Alat Pengoreng
Alat Pengoreng
PENGERINGAN
A. PENDAHULUAN
Proses pengeringan secara tradisional masih banyak digunakan orang yaitu dengan menggunakan
sinar matahari. Walaupun hal ini sangat tergantung dari cuaca dan kondisi dari lingkungan dimana
pengeringan itu berlangsung.
Pengeringan juga bertujuan meningkatkan mutu hasil pertanian. Salah satu sebab terjadinya
kerusakan ialah adanya akumulasi air didalam atau disekitar hasil pertanian dan hal ini dapat
dicegah dengan jalan mengalirkan udara pada sekeliling hasil pertanian untuk menjaga suhu yang
seragam.
Cara-cara mengatasi terjadinya kerusakan dapat ditempuh antara lain dengan :
1. Mengadakan ventilasi secara alamiah yaitu dengan menggunakan kecepatan angin untuk
mengalirkan udara melalui butir-butir hasil pertanian dengan atau tanpa menggunakan saluran-
saluran udara.
2. Mengadakan ventilasi secara mekanis yaitu dengan pertolongan kipas yang digerakkan oleh motor
bakar atau tenaga mekanis lainnya.
3. Mengalirkan udara panas yang berasal dari suatu sumber panas buatan yang sengaja diadakan
dengan tujuan untuk menaikkan suhu sebesar 10 sampai 20 derajad celcius.
4. Mengeringkan hasil pertanian itu secara pereodik agar tidak terbentuk tempat-tempat panas yang
menstimulir pertumbuhan jasad-jasad renik dan serangga, dengan bantuan alat-alat penaganan
bahan seperti konveyor dan elevator.
5. Mengaduk-aduk permukaan butir-butir hasil pertanian agar tidak terdapat akumulasi air sebagai
akibad adanya aliran konveksi didalam tumpukan hasil pertanian itu yang disebabkan adanya
perbedaan suhu antara tempat penyimpanan dengan suhu udara luar yang telah berjalan sementara
waktu.
6. Menutupi secara rapat tempat penyimpanan sehingga keadaannya mendekati kedap udara,
dengan maksud membatasi adanya gerakan keluar masuknya jasad renik dan serangga, dan
sekaligus menghindari adanya fliktuasi suhu sebagai akibad pemanasan ataupun pendinginan
Suatu benda dikatakan panas, sedang, atau dingin apabila kita menyentuh benda tersebut dengan
tangan terasa bahwa benda tersebut lebih panas atau lebih dingin dari tangan kita. Dalam hal ini
suhu tangan kita merupakan suhu patokan untuk menyatakan apakan benda tersebut panas atau
dingin dan dikatakan bahwa suhunya berbeda. Akan tetapi penentuan suhu dengan perasaan ini
tidak dapat dipergunakan untuk perhitungan.
Suhu suatu benda dapat diukur dengan mempergunakan alat yang disebut thermometer.
Thermometer mempunyai skala suhu sehingga tiap suhu dapat dinyatakan dalam suatu bilangan
tertentu. Suhu dapat ditentukan dalam skala Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin.
Titik nol skala Celsius adalah suhu es mencair dan disebut titik beku. Titik 100 skala Celsius adalah
suhu uap air yang sedang mendidih dan disebut titik didih. Antara titik 100 dengan titik nol sekala
Celcius dibagi 100, sehingga diperoleh titik didih 100 derajat C dan titik beku 0 derajat C. suhu
dibawah titik beku ditandai dengan tanda negative misalnya – 20 ; – 25 dan sebagainya.
Reamur menentukan suhu es yang sedang mencair dan suhu air yang sedang mendidih tetap seperti
pada skala celcius, hanya pada skala Reamur, titik terendah yaitu suhu pada es mencair diberikan
dengan skala nol dan titik tertinggi yaitu suhu air yang sedang mendidih pada skala 80. Antara
kedua titik ini dibagi atas 80 skala atau dalam 80 derajat Reamur.
Fahrenheit mempergunakan titik pada saat suhu dari campuran salju dan amoniak
membeku/mencair sebagai titik terendah dan suhu badan manusia sebagai titik tertinggi. Titik
terendah oleh Fahrenheit diberikan pada skala 32 dan titik tertinggi pada skala 212. Antara kedua
titik tersebut dibagi 180 skala, yang tiap skala disebut derajat Fahrenheit.
Sehingga 100 derajat C = 80 derajat R = 212 derajat F atau 1 derajat C = 4/5 derajat R = 9/5 derajat
F.
Untuk menentukan suhu udara atau gas dipergunakan skala Kelvin, yang titik terendah skalanya
setara dengan – 273 derajat Celcius, yaitu suhu terendah yang dapat diukur/dicapai dan disebut
sebagai titik nol mutlak, Skala Kelvin atau skala mutlak dipergunakan titik terendah pada skala 273
yakni titik beku air, dan titik tertinggi pada skala 373 yakni titik didih air.
Sehingga pada es mencair t = 0 derajat Celcius atau T = 273 derajat Kelvin, sehingga apabila t = 27
derajat Celcius maka T = 273 + 27 = 300 derajat Kelvin atau T = 273 + t.
KALORI
Pengertian tentang panas mencakup juga pengertian tentang suhu dan kalor. Jumlah kalor atau
jumlah panas adalah satuan yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu bahan atau juga yang
dihilangkan untuk menurunkan suhu suatu bahan.
