan inflamasi atau

peradangan kronis pada saluran pernapasan sehingga dapat

menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan

yang dapat menimbulkan berbagai macam gejala tertentu seperti

mengi, batuk, sesak napas dan dada terasa berat terutama pada malam

dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau

tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).

Asma merupakan penyakit yang sudah dikenal sejak zaman Yunani

kuno. Istilah ‘asthma’ berasal dari kata Yunani aenai, yang berarti

“pernafasan pendek” atau “pernafasan pendek dan cepat”. Asma

adalah penyakit yang dapat menyebabkan otot-otot pada area sekitar

saluran bronkial dalam paruparu mengkerut, sekaligus lapisan saluran

bronkial mengalami peradangan atau inflamasi dan bengkak.

Peradangan ini melibatkan banyak sel darah putih yang berbeda, yang

melepaskan kimia-kimia yang sangat kuat dan menyerang lapisan

saluran udara tersebut. Peradangan ini menghasilkan lendir yang

kental, sehingga menyebabkan saluran udara menyempit, sangat


‘gugup’ dan sensitive, dan akibatnya mudah merespon terhadap

berbagai pemicunya seperti masuk angin, olahraga dan bau yang kuat

(Nancy, 2006).

Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai

dengan sulit bernafas (Vita Health, 2006). Asma adalah penyakit

kronis (jangka panjang), suatu kondisi ketika saluran udara tersumbat

atau menyempit. Hal ini biasanya sementara, tetapi dapat

menyebabkan sesak nafas, kesulitan bernafas, dan gejala lainnya. Jika

asma menjadi parah, penderita mungkin memerlukan pengobatan

darurat untuk memulihkan pernafasan normal (Dayu, 2011).

2. Etiologi

Menurut The Lung Association ada 2 faktor yang menjadi pencetus

asma (klinik citama, 2011):

a. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran

pernafasan dan mengakibatkan mengencang atau menyempitnya

saluran pernafasan (bronkokonstriksi) tetapi tidak menyebabkan

peradangan seperti :

1. Perubahan cuaca atau suhu udara

2. Rangsangan sesuatu yang bersifat alergen, misal : asap rokok,

serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, uap dingin dan olahraga,

insektisida, polusi udara dan hewan peliharaan

3. Infeksi saluran pernafasan


4. Gangguan emosi

5. Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan

b. Penyebab yaitu sel mati yang ada disepanjang bronchi melepaskan

bahan berupa histamin dan leukotrien sebagai respon terhadap

benda asing yang masuk ke saluran pernafasan seperti serbuk sari,

debu halus yang terdapat didalam rumah atau bulu binatang yang

menyebabkan terjadinya :

1. Kontraksi otot polos

2. Peningkatan pembentukan lendir

3. Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronchi yang

mengakibatkan peradangan pada saluran pernafasan dimana hal

ini akan memperkecil diameter dari saluran udara

(bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan

penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

3. Klasifikasi Penyakit Asma Bronkial

Menurut Dayu (2011) jenis asma berdasarkan karakteristiknya

diantaranya, yaitu :

a. Asma alergi (Allergic Asthma)

Jenis ini adalah yang paling sering terjadi. Alergen seperti

debu, serbuk sari, dan tungau debu adalah penyebab paling

umum asma alerg i. Berolahraga di udara dingin atau

menghirup asap, parfum, atau cologne dapat membuat kondisi


menjadi semakin buruk. Karena alergen pada penderita asma

dapat ditemukan dimana saja, penderita asma yang mengalami

alergi harus lebih berhati-hati dengan selalu menjaga

kebersihan lingkungan dan menghindari tempattempat berdebu.

Asma alergi ini mempunyai kecenderungan alergi sejak lahir,

yang diturunkan dari keluarga-keluarga sebelumnya. Dalam

tubuhnya akan didapati kadar tinggi dari antibodi alergi yaitu

Immunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE ini akan mengenali

alergen dalam jumlah kecil seperti debu tungau dan bereaksi

seperti melepaskan histamin yang membuat penderita menjadi

bersin-bersin, pilek, mata berair, dan lain sebagainya.

