Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KECIL

ABORTUS INKOMPLIT

Pendamping:
dr. Muhammad fikri
dr. Indah budi

Disusun oleh:

dr. Siti Syifa Rabiah


SIP.449.1/010/INTERNSIP/2018

RSUD KOTA SURAKARTA

SURAKARTA

2018
I. PENDAHULUAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 ming
gu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Praworihardjo, 2001).

Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu
hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010). Abortus kompletus adalah keguguran
lengkap di mana semua hasil konsepsi (desiduadan fetus) telah keluar
tanpa membutuhkan intefrensi medis.
II. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. E

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Banjarsari 006/002

Tanggal datang : 29 Juli 2018

Tanggal pemeriksaan : 30 Juli 2017

No Register : 075445

Nama Suami : Tn. L

Umur : 35 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

ANAMNESA

1. Keluhan Utama : Keluar gumpalan darah dari jalan lahir

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD KOTA SURAKARTA dengan keluhan keluar


gumpalan darah dari jalan lahir. Pasien merasakan keluar bercak darah (flek)
tersebut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Flek darah dirasakan semakin
banyak dan bergumpal. 1 HSMRS pasien sempat ke PKM diberi obat lalu di
sarankan untuk tirah barin dan di rencanakan USG pada hari senin. Keluhan
juga disertai dengan rasa kencang- kencang di perut bagian bawah., demam,
pusing, mual dan muntah, nyeri dada, nyeri kepala disangkal. Pasien mengaku
hamil dari pemeriksaan tes pack yang ia beli sendiri 2 bulan yang lalu. Pasien
mengaku belum sempat USG atau memeriksakan diri ke spesialis kandungan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya tidak mengalami keadaan seperti ini. Riwayat operatif


(-) ,HT, DM, Alergi Disangkal pasien. Sebelumnya pasien tidak pernah
memeriksakan TORCH

4. Riwayat Penyakit Keluarga : HT, DM, Alergi Disangkal pasien.

5. Riwayat Pengobatan: Disangkal pasien.

6. Riwayat Menarche: Usia 11 tahun.

7. Riwayat Menstruasi : Teratur/ 7 hari/ dismenore (+) dihari pertama

8. Riwayat Obstetri : I: Hamil ini

9. Riwayat KB : -

10. Riwayat pernikahan : pernikahan pertama, umur pernikahan 3 tahun, riwayat


berhubungan suami istri rutin 2x/minggu tanpa kontrasepsi.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign

 Tekanan Darah : 110/70 mmHg


 Heart Rate : 84x/ menit
 Respiration Rate : 20x/ menit
 Suhu : 37.10C
Tinggi Badan : 155 cm

Berat Badan : 48 kg

Status Interna Singkat

Kepala

 Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


 Hidung: tidak ada sekret, tidak ada darah
 Mulut: tidak sianosis
 Telinga: tidak ada sekret, tidak ada darah
Leher

 Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid


Thorak

 Cor
o Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
o Palpasi: iktus kordis tidak teraba
o Perkusi: batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi: S1S2 tunggal, tidak ada ekstrasistole,
gallop maupun murmur
 Pulmo
o Inspeksi: simetris, tidak ada retraksi
o Palpasi: fremitus raba positif kedua lapang paru
o Perkusi: sonor
o Auskultasi: vesikular di kedua lapang paru, tidak
ada wheezing maupun rhonki.
Ekstremitas

 Akral hangat dan tidak oedem di keempat ekstremitas

Status Obstetri dan Ginekologi

Payudara

 Papila mamae menonjol, colostrum (-)


Abdomen:

 Inspeksi : Flat, striae (-)


 Auskultasi: Bising usus (+) normal
 Perkusi: Timpani
 Palpasi: Nyeri tekan suprapubic, defans muskular
(-), TFU tidak teraba
Genitalia:

 Vulva/vagina: Tidak ada laserasi,fluksus (+)


 Vagina Touche :Portio licin, nyeri goyang portio (-).
Cavum doughlas tidak menonjol. Ostium Uteri Internum Terbuka 1
jari longgar.
 Darah dan jaringan +
Diagnosis

