Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak digemari oleh


masyarakat. Banyak diantara anjing-anjing kesayangan tersebut mengalami gangguan
penyakit sehingga harus menjalani pembedahan. Salah satunya pembedahan di
saluran pencernaan seperti pada gastrium.

Gastrium merupakan bagian dari alat pencernaan pada hewan non


ruminansia. Pada anjing terletak pada sisi kiri linea alba cranial
abdominal, dibelakang diafragma dan hepar. Letaknya bervariasi tergantung dari
jumlah isi gastrium. Gastrotomi adalah operasi membuka gastrium atau dinding
lambung yang dilakukan untuk mengambil benda asing, inspeksi mukosa gastrium
terhadap kemungkinan ulcer, neoplasma atau hipertropi dan untuk mengambil
spesimen biopsi.

Kasus gastrointestinal pada hewan kesayangan (anjing) yang mengharuskan


dilakukannya gastrotomi adalah kasus foreign body removal (pengangkatan benda
asing) yang sering ditemukan pada hewan di bawah umur 2 tahun.

Indikasi dilakukannya gastrotomi diantaranya adalah untuk mengeluarkan


benda asing dan tumor lambung (gastrointestinal lymphoma) dari gastrium dan
oesophagus bagian bawah. Namun, prosedur ini juga sering dilakukan terhadap 
pengambilan sampel biopsi lambung (phycomycosis atau gastric carcinomas
case), untuk mengurangi tekanan akibat gastrium terlalu berdilatasi, distensi lambung
serta penyempitan pylorus.

1.2 Tujuan

 Mengeluarkan benda asing dalam lambung anjing

 Memberis kenyamanan pada hewan

 Memberi dan meningkatkan ketermpilan dalam ilmu pembedahan sebagai


calon dokter hewan

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Gastrium

Klasifikasi Anjing

Kingdom/kerajaan : Animalia
phylum : chordata
class : mamalia
family : camdae
ordo : carnivora
genus : canis
spesies : Canis lupus familiaris

Gambar 1. Saluran pencernaan dan organ dalam pada anjing

Saluran pencernaan makanan pada anjing terdiri dari rongga mulut (cavum
oris), kerongkongan (oesophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus
besar (colon), rectum dan terakhir adalah anus. Di dalam saluran tersebut, setiap
makanan yang masuk akan mengalami proses pencernakan makanan, baik secara
mekanik maupun kimiawi. Lambung merupakan bagian dari sistem saluran

2
pencernaan makanan, berupa saluran yang mengalami dilatasi/ pelebaran hingga
membentuk kantong dan terdapat di dalam rongga abdomen sebelah kiri. Di dalam
lambung, makanan yang masuk akan ditampung selama beberapa jam dan mengalami
proses pencernaan secara mekanik melalui gerakan peristaltik lambung dan secara
kimiawi melalui enzim-enzim dalam lambung seperti rennin, pepsin, dan HCl,
sehingga ketika makanan sampai di usus telah dalam bentuk yang halus dan telah
terpecah atas partikel yang lebih kecil sehingga akan mudah untuk diserap (Frandson,
1986).

Gambar 2. Lambung dan vaskularisasi pada gastrium anjing

Gastrium anjing terletak pada sisi kiri abdomen di belakang hepar. Posisinya
bervariasi tergantung jumlah ingesta. Secara anatomis lambung anjing terletak pada
sisi kiri rongga abdomen bagian depan dan di belakang hepar, membentang dari
vertebrae thorakalis ke-9 sampai vertebrae lumbalis yang pertama. Lambung yang
kosong akan sulit dipalpasi karena tertutup oleh hepar dan archus cranioventral serta
intestinum pada bagian belakangnya. Kurvatura mayor lambung (greater kurvature)
terletak pada bagian dorsal, pada sisi kiri intestinum dan permukaan ventral serta
kaudalnya terletak pada intercostalis ke-11 dan ke-12. Kebutuhan darah dilambung
disuplai oleh arteria coeliaca, yaitu pembuluh darah cabang dari aorta yang keluar
dari crura diaphragmatika. Sampai pada bagian pertengahan terbagi menjadi 3, yaitu
arteri hepatica, arteri gastrika dan arteri splenika yang kesemuanya mensuplai nutrisi
dari lambung (Archibald, 1974).

