1) : resume buku
kesehatan masyarakat ini sengaja aku posting buat adeg-adeg angkatanku nanti dalam
menempuh mata kuliah kesehatan masyarakat oleh Pak Hendra ^_^ . biar gag frustasi kayak aku
yg harus ngetik buku setebal itu ... hhe
BAB 1
KESEHATAN MASYARAKAT
A. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni
Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai
seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati penyakit dan
bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu (surgical procedure) dengan
baik.
Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya, juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/
penanganan tnasalah kesehatan sebagai berikut: 1) Asclopus melakukan pendekatan (pengobatan
penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada
pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan malalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat, dan melakukan
olahraga. Apabila orang sudah jatuli sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya
sacara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/ pembedahan.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua
kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan
pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan
pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas
kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh. Sedangkan
pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-
masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah
masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat-reaktif artinya kelompok ini pada umumnya
hanya menunggu masalah datang. Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas
atau tempat praktik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesailah
tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif
lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari
masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di"
tempat praktik mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah
yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri
dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan
yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi,
individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan partial, tetapi harus secara menyeluruh atau
holistik.
B. Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu
pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern.
Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum
perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu
berkembang (scientific period).
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma telah tercatat
bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-
dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air
limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut dapat dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya
penyebaran penyakit menular sudah begitu meluas dan dahsyat. Namun, upaya pemecahan
masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan pada zaman itu.
b. Periode Ilmu Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai
dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan mansuia, termasuk kesehatan. Di samping
itu, pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit
dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga
kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari
Baltimore Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah
(fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada,
dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa kesehatan
masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para mahasiswa sudah mulai melakukan
kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan basil interaksi yang
dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dan segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika
membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini adalah
menyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan dan
pengawasan sanitasi lingkungan.
Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B, di mana tipe
A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh seorang paramedis saja. Dengan
adanya perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan perbedaan
Puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang
dokter. Pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas,
yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:
a. Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik.
b. Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar.
c. Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial yng lain, yakni micro
planning untuk perencanaan dan, lokakarya mini (lokmin) untuk pengoperasian kegiatan dan
pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas
ditingkatkan lagi, dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga beren-
cana.
Program ini mencakup:
a. Kesehatan ibu dan anak.
b. Keluarga berencana.
c. Gizi.
d. Penanggulangan penyakit diare.
e. Imunisasi
Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di
wilayah kerjanya masin.gmasing.
Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagian dan sejahtera (NKKBS).
c. Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,
Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan sebagai berikut:
Meja 1. Pendaftaran pengunjung Posyandu dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 2. Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 3. Pencatatan dan hasil penimbangan dari Meja 2 di dalam KMS, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 4. Penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.
Meja 5. Pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yan€ memerlukan, dan
periksa hamil, dilayani olel kader kesehatan. Bila ada kasus- yang tidal dapat ditangani dirujuk
ke Puskesmas.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam
analisis epidemiologis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana
terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, di mana
perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. (2) perubahan-
perubahan secara siklus di mana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulang-
ulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun, dan (3)
perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang,
bertahun-tahun atau puluhan tahun, yang disebut 'secular trends.
Fluktuasi jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influenza (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar
(beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:
1) penderit terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan waktu
inkkubasi rata-rata pendek.
2) Perubahan perubahan secara siklus
C. Pengukuran Epidemiologi
Di dalam uraian terdahulu telah diuraikan bagian dari epidemiologi yang bertujuan melihat
bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di
dalam uraian ini akan diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai
dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar yang akan dibicarakan
di sini adalah 'rate'.
Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence rate, prevalence rate (point
period prevalence rate), at-lock rate, dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan
crude death rate, disease specific rate dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan masing-
masing tersebut perlu dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah orang yang terserang penyakit
atau yang meninggal, (b) jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference population),
dan (c) waktu atau periode di mana orang-orang terserang penyakit.
2) Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan. tertentu maka penyebut juga harus
terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama.
3) Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit, maka
penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at risk).
Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu
faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit -(penyebab penyakit)
mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah.
reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan
berkembang, 2) Survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga
dapat tetap hidup.
Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara lain, campak
(measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid), meningitis, gonoirhoea, dan sifilis Manusia
sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa menunjukkan
adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Convalescant Carriers adalah orang masih Mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu
penyakit.
Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit
zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertabrata yang dapat menular pada manusia.
Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:
1) Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya, cacing pita.
2) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis,
demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3) Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
Benda-benda mati sebagai reservoir
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan
yang cocok untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari
kondisi di mana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh clostradium
tetani penyebab tetanus, C. otulinum penyebab keracunan makanan, dan sebagainya.
D. Penyajian Data
Cara penyajian data Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1. Penyajian dalam Bentuk Tekstular
Penyajian secara tesktular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat.
Misalnya: penyebaran penyakit malaria di daerah pedesaan pantai lebih tinggi bila dibandingkan
dengan penduduk pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu
penyajian yang sistematik dari data numerik, yang tersusun dalam kolom atau jajaran. Sedangkan
penyajian dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data secara visual. Penyajian hasil
penelitian kuantitatif yang sering menggunakan bentul tabel atau grafik, oleh sebab itu yang akan
diuraikan lebih lanjut dalam bab ini adalah kedua bentuk penyajian tersebut.
2. Penyajian dalam-Bentuk Tabel
Berdasarkan penggunaannya, tabel dalam statistik dibedakan menjadi dua, yakni tabel
umum (master table) dan tabel khusus. Tabel umum dipergunakan untuk tujuan umum, dan tabel
khusus untuk tujuan khusus.
a. Tabel Umum
Yang dimaksud tabel umum di sini adalah suatu tabel yang berisi seluruh data atau variabel
hasil penelitian.
b. Tabel Khusus
Tabel khusus merupakan penjabaran atau bagian dari tabel umum. Ciri utama dari tabel
khusus ialah angka-angka dapat dibulatkan, dan hanya berisi beberapa variabel saja. Gunanya
tabel khusus ini antara lain untuk menggambarkan adanya hubungan atau asosiasi khusus, dan
menyajikan data yang terpilih (selective) dalam bentuk sederhana.
3. Penyajian dalam Bentuk Grafik
Penyajian data secara visual dilakukan melalui bentuk grafik, gambar, atau diagram.
Ketentuan umum untuk membuat grafik, diagram, atau gambar data antara lain:
a. Judul grafik, diagram, gambar atau skema harus jelas dan tepat. Judul terletak di atas tengah
gambar atau grafik, dan menggambarkan ciri data, tempat dan tahun data tersebut diperoleh
(what, where and when).
b. Garis horizontal maupun garis vertikal sebagai koordinat harus di atas agar garis kurva tampak
jelas.
c. Skala pada grafik atau gambar harus ada catatan tentang satuan yang dipakai, misalnya tahun,
hari, kilogram, celcius, dan sebagainya.
d. Apabila data dari grafik atau gambar tersebut diambil dari sumber lain (bukan hasil penelitian
sendiri), maka sumber data harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar tersebut.
Rate yang dihitung dari total populasi di dalam suatu area sebagai denominator (penyebut)
disebut crude rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok
atau segmen tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
BAB 4
MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT
C. Pengorganisasian
Setelah perencanaan telah dilakukan atau telah selesai (menjadi rencana), maka selanjutnya
harus dilakukan pengorganisasian. Yang dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personal
atau staf yang ada dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam
rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai. Dengan
kata lain pengorganisasian adalah pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
suatu institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian mencakup
beberapa unsur pokok, antara lain:
a. Hal yang diorganisasikan ada 2 macam, yakni:
1) Pengorganisasian kegiatan ialah pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam rencana
sehingga mem bentuk satu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan.