Satuan jumlah kalor adalah kalori atau biasanya disebut gram kalori.
Satu kalori adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air setinggi 1 derajat
Celsius; 1 gram kalori = 1/1000 kg kalori.
Sebagai contoh untuk mendidihkan 1000 gram air dibutuhkan kalor lebih banyak dari pada untuk
mendidihkan 100 gram air.
KALOR JENIS
Zat yang lain tidak memerlukan jumlah kalor yang sama dengan jumlah kalor air untuk menaikkan
suhu bahan tersebut sama seperti pada kenaikan suhu air.
Pada keadaan pemanasan yang sama, maka kenaikan suhu suatu benda mungkin lebih cepat atau
lebih lambat dari pada kenaikan suhu air. Hal ini dipengaruhi oleh kalor jenis benda tersebut.
Kalor jenis suatu benda adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 gram benda tersebut setinggi 1 derajat Celcius (ºC). Dengan demikian kalor jenis
air adalah Satu.
Untuk menaikkan suhu suatu benda yang mempunyai berat a gram dan kalor jenis c setinggi b
derajat dibutuhkan sejumlah kalor yang dapat dihitung sebagai berikut :
Untuk 1 gram benda dipanasi 1 º diperlukan c kalori.
Untuk a gram benda dipanasi 1 º C diperlukan a x c kalori.
Untuk a gram benda dipanasi b º C diperlukan a x b x c kalori.
Apabila jumlah kalor yang dibutuhkan tersebut sama dengan W maka,
W = a x b x c kalori
. b derajat C adalah selisih suhu akhir dengan suhu awal
Tabel Kalor Jenis (c) beberapa bahan
A Bahan Padat
Emas
Timah Hitam
Platina
Timah Putih
Perak
Tembaga
Timah Sari 0,03
0,03
0,03
0,05
0,06
0,09
0,09 Nikel
Besi
Gelas
Aluminium
Naftalin
Es 0,11
0,11
0,20
0,21
0,31
0,50
B Bahan Cair
Air Raksa
Minyak Zaitun
Minyak Tanah 0,03
0,47
0,51 Eter
Alkohol
Gliserin 0,56
0,58
0,58
KALOR LATEN
Bahan padat yang akan mencair, atau bahan cair yang akan menguap memerlukan energi panas agar
proses tersebut terjadi. Selama proses ini tidak terjadi perubahan suhu bahan tersebut. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kalor laten adalah jumlah energi panas yang dibutuhkan oleh suatu bahan
untuk merubah bentuk bahan tersebut dari padat ke cair atau dari cair ke uap tanpa mengalami
perubahan suhu.
Sebagai contoh kalor laten untuk satu gram es adalah sebesar 80 kalori, sedangkan kalor laten
penguapan satu gram air adalah sebesar 5 – 40 kalori.
TARA KALOR MEKANIK
Satuan energi dalam bentuk mekanik adalah erg, joule dan kaki pon. Satuan energi dalam bentuk
panas adalah kalori atau Btu (British Themal unit). Konversi atau harga tara mekanik tergantung
pada selang suhu yang dipergunakan dalam satuan kalori atau Btu. Untuk mendapatkan
keseragaman, biasanya dipergunakan bahwa 1 kg-kal sama dengan 1/860 kilowatt jam serta 1 gram-
kal sama dengan 4,18605 joule dan 1 Btu sama dengan 778,26 kaki-pon. Sehingga 1 Btu sama dengan
251,996 gram-kal.
PINDAH PANAS
PENGERTIAN
Pindah panas adalah ilmu teknik yang memperkirakan pemindahan energi yang terjadi antara
benda-benda sebagai akibat terjadinya perbedaan suhu antara benda-benda tersebut. Pada pindah
panas ini dua hokum alam yang utama merupakan suatu hal yang harus selalu diingat.
Hukum Utama II
Apabila antara dua benda yang berlainan suhunya terjadi pemindahan panas, maka hal ini selalu
berlangsung sedemikian rupa sehingga benda yang lebih panas bertambah dingin dan benda yang
lebih dingin akan bertanbah panas.
Dengan kata lain, bahwa apabila dua benda yang bersuhu tidak sama, bersentuhan, maka akan
terjadi perubahan suhu kedua benda tersebut akibat adanya perpindahan panas, yaitu benda yang
bersuhu lebih tinggi akan memberikan sebagian panasnya kepada benda yang bersuhu lebih rendah,
sehingga benda yang bersuhu lebih tinggi akan menjadi lebih dingin, sedangkan benda yang bersuhu
lebih rendah akan menjadi lebih panas.
Hokum Utama I atau Azas Black
Pada penukaran panas antara dua jenis benda, maka jumlah kalor keseluruhan akan tetap (kecuali
ada usaha yang dilakukan pada saat perpindahan tersebut).
Dengan kata lain bahwa jumlah yang diberikan oleh benda yang bersuhu lebih tinggi akan sama
dengan jumlah panas yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah.
Pindah panas dapat dipergunakan untuk memperkirakan suhu, baik suhu benda padat, maupun
suhu bahan cair, setelah beberapa saat berlalu. Pindah panas didalam pengolahan hasil pertanian
sangat berperanan, antara lain bahwa hampir seluruh hasil pertanian mengalami proses pemanasan
atau pengeringan sedangkan untuk hasil ternak mengalami proses pendinginan.