Gastrium merupakan saluran pencernaan yang dapat paling besar mengalami


dilatasi, juga merupakan suatu organ muskuloglandular yang terletak antara

3
esophagus dan usus halus. Arteri yang menginervasi gastrium adalah a. gastrika
sinister dan dekter yang berjalan sepanjang kurvatura minor dan arteri gastroepiploika
sinister dan dekster yang berjalan sepanjang kurvatura mayor. Gastrium diinervasi
syaraf parasimpatis oleh nervus vagus dan syaraf simpatis oleh pleksus siliaka
(Miller et all., 1969).Di dalam lambung, makanan yang masuk akan ditampung
selama beberapa jam dan mengalami proses pencernaan secara mekanik melalui
gerakan peristaltik lambung dan secara kimiawi melalui enzim-enzim dalam lambung
seperti rennin, pepsin, dan HCl, sehingga ketika makanan sampai di usus telah dalam
bentuk yang halus dan telah terpecah atas partikel yang lebih kecil sehingga akan
mudah untuk diserap (Frandson, 1992).

Pada keadaan normal, pengosongan lambung dimulai 5 sampai 10 menit setelah


makan, ingesta dapat mencapai usus halus dalam waktu 15 menit. Lambung akan
kosong dalam waktu 3 sampai 7 jam. Kecepatan pengosongan lambung dipengaruhi
juga oleh keadaan fisik, kuantitas dan konsistensi dari makanan. Makanan semi cair
segera dapat dikosongkan dalam waktu 3 sampai 4 jam, makanan yang tidak dimasak
dapat dikosongkan dalam waktu 4 sampai 7 jam dan makanan padat dapat bertahan
sampai 10 jam lebih (Archibald, 1974).

Secara mikroanatomis gastrium merupakan organ dengan dinding organ yang


tersusun atas 4 lapisan sel, yaitu (dari dalam keluar) lapisan mukosa gastrium, lapisan
submukosa, lapisan muskularis, dan lapisan serosa. Lapisan mukosa gastrium terdiri
dari lamina epithelial, lamina propria (mengandung serabut kolagen, sel lemak, dan
serabut syaraf submukosa). Tunika muskularis mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan
dalam yang mengulir, lapisan tengah yang melingkar dan lapisan luar yang
longitudinal. Pleksus mientrikus terdapat diantara lapisan tengah dan lapisan luar.
Tunika serosa terdiri dari mesotel yang membalut lapisan jaringan ikat longgar yang
disebut subserosa (Dellman and Brown, 1992).

Indikasi

Menambahkan bahwa kasus gastrointestinal pada hewan kesayangan (anjing)


yang mengharuskan dilakukannya gastrotomi adalah kasus foreign body removal

4
(pengangkatan benda asing) yang sering ditemukan pada hewan di bawah umur 2
tahun.

Indikasi dilakukannya gastrotomi diantaranya adalah untuk mengeluarkan benda


asing dan tumor lambung (gastrointestinal lymphoma) dari gastrium dan oesophagus
bagian bawah (Subronto, 2003). Namun, prosedur ini juga sering dilakukan terhadap 
pengambilan sampel biopsi lambung (phycomycosis atau gastric carcinomas case),
untuk mengurangi tekanan akibat gastrium terlalu berdilatasi, distensi lambung serta
penyempitan pylorus (Archibald, 1985).

2.1 Premedikasi

Atropin sulfat
Atropin sulfat merupakan antikolinergik yang paling sering digunakan. Obat-
obat golongan ini disebut juga anti muskarinik atau parasimpatolitik. Mekanisme
kerjanya pada umumnya menghambat pada tempat yang disarafi oleh serabut
postganglion kolinergik, dimana asetilkolin sebagai neurotransmiter. Atropin
digunakan sebagai  premedikasi anastesi dengan tujuan utama untuk menekan
produksi air liur dan sekresi jalan nafas dan juga mencegah reflek yang menimbulkan
gangguan jantung atau mencegah timbulnya bradikardia. Meskipun demikian
pemberian atropin berpengaruh pada susunan syaraf pusat yang kemudian
merangsang medula oblongata, pada mata menimbulkan midriasis, mengurangi sekret
hidung, mulut, faring dan bronkus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Pada sistem
kardiovaskuler atropin berpengaruh terhadap jantung yang bersifat menghambat
peristaltik lambung dan usus.
Atropin sulfat bersifat reversibel dan pada pemberiannya dapat dimetabolisir
oleh semua spesies (Brander et al, 1991. Dosis yang dianjurkan untuk anjing dan
kucing adalah 0,022-0,044 mg/kg BB. Atropin sulfat dapat diberikan secara subcutan,
intramuskuler atau intravena. Pemberian secara intravena digunakan apabila ingin
berefek cepat.

Keuntungan antikolinergik sebagai premedikasi adalah menurunkan sekresi


saliva, menurunkan motilitas intestinal, menurunkan keasaman cairan gastrium,
menghambat bradikardi oleh stimulasi vagal, menurunkan motilitas intestinal. Dan

5
menyebabkan bronkodilatasi. Sedangkan kerugiannya adalah peningkatan kecepatan
metabolisme, peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan bradikardia atau
takikardia dan dilatasi pupil.

2.3 Anastesi Umum

Ketamin HCl
Ketamin HCl merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu
kamar dan relatif aman (batas keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik,
anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk
sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan relaksasi otot
lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi (Kumar, 1997). Ketamin
HCL (ketalar,vetalar) adalah dl-2-(0-klorofenil)-2-9metilamino) sikloheksan HCL.
Konsentrasi efektifnya 10, 50, dan 100 mg/ml dan cocok untuk injeksi secara intra
muskuler atau inta vena. Pemberian anastesi secara intra vena sering digunakan untuk
mendapatkan induksi anastesi yang cepat, yang kemudian dipertahankan dengan obat
inhalasi yang tersedia.

Ketamin bersifat lipofilik, dan dengan cepat akan didistribusikan ke seluruh


organ yang mempunyai banyak vaskularisasi, termasuk otak. Selanjutnya akan
didistribusikan  kembali kejaringan bersama metabolisme hati, urin, dan sekresi
empedu. Ketamin akan memasuki sirkulasi ke otak, namun pada saat bersamaan
seperti halnya barbiturat, diredistribusikan ke organ dan jaringan lain. Dosis yang
dianjurkan untuk anjing dan kucing adalah 10-20 mg/kg BB secara intramuskuler
(Kumar, 1997). Ketika digunakan sebagai obat tunggal, ketamin tidak menghasilkan
relaksasi muskulus skeletal yang baik, dan dapat mencapai recovery dengan segara
dan biasanya dapat menyebabkan konvulsi pada anjing dan terkadang kucing. Untuk
menghindari efek tersebut, banyak dokter hewan yang menggunakan ketamin
bersama-sama dengan diazepam, acepromazin, xylazine thiobarbiturat atau anastesi
inhalasi.

Xylazine
Nama lain xylazine adalah 2(2,6-dimethylphenylamino)-4H-5,6-dyhidro-1,3-
thiazine-hydrocloride). Merupakan sedativa non narkotik yang poten dan analgesik

6
serta merupakan relaksan muskulus yang baik. Efek sedativa dan analgesia bekerja
mendepres sistem syaraf pusat dan relaksasi muskulus karena terhambatnya transmisi
intraneural dari impuls pada sistem saraf pusat.
Xylazine diklasifikasikan sebagai analgesika juga mirip sedativa, namun bukan
neuroleptik atau transquilizer. Xylazine menghambat efek adrenergik dan kolinergik
neuron sehingga terjadi analgesia dan sedasi, efek samping yang bisa terjadi pada
anjing yaitu muntah. Dosis untuk anjing adalah 1-2 mg/kg BB diberikan secara
intramuskuler (Kumar, 1997).

Ketamin-Xylazine
Kombinasi antara ketamin dan xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua
agen ini untuk menghasilkan analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik
dengan menggunakan kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki
efek lebih pendek jika dibandingkan denga pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi
ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi
pasca pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian
atropin 15 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine. Efek anastesi akan timbul
setelah  10-30 menit, dan kembalinya kesadaran timbul setelah 1-2 jam.

