PENDAHULUAN
keadaan dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi
cair ataupun setengah cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada
umumnya. Selain dari konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan
frekuensi dari buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut
adalah diare yang berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana
ditandai dengan peningkatan volume, frekuensi, dan kandungan air pada feses
yang paling sering menjadi penyebabnya adalah infeksi yaitu berupa virus,
tertinggi hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara
Indonesia.5 Menurut data dari World Health Organization (WHO ) tahun 2003,
1
tempat tinggal menunjukkan proporsi yang tidak jauh berbeda (tabel 3.4.6). 76
Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan
Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%) (tabel 3.4.5).
Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam
mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih
parah. Mulai dari diagnosis, pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita
bisa dilihat langsung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan
disamping pemberian obat spesifik terhadap agen penyebab yang bisa diketahui
2
maka kami mengangkat topik untuk dilakukan pengkajian penyakit ini sebagai
3
BAB II
1. Keadaan Umum
Geografi
Karapuang
Luas tanah Puskesmas Batua adalah 4500 m2, terdiri dari 2 gedung dengan
luas bangunan 147 m2 dan 422 m2. Terdapat 3 rumah dinas dan 1 mobil ambulans.
Demografi
4
Wilayah kerja Puskesmas Batua berpenduduk 54.056 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 28.109 jiwa dan 25.947 jiwa perempuan, serta jumlah kepala keluarga
semua
5
C. Upaya Kesehatan Puskesmas Batua
a. Promosi Kesehatan
d. Pemberantasan Penyakit
e. Penyehatan Lingkungan
f. Pengobatan
c. UKS, UKGM
e. Kesehatan Olahraga
Tabel 1.2. Distribusi 3 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Desember Tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1 GEA 3
2 ISPA 1
3 OT 1
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastroenteritis
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.7 Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair
(kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200
mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
B. Epidemiologi
berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi
lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO) dan
dengan angka pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000
pasien gastroenteritis akut yang berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasien dirawat di rumah sakit menurut data dari The American Journal of
Gastroenterology.3,9
7
Sedangkan menurut hasil survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut
akibat infeksi mencapai 96.278 insiden dan masih menjadi peringkat pertama
C. Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Faktor Infeksi
a. Virus
Rotavirus
anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur
8
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
Adenovirus
b. Bakteri
9
o Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
Campylobacter
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang
Shigella species
o S. sonnei
o S. flexneri
o S. dysenteriae
Vibrio cholera
10
Salmonella
gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair dan terkadang
c. Parasitic agents
Non –Infeksi
a. Malabsorpsi/ maldigesti
Asam amino
Protein
11
b. Imunodefisiensi
c. Terapi Obat
d. Lain-lain
gastroenteritis akut.3
D. Patogenesis
agent dan faktor host.Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak
cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
12
a. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)
Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik
mengeluarkan toksin yang terkait pada mukosa usus halus 15-30 menit
AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam
lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium dan
kalium.3
disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
13
absorbsi dan sekresi.Setelah kolonisasi awal, kemudian terjadi perlekatan
bakteri ke sel epitel dan selanjutnya terjadi invasi bakteri kedalam sel
Apabila substansi kemotaktik (IL-8) dilepas oleh sel epitel, atau oleh
peroksida dari sel fagosit akan merangsang sekresi usus olehenterosit, dan
antibodi IgE dan IgG untuk melawan cacing. Selama terjadinya infeksi
atau reinfeksi, maka akibat reaksi silang reseptor antibodi IgE atau IgG di
sel mast, terjadi pelepasan mediator inflamasi yang hebat seperti histamin,
14
Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel lekosit
sel-sel epitel dan selanjutnya terjadi remodeling matriks (isi sel epitel)
usus halus dan regenerasi hiperplasia yang tidak teratur di usus besar
(kolon).3
rudimenter dimana vili-vili yang tak berkembang pada usus halus dan
kolon. Sel sel imatur ini akan mengalami gangguan dalam fungsi absorbsi
transport asam amino, dan berkurangnya atau tak terjadi sama sekali
transport absorbsi NaCl. Sebaliknya sel-sel kripta dan sel-sel baru vili
untuk mensekresi Cl- (mungkin HCO3-). Pada saat yang sama dengan
15
berat, maka eksudasi dari kapiler dan limfatik dapat berperan terhadap
terjadinya
E. Manifestasi Klinis
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah
(81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan
gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu
yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat
diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang
umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek
atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah
kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta
16
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang
isotonik.3
pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan
Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur.Pasien mulai gelisah
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.3
F. Diagnosis
a. Anamnesis
17
Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk
penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien yang baru dirawat di
rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita
mengkonsumsi olahan daging beku, keju lunak, dan susu mentah. Riwayat
sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik dan obat lain harus dicatat pada
b. Pemeriksaan Fisik
tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan
Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri dan proses perut akut.
Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan
dalam.