Untuk pengolahan hasil pertanian, beberapa prinsip dasar haruslah selalu diingat, yaitu :
a. Panas bergerak dari obyek panas ke obyek yang dingin
b. Bertambah besar perbedaan kedua obyek, bertambah besar panas yang dipindahkan
c. Makin tipis dinding pengantara/penyekat kedua obyek, makin baik proses pemindahan panas
d. Obyek yang gelap menyerap panas yang dipancarkan lebih cepat dari pada obyek yang terang
e. Pemanasan sebaiknya dilakukan di bagian bawah/dasar ruangan, sedangkan pendinginan
dilakukan di bagian atas ruangan sehingga memungkinkan pindah panas secara konveksi
Perpindahan panas terjadi melalui suatu medium ke medium lain sebelum sampai ke obyek yang
diinginkan. Metode pindah panas di sini terjadi secara serempak.
Untuk mengetahui atau memperkirakan perubahan suhu yang diakibatkan penyimpanan suatu
hasil, perlu diketahui konduktifitas panas (k) dan panas/kalor jenis (c) bahan tersebut.
1 Btu-in/jam kaki F = 3,447 x 10 ˉ4 kg-kal-cm/detik cm² C
1/12 Btu-kaki/jam kaki F
1 cal-cm/detik cm²C = 2901 Btu-in/jam kaki F
Proses pindah panas dapat terjadi dengan tiga cara yaitu secara hantaran atau konduksi, secara
aliran atau konveksi dan secara pancaran atau radiasi. Proses Pasteurisasi dalam pengolahan hasil
pertanian berprinsip pada cara pindah panas dengan konduksi panas, yaitu apabila sebelah pelat
dipanaskan, maka pelat yang berada disebelahnya akan menjadi panas pula. Ruang penyimpanan
dingin adalah contoh penggunaan aliran atau konveksi panas dalam praktek, yaitu udara dingin
sekitar pipa pendingin turun ke bawah dan udara panas naik ke atas sehingga membuat sirkulasi
terus menerus serta membawa panas keseluruh ruangan. Pemanasan atau pengeringan hasil
pertanian dengan penjemuran merupakan salah satu contoh praktek pemanasan secara
pemancaran, walaupun selama pemancaran tersebut udara dianggap sebagai bahan penerus panas
matahari.
Untuk memudahkan pengertian pindah panas lebih lanjut, perlu diketahui terlebih dahulu tentang
pengukuran panas dan suhu pada berbagai bahan.
Tabel Konduktifitas Panas beberapa Hasil Pertanian.
Bahan Kadar air
Basis basah (%) Suhu rata-rata
F Konduktifitas panas
(k)(Btu-in/jam
kaki F
Udara
Minyak kastor
Jagung
Kulit
Jawawut
Minyak olive
Serbuk gergaji
Jerami
Gandum
Kayu pinus
13,2
12,7
Kering udara
12,5 – 23,0 32
80 – 88
22 – 88
87 – 91,7 0,165
1,23
1,22
1,22
0,90
1,15
0,35
0,70
0,89 – 1,11
1,03
Klasifikasi alat pengering tipe ini dapat didasarkan pada pemindahan panas tipe pembakaran
minyak
dan jenis bahan bakar lain. Berdasarkan pada pindah panas terdapat dua cara yaitu langsung atau
tidak langsung.
Pada cara langsung, panas pembakarannya langsung diberikan pada bahan yang akan dikeringkan
dengan bantuan aliran udara. Pada cara tidak langsung digunakan permukaan benda lain yang
dipanaskan terlebih dahulu, kemudian melalui permukaan benda itu dialirkan udara atau sirkulasi
udara dilewatkan disekitar bagian luar permukaan benda tadi.
Klasifikasi berdasarkan pada tipe pembakaran minyak terdapat dua tipe yaitu :
1. Vaporizing burner
2. Atomizing burner
Pada tipe pertama minyak terlebih dahulu dipanaskan, diuapkan, dibakar, dan dipanaskan
kemudian dipindahkan kepermukaan yang lebih luas.
Pada tipe kedua minyak mula-mula dipecahkan menjadi butiran-butiran halus dengan
penyemprotan minyak melalui lubang yang kecil dan biasa disebut ‘jet’.
Klasifikasi berdasarkan pada jenis bahan bakar terdiri batu bara, kayu dan listrik. Yang biasanya
dipakai ialah alat pengering dengan bahan bakar minyak, listrik secara langsung kurang digunakan
pada pengeringan hasil-hasil pertanian, demikian pula kayu mengingat alasan-alasan teknis, sosial
dan ekonomis.
Berbagai alat pengering telah dibuat dan dirancang sesuai dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh
bahan bakar atau hasil-hasil pertanian yang akan dikeringkan.
