PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Anjing
Kingdom/kerajaan : Animalia
phylum : chordata
class : mamalia
family : camdae
ordo : carnivora
genus : canis
spesies : Canis lupus familiaris
Saluran pencernaan makanan pada anjing terdiri dari rongga mulut (cavum
oris), kerongkongan (oesophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus
besar (colon), rectum dan terakhir adalah anus. Di dalam saluran tersebut, setiap
makanan yang masuk akan mengalami proses pencernakan makanan, baik secara
mekanik maupun kimiawi. Lambung merupakan bagian dari sistem saluran
2
pencernaan makanan, berupa saluran yang mengalami dilatasi/ pelebaran hingga
membentuk kantong dan terdapat di dalam rongga abdomen sebelah kiri. Di dalam
lambung, makanan yang masuk akan ditampung selama beberapa jam dan mengalami
proses pencernaan secara mekanik melalui gerakan peristaltik lambung dan secara
kimiawi melalui enzim-enzim dalam lambung seperti rennin, pepsin, dan HCl,
sehingga ketika makanan sampai di usus telah dalam bentuk yang halus dan telah
terpecah atas partikel yang lebih kecil sehingga akan mudah untuk diserap (Frandson,
1986).
Gastrium anjing terletak pada sisi kiri abdomen di belakang hepar. Posisinya
bervariasi tergantung jumlah ingesta. Secara anatomis lambung anjing terletak pada
sisi kiri rongga abdomen bagian depan dan di belakang hepar, membentang dari
vertebrae thorakalis ke-9 sampai vertebrae lumbalis yang pertama. Lambung yang
kosong akan sulit dipalpasi karena tertutup oleh hepar dan archus cranioventral serta
intestinum pada bagian belakangnya. Kurvatura mayor lambung (greater kurvature)
terletak pada bagian dorsal, pada sisi kiri intestinum dan permukaan ventral serta
kaudalnya terletak pada intercostalis ke-11 dan ke-12. Kebutuhan darah dilambung
disuplai oleh arteria coeliaca, yaitu pembuluh darah cabang dari aorta yang keluar
dari crura diaphragmatika. Sampai pada bagian pertengahan terbagi menjadi 3, yaitu
arteri hepatica, arteri gastrika dan arteri splenika yang kesemuanya mensuplai nutrisi
dari lambung (Archibald, 1974).
3
esophagus dan usus halus. Arteri yang menginervasi gastrium adalah a. gastrika
sinister dan dekter yang berjalan sepanjang kurvatura minor dan arteri gastroepiploika
sinister dan dekster yang berjalan sepanjang kurvatura mayor. Gastrium diinervasi
syaraf parasimpatis oleh nervus vagus dan syaraf simpatis oleh pleksus siliaka
(Miller et all., 1969).Di dalam lambung, makanan yang masuk akan ditampung
selama beberapa jam dan mengalami proses pencernaan secara mekanik melalui
gerakan peristaltik lambung dan secara kimiawi melalui enzim-enzim dalam lambung
seperti rennin, pepsin, dan HCl, sehingga ketika makanan sampai di usus telah dalam
bentuk yang halus dan telah terpecah atas partikel yang lebih kecil sehingga akan
mudah untuk diserap (Frandson, 1992).
Indikasi
4
(pengangkatan benda asing) yang sering ditemukan pada hewan di bawah umur 2
tahun.
2.1 Premedikasi
Atropin sulfat
Atropin sulfat merupakan antikolinergik yang paling sering digunakan. Obat-
obat golongan ini disebut juga anti muskarinik atau parasimpatolitik. Mekanisme
kerjanya pada umumnya menghambat pada tempat yang disarafi oleh serabut
postganglion kolinergik, dimana asetilkolin sebagai neurotransmiter. Atropin
digunakan sebagai premedikasi anastesi dengan tujuan utama untuk menekan
produksi air liur dan sekresi jalan nafas dan juga mencegah reflek yang menimbulkan
gangguan jantung atau mencegah timbulnya bradikardia. Meskipun demikian
pemberian atropin berpengaruh pada susunan syaraf pusat yang kemudian
merangsang medula oblongata, pada mata menimbulkan midriasis, mengurangi sekret
hidung, mulut, faring dan bronkus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Pada sistem
kardiovaskuler atropin berpengaruh terhadap jantung yang bersifat menghambat
peristaltik lambung dan usus.
