“Etika Lingkungan”
DISUSUN OLEH
Nuryunita (1640603003)
Sonya (1640603065)
PENDIDIKAN BIOLOGI
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik
dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini bejudul “Etika
Lingkungan” yang dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Pendidikan
Lingkungan Hidup.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar
kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
1
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil. Komponen lingkungan terdiri dari
faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (hewan, tumbuhan dan
manusia). Menurut Elly M. Setiadi, bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk didalamnya
manusia dan perilakunya. Lingkungan mempengaruhi sifat, karakter, dan perilaku
manusia yang mendiaminya, lingkungan juga memberi tantangan bagi kemajuan
peradaban manusia. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan
lingkungan untuk kebutuhan hidup (A. rusdiana, 2015).
Perilaku manusia terhadap lingkungan hidup sangat erat dengan kaitannya
dengan etika, karena etika merupakan tuntunan hidup yang diperlukan manusia dalam
kehidupan. Etika adalah pemikiran sistematis manusia tentang moralitas, merupakan
usaha manusia untuk memakai akal budi dan daya pikir yang digunakan manusia
untuk menyelesaikan masalah bagaimana manusia harus hidup lebih baik. Etika
memberi kriteria penilaian moral tentang perilaku manusia yang dianggap sebagai
nilai dan prinsip moral, secara lebih luas di pahami sebagai sebagai pedoman
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dengan baik. Etika memberikan
petunjuk, orientasi dan arahan kepada manusia bagaimana cara hidup yang baik
sebagai manusia (Sri Widayanti, 2016).
Sadar akan perlunya pencegahan dan penanggulangan kerusakan lingkungan
hidup untuk memperoleh kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang
(Sri Widayanti, 2016) maka di perlukannya kesadaran manusia dalam menjaga
lingkungan hidup dengan menyadari akan pentingnya etika dalam lingkungan. Dalam
hal ini manusia harus bisa menerapkan atau memahami apa itu etika lingkungan dan
dampak yang terjadi apabila manusia tidak sadar akan etika lingkungan dan
menerapkan upaya-upaya dalam menjaga lingkungan hidup.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari etika lingkungan ?
2. Apasajakah teori dalam etika lingkungan ?
3. Apasajakah prinsip-prinsip etika lingkungan ?
4. Bagaimanakah tingkatan dalam etika lingkungan ?
5. Bagaimanakah upaya menjaga lingkungan melalui penerapan etika lingkungan ?
6. Bagaimanakah upaya memasyarakatkan etika lingkungan?
C. Tujuan
1. Mampu mengetahui definisi dari etika lingkungan.
2. Mampu menjelaskan teori dalam etika lingkungan.
3. Mampu menjelaskan prinsip-prinsip etika lingkungan.
4. Mampu menjelaskan tingkatan dalam etika lingkungan.
5. Mampu menjelaskan upaya menjaga lingkungan melalui penerapan etika
lingkungan.
6. Mampu menjelaskan upaya memasyarakatkan etika lingkungan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
B. Teori dalam Etika Lingkungan
Teori etika lingkungan hidup sendiri secara singkat dapat diartikan sebagai
sebuah usaha untuk membangun dasar-dasar rasional bagi sebuah sistem prinsip-
prinsip moral yang dapat di pakai sebagai panduan bagi upaya manusia untuk dapat di
pakai sebagai panduan bagi upaya manusia untuk memperlakukan ekosistem alam dan
lingkungan sekitarnya.
Teori etika lingkungan menurut Keraf (2002) dalam Zunariyah ada tiga, yaitu
Antroposentrisme, Biosentrisme, dan Ekosentrisme
1. Antroposentrisme
Merupakan teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta. Teori ini berorientasi kepada suatu pandangan atau faham
bahwa manusia memiliki kedudukan tertinggi dibandingkan dengan makhluk yang
lain, karena manusia mempunyai martabat tertinggi dibanding makhluk ciptaan Tuhan
yang lainnya.
