PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa definisi dari inkompatibilitas sediaan cair.
2. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk sediaan cair.
3. Untuk mengetahui bagaimana inkompatibilitas dari sediaan cair.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal. Lotio (larutan atau
suspensi) yang digunakan secara topikal.
Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut
lain dan bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya larutan otik
benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik
hidrokortison.
b. Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut
Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat
mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang
dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak, mudah
menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Pelarut yang
biasa digunakan :
Air untuk melarutka garam – garam
Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodin, mentol
Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor sublimat
Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol
Minyak untuk melarutkan kamfer
Paraffin liquidum untuk melarutkan cera dan cetasium
Kloroform untuk melarutkan minyak – minyak, lemak
c. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A yang
terlarut.
Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang terlarut.
Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
3
2. Co-solvency
adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan penambahan
pelarut lain, atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air tetapi
larut dalam campuran air + gliserin (Syamsuni, A., 2006).
4
Contoh: saccharosa/sirup simplex, sirup auratiorum, tingtur
cinnamommi, aqua menthae piperithae.
c. Corrigen coloris: digunakan untuk memperbaiki warna obat.
Contoh: karminum (merah), karamel (coklat), tinture croci (kuning).
d. Corrigen solubilis: digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat
utama. Contoh: iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat.
e. Pengawet: digunakan untuk mengawetkan obat.
Contoh: asam benzoat, natrium benzoat, nipagin, nipasol.
(Syamsuni, A., 2006)
5
Dilarutkan dengan pemanasan. Pada proses pemanasan akan terbentuk batu
kawi (MnO2). Oleh sebab itu setelah dingin tanpa dikocok – kocok
dituangkan ke dalam botol atau dapat juga disaring dengan gelas wool.
3. Zink klorida (ZnCl2)
Harus dilarutkan dengan air sekaligus, kemudian disaring. Karena jika air
ditambahkan sedikit demi sedikit maka akan terbentuk zink oksida klorida
(ZnOCl) yang sukar larut dalam air. Jika terdapat asam salisilat, larutkan zink
klorida dengan sebagian air, kemudian tambahkan asam salisilat dan sisa air,
baru disaring.
4. Kamfer (Camphorae)
Kelarutan dalam air 1:650. Dilarutkan dengan spiritus fortiori (95%) sebanyak
2 kali bobot kamfer di dalam botol kering. Kocok – kocok, kemudian
tambahkan air panas sekaligus, kocok lagi.
5. Tanin
Tanin mudah larut dalam air dan dalam gliserin, tetapi tanin selalu
mengandung hasil oksidasi yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
gliserin sehingga larutannya dalam gliserin harus disaring dengan kapas yang
dibasahi. Jika ada air dan gliserin, larutkan tannin dalam air, kocok, baru
tambahkan gliserinnya.
6. Fenol
Diambil fenol liquifactum yaitu larutan 20 bagian air dalam 100 bagian fenol.
Jumlah yang diambil 1,2 kali jumlah yang diminta. Jika pengenceran dalam
air cukup akan diperoleh larutan yang jernih, jika kurang akan terjadi larutan
yang keruh.
7. Bahan yang bersifat keras
Harus dilarutkan sendiri.
8. Jika ada bahan obat yang harus diencerkan dengan air, hasil pengenceran yang
diambil paling sedikit adalah 2 ml.
Contoh inkompatibilitas:
Kelarutan suatu garam dalam air dapat berkurang karena penambahan suatu
garam. Dalam praktek peristiwa ini digunakan pada pembuatan sabun natrium.
Larutan sabun dengan penambahan NaCl akan mengendapkan sabun natriumnya.
Larutan garam Quininum dan Papaverium dapat berkurang kelarutannya
oleh penambahan kalium, natrium, ammonium halogenida.
Contoh resep :
R/ Papaverini Hydrochloridi 1
Belladonnae Extr. 0,2
Sol. Charcot 300
Tinct. Aurant. Cort 5
S.3.d.d.c.