2) Pengorganisasian tenaga pelaksanaanialah mencakup pengaturan hak dan wewenang setiap
tenaga pelaksana sehingga semua kegiatan mempunyai penanggung jawabnya.
b. Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
semua kegiatan dan tenaga pelaksana dapat berjalan sebaik-baiknya.
c. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering disebut 'struktur organisasi' yang
merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses yang
menghasilkan (struktur organisasi). Struktur organisasi adalah visualisasi kegiatan dan pelaksana
kegiatan (personel) dalam suatu institusi. Dilihat dari segi pembagian kegiatan dan pelaksanaan
tugas, fungsi dan wewenang, maka organisasi secara umum dibedakan atas 3 jenis, yakni:
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang tegas
antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pemimpin dalam hal ini sangat dominant di mana semua
kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah
wewenang dan perintah. Memang bentuk organisasi semacam ini khususnya di dalam institusi-
institusi yang kecil sangat efektif, karena keputusan-keputusan cepat diambil dan pelaksanaan
keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi, lebih-
lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot, yang senantiasa, siap
melaksanakan perintah.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan dan staf pelaksana
Peran staf bukan sekadar pelaksana perintah pimpinan, namun staf berperan sebagai pembantu
pimpinan. Bentuk organisasi ini muncul karena makin kompleksnya masalah-masalah organisasi
sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya dan memerlukan bantuan
orang lain (biasanya para ahli) yang dapat memberikan masukan peinikiran-pemikiran terhadap
masalah-masalah yang dihadapi. Meskipun organisasi ini lebih baik dari yang perama, karena
keputusan-keputusan dapat lebih baik, namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut akan
memakan waktu yang lama, karena melalui perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang
melelahkan.
3. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi yang terdahulu disebutkan (lini
dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan sekadar pelaksana tugas, tetapi juga diberikan
wewenang untuk memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga
pimpinan tidak sekadar memberi perintah atau nasihat, tetapi juga bertanggung jawab atas
perintah atau nasihat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain: keputusan yang diambil oleh pimpinan lebih baik
karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang, dan tanggung jawab pimpinan berkurang karena
mendapat dukungan dan bantuan dari staf.
Dalam kehitupan sehari-hari, apabila unit kerja (departemen, perusahaan, dan sebagainya)
akan melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi baru.
Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif cenderung permanen,
lebih-lebih struktur organisasi departemen. Di samping itu, unit-unit kerja tersebut dijabarkan ke
dalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja yang lebih kecil ini
mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (Dirjen, Direktorat, Bidang, Seksi, Devisi-
devisi, dan sebagainya). Untuk pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada, sehingga
tidak perlu menyusun organisasi baru.
D. Pengawasan dan Pengarahan
Pengawasan dan pengarahan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan kegiatan
atau pelaksanaan kegiatan suatu program yang selanjutnya memberikan pengarahan - pengarahan
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Agar pengawasan dapat berjalan dengan
baik sekurang-kurangnya 3 hal yang diperhatikan, yakni:
1. Objek Pengawasan
Yaitu hal-hal yang diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana. Objek pengawasan ini
banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang dilaksanakan. Secara garis besar
objek pengawasan dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni:
a) Kuantitas dan kualitas program, yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau
program tersebut. Untuk program kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan oleh
unit kerja tersebut.
b) Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar, yakni modal yang dipakai, pendapatan
yang diperoleh, dan harga program. Dalam bidang kesehatan yang dijadikan ukuran pengawasan
adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan, hasil yang diperoleh dari pelayanan dan keuntungan
kegiatan atau pelayanan.
c) Pelaksanaan (implementasi) program, yaitu pengawasan terhadap waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan dan proses pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
d) Hal-hal yang bersifat khusus, yaitu penga.wasan yang ditujukan kepada hal-hal khusus yang
ditetapkan oleh pimpinan atau manajer.
2. Metode Pengawasan
Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan, namun yang lebih utama adalah
mencari umpan balik (feedback) yang selanjutnya memberikan pengarahan dan perbaikan-
perbaikan apabila kegiatan tidak berjalan dengan semestinya. Pengawasan dapat dilakukan
dengan berbagai macam-macam, antara lain:
a) Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi.
b) Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk.
c) Melalui pengumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap objek-objek
pengawasan.
d) Melalui tugas dan tanggung jawabpara petugas khususnya para pimpinan. Artinya fungsi
pengawasan itu secaraimplisit atau fungal pejabat (pimpinan) yang diberikan wewenang. Inilah:
yang Hering disebut pengawasan melekat (Waskat).
3. Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses, yang berarti bahwa suatu pengawasan itu terdiri dari
berbagai langkah, yakni:
1) Menyusun rencana pengawasan. Sebelum melakukan pengawasan terlebih dahulu harus disusun
rencana pengawasan yang antara lain mencakup: tujuan pengawasan; objek pengawasan, cara
pengawasan, dan sebagainya.
2) Pelaksanaan pengawasan: yaitu melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
3) Menginterpretasi .dan menganalisis hasil-hasil pengawasan. Hasil-hasil pengawasan yang antara
lain berupa catatan - catatan dan dokumen-dokumen, foto-foto, hasil-hasil rekaman dan
sebagainya diolah, diinterpretasi dan dinalisis.
4) Menarik kesimpulan dan tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut kemudian disimpulkan, dan
menyusun saran atau rekomendasi untuk tindak lanjut pengawasan tersebut.
Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan pimpinan yang direncanakan
dapat berjalan dengan baik. Dengan pengarahan (directing) diharapkan:
1. Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan pengarahan ini akan diperoleh
kesamaan bahasa yang hams dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelaksana.
2. Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan, artinya dengan pengarahan yang
berupa petunjuk atau perintah oleh atasan yang langsung kepada bawahan, tidak akan terjadi mis
komunikasi. Di samping itu pengarahan yang langsung ini dapat mempercepat hubungan antara
atasan dan bawahan.
3. Adanya umpan balik yang langsung: Pimpinan dengan cepat memperoleh umpan balik terhadap
kegiatan yang dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk
perbaikan.
F. Perilaku Kesehatan
1. Konsep perilaku
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi
baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor
genetik dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor dalam rangka
terbentunya perilaku tersebut disebut proses belajar.
Prosedur pembentukan perilaku
1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat berupa hadiah-hadiah bagi
perilaku yang akan dibentuk.
2. Melakukan analisis ntuk mengidetifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk
perilakuyang dikehendaki.
3. Menggunakan secara urutkomponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun
itu.
2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Perilaku kesehatan itu mencakup:
(1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Tingkat pencegahan penyakit:
Perilaku peningkatan pemeliharaan kesehatan
Perilaku pencegahan penyakit
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan
Perilaku pemulihan kesehatan
(2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.
(3) Perilaku terhadap makanan
(4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Perubahan-perubahan perilaku dalam diriseseorang dapat diketahui melalui persepsi.
Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Belajar adalah suatu
perubahan perilakku yang didasari oleh perilaku terdahulu.
Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya
yang berfungsi untuk mangolah rangsangan dari luar. Sedangan faktor ekstern meiputi
lingkungan sekitar, baik fisik maupun non-fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainya.
G. Domain Perilaku Kesehatan
Tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain
perilaku yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Domain kognitif
dalam arti, subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materiatau objek
diluarnya.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Dari pengalaman dan penilitian ternyata perilaku yang didasarkan
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap mempunyai 3 komponen penting yaitu kepercayaan, kehidupan emisional, dan
kecenderunga untuk bertindak.
Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai,
bertanggung jawab.
3. Praktik dan Tindakan
Tingkat-tingkat praktik:
1. Persepsi
2. Respon terpimpin
3. Mekanisme
4. Adaptasi
H. Perubahan-perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan lainnnya.
1. Teori Stimulus-Organisme-Respon
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa peyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Selanjutnya teori ini mengartikan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Teori ini berarti bahwa keadaan kognitif dissonance merupakan keadaan ketidak seimbangan
psikologis yang yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah tidak terjadi
ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut keseimbangan.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada
keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku
seseorang apabila stimulus tersebut dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
Katz berasumsi bahwa:
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan.
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
4. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan. Ada 3 kemungkinan
terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang yaitu :
a. Kekuatan pendorong meningkat
b. Kekuatan penahan menurun
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun
I. Perubahan Perilaku dan Proses Belajar
Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi
dengan lingkungan. Teori proses belajar:
1. Teori Stimulus dan Transformasi
Perkembangan teori proses belajar yang ada dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok
besar, yaitu stimulus respon yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi
yang telah memperhitungkan faktor internal.