Sebenarnya ini merupakan usaha tubuh untuk melawan alergen

yang masuk, hanya reaksinya lebih hebat dari orang pada

umumnya. Histamine yang dilepaskan dapat pula menjadi

pemicu serangan asma.

b. Asma Non-alergi

Pada asma non alergi tidak dipicu oleh faktor alergi. Asma

jenis ini biasanya muncul setelah usia paruh baya dan sering

disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan bawah dan

atas. Asma non-alergi ditandai oleh penyumbatan saluran

pernafasan akibat peradangan. Asma jenis ini bisa dikontrol

dengan pengobatan yang tepat. Gejala asma nonalergi meliputi


: mengi, batuk, sesak nafas, nafas menjadi cepat, dan dada

terasa sesak.

Asma non-alergi dapat juga dipicu oleh berbagai macam

factor dari luar, factor tersebut seperti : stres, kecemasan,

kurang atau kelebihan olahraga, udara dingin, asap,dan iritasi

lainnya.

c. Asma Nocturnal

Asma jenis ini sangat mengganggu saat penderita asma

sedang tidur karena penderitanya dapat terbangun di larut

malam akibat batuk tanpa mengeluarkan dahak . Dada sesak

merupakan salah satu tanda dan gejala yang terjadi pertama

kali dari asma nocturnal tersebut dan juga biasanya diikuti

dengan pasien mengalami batuk kering. Asma nocturnal dapat

juga memicu penderitanya menjadi tak bhersemsngst di pagi

hari akibat tidur malam yang tak nyenyak atau terganggu.

d. Asma Akibat Pekerjaan

Asma jenis ini diperoleh akibat lingkungan kerja yang tidak

sehat. Salah satu pekerjaan yang bisa memicu asma adalah

pekerja pabrik, akibat paparan debu kapur limbah pabrik asbes.

Jenis pekerjaan lain meliputi : guru terpapar oleh debu kapur

papan tulis yang mengunakan kapur da juga seperti : pekerja

matrial. Gejala asma pada jenis ini tidak berbeda jauh dari
gejala asma secara umumnya seperti : adanya suara tambahan

yaitumengi, batuk kering, sesak nafas, serta nafas pendek dan

cepat.

e. Asma Musiman

Asma musiman ini hanya terjadi pada musim-musim

tertentu saja dan tidak terjadi pada hari bisanya ,namub ketika

memaski musim seperti musim yang dapat membuat serbuk

sari atau alergen hadir dalam jumlah melimpah. Sebagai

contoh, seseorang mungkin cukup sehat sepanjang tahun

kecuali saat musim tanaman berbunga karena dia memiliki

allergan pada bungga akibatnya asma yang dia miliki dapat

kambuh. Musim bunga akan lebih banyak serbuk sari

berterbangan di udara yang dapat memicu asma tersebut.

f. Asma Campuran

Asma ini adalah campuran dari asma ekstrinsik dan

intrinsik. Pada asma jenis ini penderita harus lebih waspada

terehadap gejala dan akibat yang dapat timbul karena asma

campuran ini, karena penderita harus sangat waspada terhadap

kedua faktor ekstrinsik dan intrinsik yang dapat memicu

serangan asma. Ada juga yang mengkategorikan asma hanya

menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Asma Ekstrinsik
Sebagian besar penderita asma didunia menderita

jenis asma ekstrinsik. Anak-anak sangat rentan terkena

beberapa jenis alergi sehingga akan lebih mudah

terserang asma ekstrinsik. Anak-anak yang mempunyai

riwayat alergi, eksim, dan alergi rhinitis sangat rentan

terhadap asma ekstrinsik. Namun, saat mereka beranjak

dewasa, serangan alergi dan asma akan menghilang.