Ny. E usia 27 tahun G1P0A0 hamil 7 minggu 5 hari dengan Abortus


Inkomplit

Planning

Inf RL + Drip asam traneksamat 2 ampul 20 tpm

PO asam folat 1x 1 tab

Pro USG lalu Kuretase

Penunjang

Darah Lengkap, GDA, LFT, RFT, Plano Test, UL

WBC 9200 /ul

HGB 12,4 g/dl

HCT 38,3 %

PLT 287.000 /ul

Plano Test (+)

Urinalisis Lengkap

Urine Lengkap (manual)

Warna Kuning Muda

Kejernihan Agak Keruh

PH 6,0

Berat Jenis 1,015

Protein Negatif

Glukosa Negatif

Nitrit Negatif

Keton Positif 3

Urobilin Positif 1

Bilirubin Negatif

Eritrosit Negatif

Leukosit Negatif

Sedimen

Eritrosit 3.4
Leukosit 1-2

Epithel

Transisional Negatif

Gepeng Positif 1

Bulat/thorax Positif 1

Silinder

Hyalin Negatif

Granular halus Negatif

Granular kasar Negatif

Eritrosit Negatif

Leukosit Negatif

Epithel Negatif

Kristal

Uric acid Negatif

Ca oxalat Negatif

Amorph urate Negatif

Amorph phospate Negatif

Triple phospate Negatif

Lain-lain Negatif

Parasit Negatif

Follow Up

30 Juli 2017 (08.00)


S: pasien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah

KU pasien cukup, TD ; 110/70 mmHg N ; 84x/menit T ; 36.8 oC RR ; 20x/m

Plan ;

IVFD RL 20 tpm + drip oxytocin 1 ampul

PO misoprostol 1 tab

Puasa

Hasil USG : Abortus inkomplit. Gestasional sac (+) tidak komplit.

Pro kuretase pukul 12.00

Kuretase dilaksanaan pukul 12.30,

Post OP (15.00)

S : sedikit nyeri perut.

TD ; 110/70 mmHg N ; 78x/m T ; 36.9 oC RR ; 18X/menit

Peradarahan (+) kurang lebih 20cc

31 Juli 2017 (08.00)

S: nyeri perut sudah tidak dirasakan

TD ; 110/70 mmHg N ; 78x/m T ; 36.9 oC RR ; 18X/menit

Perdarahan selama 9 jam ½ pembalut. Sejak malam hingga pagi perdarahan (-)

Amoxicillin 3x500mg

Tab fe 1x1 tab

Asam mefenamat 3x500mg

BLPL

Prognosis

Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

1. Uterus

Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Uterus


terdiri dari fundus uteri, corpus dan cervix uteri. Fundus uteri adalah bagian
proksimal dari uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus. Corpus uteri
adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai
fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di
corpus uteri disebut cavum uteri. Cervix uteri terdiri atas pars vaginalis
cervisis uteri dan pars supravaginalis cervisis uteri. Saluran yang terdapat pada
cervix disebut canalis cervicalis (Wibowo, 2005).

Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan4: 1) Endometrium:


selaput lendir yang melapisi bagian dalam 2) Miometrium: lapisan tebal otot
polos 3) Perimetrium: peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar
(Wibowo, 2005).

Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan


jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok. Endometrium
melapisi seluruh cavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid
pada seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium
sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan
selanjutnya dalam masa sekretorik. Lapisan otot polos di sebelah dalam
berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan
itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting
pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit
pembuluh darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis
dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi
dengan baik (Wibowo, 2005).
2. Tuba Falopii

Tuba falopii terdiri atas4: 1) Pars interstisialis, bagian yang terdapat pada
dinding uterus, 2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit, 3)
Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi, 4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbrae (Wibowo, 2005).

3. Fimbrae

Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian


disalurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang
merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar
ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan
selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas,
berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah cavum uteri
dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut(Wibowo, 2005).

4. Ovarium

Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar
yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf (Wibowo, 2005).

B. DEFINISI

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viable, disertai atau tanpa


pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai
penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat
janin kurang dari 500 gram, sedangkan abortus inkomplit adalah pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih terdapat
sisa jaringan yang tertinggal di dalam uterus (Kemenkes, 2013).

C. ETIOLOGI
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak selalu
tampak jelas. Pada beberapa bulan pertama kehamilan, ekspulsi hasil konsepsi
yang terjadi secara spontan hampir selalu didahului kematian embrio atau janin,
namun pada kehamilan beberapa bulan berikutnya, sering janin sebelum ekspulsi
masih hidup dalam uterus. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas
pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang
mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.