Paradigma yang demikian menimbulkan suatu anggapan bahwa manusia dan
keentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam
kebijakan yang di ambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Menurut teori ini nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya,
sehingga di pandang bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat
perhatian, sehingga segala hal yang menguntungkan manusia di anggap benar dan
sebaliknya segala hal yang merugikan manusia dianggap salah.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan
perhatian sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karena itu, alam
pun hanya di lihat sebagai obyek, alat dam sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan
kepentingan manusia, sedangkan manusia adalah subyeknya. Alam hanya alat
pencapaian tujuan manusia, sehingga alam tidak mempunyai nilai pada dirinya
sendiri.
Teori ini memiliki beberapa kelemahan, kelemahan tersebut antara lain : 1)
mengabaikan masalah-masalah lingkungan yang tidak langsung menyentuh manusia.
2) kepentingan manusia selalu berubah-ubah dan berbeda-beda pula kadarnya. 3)
yang menjadi perhatian adalah kepentingan manusia jangka pendek, sehingga tidak
terpikirkan kepentingan dan kebutuhan generasi selanjutnya.
2. Biosentrisme
1
Merupakan suatu teori yang memandang manusia dan makhluk hidup lainnya
sebagai komponen terpenting dalam sistem alam semesta. Sehingga, tidak benar
bahwa hanya manusia yang mempunyai nilai, tetapi alam juga mempunyai nilai pada
dirinya sendiri yang terlepas dari kepentingan manusia. Teori ini menganggap setiap
kehidupan dan makhluk hidup mempunyai nilai beharga pada dirinya sendiri,
sehingga manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam.
Prinsip dasar dari teori ini antara lain, pertama keyakinan bahwa manusia
adalah anggota dari komunitas kehidupan di bumi sama seperti makhluk hidup yang
lain. Kedua, spesies manusia bersama spesies yang lain adalah bagian dari sistem
ekosistem yang saling tergantung. Ketiga, organisme adalah pusat kehidupan yang
mempunyai tujuan sendiri dan keempat, manusia tidak lebih unggul daripada
makhluk yang lain.
3. Ekosentrisme
Teori ini merupakan lanjutan dari teori biosentrisme, teori ini sering
disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan, yaitu pada penekanannya
atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika
hanya pada komunitas manusia.
Menurut teori ekosentrisme, setiap individu dalam ekosistem diyakini terkait
satu dengan yang lain secara mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ini adalah
semacam pabrik integral, suatu keseluruhan organisme yang saling membutuhkan,
saling menopang dan saling memerlukan. Sehingga proses hidup-mati harus terjadi
dan menjadi bagian dalam tata kehidupan ekosistem. Kematian dan kehidupan
haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan makhluk hidup
saling memangsa di antara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh
memakan unsur-unsur yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan.
4. Teosentrisme
Merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan
secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Konsep etika
ini dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia dengan
lingkungan. Seperti contohnya, di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan
dalam suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana
dibahas hubungan manusia dengan tuhan (Parayangan), hubungan manusia dengan
manusia (pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).
1
Pada penerapannya, etika lingkungan di dalam konsep pembangunan
berkelanjutan menuntut perpaduan dari keempat jenis teori etika lingkungan tersebut,
yakni perpaduan antara etika lingkungan yang antroposentrisme, biosentrisme,
ekosentrisme dan teosentrisme. Teori antroposentrisme memperhatikan masalah
manusia dalam hal membuat jarak dengan lingkungan, sehingga memberikan
keleluasan kepada manusia untuk mengembangkan sains dan teknologi. Sedangkan
biosentrisme dan ekosentrisme memiliki kelebihan dalam hal pelestarian lingkungan
dan untuk teosentrisme juga menuntut pelestarian lingkungan dengan dibatasi oleh
aturan agama.