Dapat disebutkan disini antara lain yaitu:
1. Tipe-tipe bak atau lumbung
2. Spray dryer
3. Concentrator
4. Tipe drum
5. Tipe koveyor
6. Countinous self dryer
7. Continous vacum dryer
8. Cabinet atau compartement dryer
9. Kiln dryer
10. Tunnel dryer
CLARKE (1957) menghasilkan tipe-tipe pengering untuk pengolahan hasil pangan antara lain
dibagi :
1. Rotarry louvre dryer
2. Tunnel dryer
3. Pneumatic dryer
4. Spray dryer (untuk pembuatan susu bubuk)
5. Roller dryer yang dibagi dalam :
A. Single roller dryer
B. Double roller dryer
Tipe pertama sampai ketiga merupakan jenis alat pengering benda padat, sedangkan yang keempat
dan kelima untuk mengeringkan hasil-hasil pertanian berbentuk cairan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kemampuan suatu alat pengering antara lain
ialah :
1. Kadar air bahan ketika dimasukkan dalam alat pengering
2. Banyaknya bahan yang dapat dimasukkan dalam pengering persatuan waktu
3. Suhu udara pengering waktu masuk dan keluar alat pengering
4. Kecepatan aliran udara pengering
5. Kelembaban udara pengering
6. Suhu bahan ketika masuk dan keluar alat pengering
7. Suhu bahan diberbagai bagian dalam alat pengering
8. Lamanya bahan melalui alat pengering atau lamanya pengeringan
Pada umumnya yang dimaksud dengan pengeringan ialah mengeluarkan air dalam jumlah yang
seimbang. Dalam proses industri pengeringan zat padat, zat cair dan gas, merupakan pengeringan
yang terjadi. Dalam zat padat dan zat cair, air terdapat dalam keadaan cair. Dalam gas, air biasanya
terdapat dalam bentuk uang.
Beberapa tujuan yang hendak dicapai pada pengeringan :
1. Membawa zat kedalam kondisi yang diinginkan yang masih harus mengalami berbagai pengerjaan
dan pengolahan
2. Membawa zat kedalam kondisi yang harus dapat disimpan sebagai produk akhir dalam silo
3. Perlindungan bahan makanan terhadap kerusakan (alasan kesehatan)
4. Penghematan biaya pengangkutan (alasan keuangan)
5. Untuk memenuhi persyaratan tertentu terhadap kadar air pada penjualan produk (alasan
kualitas)
Sistem pengeringan
1. Mengeluarkan air dengan jalan mekanis
2. Penguapan dengan tekanan hampa
3. Mengembunkan air dalam bentuk uap (mengeluarkan air dari gas)
4. Mengeluarkan air dalam bentuk zat padat, keadaan ini terdapat pada pencairan udara, dimana
uap air memisahkan diri sebagai salju. Contoh lain adalah pengentalan air perah, buah dengan jalan
pendinginan yang sangat tinggi (air dikeluarkan dalam bentuk es).
Jadi jelas bahwa bahwa pada setiap evaporator yang akan digunakan untuk produk bahan makanan
cair, terdiri dari : a) sebuah tabung penguapan, b) sustu alat pindah panas, c) sebuah kondensor,
serta d) sebuah metode untuk menjaga tekanan vakum. Keempat komponen ini harus diperhatikan
dalam merencanakan suatu evaporator.
Sistem tekanan vakumnya harus dapat mengalirkan gas yang tidak terkondensasi agar bisa menjaga
tekanan vakum yang diinginkan didalam tabung penguapan. Panas yang cukup harus dialirkan/
diberikan ke produk untuk penguapan sejumlah air yang diinginkan, serta sebuah kondensor yang
berguna untuk mengembangkan dan memindahkan uap air yang diproduksi melalui penguapan.
Keseimbangan massa dapat digunakan untuk menentukan laju penguapan untuk mendapatkan
derajad konsentrasi yang diinginkan. Hubungan ini akan membawa kita untuk dapat menentukan
jumlah medium pemanas yang dibutuhkan untuk mencapai penguapan yang diinginkan. Kunci
penting lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan adalah pindah panas yang
terjadi dari medium pemanas ke produk, dengan memperhatikan bahwa kebutuhan luas permukaan
pindah panas tidak akan dapat dihitung tanpa terlebih dahulu menduga koefisien pindah panas
keseluruhan bagi permukaan pemanas.
Walaupun parameter-parameter untuk design sudah dapat diduga secara tepat, akan tetapi masih
ada faktor-faktor khusus yang ada pada produk yang berpengaruh pada design evaporator. Faktor-
faktor ini akan mengakibatkan perhitungan menjadi lebih kompleks. Sebagai contoh adalah
banyaknya padatan yang ada pada produk bahan makanan cair akan mengakibatkan titik didih yang
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan titik didih dari air pada tekanan yang sama. Perbedaan
titik didih ini menjadi lebih besar dengan bertambah tingginya konsentrasi bahan makanan cair.
Kerumitan ditambah lagi dengan tidak konstannya koefisien pindah panas konveksi, karena
koefisien pindah panas ini merupakan fungsi dari kekentalan. Padahal telah diketahui bahwa selama
proses penguapan, kekentalan produk selalu berubah karena terjadinya penguapan. Keadaan ini
mengakibatkan koefisien pindah panas konveksi juga selalu berubah sesuai dengan kekentalan
produk. Akhirnya, persoalan menjadi lebih kompleks dengan adanya sifat panas produk yang
berubah menurut temperatur dan kadar air produk. Tentunya , hal ini semua akan memberikan
pengaruh tersendiri terhadap design operator.
II. Prinsip Kerja Evaporasi ( Penguapan )
Prinsip kerja peralatan evaporator vakum ini berdasarkan pada kenyataan bahwa penurunan
tekanan akan menyebabkan turunnya titik didih cairan.
Pada Anhydro laboratory Vacum Evaporator, keadaan vakum tersebut terutama dihasilkan dari
pompa air yang memindahkan uap terkondensasi dan mendinginkan air dari kondensor.
