Anda di halaman 1dari 13

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah

diperoleh disetiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Harganya

dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tumbuhan bayam ini awalnya

berasal dari negara Amerika beriklim tropis, namun sekarang tersebar keseluruh

dunia (Hartati, 2013).

Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bayam budidaya, yaitu bayam cabut

(Amaranthus tricolor L.) dan bayam petik (Amaranthus hybridus L.). Jenis ini

memang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi karena rasa daunnya enak, empuk,

dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu, daunnya yang segar

mempunyai nilai komersial yang tinggi (Said, 2001).

Bayam merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah Amerika Tropik.

Bayam semula dikenal sebagai tanaman hias, namun dalam perkembangan

selanjutnya bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, vitamin A

dan C serta sedikit vitamin B dan mengandung garam-garam mineral seperti:

kalsium, posfor, dan besi (Andriyani, 2005).

Bayam biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau.

Pertumbuhannya secara normal amat cepat, sehingga dalam waktu kurang dari satu

bulan bayam sudah bisa dipanen. Bayam telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh

masyarakat Indonesia dan merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan

digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur

mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Bayam juga memiliki
2

beberapa manfaat diantaranya dapat memperbaiki daya kerja ginjal dan melancarkan

pencernaan. Beberapa negara berkembang telah mempromosikan bayam sebagai

sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi

maupun pelayanan kesehatan masyarakat (Dwi, 2007).

Pupuk organik merupakan pupuk yang bahan bakunya berasal dari makhluk

hidup baik berupa tumbuhan maupun hewan. Biasanya yang dijadikan bahan baku

adalah limbah tumbuhan seperti daun kering, jerami, maupun tumbuhan lain dan

limbah peternakan seperti kotoran sapi, kotoran kerbau dan kotoran ternak lainnya.

Dalam pembahasan tinjauan ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah pupuk organik

yang berasal dari kotoran ternak yang lebih dikenal dengan pupuk kandang

(Setiawan, 2010).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui komposisi edia

tanam abu sekam dan tanah pada tanaman bayam.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Hortikultura Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara serta sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Bayam (Amaranthus sp.)

Klasifikasi tanaman bayam (Amaranthus sp.) adalah sebagai berikut: Kingdom:

Plantael; Divisio: Spermatophyta; Sub-divisio: Angiospermae; Kelas:

Dicotyledoneae; Bangsa: Amaranthales; Suku: Amaranthaceae; Marga: Amaranthus;

Jenis: Amaranthus sp (Rahmawati, 2008)

Akar tanaman bayam adalah terma (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai

1,5 sampai 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal

pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang. (Winarto, 2004).

Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh

tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras

5 berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang

banyak. (Winarto, 2004).

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun

yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau

keputihputihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar)

dan kadang berduri (Winarto, 2004).

Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4-5

buah, benang sari 1-5, dan bakal buah 2-3 buah. Bunga keluar dari ujung-ujung

tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman

dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat uniseksual, yaitu dapat

menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan

bantuan angin dan serangga. (Winarto, 2004).


4

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua

sampai mengkilap sampai hitam kelam. Namun ada beberapa jenis bayam yang

mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang bijinya

merah (Rahmawati, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman sayur

yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman yang

berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun ladang

(Palada dan Chang, 2003). Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap

lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran

tinggi.Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman.Lokasi

penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu keadaan lahan

harus terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang

subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH6-7dan tidak

tergenang air (Ginting, 2006).

Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan

harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang

tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim

hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara

19-30 oC (Mujim, 2010).

Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman sayur
5

yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan tanaman yang

berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun ataupun ladang

(Palada dan Chang, 2003). Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap

lingkungan tumbuh, sehingga dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi.

Hasil panen yang optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi

penanaman harus memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu: keadaan lahan

harus terbuka dan mendapat mendapat sinar matahari serta memiliki tanah yang

subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, memiliki pH 6-7dan tidak

tergenang air (Sutejo, 2002).

Tanah

Tumbuh baik pada tanah jenis latosol, aluvial dan regosol, ketinggian tempat

240 – 1200 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan 2000 – 4000

ml/tahun. Bayam juga dapat tumbuh di bawah tegakan tanaman keras seperti sengon,

jati yang masih muda sekitar umur 3 – 4 tahun, dengan tingkat naungan tidak lebih dari

30% (Rahardjo, 2005).