2.4 Antiseptik dan Desinfektan

Alkohol 70%
Alkohol merupakan antiseptik umum, pelarut yang baik dan disinfektan, jika
diaplikasikan secara lokal pada jaringan alkohol mempunyai efek sebagai anti bakteri
dan germisid yang kuat (Brander, 1991).Alkohol sebagai antiseptika banyak dipakai
dalam persiapan operasi dan persiapan penyuntikan, sedang alkohol sebagai
desinfektansia banyak dipakai untuk mencuci alat-alat kedokteran dan sterilisasi
sebelum pengambilan bahan-bahan secara aseptis. Alkohol sering digunakan bersama
antiseptik lain, sehingga daya membunuh bakterinya menjadi lebih kuat. Sediaan
alkohol meliputi etyl alkohol 70-95%, isopropyl alkohol 70-95%, dan campuran
alkohol 205 dengan cloramin 3%.

Iodium Tincture (Povidon Iodin)

7
Iodine merupakan germisidal yang bekerja dengan cepat, bakteri terbunuh dalam
waktu 1 menit, dan spora bakteri akan terbunuh setelah 15 menit. Iodine juga dapat
untuk mengobati luka, serta melawan infeksi jamur dan parasit (subronto, 2001).
Sediaan iodine yang banyak digunakan adalah yodium tincture dan larutan lugol.
Kedua larutan ini apabila terkena luka akan menyebabkan rasa perih, dapat merusak
alat-alat kedokteran karena sufatnya yang korosif, serta meninggalkan bekas warna
pada jaringan.

Selain untuk disinfeksi yodium juga dipakai untuk mengobati luka serta melawan
infeksi jamur dan parasit. Kemampuan yodium dalam menembus dinding sel sangat
tinggi dan karena adanya gangguan metabolisme di dalam protoplasma kuman akan
mati. Larutan tersebut apabila mengenai luka akan menyebakan rasa perih dan warna
pada jaringan (Brander,1991).

Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) tersedia dalam bentuk kristal berwarna ungu dan
mudah larut dalam air. PK mempunyai daya membunuh kuman yang tinggi. Hampir
semua jenis kuman dapat terbunuh dengan antiseptik ini. Dalam konsentrasi yang
tidak merusak jaringan, spora kuman tidak terpengaruh oleh PK (Brander et al.,
1991).

Penstrep
Penstrep merupakan obat campuran antara penicillin dan streptomisin sehingga
dapat diharapkan daya kerjanya berspektrum luas. Penicillin bekerja dengan
menghambat kerja enzim transpeptidase pada pembentukan dinding sel bakteri
sehingga hanya efektif pada bakteri gram positif. Sedangkan streptomisin bekerja
dengan menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub unit 30 S dan
mengganggu penerjemahan kode genetik sehingga efektif terhadap bakteri gram
negatif (Brander,1991).

2.5 Obat Yang Digunakan Pasca Operasi


Ampicillin
Ampicillin merupakan prototip aminopenisillin berspektrum luas, tetapi
aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang daripada penicillin G. semua

8
penicillin golongan ini dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh dinding sel
kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu, kemudian
terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Ampicillin diabsorbsi dengan baik pada saluran gastrointestinal. Pemberian
peroral mencapai puncak konsentrasi serum dalam jangka waktu 2 jam.
Didistribusikan keseluruh tubuh meskipun hanya sebagian kecil yang masuk kecairan
cerebrospinal dan dalam konsentrasi tinggi terdapat dalam hati dan ginjal
(Brander,1991). Dosis pemberian ampicillin secara peroral untuk anjing 10-20 mg/kg
BB dan secara parenteral diberikan 5-10 mg/BB (Kirk dan Bistner, 1985).

Infus Ringer’s Dextrose 5 %


Merupakan larutan Ringer berupa larutan jernih, tidak berwarna, steril dan bebas
pirogen yang terdiri dari glukosa anhidrat (50g/l) sebagai sumber energi dan tekanan
osmotik darah dan organ-organ dalam tubuh, KCL (0,3 g) yaitu berupa garam untuk
mengatasi hipokalsemia dan hipokloremia, CaCL2 (0.48 g) yaitu garam penting
untuk menjaga fungsi syaraf dan otot. Indikasi sebagai pengganti cairan elektrolit dan
sumber kalori, sebagai penambah volume darah pada keadaan shock, dehidrasi dan
perdarahan, serta untuk mengatasi alkalosis dan asidosis (menormalkan PH darah)
(Kirk dan Bistner, 1985).
Ringer’s dektrose adalah cairan pengganti yang berisi glukosa. Kandungan kalori
larutan tersebut adalah 0,17 kcal/ml. pemberian infus larutan ringers dektrose
dilakukan secara intravena. Ringer’s dektrose digunakan pada kasus dehidrasi,
kehilangan cairan, shock, edema subkutan, gangguan saluran pencernaan dan
obstruksi intestinum (Kirk dan Bistner, 1985).

Betadine
Betadine salep dengan kandungan povidone iodine 10% digunakan untuk
penyembuhan terhadap luka bakar, luka karena infeksi, ataupun luka yang lambat
sembuh, seperti pada penderita diabetes. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa
betadine salep daya kerjanya tidak terpengaruh oleh adanya darah ataupun nanah,
proses penyembuhan luka cepat, dan tidak menimbulkan noda di kulit maupun
pakaian (larut dalam air).

Salep Bioplasenton

9
Bioplacenton® diproduksi oleh P.T. Kalbe Farma, berupa sediaan jelly
mengandung ekstrak Placenta 10%, Neomisin Sulfat 5% dan jelly q.s. Ekstrak
placenta yang terkandung dalam  Bioplacenton® berperan sebagai biogenic stimulator
yang akan mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka. Ekstrak placenta
mengandung protein, asam amino, vitamin dan mineral. Selain itu juga mengandung
enzim yang bersifat bioaktifator yang akan mengaktivasi aliran darah ke kulit dan
dapat meningkatkan kemampuan kulit mengkonsumsi oksigen sehingga metabolisme
dalam sel atau jaringan pun meningkat, yang nantinya akan menstimulir regenerasi
sel pembentukan sel-sel kulit yang baru.

Neomisin sulfat yang terkandung dalam obat ini biasa digunakan untuk
pengobatan keratitis dan konjungtivitis pada anjing, keratokonjungtivitis pada ternak
dan otitits eksterna akut pada anjing (Booth, 1988). Preparat ini biasa digunakan
untuk mencegah infeksi pada luka sobek, luka lacerasi atapun abrasi pada sapi, kuda,
kucing dan anjing. Preparat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pasca
operasi seperti pada amputasi declaw, potong ekor ataupun kastrasi (Booth, 1988).
Seperti yang kita ketahui bahwa proses kesembuhan luka menurut Fossum (2000)
adalah :
1. Fase peradangan (Inflamatory phase)
Fase ini diawali dengan adanya perdarahan yang membersihkan dan memenuhi
bagian kulit yang terluka segera setelah terjadi trauma. Fase ini berlangsung
selama 2-3 hari dan bertahan sampai kurang lebih 5 hari.
2. Fase debrikasi (debriment phase)
Fase ini ditandai dengan adanya infiltrasi dan neutrofil dan monosit ke daerah
luka. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 6-12 jam setelah terjadinya luka.
3. Fase perbaikan (Repair phase)
Fase ini biasa terjadi 3-5 hari setelah luka terjadi. Ada beberapa proses yang
terlibat dalam fase ini :
a. Fibroblas dan collagen
Fibroblas akan bermigrasi menuju daerah yang mengalami luka setelah
fase peradangan terlewati (2-3 hari). Fibroblas akan menginvasi luka untuk
mensintesis dan mendeposit collagen, elastin dan proteoglican yang akan
mengalami maturasi membentuk jaringan fibrous. Setelah 5 hari regangan pada
daerah sekitar luka menyebabkan fibroblast, fibrin dan pembuluh kapiler untuk