Ada saatnya ketika alergi tersebut timbul kembali

karena beberapa faktor pemicu, namun ini jarang terjadi

saat anak-anak sudah mencapai usia dewasa.

2. Asma Intrinsik

Asma intrinsik sering juga disebut dengan asma

non-alergi. Asma jenis ini dipicu oleh faktor-faktor non-

alergik, seperti infeksi oleh virus, iritan, emosi dan

olahraga. Ini merupakan jenis asma yang paling sering

diderita oleh anak-anak berusia di bawah 3 tahun dan

dewasa berusia di atas 30 tahun. Infeksi pernafasan

karena virus merupakan pemicu utama pernafasan

karena virus merupakan pemicu utama dan

mempengaruhi, baik saraf dan atau saluran pernafasan

(bronchi). Hal ini menyebabkan bronkospasme atau

lepasnya mediatorkimia yang menghasilkan serangan


asma. Pemicu lainnya meliputi iritan, olahraga, udara

dingin, serta perubahan emosi yang juga menyebabkan

bronkospasme.

4. Manifestasi Klinis

Gejala ini dapat berupa batuk, sesak napas,adanya suara tamabahan

yaitu mengi, rasa berat di dada seperti di tekan. Gejala akan timbul dan

dapat memburuk terutama saat malam hari (PDPI, 2003). Setelah

pasien asma bronkiale terpapar oleh alergen atau faktor penyebab

maka dapat timbul dispnea, pasien merasa sangat sulit bernsfas dan

berusaha untuk mengerahkan tenaga lebih kuat untuk dapat bernapas

dengan normal (Price & Wilson, 2006).

Tanda selanjutnya dapat berupa sianosis sekunder terhadap

hipoksia hebat dan gejala-gejala retensi karbon dioksida (berkeringat,

takikardi dan pelebaran 14 tekanan nadi). Pada pasien yang mengalami

asma bronkil kadang terjadi reaksi yang lebih berat atau parah shingga

dapat mengancam nyawa

5. Penatalaksanaan

Menurut The Lung Association of Canada, tujuan penatalaksanaan

asma adalah (Vita health, 2006):

a. Agar si penderita bisa mempunyai kehidupan yang normal,

terutama agar ia bisa berpartisipasi dalam hampir semua

aktivitas yang diinginkannya.


b. Agar si penderita terbebas dari serangan asma di waktu malam.

Dengan kata lain tidurnya tidak terganggu oleh gejala-gejala

asma.

c. Agar si penderita tidak perlu menggunakan obat-obatan pelega

asma (reliever/bronkodilator) setiap hari, kecuali pada saat

akan berolahraga yang berat. Seperti diketahui, penggunaan

bronkodilator yang terus menerus bisa memperparah kondisi

asma.

d. Agar ia memiliki fungsi paru-paru yang normal/optimal, seperti

bisa dilihat dari uji klinis fungsi paru-paru, atau uji sendiri

dengan menggunakan Peak Flow Meter.

Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2

golongan yaitu (Broide, 2008):

a. Penatalaksanaan

Pada pasien Asma Akut dengan Serangan akut adalah

keadaan darurat dan sangat mmerlukan bantuan medis secepat

mungkin, Penanganan harus cepat, tepat dan sebaiknya

dilakukan di rumah sakit pada ibnstalasi gawat darurat.

pengetahuan pasien dalam mendeteksi dini seperti apa keadaan

asma yang di alami adalah suatu hal yang sangat penting , agar

pasien dapat mengobati dirinya secara mandiri di rumah saat

keadaan darurat seperti serangan di rumah sebelum ke dokter.


b. Penatalaksanaan Asma Kronik

Pada pasien asma kronik harus mampu dalam memahami

sistem penanganan asma secara mandiri terlebih dahulu

terutama pada saat keadaan darurat yang biasanya terjadi di

rumah sebelum pergi ke tenaga kesehatan, sehingga penderita

dapat mengetahui kondisi kronis dan waktu pada saat keadaan

asma dapat kambuh. Anti inflamasi atau peradangan

merupakan pengobatan rutin yang yang dapat mengontrol

penyakit serta mencegah serangan baisanya dikenal juga

sebagai obat pengontrol, Bronkodilator merupakan salah satu

pengobatan dan penangnanan penderita saat serangan di rumah

sakit untuk mengatasi serangan asma berlanjut menjadi masalh

dalam pertukaran gas dan oksigen, dikenal jugs sebagai obat

pelega gejala asma.


B. Kerangka Teori

Kerangka teori kejadian asma bronkial mengacu pada segitiga

epidemiologi, telah dimodifikasi seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Host

a. Riwayat
keluarga
b. Infeksi
saluran
nafas
c. Jenis
kelamin
d. Alergi

Agen Factor dominan


pencetus serangan
a. Debu
asma pada pasien
b. Asap rokok
asma bronkiale
c. Binatang
peliharaan

Lingkungan

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dan kerangka teori, dapat di

susun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel independent Variabel dependen

Factor-faktor dominan
pencetus serangan Pasien asma
asma bronkiale
D. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara dari sebuah masalah, atau

pendapat sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dengan cara

melakuakan penelitian (Notoatmodjo, 2010) Hipotesis yang dikemukakan

pada penelitian ini adalah

1. Ada hubungan faktor pemicu (Riwayat keluarga, Infeksi saluran

nafas, Jenis kelamin dan Alergi) dengan serangan asma pada

pasien asma broniale di RSPAU Hardjolukito

2. Di tentukanya infeksi saluran nafas sebagai faktor dominan

pencetus serangan asma bronkiale di RSPAU Hardjolukito


BAB III

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan suatu

penelitian epidemilogi yang bersifat observasional analitik, dengan desain

Hospital Based Case Control Study. Desain ini dipilih karena dapat

dipergunakan dalam mencari seberapa jauh jauh faktor risiko asma bronkiale

mempengaruhi terjadinya penyakit asma bronkiale di ruams sakit RSPAU

Hardjolukito (Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi Penelitian
Populasi target atau populasi referens merupakan bagian dari
populasi untuk menerapkan hasil penelitian. Berdasarkan penelitian untuk
mengetahui faktor dominan pencetus serangan asma pada pasien asma
bronkiale, maka populasi target penelitian ini adalah seluruh penderita
asma bronkiale. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang
mengunjungi Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara (RSUPAU) Kabupaten
bantul baik rawat jalan maupun rawat inap selama periode penelitian.
Populasi studi terdiri dari kasus dan kontrol. Kasus adalah pasien rawat
jalan atau rawat inap di Rumah Sakit RSPAU Hardjolukito yang
dinyatakan positif menderita asma bronkiale oleh dokter , dengan sesak
nafas disertai suara mengi (wheezing), pemantauan arus puncak ekspirasi,
sedangkan kontrol adalah pasien rawat jalan atau rawat inap di Rumah
Sakit RSPAU Hardjolukito yang tidak menderita asma bronkiale yang
ditetapkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis oleh dokter
spesialis pada bulan/minggu yang sama dengan kasus.
C. Definisi Operasional
1. Variabel bebas

no Variabel Definisi Pengukuran Pengukur Pengukur


an an
Opersional Kategori Kategori
Skala Skala
1 Riwayat Riwayat Dinyatakan saat 1. Ya Nominal

keluarga penyakit asma wawancara, responden 2. Tidak

dari orang tua menyatakan bahwa salah

kandung,nenek satu dari orang tua, kakek,

, kakek dari nenek responden

responden. menderita asma bronkiale.

2 Asap Adanya salah Apabila terdapat anggota 1. Bebas Nominal

rokok satu anggota keluarga yang merokok rokok

keluarga yang didalam rumah (kode 0)

memiliki dikategorikan dalam kode 2. Ada

kebiasaan 1 yaitu ada yang merokok. yang

menghisap merokok

rokok didalam (kode 1)

rumah.

3 Perabot Keberadaan Desain dan bahan fasilitas 1. Tidak Nominal

rumah perabot atau perabotan rumah tangga ada yang


tangga. peralatan yang yang berada di dalam berpotensi

digunakan oleh kamar tidur anak asma sumber

keluarga yang berpotensi sumber alergen

tersebut dapat alergen adalah karpet, (kode 0)

menjadi media bahan kasur dan bantal 2. Ada

alergen. yang digunakan kapuk, yang

boneka.mainan anak. berpotensi

sumber

alergen

(kode 1)

4 Perubaha Keadaan Responden mengalami 1. Ya 2. Nominal

n cuaca perubahan perubahan cuaca baik pada Tidak

cuaca dari musim penghujan maupun

musim kemarau responden

kemarau ke terpapar dengan kondisi

musim tersebut, anak akan

penghujan atau menderita sesak nafas

dari musim yang ditandai dengan

penghujan ke batuk-batuk, pilek, bersin-

musim bersin, waktu bernafas

kemarau. bunyi ngikngik,tidur

setengah duduk untuk


mengurang

2. Variable terkait

no Variabel Definisi Pengukuran Kategori Skala

Opersional

1 Kejadian Adanya kejadian Saat wawancara 1. Ya Nominal

asma yang menunjukkan menyatakan bahwa 2. Tidak

terjadinya penderita (anak) pernah

gangguan saluran mengalami serangan asma

pernafasan ditandai dengan

meliputi (batuk, (batuk,mengi,sesak nafas).

mengi, dan sesak

nafas)

D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan cara

mengobservasi dan mewawancarai responden dengan menggunakan

kuisioner dengan lembar check list dan mendatangi langsung ke ruangan

rawat inap RSPAU HARJOLULITO. Adapun jenis data penelitian

adalah sebagai berikut :


a. Data Primer

Data primer dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh yang bias diperoleh melalui observasi atau juga dengan

wawancara langsung kepada responden menggunakan kuesioner yang

telah disiapkan oleh peneliti sesuai tujuan dengan penelitian. Selain itu

untuk menggali data kualitatif yang lebih mendalam akan dilakukan

wawancara mendalam (indepth interview) pada penderita asma

bronkiale.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa penetapan subyek penelitian (kasus dan

kontrol) diperoleh dari data rekam medis RSPAU HARDJOLUKITO.

Demikian pula hasil pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain

diperoleh dari tempat yang sama. Selain itu data juga diperoleh dari

buku, makalah, laporan, jurnal, referensireferensi lain yang berkaitan

erat dengan tema penelitian.

E. Teknik Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa untuk mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian yaitu variable independen

factor dominan pencetus serangan asma serta variabel dependen pada

pasien asma bronkkiale (Notoatmodjo, 2010).


b. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk meninjau hubungan antara dua

variabel yaitu variable independen factor dominan pencetus serangan

asma serta variabel dependen pada pasien asma bronkkiale

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel yang

paling besar pengaruhnya terhadap kejadian asma bronkiale. Analisis

multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik

berganda, yaitu menghubungkan beberapa variabel bebas dengan

variabel terikat secara bersamaan.


DAFTAR PUSTAKA

Lenfant C. Khaltaev N. Global Initiative for Asthma. NHLBI/WHO Work Shop


Report. 2002.

GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Ginaasthma.org.2006.

Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta, FKUI 1996 : 21.

Michel FB, Neukirch F, Bouquet J, Asthma : a world problem of public health.


Bull Acad Natl med 1995 ; 179 (2) ; 279-93, 293-7.

Woolcock A. Epidemiologi asthma-worldwide trends. Airways in asthma. Effects


of treatment August 1994, Penang Malaysia. Excerpta Medica 1995:36-8.

Vita Health, Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2005

Sundaru H. Apa yang Diketahui Tentang Asma, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM, 2006 ; 4

Sidhartani M. Peran Edukasi Pada Penatalaksanaan Asma Pada Anak. Badan


Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2007; 2-4.

Anda mungkin juga menyukai