Kevakuman yang sebenarnya dalam evaporator ditentukan oleh efisiensi pompa, yang mana hal itu
tergantung pada derajat kondensi uap dalam kondensor. Pada kondensi itu sendiri mengambil
tempat (berlangsung) sesuai dengan banyaknya semprotan air yang didinginkan ke bagian puncak
dari kondensornya. Inilah apa yang dimaksud dengan : kita bisa mengatur suhu didih yang
sebenarnya pada alat tersebut.
Panas yang dibutuhkan untuk penguapan cairan adalah berasal dari steam yang sudah jenuh. Steam
tersebut mengalami pengembunan (dikondensikan) pada tabung, dan bersamaan dengan itu
memberikan panasnya untuk penguapan. Steam yang telah diambil panasnya itu disebut juga
kondensat, kemudian dipindahkan dari dasar calandria dan ditarik melalui kondensor menuju
pompa.
Calandria adalah tabung dimana terjadi pergerakan bahan pangan.
Bahan cair yang akan ditingkatkan konsentrasinya itu bersirkulasi terus menerus pada alat dalam
upaya untuk memperoleh perpindahan/pergerakan yang maksimal didalam calandria. Sirkulasi
yang cepat akan mengurangi resiko terjadinya pengendapan pada permukaan tabung, dan dengan
cepat membebaskan gelembung-gelembung uap dari bahan cair selama dalam perjalanan melalui
evaporator
III. Pindah Panas Di Dalam Evaporator
Beberapa peralatan penguapan dapat langsung dipanasi dengan api. Api memanasi dinding ketel
dan secara konduksi akan memanasi bahan yang terletak di dalam alat penguap. Akan tetapi
umumnya evaporator mempergunakan panas tidak langsung dalam proses penguapannya.
Pindah panas didalam alat penguapan diatur oleh persamaan pindah panas untuk pendidihan bahan
cair dan dengan persamaan konveksi serta konduksi. Panas yang dihasilkan dari sumber harus dapat
mencapai suhu yang sesuai untuk menguapkan bahan. Umumnya medium pembawa panasnya
adalah uap yang diperoleh dari boiler atau dari suatu tahapan penguapan dalam alat penguapan lain.
Perputaran bahan cair didalam alat penguapan merupakan hal yang penting, sebab perputaran
mempengaruhi laju pindah panas dan dengan perputaran bahan yang baik akan meningkatkan laju
penguapan.
IV. Evaporator Efek Tunggal
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui satu buah ruang
penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah panas. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Jika F adalah kecepatan aliran bahan yang masuk dan XF adalah fraksi padatan bahan yang masuk.
Sementara P adalah kecepatan aliran produk yang keluar dan XP adalah fraksi padatan produk yang
keluar. Sedangkan V adalah kecepatan aliran uap, maka berdasarkan prinsip keseimbangan massa,
dapatlah ditulis :
F = P + V 1)
Dan
XF.F = XP.P 2)
Apabila suhu dari bahan yang masuk adalah Tf dengan kapasitas panas bahan yang masuk ialah CPF
dan S adalah alira Steam dengan suhu Ts , sementara C adalah aliran kondensat. Sedangkan suhu
uap hasil penguapan adalah T dan kapasitas panas produk yang keluar adalah CPP, maka neraca
keseimbangan energi pada alat tersebut adalah :
F . CPF . (Tf – 0) + S (hg Ts – hf T) = P . CPP . (T – 0) + V . hg T 3)
Untuk menentukan Nilai Ekonomi Uap didasarkan pada definisinya yaitu perbandingan antara air
yang menguap dari produk dengan massa steam yang digunakan, atau :
Nilai Ekonomi Uap (NEU) = 4)
Besarnya nilai kapasitas panas bahan yang masuk (CPF) dan nilai kapasitas panas produk yang
keluar ditentukan dengan persamaan SEIBEL, yaitu :
CPF = 0,837 + 0,034 . KAF % 5)
CPP = 0,837 + 0,034 . KAP % 6)
Dimana :
KAF = kadar air bahan yang masuk
KAP = kadar air produk yang keluar
Contoh soal :
Suatu bejana untuk penguapan mempunyai kemampuan menguapkan 10 ton/jam dengan suhu
bahan 25 ˚C. Total padatan bahan 10 % dan susu kental hasil penguapan 60 % dari awal. Suhu titik
didih 60 ˚C. Suhu Steam 120 ˚C. Berapa kebutuhan Steam yang diperlukan ? jika KAf = 80 % dan
KAp = 60 %
Suhu (˚C) Tekanan uap air (k Pa) Volume Spesific (m3/kg) Enthalphy (kj/kg) Entrophy (kj/kg˚K)
Cair Jenuh Cair (hf) Jenuh (hg) Cair Jenuh
0.01 0.6113 0.0010002 206.136 0.00 2501.4 0.0000 9.1562
3 12.57 2506.9
6 25.20 2512.4
9 37.80 2517.9
12 50.41 2523.4
15 62.99 2528.9
18 75.58 2534.4
21 88.14 2539.9
24 100.70 2524.4
27 113.25 2550.8
30 125.79 2556.3
33 138.33 2561.7
36 150.86 2567.1
40 167.57 2574.3
45 188.45 2583.2
50 209.33 2592.1
55 230.23 2600.9
60 251.13 2609.6
65 272.06 2618.3
70 292.98 2626.8
75 313.93 2635.3
80 334.91 2643.7
85 355.90 2651.9
90 376.92 2660.1
95 397.96 2668.1
100 419.04 2676.1
105 440.15 2683.8
110 461.30 2691.5
115 482.48 2699.0
120 503.71 2706.3
125 524.99 2713.5
130 546.31 2720.5
135 567.69 2727.3
140 589.13 2733.9
145 610.63 2740.3
150 632.20 2746.5
155 653.84 2752.4
160 675.55 2758.1
165 697.34 2763.5
170 719.21 2768.7
175 741.17 2773.6
180 763.22 2778.2
190 807.62 2786.4
200 852.45 2793.2
225 966.78 2803.3
250 1085.36 2801.5
275 1210.07 2785.0
300 1344.0 2749.0
Source : Abridget from J.H. Keenan, F.G. Keyes P.G. Hill and J.G. Moore, Steam Tables – Metric
Units. New York ; John Wiley & Sons, Inc. 1969. With permission of the the authors and publishere.
Menggoreng adalah suatu cara yang telah umum digunakan dalam pengolahan atau persiapan
makanan. Menggoreng digunakan pada skala rumah tangga dalam jumlah kecil sampai produksi
masal secara besar-besaran pada pabrik makanan.
Walaupun prinsip penggorengan ini merupakan metode pengolahan pangan yang sudah tua, tapi
tulisan dan teori secara khusus ditinjau dari segi alat dan proses amat sedikit sedangkan tulisan
mengenai segi kimia dan gizi sudah banyak dibuat orang.
Sedangkan penyangraian juga metode persiapan bahan pangan yang cukup dikenal masyarakat.
Pada skala rumah tangga, misalnya penyangraian biji kopi (terutama didesa-desa yang belum
mengenal kopi siap seduh), penyangraian bahan-bahan untuk pembuatan kue dan makanan kecil
sedangkan pada skala pabrik secara besar-besaran penyangraian diterapkan pada pengolahan coklat,
kopi, pada pabrik makanan bayi serta pada pabrik pembuat minyak goreng.
Ditinjau dari segi teknik (engineering) kedua proses ini sebetulnya sama-sama menggunakan proses
pindah panas. Yang membedakan keduanya adalah tujuan akhir dari pengolahan pangan tersebut.
Biasanya penggorengan dilakukan untuk bahan yang langsung bisa dikonsumsi, sedangkan
penyangraian digunakan pada pengolahan pendahuluan bahan, dimana dibutuhkan sifat khas bahan
untuk pengolahan selanjutnya.
PENGGORENGAN
1. Proses penggorengan
Penggorengan adalah proses untuk mempersiapkan makanan dengan jalan memanaskan makanan
dalam ketel berisi minyak yang berfungsi sebagai medium pemanas. Fungsi minyak disini ialah
sebagai penhantar panas, memberikan flavour dan rasa gurih serta menambah nilai gizi (kalori)
dalam bahan pangan goreng.
Pada umumnya sistem penggorengan ada dua macam, yaitu :
a. Pan Frying (penggorengan biasa)
b. Deep-fat frying
Cara yang kedua biasanya digunakan dalam industri makanan, sedangkan cara pertama biasa
digunakan pada skala rumah tangga. Penggorengan cara deep-fat frying membutuhkan banyak
minyak oleh karena bahan makanan yang digoreng harus terendam seluruhnya. Selanjutnya
pembahansan akan dititik beratkan pada cara deep-fat frying.
Prinsip penggorengan menurut Robetson (1967) dapat dilihat pada gambar 4 berikut.
3. Ketel Penggoreng
a. Rancangan
Bentuk dari sistem kerja dari ketel penggorengan besar pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan
minyak serta efisiensi penggunaan panas. Dalam merancang ketel hendaknya memperhatikan dua
faktor penting yaitu :
- Jumlah minyak yang digunakan dalam sistem haruslah yang minimum sesuai dengan kebutuhan
penggorengan
- Ketel harus mempunyai kapasitas produksi maksimal
b. Sistem pemanas
Panas adalah komponen utama dalam penggorengan, tergantung dari skala produksiny, sumber
panas yang digunakan amat berfariasi, dapat digunakan api pemanas langsung dari minyak atau
kayu, uap panas (steam) dari boiler, LPG atau dengan sistem listrik.
Pada penggunaan panas sistem listrik bisa dilakukan dengan suatu jaringan kerja, dimana
pemanasan minyak dilakukan diluar ketel, kemudian setelah panasnya sesuai dengan kebutuhan
penggorengan minyak dipompakan ke ketel untuk penggorengan. Dengan cara ini tidak akan terjadi
kerusakan pada ketel serta efisiensi dalam penggunaan panas. Sistem ini terutama dilakukan pada
alat penggoreng mekanik sistem kontinyu (continous mechanical fryer).
Pada saat ini ada tiga cara dengan sistem pemansan minyak diluar ini. Sumber panas dapat
diberikan oleh steam (uap panas) bertekanan tinggi, dengan air panas atau dengan media pemindah
panas (heat exchanger media) yang lain.
Bentuk konstruksi ketel juga harus baik, karena selama proses penggorengan secara pereodik harus
dilakukan penggantian atau penambahan minyak. Keadaan konstruksi ketel dapat dinyatakan
dengan koefisien penggantian minyak ( coefficient of oil renewal ).