1
Humanisme merupakan solidaritas terhadap sesama manusia. Salah satu hal yang
dapat dilakukan untuk mencapai tingkatan ini adalah dengan tolong menolong
sesama umat manusia. Tolong menolong harus dilakukan tanpa pamrih, dengan
harapan dapat mengurangi beban atau keulitan dari orang lain.
3) Sentientisme
Sentientisme merupakan kepedulian terhadap makhluk hidup lain yang
mempunyai sistem syaraf atau berperasaan, misalnya kucing, kambing dan
sebagainya. Tingkatan ini dapat dicapai dengan memberikan perawatan yang baik
pada hewan yang dipelihara di rumah, ikut melestarikan hewan-hewan yang di
lindungi pemerintah (mendukung upaya konservasi).
4) Vitalisme
Vitalisme merupakan kepedulian terhadap makhluk hidup lain yang tidak
berperasaan, misalnya tumbuhan. Tingkatan ini dapat dicapai dengan memberikan
perawatan yang baik pada tumbuhan yang dipelihara di rumah, menanami sekita
rumah dengan berbagai macam tumbuhan dengan tujuan mengurangi polusi, ikut
melestarikan tumbuhan yang dilindungi pemerintah.
5) Altrunisme
Altrunisme merupakan tingkatan akhir dari etika lingkungan yakni kepedulian
terhadap sesama pengada yang ragawi nonhayati/abiotik sebagai makhluk ciptaan
tuhan di bumi ini.
1
Respect dalam hal ini adalah penghargaan kepada semua makhluk hidup yang
merupakan makhluk ciptaan tuhan. Setiap makhluk mempunyai kedudukan yang
sama di mata tuhan. Manusia merupakan makhluk yang paling isrimewa bila
dibandingkan dengan makhluk tuhan yang lainnya, karena mempunyai akal, maka
manusia mempunyai kewajiban memelihara kelestarian dan kesimbangan untuk
kehidupan makhluk hidup lainnya. Manusia harus menjaga keseimbangan
lingkungan dan tidak boleh mengeksploitasinya tanpa mengimbangi melalui
peningkatan produktivitasnya.
3) Restrain (pengendalian)
Restrain adalah kemampuan untuk mengelola dan mengontrol sumber daya alam
supaya penggunaanya tidak sia-sia, artinya setiap pemanfaatan sumber daya alam
harus diperhitungkan nilai manfaat, jangan sampai ada salah kelola atau salah
manfaat. Sebagai contoh dalam pemanfaatan sumber daya alam di daerah lapindo,
sampai sekarang justru nilai kerugiannya lebih tinggi daripada manfaatnya. Hal ini
mungkin terjadi karena salah perencanaan atau salah dalam pengelolaan sehingga
nilai kerugian baik material maupun non material sangn banyak. Contoh lain
pembukaan areal tambang di kawasan hutan, harus benar-benar diperhitungkan
masak-masak, karena penambangan akan merusak bentang lahan dan membabat
habis tanaman di atasnya. Hal ini dapat menyebabkan dampak yang sangat buruk
seperti erosi akan terjadi karena tidak ada lagi tanaman yang dapat menahan air
hujan, air asam akan muncul dan sulit dikelola.
4) Redistribution (Pemerataan)
Redistribution adalah kemampuan untuk menyebar luaskan kekayaan,
kegembiraan dan kebersamaan. Indonesia yang terletak di jalur katulistiwa
terkenal dengan jamrudnya merupakan negara yang kaya rasa akan sumberdaya
alam. Akan tetapi sampai tahun 2011 pendapatan Indonesia masih sekitar 3.000
US, sedangkan Singapura pada saat ini pendapatanya telah mencapai 25.000
US/tahun. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan antara kekayaan yang
melimpah dengan kondisi masyarakat Indonesia (masih miskin).
Masalah tersebut disebabkan karena distribusi kekayaan tidak merata, kekayaan
banyak di korupsi oleh orang yang tidak betanggung jawab. Selain itu juga masih
ada kesenjangan antara daerah barat dan timur, daerah jawa dan luar pulau jawa.
Tugas pemerintah adalah bagaimana mendistribusikan kekayaan tersebut untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia bukan oleh bangsa lain. Manusia
1
cenderung merusak karena munculnya rasa kecemburuan atau karena susah
ekonomi dan penegakan hukum yang snagat kurang di perhatikan.
5) Responsibility (pertanggungjawaban)
Responsibility adalah sikap bertangguang jawab dalam merawat kondisi
lingkungan dan alam. Banyak investor yang telah memanfaatkan sumber daya
alam Indonesia mulai dari perkebunan sampai penambangan. Akan tetapi, dengan
dibukanya sumber daya alam tersebut belum dirasakan manfaatnnya melalui
peningkatan pendapatan masyarakat disekitar proyek tersebut.
Sebaiknya, para investor tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam untuk
kepentingan ekonomi mereka saja ( keuntumgan sesaat) tetapi kehidupan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat serta kerusakan lingungan harus dipikirkan serta
dikelola, sehingga lingkungan dapat dimanfaatkan secara lestari dan
berkelanjutan.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Etika lingkungan suatu aturan yang mempermasalahkan bagaimana seharusnya
perilaku manusia baik / buruk dalam kaitannya dengan lingkungannya agar dapat
hidup dengan tenang dan tentram serta damai sehingga dapat mewariskan kondisi
lingkungan yang serupa kepada generasi – generasi di masa mendatang.
2. Teori etika menurut Keraf di bagi menjadi tiga bagian : Antroposentrisme,
Biosentrisme, dan Ekosentrisme.
3. Prinsip etika lingkungan di bagi menjadi beberapa yaitu ada prinsip tanggung
jawab, prinsip solidaritas, prinsip kasih sayang dan kepedulian, prinsip No Harm,
prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam, prinsip keadilan, prinsip
demokrasi, prinsip integrasi moral, dan sikap horma terhadap alam.
4. Tingkatan dalam etika lingkungan di mulai dari Egoisme kemudian humanisme,
sentientisme, vitalisme dan yang terakhir ada altrunisme.
5. Upaya dalam menjaga lingkungan melalui penerapan etika lingkungan
menggunakan prinsip lima R, dimana setiap mahkluk hidup harus menjaga
makhluk hidup lainnya, dan memanfaatkannya dengan baik sesuai dengan
kebutuhannya serta kerusakan lingkungan harus di pikirkan dan di kelola sehingga
lingkungan dapat di manfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.
6. Upaya memasyarakatkan etika lingkungan, di lakukan dengan cara melakukan
pendidikan lingkungan baik formal maupun non formal, menyusun peraturan dan
melaksanakan secara konsekuen, bisa juga dengan menggunakan cara
menyebarkan brosur, poster dan menayangkan iklan peduli lingkungan, atau
menggunakan cara lain seperti memberi penghargaan kepada pembina
lingkungan, cara ini di gunakan untuk memberi stimulus ke masyarakat untuk
menjaga lingkungannya.
B. Saran
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih baik lagi dan lebih detail dalam menjelaskan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca agar lebih paham
pada etika lingkungan.
1
DAFTAR PUSTAKA
Ilma, Silfia dan Fitri Wijarini. 2017. Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis
Potensi Lokal. Yogyakarta: CV. KODON.
Rusdina, A. 2015. Membumikan Etika Lingkungan Bagi Upaya Membudayakan
Pengelolaan Lingkungan Yang Bertanggung Jawab.
http://www.journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/download/198/213
(Online). Diakses tanggal 03 Oktober 2018.
Widayanti, Sri. 2016. Etika Lingkungan Dalam Ungkapan Budaya
Jawa:Relevansinya Dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Indonesia.
Disertasi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Program Doktor Ilmu Filsafat.