Cara membuatnya adalah dengan melarutkan garam bromide dari solution
Charcot dan di dalam mortar dibuat mucilago dari pulvis Gummosus lalu
6
ditambahkan Papaverin Hidrokloridum, Belladonnae Extractum dan sisa air setelah
itu baru dicampur dengan larutan garam bromida tadi. Jumlah pulvis Gummosus
yang digunakan adalah 2% dari jumlah larutan.
7
2.4.3 Bahan Tambahan
A. Suspending Agent
Macam-macam suspending agent :
Golongan GOM , meliputi :
1. Akasia (Pulvin Gummi Arabic)
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum
mucilagonya dalam pH 5-9. Akasia digunakan dengan kadar 35% yang kira-
kira memiliki kekentalan sama dengan gliserin. Akasia ini mudah dirusak oleh
bakteri. Oleh karena itu dalam penggunaannya perlu ditambahkan pengawet.
Cara pembuatannya yaitu dimasukkan PGA dalam mortir, digerus dan
ditambahkan air 1,5 kalinya dan diaduk sampai homogen.
2. Chondrus
Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol dan bersifat basa. Karagen
merupakan derivat dari sakarida. Chondrus ini mudah dirusak oleh bakteri.
Oleh karena itu dalam penggunaannya perlu ditambahkan pengawet. Cara
pembuatannya yaitu chondrus dimasukkan dalam mortir, ditambhakan air dan
diaguk sampai homogen.
3. Tragacanth
Sangat lambat mengalami hidrasi sehingga untuk mempercepat hidrasi
biasanya dilakukan pemanasan. Mucilago tragacanth lebih kental dibanding
PGA. Musilago tragacanth hanya baik sebgai statbilisator suspensi, tetapi
bukan sebagai emulgator. Kadar yang digunakan sebagai suspending agent
yaitu 2%. Cara pembuatannya yaitu Tragacanth 2% dimasukkan dimortir dan
digerus, ditambahkan sir 20 kali lebih banyak sampai diperoleh suatu masa
yang homogen dan kemudian mengencerkannya dengan sisa air.
4. Solutio Gummi Arabic
Cara pembuatannya Gummi Arabicum 10% dibuat dengan jalan membuat
dahulu Mucilago Gummi Arabici dari gom yang tersedia dan kemudian
mengencerkannya.
5. Benthonit
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 0,5-5%. Benthonit berbentuk
mineral, kristal, tidak berbau, oucat/krim keabu-abuan, bubuk halus dan
partikel 50-150 mm.
6. Mucilago Saleb
Dugunakan sebagai suspending agent yaitu 1%. Cara pembuatannya yaitu
dengan serbuk saleb 1% sebaiknya dengan serbuk yang telah dihilangkan
petinya dengan pengayakan. Mula-mula botol ditara, dicuci dengan air
mendidih masukkan air mendidih 20 kali sebanyak serbuk saleb. Kemudian
dikocok hingga massa menempel pada dinding botol, sir 20 kali hanya perlu
dikira-kira. Tambahakn sisa air didih dan kocok sampai diperoleh mucilago.
8
7. Solutio gummosa
Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
pulvis gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa
yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit.
8. Solutio Gummosa Tenuis
Mengandung pulvis gummosus 1% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu
pulvis gummosa dengan air 7 kali banyaknya sampai diperoleh suatu masa
yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit.
9. CMC-Na
Digunakan sebagai suspending agent yaitu 3-6%.
B. Bahan Pengawet
1. Natrium Benzoat
Granul putih atau kristal, agak higroskopik, agakberbau benzoin, rasa manis
dan asin yang kurang enak. Mudah alrut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Sebagai pengawet digunakan
dalam dosis 0,02-0,5%. (Anonim b. 1995. Halaman 584 ).
2. Propylis paragenum/Propil paragen/Nipasol
Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna. Sangat sukar larut dalam air,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih.
Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,05-0,25%. (Anonim b. 1995.