Rumus untuk menghitung coeffesient of oil renewal adalah sebagai berikut :
K=P
P1
TP = FC
R
Dimana TP : waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan minyak segar kedalam ketel supaya sama
dengan jumlah semula (jam)
FC : kapasitas minyak dalam ketel pada suhu penggorengan (pon)
R : rata-rata kecepatan penambahan minyak segar selama pemasukan (pon per jam )
Makin pendek ‘turnover period’ akan makin baik kondisi minyak dalam ketel. Dalam industri
makanan ‘turnover period’ jarang melebihi 12 jam, sedangkan pada restoran akan lebih panjang
karena minyak dipakai sampai tingkatan dimana seluruhnya harus diganti dengan yang baru.
PENYANGRAIAN
Penyangraian dalam prakteknya sebetulnya amat sulit dibedakan dengan proses penggorengan.
Yang membedakan keduanya bila ditinjau dari media pemindah panasnya adalah bahwa
penggorengan menggunakan minyak sebagai media pemindah panasnya adalah pemukaan panas
tanpa minyak sehingga sifatnya adalah pemanggangan. Bila ditinjau dari segi produknya, maka hasil
penggorengan merupakan produk akhir yang sudah masak dan siap konsumsi (ready to eat),
sedangkan penyangraian biasanya baru merupakan proses pengolahan tahap awal dimana
produknya masih akan mengalami pengolahan lanjutan. Dalam beberapa buku istilah penyangraian
kadang-kadang disebut penggorengan atau perendaman, yang dimaksudkan terjemahan dari
‘roasting’.
Seperti juga pada proses penggorengan peralatan penyangraian (roaster) terdiri dari serangkaian
perlengkapan, yakni pamanas (heater), pemindah panas (heat exchanger) yang biasanya berfungsi
juga sebagai wadah bahan selama penyangraian, serta perlengkapan misalnya pengaduk, alat
pengontrol suhu dan lain-lain.
Gambar dibawah ini memperlihatkan contoh bentuk skematis ‘continous roaster’ dan skematis
‘uncontinous roaster’
Pencampur dapat disebut juga sebagai pengaduk bagian-bagian dari dua macam zat atau lebih
hingga rata. Campuran yang telah rata dinamakan campuran homogen (serba sama).
Perbedaan antara bagian susunan dari campuran disebabkan oleh :
1. Perbedaan sifat (liat dan cair)
2. Perbedaan jenis
3. Perbedaan ukuran (pasir dan kerikil)
4. Perbedaan bentuk (vitamin pada tepung)
5. Perbedaan viscositas (emulsi minyak air)
Kemungkinan-kemungkinan campuran yang sering terjadi dalam praktek adalah sebagai berikut :
1. Zat padat dengan zat padat
2. Zat padat dengan zat cair
3. Zat padat dengan gas
4. Zat cair dengan zat cair
5. Zat cair dengan gas
6. Gas dengan gas
Beberapa Pengertian
Cara Pencampuran
Dasar pencampuran adalah memasukkan zat-zat tersebut dalam suatu ruangan tertentu.
Pencampuran dapat berlangsung dengan sendirinya atau dengan pengadukan. Pencampuran yang
berlangsung dengan sendirinya biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga sering
dilakukan pengadukan untuk mempercepat. Campuran antara dua zat cair atau zat padat yang larut
dalam zat cair sering dapat berlangsung dengan sendirinya.
Pada dasarnya pencampuran adalah suatu pengangkutan tiap bagian zat ke bagian yang lain. Selama
pengangkutan sebagian dari bahan yang diangkut akan tinggal dibagia lain. Sebaliknya sebagian
akan terbawa kembali. Dengan cara demikian, lama kelamaan akan terjadi campuran yang
homogen.
Tingkat homogenitas dari campuran tergantung terhadap lama pencampuran. Campuran akan
terjadi lebih homogen jika pencampuran dilakukan dalam waktu tertentu. Pada saat awal
peningkatan homogenitas lebih besar dibandingkan keadaan akhir. Hal ini dapat dilihat pada
gambar :
2. Tromol Campur.
Alat yang cukup sederhana yang dipergunakan untuk mencampur zat padat adalah tromol campur.
Alat ini terdiri dari sebuah tromol yang berbentuk silinder yang tertutup yang berputar pada sekitar
sumbunya.
Tromol campur banyak digunakan secara luas karena penggunaannya yang sederhana dan tidak
banyak membutuhkan pemeliharaan. Kadang-kadang ada yang mempunyai sumbu diagonal dan ada
yang berbentuk V.
Untuk mengurangi debu yang terjadi pada waktu pengisian maupun pengeluaran dari wadah,
biasanya ditambahkan alat penyedot debu.
3. Sekrup Pencampur
Sekrup pencampur, pada dasarnya terdiri dari sebuah silinder, dimana didalamnya terdapat sebuah
proses horizontal atau vertikal. Pada prosesnya dipasang sudu yang dapat mencampur isi silinder
tersebut.
Sekrup pencampur arus lawan memberikan pencampuran yang baik. Pada prosesnya dipasang dua
buah daun sekrup yang saling membelit. Daun skrup akan melakukan arah pengangkutan yang
berlawanan, sehingga dicapai pencampuran yang baik.
Alat ini dapat digunakan untuk mencampur antara zat padat dengan zat cair, sehingga terjadi bubur,
skrup pencampur terdapat dalam pabrik pupuk buatan dan dalam pabrik tepung ikan.
4. Alat Remas
Mesin ini terdiri dari sebuah wadah dimana didalamnya berputar dua buah lengan remas berbentuk
Z yang berlawanan arah. Bentuk wadah dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat dicegah sudut-sudut
mati. Wadah dibuat supaya dapat terbalik, sehingga memudahkan pengeluaran ini. Lengan remas
dapat mempunyai bermacam-macam isi.
7. Pencampur Gas
V. MENGEKSTRAKSI
Mengekstraksi adalah merupakan pengerjaan pemisahan secara fisika. Disini kita menggunakan
perbedaan dalam sifat dapat larut, yang diperlihatkan oleh zat tertentu terhadap bahan pelarut
selektif.
Dalam bahan pelarut semacam itu, bagian susunan yang satu dari campuran dapat larut, akan tetapi
bagian susunan yang lain tidak dapat larut. Menurut tulisannya, mengekstrak berarti mencabut.
Mengekstrak adalah mencabut (mengeluarkan) sesuatu zat dari campuran zat dengan jalan
menambahkan bahan pelarut, tepat pada waktunya atau secara mekanis.
Bila kita bandingkan proses ekstraksi dengan proses penyulingan maka akan terlihat suatu
persamaan yang nyata antara proses ini. Dalam kedua hal tersebut diatas, terdapat kemungkinan
pemisahan dari suatu campuran dalam dua fase. Pada penyulingan, pemisahan itu didasarkan atas
perbedaan dalam sifat cepat menguap (menghawa) dari bagian-bagian susunan suatu campuran zat
cair.
Pada ekstraksi, pemisahan yang diinginkan itu berlangsung oleh perbedaan dalam sifat dapat larut
antara bagian-bagian campuran dari suatu campuran pada bahan pelarut. Pada Proses penyulingan
proses penyulingan, peralihan dari fase yang satu ke fase yang lain diperoleh dengan jalan
penambahan bahan pelarut yang sering juga disebut solvent.
Kapankah proses ekstraksi dilakukan ?
Proses ekstraksi dilakukan apabila :
1. Bahan bakar sukar menghawa (menguap)
2. Komponen yang akan dipisahkan memiliki sifat cepat menghawa yang sama
3. Komponen ternyata tidak tahan terhadap suhu pada penyulingan
4. Zat yang akan dikeluarkan adalah komponen yang paling kurang cepat menghawa dan biasanya
dalam jumlah yang kecil.
Tujuan Mengekstrak
Tujuan mengekstrak pada umumnya adalah :
1. Mengeluarkan zat yang diinginkan dari suatu bahan (campuran)
2. Pengeluaran zat yang tidak diinginkan dari suatu campuran.
Faktor penting yang mempengaruhi pada waktu menekstrak adalah jenis bahan yang akan di
ekstrak. Sehingga dapat dibedakan dua jenis ekstraksi :
1. Ekstraksi zat-zat cair
2. Ekstraksi zat padat cair
Contoh ekstraksi zat-zat cair.
1. Pengeluaran kotoran dari produk minyak bumi, yang dipergunakan sebagai bahan pelumas
2. Perolehan kembali asam cuka dari larutan yang diencerkan
3. Perolehan kembali fenol dari air buangan industri ter.
Contoh ekstraksi zat padat cair
1. Pencucian zat padat cair
2. Pengekstrakan sayatan umbi pada pengolahan gula ubi
3. Perolehan minyak dari bijian minyak
Macam zat cair ekstraksi
Disamping air, secara besar-besaran dipergunakan bahan pelarut organik sebagai zat cair ekstraksi
adalah : etanol, aseton, di-etil-eter, butil-asetat, heksan, bensen, toluen, kriten, zat arang belerang,
zat arang tetakhlor, di-khlor-etilen, tri-khlor-etilen, dan sebagainya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan ekstraksi ‘solven’ dapat digolongkan menjadi empat
kelompok.
1. Kesesuaian bahan pelarut sebagai bahan ekstraksi.
Disini yang penting ialah sifat-sifat sebagai berikut :
a. Zat yang akan diekstrak harus larut sesempurna mungkin dalam bahan ekstraksi.
b. Bahan ektraksi harus selektif
c. Mempunyai perbedaan kerapatan yang besar antara bahan ekstraksi dengan bahan dasar yang
akan diekstrak
d. Bahan ekstraksi, tidak boleh memperlihatkan aktifitas kimia terhadap zat yang akan diekstrak
e. Bahan ekstraksi harus cukup murni
2. Pengolahan kembali bahan ekstraksi
3. Ekonomi proses
a. Biaya rendah
b. Tidak korosif terhadap aparat (alat)
4. Keamanan
Metode ekstraksi
Metode ekstraksi dibedakan menjadi dua macam :
1. Ekstraksi tunggal
2. Ekstraksi majemuk
Instalasi ekstraktor
Instalasi ekstraktor pada umumnya terdiri dari bagian sebagai berikut :
1. Aparat ekstraksi
2. Separator
3. Instalasi penguapan
4. Kondensor
5. Kompresor
6. Pompa
7. Tangki
8. Aparat ukur
Dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Alat tersebut berukuran 200 cm x 100 cm x 140 cm dengan jumlah rak 12 buah yang
masing-masing berjarak 20 cm sama lain dilengkapi dengan blower yang mempunyai
kecepatan putas 3000 – 3600 RPM, dengan arus listrik 1,5 Ampere. Kapasitas alat
adalah 30 kg kerupuk basah dengan lama pengeringan 3 – 4 jam menjadi 18 kg
kerupuk kering. Keistimewaan alat ini adalah memanfaatkan panas pada saat
pekerjaan penggorengan kerupuk.