Bayam tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan

baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah

ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari

genangan air atau sedikit basa.

Tanaman Bayam termasuk jenis tanaman yang toleran terhadap jenis tanah,

namun pertumbuhan akan baik apabila jenis tanah yang digunakan untuk pertumbuan

tanaman ini yaitu tanah liat berpasir (lempung berpasir) yang gembur, subur, dan

pengairan baik. Untuk memperoleh tanah yang subur dan gembur, tanah diolah
6

secara sempurna dan cukup dalam, serta ditambahkan pupuk organik (kotoran ternak

atau kompos) (Syukur, 2003).


7

MEDIA TANAM ABU SEKAM DAN TANAH PADA


BAYAM (Spinacia oleracea L.)

Pengertian Media Tanam

Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya

suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis

media tanam cocok digunakan untuk menanam suatu jenis tanaman. Media tanam

yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam,

termasuk pada tanaman yakon yang merupakan jenis tanaman perdu yang hidup

secara liar.

Media tanah memiliki pori-pori mikro yang lebih banyak dari pada pori-pori

makro, sehingga tanah memiliki kemampuan untuk mengikat air yang cukup kuat.

Media arang sekam merupakan media campuran yang berasal dari arang dan sekam.

Arang kurang mampu mengikat air, akan tetapi memiliki sifat bufer atau penyangga.

Sekam berperan penting dalam perbaikan struktur tanah. Kelebihan sekam yang lain

adalah sebagai media yang mudah didapat dan harganya terjangkau.

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang

ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman

yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap

daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum,

media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan

cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara


8

Jenis Media Tanam

Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di

Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa

pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan

tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara

bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan

tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan

batu bata

Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman

yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai

karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya.

8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan

organik dan anorganik.

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal

dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang,

bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh

lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan

organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan

organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga

sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang

berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut

diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan
9

kimiawi. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan

batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan

(berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-

50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju.

Media Tanam Abu Sekam

Sekam adalah kulit padi yang dihasilkan dari proses penggilingan padi dengan

tujuan memisahkan beras dengan kulitnya. Ditempat penggilingan padi sekam

biasanya dibakar untuk menurunkan volume agar tidak menumpuk. Hasil

pembakaran sekam tersebut sebagian besar tidak dapat digunakan, karena

pembakaran berlangsung sempurna dan menghasilkan abu sekam. Sementara arang

sekam atau sekam bakar yang dimanfaatkan sebagai media tanam didapatkan dari

proses pembakaran dengan teknik pembakaran tidak sempurna. Arang sekam

memiliki kandungan karbon tinggi dan banyak digunakan sebagai media tanam.

Arang sekam atau sekam bakar banyak dimanfaatkan sebagai campuran media

tanam dan media tanam murni (tanpa campuran). Arang sekam digunakan sebagai

media tanam hidroponik dan campuran media tanam berbasis tanah. Arang sekam

merupakan media tanam yang baik karena memiliki kandungan SiO2 52% dan unsur

C 31% serta komposisi lainnya seperti Fe203, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam

jumlah yang sangat sedikit. Unsur hara pada arang sekam antara lain nitrogen (N)

0.32%, phosphat (P) 0.15%, kalium (K) 0.31%, calsium (Ca) 0.96%, Fe 180 ppm, Mn

80.4 ppm, Zn 14.10 ppm dan pH 8,5 – 9,0.

Arang sekam atau sekam bakar memiliki karakteristik yang ringan (Berat

Jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kemampuan menahan air tinggi,
10

berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan baik. pH arang

sekam cukup tinggi, yaitu antara 8,5 sampai 9.0 sehingga sangat baik digunakan

untuk menigkatkan pH pada tanah asam. Sekam bakar atau arang sekam sekam juga

memiliki sifat porositas yang baik dan kemampuan menyerap air rendah.

Media Tanam Abu Sekam Dan Tanah Pada Bayam (Spinacia Oleracea L.)

Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran berat

kering daripada dengan berat basah, karena berat basah sangat dipengaruhi oleh

kondisi kelembaban (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil berat kering merupakan

keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis mengakibatkan

peningkatan berat kering tanaman karena pengambilan CO2 sedangkan respirasi

mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO2 (Gardner

dkk.,1991). Perlakuan M1 kekurangan unsur hara makro P dan N sehingga

berpengaruh terhadap daun dan fotosintesis dan berat keringnya terkecil

dibandingkan yang lain.

Hasil berat kering merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi.

Fotosintesis mengakibatkan peningkatan berat kering tanaman karena pengambilan

CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran

CO2 (Gardner dkk.,1991). Perlakuan M1 kekurangan unsur hara makro P dan N

sehingga berpengaruh terhadap daun dan fotosintesis dan berat keringnya terkecil

dibandingkan yang lain. Perlakuan media campuran tanah dan abu sekam (M2)

berbeda sangat nyata. Hal ini dikarenakan, penambahan arang atau abu sekam

menyebabkan adanya ruang yang dapat ditembus akar, sehingga akar dapat menyerap

hara dalam jumlah banyak. Abu sekam mengandung SiO2, P dan K yang berasal dari
11

proses pengabuan melalui pembakaran pada suhu tinggi, sehingga penambahan abu

sekam dapat meningkatkan P dan K tanah liat. Menurut Paiman (1999), bahwa

penambahan abu sekam dapat meningkatkan kadar P tanah dan K total tanah. P dan K

merupakan makronutrien yang penting untuk tanaman.

Penambahan abu sekam pada berbagai takaran tidak menunjukkan pengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman, tetapi lebih berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Menurut Wuryaningsih (1997), pada media arang sekam terdapat kandungan

SiO2(52%), dengan penambahan ekstrak abu sekam yang terdapat kandungan Si,

diduga tanaman mengalami keracunan. Wahyuni (2012) menyatakan, kelebihan

kandungan silikon dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sehingga daun bayam

menjadi terganggu dan mengakibatkan jumlah trikoma sedikit. Sehingga penguapan

menjadi tinggi.
12

KESIMPULAN

1. Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya

suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua

jenis media tanam cocok digunakan untuk menanam suatu jenis tanaman

2. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama

3. Sekam adalah kulit padi yang dihasilkan dari proses penggilingan padi dengan

tujuan memisahkan beras dengan kulitnya

4. Hasil berat kering merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi.

Fotosintesis mengakibatkan peningkatan berat kering tanaman karena

pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering

karena pengeluaran CO2


13

DAFTAR PUSTAKA

Antoni,C.A, 2009, Pemuliaan Bayam .Malang

Adhi, 2008. Agribisnis Bayam. Jakarta: Penebar Swadaya.

Bahar. U, 2013. Pendahuluan Jurnal Bayam. Universitas Halu Oleo

Cahyono, B. 2003. Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani Bayam Merah.


Kanisius : Yogyakarta.

Dhika,D,2014. Pengaruh Perbedaan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan


Produksi Bayam.Universitas Islam Sumatra Selatan

Ferdin. A, 2013. Aplikasi Perlakuan Permukaan Tanah dan Jenis Bahan Organic
Terhadap Indeks Pertumbuhan Bayam. Yogyakarta

Hadiyanto, I. 2005. Bertanam Bayam Merah. PT Musi perkasa utama: Jakarta.

Megayanti.R.F,2014, Sayur Sayuran. Universitas Pasundan

Noviyanti.R, Evie R, Hasim A,,2010 Pengaruh Pemberian Naungan terhadap


Pertumbuhan Vegetatif Bayam . Universitas Negeri Surabaya

Prajnanta. F, 2008. Agribisnis Bayam. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Bayam dengan Polybag. Lily


Publisher : Yogyakarta.

Rukmana, R, 2002. Usaha Tani Bayam. Kanisius : Yogyakarta.

Rambe, Y. 2013. Teknik Budidaya Bayam. Bandung

Setiadi, 2006. Jenis dan Budidaya Bayam. Penebar Swadaya : Jakarta.

Soedarya, A. 2009. Agribisnis Bayam. CV. Pustaka Grafika, Bandung.

Trimanto,2015 Karakterisasi dan Jarak Kemiripan Bayam,UPT Malang

Anda mungkin juga menyukai