Atropin sulfat bersifat reversibel dan pada pemberiannya dapat dimetabolisir
oleh semua spesies (Brander et al, 1991. Dosis yang dianjurkan untuk anjing dan
kucing adalah 0,022-0,044 mg/kg BB. Atropin sulfat dapat diberikan secara subcutan,
intramuskuler atau intravena. Pemberian secara intravena digunakan apabila ingin
berefek cepat.
5
menyebabkan bronkodilatasi. Sedangkan kerugiannya adalah peningkatan kecepatan
metabolisme, peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan bradikardia atau
takikardia dan dilatasi pupil.
Ketamin HCl
Ketamin HCl merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu
kamar dan relatif aman (batas keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik,
anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk
sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan relaksasi otot
lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi (Kumar, 1997). Ketamin
HCL (ketalar,vetalar) adalah dl-2-(0-klorofenil)-2-9metilamino) sikloheksan HCL.
Konsentrasi efektifnya 10, 50, dan 100 mg/ml dan cocok untuk injeksi secara intra
muskuler atau inta vena. Pemberian anastesi secara intra vena sering digunakan untuk
mendapatkan induksi anastesi yang cepat, yang kemudian dipertahankan dengan obat
inhalasi yang tersedia.
Xylazine
Nama lain xylazine adalah 2(2,6-dimethylphenylamino)-4H-5,6-dyhidro-1,3-
thiazine-hydrocloride). Merupakan sedativa non narkotik yang poten dan analgesik
6
serta merupakan relaksan muskulus yang baik. Efek sedativa dan analgesia bekerja
mendepres sistem syaraf pusat dan relaksasi muskulus karena terhambatnya transmisi
intraneural dari impuls pada sistem saraf pusat.
Xylazine diklasifikasikan sebagai analgesika juga mirip sedativa, namun bukan
neuroleptik atau transquilizer. Xylazine menghambat efek adrenergik dan kolinergik
neuron sehingga terjadi analgesia dan sedasi, efek samping yang bisa terjadi pada
anjing yaitu muntah. Dosis untuk anjing adalah 1-2 mg/kg BB diberikan secara
intramuskuler (Kumar, 1997).
Ketamin-Xylazine
Kombinasi antara ketamin dan xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua
agen ini untuk menghasilkan analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik
dengan menggunakan kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki
efek lebih pendek jika dibandingkan denga pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi
ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi
pasca pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian
atropin 15 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine. Efek anastesi akan timbul
setelah 10-30 menit, dan kembalinya kesadaran timbul setelah 1-2 jam.
Alkohol 70%
Alkohol merupakan antiseptik umum, pelarut yang baik dan disinfektan, jika
diaplikasikan secara lokal pada jaringan alkohol mempunyai efek sebagai anti bakteri
dan germisid yang kuat (Brander, 1991).Alkohol sebagai antiseptika banyak dipakai
dalam persiapan operasi dan persiapan penyuntikan, sedang alkohol sebagai
desinfektansia banyak dipakai untuk mencuci alat-alat kedokteran dan sterilisasi
sebelum pengambilan bahan-bahan secara aseptis. Alkohol sering digunakan bersama
antiseptik lain, sehingga daya membunuh bakterinya menjadi lebih kuat. Sediaan
alkohol meliputi etyl alkohol 70-95%, isopropyl alkohol 70-95%, dan campuran
alkohol 205 dengan cloramin 3%.
7
Iodine merupakan germisidal yang bekerja dengan cepat, bakteri terbunuh dalam
waktu 1 menit, dan spora bakteri akan terbunuh setelah 15 menit. Iodine juga dapat
untuk mengobati luka, serta melawan infeksi jamur dan parasit (subronto, 2001).
Sediaan iodine yang banyak digunakan adalah yodium tincture dan larutan lugol.
Kedua larutan ini apabila terkena luka akan menyebabkan rasa perih, dapat merusak
alat-alat kedokteran karena sufatnya yang korosif, serta meninggalkan bekas warna
pada jaringan.
Selain untuk disinfeksi yodium juga dipakai untuk mengobati luka serta melawan
infeksi jamur dan parasit. Kemampuan yodium dalam menembus dinding sel sangat
tinggi dan karena adanya gangguan metabolisme di dalam protoplasma kuman akan
mati. Larutan tersebut apabila mengenai luka akan menyebakan rasa perih dan warna
pada jaringan (Brander,1991).
Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) tersedia dalam bentuk kristal berwarna ungu dan
mudah larut dalam air. PK mempunyai daya membunuh kuman yang tinggi. Hampir
semua jenis kuman dapat terbunuh dengan antiseptik ini. Dalam konsentrasi yang
tidak merusak jaringan, spora kuman tidak terpengaruh oleh PK (Brander et al.,
1991).
Penstrep
Penstrep merupakan obat campuran antara penicillin dan streptomisin sehingga
dapat diharapkan daya kerjanya berspektrum luas. Penicillin bekerja dengan
menghambat kerja enzim transpeptidase pada pembentukan dinding sel bakteri
sehingga hanya efektif pada bakteri gram positif. Sedangkan streptomisin bekerja
dengan menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub unit 30 S dan
mengganggu penerjemahan kode genetik sehingga efektif terhadap bakteri gram
negatif (Brander,1991).
8
penicillin golongan ini dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh dinding sel
kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu, kemudian
terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.
Ampicillin diabsorbsi dengan baik pada saluran gastrointestinal. Pemberian
peroral mencapai puncak konsentrasi serum dalam jangka waktu 2 jam.
Didistribusikan keseluruh tubuh meskipun hanya sebagian kecil yang masuk kecairan
cerebrospinal dan dalam konsentrasi tinggi terdapat dalam hati dan ginjal
(Brander,1991). Dosis pemberian ampicillin secara peroral untuk anjing 10-20 mg/kg
BB dan secara parenteral diberikan 5-10 mg/BB (Kirk dan Bistner, 1985).
Betadine
Betadine salep dengan kandungan povidone iodine 10% digunakan untuk
penyembuhan terhadap luka bakar, luka karena infeksi, ataupun luka yang lambat
sembuh, seperti pada penderita diabetes. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa
betadine salep daya kerjanya tidak terpengaruh oleh adanya darah ataupun nanah,
proses penyembuhan luka cepat, dan tidak menimbulkan noda di kulit maupun
pakaian (larut dalam air).
Salep Bioplasenton
9
Bioplacenton® diproduksi oleh P.T. Kalbe Farma, berupa sediaan jelly
mengandung ekstrak Placenta 10%, Neomisin Sulfat 5% dan jelly q.s. Ekstrak
placenta yang terkandung dalam Bioplacenton® berperan sebagai biogenic stimulator
yang akan mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka. Ekstrak placenta
mengandung protein, asam amino, vitamin dan mineral. Selain itu juga mengandung
enzim yang bersifat bioaktifator yang akan mengaktivasi aliran darah ke kulit dan
dapat meningkatkan kemampuan kulit mengkonsumsi oksigen sehingga metabolisme
dalam sel atau jaringan pun meningkat, yang nantinya akan menstimulir regenerasi
sel pembentukan sel-sel kulit yang baru.
Neomisin sulfat yang terkandung dalam obat ini biasa digunakan untuk
pengobatan keratitis dan konjungtivitis pada anjing, keratokonjungtivitis pada ternak
dan otitits eksterna akut pada anjing (Booth, 1988). Preparat ini biasa digunakan
untuk mencegah infeksi pada luka sobek, luka lacerasi atapun abrasi pada sapi, kuda,
kucing dan anjing. Preparat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pasca
operasi seperti pada amputasi declaw, potong ekor ataupun kastrasi (Booth, 1988).
Seperti yang kita ketahui bahwa proses kesembuhan luka menurut Fossum (2000)
adalah :
1. Fase peradangan (Inflamatory phase)
Fase ini diawali dengan adanya perdarahan yang membersihkan dan memenuhi
bagian kulit yang terluka segera setelah terjadi trauma. Fase ini berlangsung
selama 2-3 hari dan bertahan sampai kurang lebih 5 hari.
2. Fase debrikasi (debriment phase)
Fase ini ditandai dengan adanya infiltrasi dan neutrofil dan monosit ke daerah
luka. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 6-12 jam setelah terjadinya luka.
3. Fase perbaikan (Repair phase)
Fase ini biasa terjadi 3-5 hari setelah luka terjadi. Ada beberapa proses yang
terlibat dalam fase ini :
a. Fibroblas dan collagen
Fibroblas akan bermigrasi menuju daerah yang mengalami luka setelah
fase peradangan terlewati (2-3 hari). Fibroblas akan menginvasi luka untuk
mensintesis dan mendeposit collagen, elastin dan proteoglican yang akan
mengalami maturasi membentuk jaringan fibrous. Setelah 5 hari regangan pada
daerah sekitar luka menyebabkan fibroblast, fibrin dan pembuluh kapiler untuk
10
terposisi parallel dengan tepi luka. Jumlah dari collagen mencapai jumlah
maksimum setelah 2-3 minggu.
b. Jaringan granulasi (Granulation tissue)
Jaringan granulasi akan mengisi dan melindungi luka dengan jalan
menciptakan barier terhadap infeksi. Jaringan ini juga menciptakan lapisan dasar
untuk terjadinya migrasi epitel dan merupakan sumber dari sel-sel fibroblast
khusus yang dinamakan myofibroblast.
c. Epitelialisasi
Proses epitelialisasi dimulai dalam waktu 24-48 jam pada luka dengan
tepi luka teraposisi dengan baik. Pada luka yang terbuka, proses dimulai setelah
lapisan jaringan granulasi terbentuk, biasanya setelah 4-5 hari. Pada awalnya
lapisan epitel yang terbentuk hanya 1 lapis sel (one cell layer) yang rapuh.
Lapisan ini akan menebal dengan terbentuknya lapisan-lapisan baru.
d. Kontraksi luka (wounds contraction)
Kontraksi luka akan memperkecil besar luka dimana proses ini terjadi
melalui kontraksi dari myofibroblast yang terdapat pada jaringan granulasi.
Proses ini terjadi bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi dan
epitelialisasi. Secara umum luka akan mengecil sebesar 0,6-0,7 mm per hari.
Proses ini akan terhambat oleh adanya fiksasi luka, inelastisitas atau adanya
tarikan pada luka. Proses ini juga terhambat jika perkembangan myofibroblast
berkurang, pemberian obat antiinflamasi steroid, obat antimicrotubular dan
pemberian musculo relaxan lokal. Proses ini akan berhenti setelah tepi luka
bertemu, adanya regangan yang berlebihan atau tidak tersedia cukup
myofibroblast.
Kasus ditemukannya benda asing dalam saluran cerna tidak jarang terjadi
terutama pada kucing. Benda asing yang ditemukan itu sangat bevariasi seperti
kulit, kawat, batu, kelereng dan lain-lain. Diagnosa adanya benda asing dalam
11
saluran pencernaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan X-Ray yang akan
membantu apabila benda asing itu cukup padat (Fazio, 2006).
Benda asing juga dapat mengakibatkan iritasi bila tidak segera ditangani,
serta menyebabkan peradangan dan peningkatan jaringan parut. Selain itu benda
asing yang masuk ke dalam gastrium dapat menyebabkan infeksi, terjadinya
penutupan bagian-bagian tertentu dari tubuh (seperti saluran pernapasan), dan
bisa menyebabkan keracunan. Selain menyebabkan obstruksi dan perforasi,
benda asing yang tertelan juga dapat menimbulkan abses, fistula dan pleuritis.
Benda asing juga dapat keluar sendiri melalui feses tanpa menimbulkan kelainan
yang berarti, atas dasar itu maka setiap hewan yang diketahui telah menelan
benda asing sebaiknya diobservasi. Tindakan aktif berupa operasi baru dilakukan
apabila telah terdapat komplikasi pada kucing yang baru saja menelan benda
asing, serta dapat dicoba dengan memberikan air minum yang banyak dan obat
untuk memuntahkan isi gastrium (Catcott, 1975).
12
BAB III
3.1 Materi
Hewan
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara
umum meliputi tekanan darah, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, keadaan
umum dari anjing tersebut, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Jika anjing
dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Anjing harus
dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 6 jam terlebih dahulu
sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong
sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranastesi.
13
3.2 Metode
Cuci tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan
sabun, setelah itu dapat dicuci kembali dengan alkohol 70%. Kemudian operator
dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan tersebut
dipertahankan sampai operasi selesai.
Incisi dilanjutkan pada linea alba dan peritonium sehingga rongga abdominal
terbuka.
14
Incisi dibuat agar tidak dekat dengan pilorus dan incisi dilebarkan dengan
gunting.
Pada bagian peritonium, linea alba, dan subkutan dijahit dengan benang
absorbable serta kulit dijahit dengan benang nonabsorbable.
Perawatan pasca operasi, hewan jangan diberi makan dan minum. Diberikan
infus secara intravena, antibiotika secara intravena dan oral. Setelah 24 jam dapat
diberikan makanan ringan (pakan bayi).
15
16