Halaman 713 )
3. Butyl paraben/Buthylis parabenum
Hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih. Sangat sukar larut dalam air
dan dalam gliserin, mudah larut dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan
dalam propilen gilkol. Sebagai pengawet digunakan dalam dosis 0,1%.
(Anonim b. 1995. Halaman 158 )
4. Etil paraben/Ethylis – paraben
Serbuk hablur putih kecil, tidak berwarna. Sukar larut dalam air dan dalam
gliserin, mudah larut dalam aseton, dalam methanol, dalam eter dan dalam
propilen gilkol.
C. Bahan Pewarna
1) Sunset yellow ( kuning )
2) Tartazin ( kuning )
3) Eritrosin ( merah )
4) Klorofil ( hijau )
5) Kurkumin ( kuning )
6) Antosianin ( orange/merah )
9
D. Bahan Pengaroma
1. Oleum Citri
Nama lainnya yaitu minyak jeruk. Merupakan cairan kuning pucat/kuning
kehijauan, bau khas, rasa pedas agak pahit. Larut dalam 12 volume ethanol
90% P, larutan agak beropalesensi, dapat bercampur dengan ethanol mutlak P.
(Anonim a. 1979. Halaman 455 )
2. Oleum Annamomi
Nama lainnya yaitu minyak kayu manis. Merupakan suling segar berwarna
kuning, bau dan rasa khas. JIka disimpan tidak menjadi coklat kemerahan.
Dalam ethanol larutkan 1 ml dalam 8 ml ethanol 70% P, opalesensi yang terjadi
tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5
ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50
ml air. (Anonim a. 1979. Halaman 454 ).
3. Oleum Menthae
Nama lainnya yaitu minyak permen. Cairan tidak berwarna atau kuning pucat,
bau khas kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika udara dihirup
melalui mulut. (Anonim b. 1995. Halaman 629 ).
Contoh inkompatibilitas :
R/ carb.adsorb 10
Natrii sulfas
Magnesia sulfas aa 5
Aquam ad 100
Carbo adsorben sering digunakan sebagai obat diare karena mempunyai
daya absorpsi terhadap toksi dan bakteri, maka itu tidak benar kalau ditambah
lendir, karena akan mengurangi daya kerjanya maka itu hanya digerus dengan air
dan bila terdapat sirup maka di gerus dengan sirup.
10
2.4.5 Cara Pembuatan Suspensi
1. Metode Dispersi, metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk
bahan obat kedalam misilago yang telah terbentuk, kemudian baru di
encerkan.
2. Metode Prestipitasi, zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih
dulu kedalam pelarut organik yang hendak di campur dengan air.
(Syamsuni, A. 2006)
2.5 EMULSI
2.5.1 Definisi
1. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang
tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )
2. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995. Halaman 6 )
3. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. (Anonim a. 1979. Halaman 9 )
4. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir
kecil dalam cairan yang lain (sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi
Halaman 56 )
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah
sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang
membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan
yang cocok.
11
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat
zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya
di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi
dalam bentuk emulsi (Syamsuni, A. 2006)
12
c. Emulgator: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
Contoh emulgator :
1) Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
2) Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
3) Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
4) Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
5) CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Emulgator alam
1. Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir
luas dan digerus dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan
minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring
dengan kasa.
2. Adeps lanae
3. Emulgator mineral
4. Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1%
5. Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan
Emulgator buatan/sintesis
1) Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung
ikatan eter dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :
a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.
b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti
minyak.
c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti
minyak.
d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.
2) Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :
a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan
b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam
c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak
13
GOM dicampur dengan air sebagian
Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa air ditambahkan lagi
3. Metode botol
GOM dimasukkan ke dalam botol + air, dikocok
Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan sambil terus dikocok (Ansel,
Howard. 2005).
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, Moh, 1987, Ilmu Meracik Obat, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
2. Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
3. Syamsuni, A., 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC,
Jakarta
4. Syamsuni. A,. 2006, Ilmu Resep, EGC, Jakarta.
16