1. Perkembangan zigot yang abnormal


Abnormalitas kromosom merupakan penyebab dari abortus spontan.
Sebuah penelitian meta-analisis menemukan kasus abnormalitas kromosom
sekitar 49% dari abortus spontan. Trisomi autosomal merupakan anomali yang
paling sering ditemukan (52%), kemudian diikuti oleh poliploidi (21 %) dan
monosomi X (13%)
2. Faktor maternal
a. Infeksi
Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simplek,
cytomegalovirus Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai
penyebab abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan
abortus. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari
traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma yang
menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari kedua
organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
b. Penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus. Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabka
kematian janin dan persalinan prematur. Diabetes maternal pernah
ditemukan oleh sebagian peneliti sebagai faktor predisposisi abortus
spontan, tetapi kejadian ini tidak ditemukan oleh peneliti lainnya
c. Pengaruh endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh
hipertiroidisme,diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron. Diabetes tidak
menyebabkan abortus jika kadar gula dapat dikendalikan dengan baik.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari
korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan kenaikan
insiden abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua,
defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada
hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan dalam peristiwa
kematiannya
d. Nutrisi
Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar
kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
Nausea serta vomitus yang lebih sering ditemukan selamaawal kehamilan
dan setiap deplesi nutrient yang ditimbulkan, jarang diikuti
dengan abortus spontan
e. Faktor imunologis
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan
abortus spontan yang berulang antara lain : antikoagulan lupus (LAC) dan
antibodi anti cardiolipin (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler,
trombosis, abortus serta destruksi plasenta.
f. Gamet yang menua
Baik umur sperma maupun ovum dapat mempengaruhi angka insiden
abortus spontan. Insiden abortus meningkat terhadap kehamilan yang
berhasil bila inseminasi terjadi empat hari sebelum atau tiga hari sesudah
peralihan temperatur basal tubuh, karena itu disimpulkan bahwa gamet
yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi
dapat menaikkan kemungkinan terjadinya abortus.
g. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan
yang timbul dalam proses perkembangan janin,defek duktus mulleri yang
dapat terjadi secara spontan atau yang ditimbulkan oleh pemberian
dietilstilbestrol (DES). Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus
adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Leiomioma uteru yang besar
dan majemuk sekalipun tidak selalu disertai dengan abortus, bahkan lokasi
leiomioma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Mioma
submokosa, tapi bukan mioma intramural atau subserosa, lebih besar
kemungkinannya untuk menyebabkan abortus. Namun demikian,
leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila hasil
pemeriksaan klinis lainnya ternyata negatif dan histerogram menunjukkan
adanya defek pengisian dalam kavum endometrium. Miomektomi sering
mengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada
kehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan (Cuningham,
2005).

Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering


terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada
missed abortus atau mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan
tersebut disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.
Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus habitualis
yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang memadai untuk
mendukung implatansi hasil pembuahan (Cuningham, 2005).
h. Inkompetensi serviks
Kejadian abortus pada uterus dengan serviks yang inkompetens biasanya
terjadi pada trimester kedua. Ekspulsi jaringan konsepsi terjadi setelah
membran plasenta mengalami ruptur pada prolaps yang disertai dengan
balloning membran plasenta ke dalam vagina.
3. Faktor paternal
Peranan faktor paternal dalam terjadinya abortus disebabkan karena
translokasi kromosom sperma yang dapat menimbulkan zigot yang
mengandung bahan kromoson terlalu sedikit atau terlalu banyak, sehingga
terjadi abortus (Cuningham, 2005).

D. KLASIFIKASI

Menurut Feryanto, (2012) Klasifikasi abortus ialah sebagai berikut :

1. Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan
untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup dan uterus sesuai umur
kehamilan.
2. Abortus insipiens adalah abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi, ostium uteri terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya
beberapa jam saja.
3. Abortus inkomplit adalah apabila sebagian hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam rahim.
4. Abortus komplit adalah seluruh janin telah dilahirkan dengan lengkap, uterus
lebih kecil dari umur kehamilan dan kavum uteri kosong.
5. Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-
20, tetapi tertanam didalam rahim selama beberapa minggu setelah janin mati.
6. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dan berturut-turut terjadi,
sekurang-kurangnya 3kali berturut-turut (Setia, 2016)
7.
Tabel 1.1 Klasifikasi Abortus (Kemenkes, 2013).