10
terposisi parallel dengan tepi luka. Jumlah dari collagen mencapai jumlah
maksimum setelah 2-3 minggu.
b. Jaringan granulasi (Granulation tissue)
Jaringan granulasi akan mengisi dan melindungi luka dengan jalan
menciptakan barier terhadap infeksi. Jaringan ini juga menciptakan lapisan dasar
untuk terjadinya migrasi epitel dan merupakan sumber dari sel-sel fibroblast
khusus yang dinamakan myofibroblast.
c. Epitelialisasi
Proses epitelialisasi dimulai dalam waktu 24-48 jam pada luka dengan
tepi luka teraposisi dengan baik. Pada luka yang terbuka, proses dimulai setelah
lapisan jaringan granulasi terbentuk, biasanya setelah 4-5 hari. Pada awalnya
lapisan epitel yang terbentuk hanya 1 lapis sel (one cell layer) yang rapuh.
Lapisan ini akan menebal dengan terbentuknya lapisan-lapisan baru.
d. Kontraksi luka (wounds contraction)
Kontraksi luka akan memperkecil besar luka dimana proses ini terjadi
melalui kontraksi dari myofibroblast yang terdapat pada jaringan granulasi.
Proses ini terjadi bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi dan
epitelialisasi. Secara umum luka akan mengecil sebesar 0,6-0,7 mm per hari.
Proses ini akan terhambat oleh adanya fiksasi luka, inelastisitas atau adanya
tarikan pada luka. Proses ini juga terhambat jika perkembangan myofibroblast
berkurang, pemberian obat antiinflamasi steroid, obat antimicrotubular dan
pemberian musculo relaxan lokal. Proses ini akan berhenti setelah tepi luka
bertemu, adanya regangan yang berlebihan atau tidak tersedia cukup
myofibroblast.

4. Fase Maturasi (Maturation Phase)


Fase ini berlangsung setelah jumlah collagen yang cukup telah terdeposit
pada daerah luka. Proses ini berlangsung setelah 17-20 hari setelah luka terbentuk
dan dapat berlanjut sampai beberapa tahun.

Kasus ditemukannya benda asing dalam saluran cerna tidak jarang terjadi
terutama pada kucing. Benda asing yang ditemukan itu sangat bevariasi seperti
kulit, kawat, batu, kelereng dan lain-lain. Diagnosa adanya benda asing dalam

11
saluran pencernaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan X-Ray yang akan
membantu apabila benda asing itu cukup padat (Fazio, 2006).

Benda asing juga dapat mengakibatkan iritasi bila tidak segera ditangani,
serta menyebabkan peradangan dan peningkatan jaringan parut. Selain itu benda
asing yang masuk ke dalam gastrium dapat menyebabkan infeksi, terjadinya
penutupan bagian-bagian tertentu dari tubuh (seperti saluran pernapasan), dan
bisa menyebabkan keracunan. Selain menyebabkan obstruksi dan perforasi,
benda asing yang tertelan juga dapat menimbulkan abses, fistula dan pleuritis.
Benda asing juga dapat keluar sendiri melalui feses tanpa menimbulkan kelainan
yang berarti, atas dasar itu maka setiap hewan yang diketahui telah menelan
benda asing sebaiknya diobservasi. Tindakan aktif berupa operasi baru dilakukan
apabila telah terdapat komplikasi pada kucing yang baru saja menelan benda
asing, serta dapat dicoba dengan memberikan air minum yang banyak dan obat
untuk memuntahkan isi gastrium (Catcott, 1975).

12
BAB III

Materi dan metode

3.1 Materi

Hewan
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara
umum meliputi tekanan darah, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, keadaan
umum dari anjing tersebut, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Jika anjing
dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Anjing harus
dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 6 jam terlebih dahulu
sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong
sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranastesi.

Persiapan Meja dan Alat Operasi


Meja operasi didesinfeksi dengan menggunakan air sabun dan dilap sampai
bersih dan kering. Alat operasi dalam keadaan steril diletakkan dimeja khusus dan
disusun secara urut didekat meja operasi.

Persiapan Operator dan Co-operator


Operator dan co-operator harus dalam keadaan asepsis dan steril selama
berlangsungnya operasi. Tangan dicuci bersih dari ujung jari sampai siku dengan
sabun dan disikat kemudian dibilas dengan air bersih yang mengalir sampai bersih
kemudian didesinfektan dengan menggunakan larutan PK 0,1%.

Alat dan bahan


Alat yang digunakan adalah infuse set, iv catheter, scalpel, gunting, needle
holder, jarum bulat dan jarum segitiga, benang cat gut chromic dan cat gut
plain, benang nylon, pinset anatomis dan chirurgis, allis forceps,hemostatic forceps,
intestinal forceps, drapping, tampon, sarung tangan dan masker.
Bahan yang digunakan adalah alcohol 70%, iodium tincture 3%, NaCL
fisiologis, antibiotic, vitamin B kompleks, obat premedikasi (atropin sulfat , obat
anastesi (ketamin dan Xylazin )

13
3.2 Metode

Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co – operator harus


terlebih dahulu melepaskan semua aksesoris yang dapat mengganggu jalannya
operasi. 

Cuci tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan
sabun, setelah itu dapat dicuci kembali dengan alkohol 70%. Kemudian operator
dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan tersebut
dipertahankan sampai operasi selesai. 

Premedikasi yang digunakan adalah Atropin Sulfat dengan dosis 0,02 –


0,04 mg/KgBB secara intramuscular. Setelah ± 10 menit dilanjutkan dengan
pemberian anestesi umum yaitu Ketamin 10 – 40 mg/KgBB dan Xylazine 1 – 3
mg/KgBB secara intramuskular. 

Setelah pemberian anestesi, frekuensi nafas dan denyut jantung


dimonitoring setiap 5 – 10 menit sampai pembedahan selesai
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan radiograph, melakukan evaluasi terhadap
keseimbangan elektrolitnya. 
 Selanjutnya hewan diberikan anestesi umum dan ditempatkan pada posisi dorsal
recumbency. 
 Setelah itu melakukan incisi kulit pada ventral midline abdominal dari thipoid
sampai pubis. 

 Incisi dilanjutkan pada linea alba dan peritonium sehingga rongga abdominal
terbuka. 

 Dinding abdominal dikuakkan dengan retraktor sehingga gastrointestinal terlihat.


Lambung dikeluarkan dengan membuat jahitan stay suture yang bertujuan untuk
memegang dinding lambung. 

 Selanjutnya melakukan incisi pada dinding lambung yang sedikit pembuluh


darahnya (bagian curvatura mayor). 

14
 Incisi dibuat agar tidak dekat dengan pilorus dan incisi dilebarkan dengan
gunting. 

 Setelah dilakukan tindakan pada lambung (mengeluarkan benda asing, biopsi),


segera dilakukan penutupan pada serosa muskularis, dan submukosa sebagai lapis
pertama dengan pola jahitan cushing atau simple interrupted selanjutnya dijahit
dengan pola lembert atau cushing. 

 Lambung dimasukkan ke dalam rongga perut dan dilakukan penutupan dinding


perut. 

 Pada bagian peritonium, linea alba, dan subkutan dijahit dengan benang
absorbable serta kulit dijahit dengan benang nonabsorbable.

 Perawatan pasca operasi, hewan jangan diberi makan dan minum. Diberikan
infus secara intravena, antibiotika secara intravena dan oral. Setelah 24 jam dapat
diberikan makanan ringan (pakan bayi).

3.3 Pasca Operasi

 Segera setelah penutupan dinding abdomen dilakukan penyuntikan Ampicillin 10


% dengan dosis 10-20 mg/kg BB secara intramuskuler untuk menghindari adanya
infeksi sekunder. 

 Selama hewan masih teranastesi, dilakukan infus RD 5 % untuk mengganti cairan
yang hilang dan untuk koreksi keseimbangan elektrolit secara intravena. Luka
bekas operasi diolesi salep bioplasenton. 
 Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap denyut jantung, pernafasan dan
temperatur tubuh. Untuk mencegah keadaan hipotermi dapat dilakukan dengan
menggunakan lampu penghangat, selimut atau infus yang dihangatkan.
 Setelah hewan dioperasi ditempatkan pada tempat yang kering dan bersih, luka
operasi dijaga kebersihannya dan pemeriksaan dilakukan selama 4 – 6 hari berturut
– turut, kemudian diberikan makanan yang mudah dicerna guna mengurangi kerja
gastrium selama 3 – 4 hari, jahitan dapat dibuka setelah luka operasi benar-benar
kering dan sembuh serta telah tertutup, kemudian diolesi kembali iodiun tinkture
3%.

15
16

Anda mungkin juga menyukai