49
Hypodermal And Hematopoietic Necrosis Virus (HHNBV) atau Shrimp Explosive
Epidermis Disease (SEED) atau China Virus Desease, (2) Rod Shape Nuclear
Virus of Penaeus Japonicus , (3) Systemic Ectodermal And Mesodermal
Baculovirus atau Red Disease Virus atau White Spot Disease Virus (4) White Spot
Baculovirus atau White Spot Syndrome Virus (WSSV) atau White Spot Disease
Virus (Lightner, 1996). Tabel 4.1 menjelaskan bebrapa jenis virus penyebab
munculnya penyakit WSSV.
Tabel 4.1. Beberapa Jenis Virus Penyebab White Spot Syndrome
50
Secara presumtif diagnosis dilakukan dengan melihat gejala penyakit
terutama adanya noda putih pada karapas. Secara definitif dapat dilakukan
dengan histopatologi, mikroskop elektron, DNA probe, dan PCR (Lightner, 1996).
51
gejala kemerah-merahan timbul sekitar 4 hari dan kematian masal terjadi pada
sekitar 8 hari setelah infeksi. Diagnosis serangan TSV dapat dilakukan dengan
gejala penyakit, histopatologi, bioassay, mikroskop elektron, hibridisasi, ELISA,
DNA probes dan PCR (Lightner, 1996).
52
Di Indonesia terdeteksi pertama kali pada tahun 2006 di Kecamatan
Kapongan, Kabupaten Situbondo dengan prevalensi 11,11 % dengan gejala klinis
pada ruas ke-5 dan ke-6 berwarna keputihan kemudian berwarna oranye seperti
udang rebus. (Nuraini et al., 2007). Pada bulan Juli – Agustus tahun 2007
prevalensi IMN di Banyuwangi 23,07%, di Situbondo 20,51%, di Jember 0%, di
Probolinggo 23,53% dan di Tuban, Lamongan, Gresik sebesar 3,7% (Nurani,
2008).
53
sudah menyebar ke Asia. Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteriyang
menyerang secara intracelluler di hepathopankreas. Udang yang terserang NHP
hepatopancreasnya mengkerut/ kecil berwarna pucat/ putih, tubuh lembek dan
insang dan kaki renang berwarna kehitaman. Pada temperatur tinggi > 29 0C
dan salinitas 20 – 40 ppt dapat menyebabkan kematian 90 – 95 % setelah 30
hari. Bakteri ini menular secara horisontal, tidak secara vertikal.
Diagnosis serangan NHPB dapat dilakukan dengan gejala penyakit,
histopatologi,dan PCR (Briggs M. -;)
7. Vibrio spp
Vibrio merupakan bakteri gram negatif ini bersifat patogen oportunistik.
Tingkat kematian oleh serangan Vibrio berbeda-beda tergantung jenis, ukuran
dan kepadatan ikan, kualitas air dan faktor virulen yang dimiliki.
Bakteri Vibrio yang sering menyebabkan wabah penyakit pada udang di
Indonesia terutama Vibrio harveyi, V. alginolyticus, dan V. parahaemolyticus.
Bakteri tersebut menyebabkan masalah baik dipembenihan maupun
dipembesaran dengan tingkat kematian mencapai 80-100% dalam waktu sangat
singkat. Gejala penyakit yang ditimbulkan yaitu adanya warna coklat kehitaman
pada kutikel, alat gerak dan insang, serta erosi jaringan Gejala spesifik yang
sering ditimbulkan apabila terjadi wabah adalah adanya udang menyala di malam
hari oleh sebab itu disebut sebagai penyakit “kunang-kunang” atau lumerencent
vibriosis. Hal ini terjadi terutama oleh serangan V. harveyi. Pengamatan
histopatologik menunjukkan adanya kerusakan pada insang, alat pencernaan,
jantung, otot dan hepatopankreas.
54
8. Parasit
Parasit yang umum menyerang udang yang dibudidayakan. Zoothamium,
biasanya menempel di permukaan tubuh udang dan mengakibatkan kerusakan
jaringan (nekrosa) serta menimbulkan perubahan warna tubuh yaitu menjadi
buram. Serangan Zoothamium biasanya terjadi bersama dengan jasad “fauling”
lainnya seperti Epistylis, Vorticella, dan Acineta. Parasit ini yang membentuk
koloni dan dicirikan oleh bentuk telotroch seperti bola-bola kecil. Bila menempel
di insang, dapat mengganggu pernafasan udang di air dan dapat mengakibatkan
kematian.
55
- Bebas virus dengan test PCR.
o Monitoring kesehatan ikan/udang:
- Diagnosa berkala, bila infeksi berat: panen, sedangkan jika
terjadi infeksi ringan perbaikan kualitas budidaya.
- Hindari stress, antara lain fluktuasi kualitas air (suhu, pH,
salinitas), bahan organik tinggi: DO, amonia & media bakteri,
peningkatan daya tahan (Vit C, imunostimulan, dll)
56
57