Gambar 1. Klasifikasi abortus (Kemenkes,


2013).

E. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada


wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah
50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.
Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian abortus
sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total kejadian
abortus di Indonesia berkisar antara 750.000. dan dapat mencapai 1 juta per tahun
dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup abortus
spontan maupun buatan (Setia, 2016).
Abortus inkomplit sendiri merupakan salah satu bentuk klinis dari abortus
spontan maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun
medisinalis. Insiden abortus inkompit sendiri belum diketahui secara pasti namun
yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami
abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang
terjadi (Setia, 2016).

F. PATOGENESIS

Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun sebagai


komplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses
terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan
nekrosis jaringan diatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas dari dinding uterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing
terhadap uterus sehingga akan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi korialies belum menembus desidua secara
mendalam(Leveno, 2003).

Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus


desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul
kemudian oleh plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak banyak jika
plasenta segera terlepas dengan lengkap (Leveno, 2003).

G. GAMBARAN KLINIS
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam
derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah,
bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama- sama
plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia
kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila
plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka
pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus
inkompletus. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut,
sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga
terjadi hipovolemik berat (Mansjoer, 2014).

H. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Anamnesa yang mengarah ke diagnosis abortus antara lain adalah ;

a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.


b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil.
Suhu tubuh normal atau meningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum akan memperlihatkan


adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi
atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar
dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa
hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase uterus juga
penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai (Prawihardjo,
2005).

3. Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi,
tercium atau tidaknya bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu dokter untuk
memeriksa detak jantung janin dan menentukan apakah embrio
berkembang normal.
b. Pemeriksaan darah. Jika mengalami keguguran, pengukuran hormon
kehamilan, HCG beta, kadang-kadang bisa berguna dalam menentukan
apakah Anda telah benar-benar melewati semua jaringan plasenta.
c. Pemeriksaan jaringan. Jika telah melewati jaringan, dapat dikirim ke
laboratorium untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi - dan
bahwa gejala tidak berhubungan dengan penyebab lain dari perdarahan
kehamilan.

I. DIAGNOSIS BANDING
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis banding dari abortus adalah:

1. KET ; Kehamilan ektopik adalah kehamilan ovum yang dibuahi


berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak normal, termasuk
kehamilan servikal dan kehamilan kornual.

2. Abortus iminens – Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini
keluarnya fetus masih dapat dipertahankan dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodik serta istirahat. Kalau perdarahan setelah
beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan
masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 berturut- turut negatif,
maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
3. Abortus mola.- Adalah perdarahan pervaginam, yang muncul pada 20
minggu kehamilan biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan
perdarahan banyak. Pada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai
dengan pengeluaran gelembung dan jaringan mola.14 Dan pada
pemeriksaan fisik dan USG tidak ditemukan ballotement dan detak jantung
janin

J. TERAPI

Tatalaksana Abortus inkomplit berdasarkan Buku Panduan Pelayanan Ibu


hamil, 2013 sebagai berikut ;

1. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
2. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual AVM adalah
metode yang dianjurkan .
3. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia Jika
evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
4. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu berikan infus 40
IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 4 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
5. Lakukan evaluasi tanda vital pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
6. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
7. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar H>8
g/dl, pasien diperbolehkan pulang.

K. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat ditimbulkan abortus inkompletus adalah sebagai


berikut:

1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi berat.

4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili, streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur
(Prawirohardjo, 2005).
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2005. Abortus. Dalam: Obstetri William
(William’s Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Leveno. KJ et all. 2003. Abortion. Williams Manual Of Obstetrics ; USA McGraw-
Hill Companies.
Kemenkes RI. 2013. Buku Panduan Pelayanan Ibu Hamil di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2014. Pendarahan Pada Kehamilan Muda. Dalam:
Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohardjo S, Hanifa W.2005. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:
Ilmu Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifiddin AB, Wiknjosastro H. 2005. Abortus. Dalam: Buku Panduan praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Editor: Affandi B, Waspodo
B. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setia. Darma. 2016. Faktor- faktor yang berhubungan dengan Abortus Inkomplit.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universias Ubudiyah.
Wibowo B, Rachimhadhi T. 2005. Abortus. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai