treatment plant pada bulan Juni 2018 dapat dilihat bahwa untuk mengolah limbah cair diperlukan beberapa kebutuhan agar limbah cair yang akan dibuang telah memenuhi standart Kementerian Lingkungan Hidup diantaranya, bahan kimia, nutrisi mikroba dan energi listrik untuk peralatan. Kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi yaitu bahan kimia yang digunakan untuk proses pengolahan limbah cair di Coagulant Tank berupa polyalumunium chloride sebagai koagulan dengan kebutuhan sebesar 100 kg/bulan yang menghabiskan biaya sebesar Rp 700.500,00. Banyaknya kebutuhan tersebut dikarenakan banyaknya polutan atau pengotor didalam limbah cair yang dihasilkan. Selain itu juga dibutuhkan polymer anionic sebagai koagulan tambahan dengan kebutuhan sebesar 7 kg/bulan dengan biaya sebesar Rp 280.000,00. Kebutuhan bahan kimia yang harus disuplai yaitu caustic 5% dengan kebutuhan sebesar 600 liter/bulan biaya sebesar Rp 922.155,75. Kebutuhan nutrisi untuk mikroba juga sangat berpengaruh terhadap hasil buangan limbah yang telah diolah sehingga harus dipenuhi. Pada bulan Juni 2018 suplai nutrisi mikroba yang diberikan yaitu Urea dengan kebutuhan sebesar 180 kg/bulan biaya sebesar Rp 594.000,00 dan TSP dengan kebutuhan sebesar 60 kg/bulan biaya sebesar Rp 222.000,00. Sedangkan kebutuhan tetes tebu tidak disuplai dikarenakan COD yang masuk ke Aeration Basin telah mencapai 200 ppm, untuk kebutuhan tapioka dan tetes juga tidak disuplai karena pertumbuhan bakteri didalam Aeration Basin sudah normal. Selain kebutuhan bahan kimia dan nutrisi untuk mikroba, ada juga kebutuhan energi listrik yang digunakan untuk menjalankan peralatan. Kebutuhan listrik total untuk pengolahan air limbah sebesar 108,68 kW dengan harga sebesar Rp 1.553,67 per KWH sehingga biaya kebutuhan listrik total per bulan sebesar Rp 110.995.427,74. Jumlah kebutuhan bahan kimia dan nitrisi untuk mikroba yang digunakan tergantung dari keadaan lapangan sehingga jumlah kebutuhan tersebut akan selalu berubah-ubah setiap bulannya.