Kelompok teori proses belajar yang kedua sudah memperhitungkan faktor internal antara
lain :
a. Teori transformasi yang berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh
Neiser
b. Teori Gestalt yang mendasarkan pada teori belajar pada psikologi gestalt
2. Teori-teori Belajar Sosial
Untuk melangsungkan kehidupan manusia perlu belajar. Dalam hal ini ada 2 macam belajar
yaitu belajar secara fisik dan psikis. Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial, dimana
seseorang mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam kontek sosial.
1 Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard
Prinsip belajar ini terdiri dari 4 yaitu dorongan, isyarat, tingkah laku balas, dan ganjaran.
Keempat prinsip ini saling engkait satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat
menjadi ganjaran, dst.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap manusia untuk berlaku isyarat adalah
rangsangan yang membutuhkan “bila” dan “dimana” suatu respon akan timbul dan terjadi.
Anjaran adalah rangsangan yang menetapkan apakah tingkh laku balas diulang atau tidak dalam
kesempatan yang lain.
Mekanisme tingkah laku tiruan, yaitu:
a. Tingkah laku sama
b. Tingkah laku tergantung
c. Tingkah laku salinan
3. Kemampuan kerja
Kemampuan seseoarang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain,
meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas
yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah
kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut
dapatberkembang karena pendidikan atau pengalaman, tetapi sampai pada batas-batas tertentu
saja.
Pekerja yang ketrampilannya rendah akan menambah beban kerja mereka, sehingga
berpengaruh pada kesehatan mereka. Oleh karena kebugaran, pendidikan, dan pengalaman
mempengaruhi tingkat ketrampilan pekerja maka ketrampilan atau kemampuan pekerja
senantiasa harus ditingkatkan melalui program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi
kesehatan.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akan berdampak terhadap peningkatan
produktivitas kerja. Program perbaikan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi pekerja
kasar merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2. Psikologi Kerja
Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan itu.
Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera, atau reaksi
yang bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Seorang pekerja atau
keayawan yang bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan pekerjaannya ini banyak
faktor yang menyebabkannya, antara lain tidak cocok dengan pekerjaan ini, tidak tau melakukan
pekerjaan yang baik, kurangnya insentif,lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain-
lainnya.
Cara ergonomis yang sesuai dengan teori psikologis antara lain: ( Silalahi,1985 )
a. Memberikan pengarahan dan pelatihan tentang tugas dan para pekerja, sebelum melaksanakan
tugas barunya.
b. Memberikan uraian tugas tertulis yang jelas kepada pekerja atau karyawan.
c. Melengkapi karyawan/pekerja dengan peralatan yang tidak sesuai/cocok dengan ukurannya.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
Aspek lain dari psikologi kerja sering menjadi masalah kesehatan kerja adalah ‘stres’. Stres
terjadi hampir pada semua pekerja baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Stres dilingkungan
kerja memang tidak dapat dihindarkan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengelolanya,mengatasi atau mencegah terjadinya/stres tersebut, sehingga tidak mengganggu
kesehatan.
E. Kecelakaan Kerja
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama seperti telah diuraikan
diatas, yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan
bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur(1989) membuat batasan bahwa kecelakan kerja adalah
suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja atau perusahaan.
BAB 8
GIZI MASYARAKAT
A. Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit
infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut, utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan
gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan
berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak
terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit
infeksi dan selanjutnya bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi
yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Manfaat ASI saat
ini sudah tidak dapat diragukan lagi dan pemerintah juga telah menggalakkan pemberian ASI
secara ekslusif. Namun, setelah sekurang-kurangnya bayi berumur di atas 4 bulan, untuk
memenuhi kebutuhan akan zat gizi, bayi biasanya diberikan susu formula atau makanan
tambahan lainnya. Pada kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa ini
cenderung memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti ataupun pendamping ASI
dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka.