18
Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10 BB) tanda dehidrasi sedang
sianosis.3
G. Pemeriksaan Penunjang
Darah:
antigen
infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada
terapi definitif. 3
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
a. Terapi Rehidrasi
19
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi,
badan normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani
Jenis Cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam
1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran
cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
air.2 3
Jumlah Cairan
20
keadaan klinis dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-
Rasa haus/muntah 1
Kesadaran apatis 1
koma
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Sianosis 2
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
21
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya.Cairan per oral juga digunakan
b. Terapi Simtomatik
yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat
c. Terapi Antibiotik
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa
dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien
22
Tabel 2.Terapi Antibiotik Empiris11
Indikasi Pemberian
Pilihan Antibiotik
Antibiotik
sindrom disentri
Chloramphenicol/cotrimoksazole/quinolone
Intestinal Salmonellosis
selama 7 hari
23
Campylobacteriosis Erythromycin selama 5 hari
I. Komplikasi
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut
24
ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga
trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi
Yersiniaspp.11
J. Prognosis
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
25
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang
26
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : H
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
No.12 8/7
B. Anamnesis
muntah 1 hari lalu dengan frekuensi >3x berisi makanan, mual (+), BAB encer
frekuensi >5x sehari, ampas (+), demam(-), lendir (-) darah (-). Pasien juga
mengeluhkan adanya nyeri ulu hati dan tubuh terasa lemah dan pegal-pegal.
27
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Pribadi
di atas kompor dan tidak ditutup, diletakkan di meja yang ada di dapur.
dirumah permanen.
28
Pasien memiliki tempat pembuangan sampah di halaman depan
rumah.
C. Pemeriksaan Fisik
GCS : E4V5M6
BB : 57 kg
1. Vital Sign
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Temperatur : 36,0oC
2. Status General :
3. Mulut : Kering (+) Bibir sianosis (-) pucat (+), mulut normal, gigi
geligi dalam
Simetris
Thorax :
29
2. Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, fremitus vokal sama
dievaluasi.
4. Auskultasi :
Abdomen :
3. Perkusi : Timpani
4. Palpasi : Nyeri tekan (-) pada regio epigastrik, massa (-), hepar
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Diagnosis Kerja
F. Rencana Terapi
IVFD RL 30 tpm
30
Imodium
Domperidone 3x1
Omeprazol 1x1
Hyorex 2x1
G. Prognosis
Bonam
rendah serat.
3. Edukasi kepada keluarga atau orang yang kontak dengan pasien diberikan
31
BAB V
PEMBAHASAN
1. Faktor Biologis
Keadaan malnutrisi, gizi kurang, atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat
rentan terhadap penyakit termasuk. Daya tahan tubuh pasien dalam kondisi
yang tidak baik karena pasien merupakan seorang PNS dengan aktivitas
2. Faktor Perilaku
Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air Besar dan
sebelum Makan
32
karenanya kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat
yang baik adalah dengan membilas tangan pada air yang mengalir
cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,namun biasanya sebelum
tanpa menggunakan sabun. Hal ini menjadi salah satu faktor resiko
33
kemungkinannya kebiasaan makan pasien ini menjadi salah satu faktor
Langsung
pencemaran.
Tangga
dicuci dengan sabun agar menjadi bersih.Pasien selama ini selalu mencuci
34
dalam lemari atau wadah yang bersih. Hal ini menjadi salah satu faktor
Makanan yang telah siap saji namun tidak langsung dimakan seharusnya
(lalat).Pada rumah pasien, makanan siap saji hanya diletakkan di atas meja
dan beku, peka terhadapproses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63°C.
selama satu minggu dan dapat bertahan dan berkembang biak dalam
Oleh sebab itu memasakair yang akan diminum merupakan salah satu
air galon isi ulang yang dibeli dan tidak dimasak terlebih dahulu hingga
3. Faktor Lingkungan
35
a. Sarana air bersih
Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber
menggunakan sarana air bersih berupa air ledeng dan untuk minum
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter
36
untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi
perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan
pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan
Tabel4.Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi.
Tabel 5. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Tabel 6. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi
37
b. Jamban
1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak antara sumber air bersih
2) Tidak berbau.
Pada rumah pasien terdapat jamban model leher angsa yang terdapat di
dalam rumah serta tertutup atap. Jamban di rumah pasien telah memenuhi
oleh lalat sangat kecil, dan jamban pasien kotor dan tidak rutin dibersihkan
38
dalam makanan. Penularan penyakit GEA adalah melalui makanan
tersebut.
promotif dan preventif terkait sanitasi dan pola hidup bersih dan sehat
pasien.
39
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroenteritis Akut
dikonsumsi berasal dari air galon isi ulang yang dibeli dan tidak
air minum), dan pada faktor lingkungan: sarana air bersih(sarana air
B. Saran
40
penggunaan air bersih di masyarakat serta penyuluhan tentang STOP
DAFTAR PUSTAKA
111(5), pp.602-622.
41
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016.
McGraw Hill.
http://www.worldgastroenterology.org /guidelines/global-
2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C.,
Eberhard, M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The
Etiology of Severe
1381.
2015;42(7):504-8.
42