Secara teoretis maupun praktis berdasarkan pengalaman ibu-ibu di lapangan, susu formula
memang sangat dibutuhkan untuk menggantikan gizi makanan pada bayi. Namun, pada kenyata-
annya susu formula memang masih mahal, terutama bagi ibu-ibu dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Oleh sebab itu, tantangan bagi praktisi kesehatan masyarakat adalah
menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral yang dapat
menggantikan susu formula.
B. Pentingnya Gizi bagi Bayi
Bayi memerlukan gizi pada makanan yang berbeda-beda sesuai dengan umurnya.
Misalnya, pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan, kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda
dengan bayi yang berumur di atas 4 bulan.
Menurut Karjadi (1986) banyak para peneliti yang menaruh perhatian terhadap
perkembangan Otak di mana sangat erat hubungannya dengan perkembangan mental dan
kemampuan berpikir. Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak
orang dewasa sebelum berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi
gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainankelainan fisik maupun mental.
Sementara Stoch & Smythe (1963) mengemukakan dalam buku yang sama bahwa gizi
kurang pada masa bayi dan anak-anak mengakibatkan kelainan yang sulit atau tidak dapat
disembuhkan dan menghambat perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam
Suhardjo (1986) dari basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-anak usia 5-15 tahun (yang
pernah mengalami gizi kurang diri) perkembangan intelektual Berta perkembangan fisiknya
banyak dipengaruhi oleh status gizinya selama masa bayi sampai prasekolah. Dobbing (1974)
menyatakan bahwa terdapat 'masa kritis' dalam perkembangan otak manusia di mana pada masa
otak berkembang tepat akan sangat rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak 2 bulan
&lam kandungan sampai dengan umur 2 tahun.
Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi yang diteliti di kalangan anak-anak Jamaica
menunjukkan bahwa setelah umur 6-10 tahun, IQ anak-anak yang menderita gizi kurang pada
waktu bayi lebih rendah daripada IQ anak-anak yang cukup gizi pada masa bayinya.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk
mempertahankan din terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi
kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap
serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan
gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh
terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara menunjukkan bahwa
infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya buruk akan jauh lebih parah dibandingkan
dengan anak-anak yang gizinya baik.
Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi antibodi dalam tubuh.
Penurunan produksi antibodi tertentu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke
dalam tubuh seperti dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan. juga dapat
mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna
dengan baik dan ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi sehingga dapat
memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi, 1990).
Meskipun data penyebab kematian bayi dan anak jarang menyebutkan secara eksplisit
peranan ragam gizi pada bayi, tetapi banyak para ahli gizi masyarakat menekankan pentingnya
gizi sebagai salah satu upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta
meningkatkan mutu hidup. Dengan kata lain dalam kebijaksanaan pembangunan kesehatan,
ragam gizi diakui sebagai salah satu penyebab penting tingginya mobilitas dan mortalitas bayi di
Indonesia khususnya, dan di negara-negara berkembang pada umumnya.
Telah banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa penyebab utama dari kematian,
penyakit dari terlambatnya pertumbuhan anak (retarted growth) di negara-negara belum maju
merupakan kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara
status gizi dan infeksi (Schrimshaw, dkk. 1968; Chen & Schimshaw, 1981).
D. Makanan Tambahan
ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi
bayi meningkat sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat
dipenuhi oleh ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu diberikan
makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat, dan akhirnya
makanan lembek.
1. Pentingnya pemberian makanan tambahan
Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan menurut Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (Persagi: 1992) antara lain:
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI
b. Mengembangkan kemampuan bayi-untuk menerima, bermacam-macam makanan dengan
berbagai rasa dan tekstur.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
2. Cara memberikan makanan tambahan
Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara
pemberiannya sebagai berikut.
a. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk encer secara berangsur-
angsur ke bentuk yang lebih kental.
b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-
betul dapat diterima dngan baik.
c. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir.
d. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.
E. Kebutuhan Gizi pada Bayi
Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI harusdisesuaikan
dengan umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan gizi bayi pun harus disesuaikan dengan
umur bayi.